Anda di halaman 1dari 24

Analgetik, Antipiretik,

dan Antiinflamasi
Oleh:
Kelompok 2
Alasan praktikum
Dalam kehidupan sehari-hari, sering
ditemukan penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan antiinflamasi, analgetik, dan
antipiretik seperti demam dan nyeri. Oleh
karena itu, percobaan ini penting untuk
dilakukan agar dapat diketahui obat-obat yang
bekerja pada antiinflamasi, analgetik, dan
antipiretik dan bagaimana efek terapinya
didalam tubuh.
Maksud, tujuan, dan prinsip
percobaan
O Maksud percobaan
1) Mengetahui dan memahani penggolongan
obat-obat analgetik, antipiretik, dan
antiinflamasi.
2) Mengetahui dan memahani respon nyeri
dengan mengukur suhu rektal dengan
termometer dan mengukur volume kaki hewan
coba.
3) Mengetahui dan memahani efek pemberian
obat-obat analgetik, antiinflamasi, dan
antipiretik pada hewan coba.
O Tujuan percobaan
1) Menentukan penggolongan obat-obat
analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi.
2) Menentukan respon nyeri dengan
mengukur suhu rektal dengan termometer
dan mengukur volume kaki hewan coba.
3) Menentukan efek pemberian obat-obat
analgetik, antiinflamasi, dan antipiretik
pada hewan coba.
O Prinsip percobaan
1) Penentuan respon nyeri,pengukuran suhu
rektal dengan termometer, dan
pengukuran volume kaki hewan coba.
2) Penentuan efek pemberian obat-obat
analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi
pada hewan coba.
Pengertian
O Analgesik
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
O Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu
tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat
yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan
suhu tubuh yang tinggi.
O Antiinflamasi
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal
terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik,
zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik.
Mekanisme kerja di dalam tubuh
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah
dengan menghambat sintesa neurotransmitter tertentu
yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan
blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak
tidak lagi mendapatkan "sinyal nyeri, sehingga rasa
nyerinya berangsur-angsur menghilang.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala,
fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-
gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman
atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis
atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan
kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut
mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor
nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit,
selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang
dialihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat
(SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus
(optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar,
dimana rangsang terasa sebagai nyeri.
Penggolongan Obat Analgetik-
antipiretik & Inflamasi
O Macam-macam Analgesik
1) Analgesik opioid / analgesik narkotika
Adalah obat yang daya kerjanya meniru
opioid endogen/endorfin dengan memperpanjang
aktivasi reseptor opioid di SSP sehingga persepsi
nyeri & respon emosional terhadap nyeri
berubah/dikurangi.
Penggolongan obat analgetik narkotik :
a. Alkaloid alam : morfin, Codein.
b. Derivate semi sintesis : heroin
c. Derivate sintetik : Metadon, Fentanil
d. Antagonis morfin : Nalokson
2) Analgesik Non Narkotik
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat-obat ini
dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak
mempengaruhi sistem saraf pusat, tidak
menurunkan kesadaran atau mengakibatkan
ketagihan.
3) Analgesik Antipiretik Non-Narkotika
Obat non narcotik analgetik antipiretik:
obat yang dapat menghilangkan/mengurangi rasa
nyeri dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam
keadaan demam, tanpa mengganggu kesadaran.
Klasifikasi non narkotik Analgesik Antipiretik:
a. Golongan Salisilat
b. Golongan Asam Organik
c. Golongan Para Amino Fenol
d. Golongan Pirazolon
Cara Kerja:
O Analgesik: Central (Thalamus) dengan
jalan meningkatkan nilai ambang rasa nyeri.
O Antipiretik: melalui termostat di hipotalamus
mempengaruhi pengeluaran panas
dengan cara: vasodilatasi perifer dan
meningkatkan pengeluaran keringat.
O Anti inflamasi: menghambat sintesa
prostaglandin.
Contoh Obat dan Kegunaan Analgetik-
antipiretik &NSAID
1. Aspirin menghambat sintesis prostaglandin.
O Efek Analgesik : Menghambat sintesis PGE&PGI.
O Efek Antipiretik : Memperbaiki fungsi termostat
di hypothalamus, hambatan sintesis PGE2,
meningkatkan pengeluaran keringat,
vasodilatasi perifer.
O Efek Antiinflamasi : Hambatan sintesis PGE2 &
PGI2, tidak menghambat migrasi sel.
2. Paracetamol merupakan analgesik antipiretik
dan antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang
memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa
nyeri), antipiretik (menurunkan demam), dan
antiinflamasi (mengurangi proses
peradangan).
3. Ibuprofen merupakan derivat asam
propionat yang diperkenalkan banyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan
daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat.
Efek analgesiknya sama dengan aspirin.
Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh
wanita hamil dan menyusui.
4. Antalgin adalah salah satu obat
penghilang rasa sakit (analgetik) turunan
NSAID, atau NonSteroidal Anti
Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak
bersifat analgetik.
Contoh Obat-Obat AntiInflamasi
Obat anti inflamasi dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok utama, yaitu:
1. Glukokortikoid (Golongan Steroidal) yaitu anti
inflamasi steroid. AntiInflamsi steroid memiliki efek
pada konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer
serta penghambatan aktivitas fosfolipase. contohnya
gologan Prednisolon.
2. NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) juga
dikenal dengan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)
NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim
siklooksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase.
Contoh Obat AntiInflasmasi golongan NSAIDs adalah
turunan Asam Propionat (Ibuprofen, Naproxen),
turunan Asam Asetat (Indomethacin), turunan Asam
Enolat (Piroxicam). Obat AntiInflamasi pada umumnya
bekerja pada enzim yang membantu terjadinya
inflamasi, namun pada umumnya obat Antiinflamasi
bekerja pada enzim Siklooksigenase (COX) baik COX1
maupun COX2.
Mekanisme kerja
Golongan obat ini menghambat enzim
siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat
menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang
berbeda. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2
isoform disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform
tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan ekspresinya
bersifat unik. Secara garis besar COX-1 esensial dalam
pemeliharaan berbagai fungsi dalam kondisi normal di
berbagai jaringan khususnya ginjal, salurancerna dan
trombosit. Di mukosa lambung, aktivasi COX-1
menghasilkan prostasiklin yang bersifat sitoprotektif.
Siklooksigenase-2 semula diduga diinduksi berbagai
stimulusinflamatoar, termasuk sitokin, endotoksin dan
faktor pertumbuhan (growth factors).
Hasil percobaan
O Analgetik
No Obat Durasi
5 10 15 20
1. Paracetamol + ++ ++ ++
2. Ibuprofen +++ ++ ++ ++
3. NaCMC 1% + ++ ++ +
Keterangan:
+ : < 3 kali lompat
++ : 3-5 kali lompat
+++ : > 5 kali lompat
- : tidak lompat
O Antiinflamasi
No Obat Volume
5 10 15 20
1. Natrium diklofenat 0,3 0,2 0,1 0,1
2. NaCMC 1% 0,3 0,2 0,1 0,2
O Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu analgetik,
antipiretik, dan antiinflamasi bertujuan untuk
menentukan pengolongan obat-obat analgetik,
antipiretik, dan antiinflamasi, respon nyeri,
mengukur suhu rektal dengan termometer dan
mengukur volume kaki hewan coba, serta
menentukan efek pemberian obat-obat analgetik,
antipiretik, antiinflamasi pada hewan coba.
Adapun obat-obat yang digunakan sebagai
perbandingan adalah pada percobaan analgetik,
digunakan obat paracetamol, ibu profen, dan
NaCMC 1%. Sedangkan pada percobaan
antiinflamasi digunakan obat Natrium diklofenat
dan NaCMC 1%.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah
analgetik. Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu
untuk menentukan obat-obat analgetik dan efek
pemberiannya pada mencit. Pertama-tama
disiapkan alat dan bahan, kemudian diinjeksikan
paracetamol, ibuprofen, dan NaCMC 1% pada
masing-masing mencit secara peroral. Selanjutnya
mencit diletakkan dihot plate pada suhu 550C dan
diamati respon mencit pada menit ke 5, 10, 15,
dan 20.
Adapun hasil yang diperoleh dari
percobaan ini yaitu untuk paracetamol, mencit
melompat <3 kali pada menit ke 5 dan melompat
3-5 kali pada menit ke 10 sampai 20. untuk
ibuprofen, mencit melompat >5 kali pada menit ke
5 dan melompat 3-5 kali pada menit ke 10 sampai
20. Untuk NaCMC 1%, mencit melompat <3 kali
pada menit ke 5 dan 20 dan melompat 3-5 kali
pada menit ke 10 dan 15.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
mencit lebih merespon atau memberikan efek
lebih banyak pada injeksi menggunakan obat
ibuprofen. Paracetamol dan ibuprofen
merupakan termasuk golongan obat NSAID
yang mekanisme kerjanya dalam tubuh
dengan mengambat enzim siklooksigenase
yang berperan dalam pembentukan
prostaglandin dimana biosintesis
prostaglandin yang menstimulasi sistem saraf
pusat dan merangsang reseptor nyeri. Kerja
ibuprofen lebih kuat dibanding paracetamol
karena kerja paracetamol lemah dalam
menghambat siklooksienase karena adanya
peroksida konsentrasi tinngi.
Percobaan kedua yang dilakukan adalah
antiinflamasi. Tujuan dilakukannya percobaan ini
adalah untuk menentukan obat-obat antiinflamasi
dan efek pemberiannya pada mencit. Pertama-
tama disiapkan alat dan bahan, kemudian diukur
volume kaki mencit. Setelah itu, diinduksi mencit
dengan albumin 1% secara intraplantar. Kemudian
diukur kembali volume kaki mencit. Selanjutnya
diinjeksikan diklofenat dan NaCMC 1% diukur
kembali volume kaki mencit pada menit ke 5, 10,
15, dan 20.
Adapun hasil yang diperoleh yaitu pada
Natrium diklofenat volume kaki mencit pada menit
ke 5 adalh 0,3, menit ke 10 adalah 0,2 dan pada
menit ke 15 dan 20 adalah 0,1. Untuk NaCMC 1%
volume kaki mencit pada menit ke 5 adalh 0,3,
menit ke 10 adalah 0,2, menit ke 15 adalh 0,1,
dan pada menit ke 20 adalah 0,2.
Mencit yang diinjeksikan NaCMC 1% bertujuan
sebagai kontrol dan pembanding dengan obat
natrium diklofenat. Natrium diklofenat tergolong
obat NSAID spesifik menurunkan volume udara
dilihat dari penurunan volume kaki mencit.
Natrium diklofenat merupakan obat NSAID yang
bekerja dengan menghambat enzim
siklooksigenase yang berperan dalam sintesis
prostaglandin dimana prostaglandin merupakan
indkator rasa sakit atau nyeri dalam tubuh.
Alasan penggunaan NaCMC 1% pada
percobaan ini adalah sebagai kontrol atau
pembanding dengan obat-obat lain. Alasan
penggunaan albumin 1% pada kaki mencit adalh
untuk merangsang terjadinya pembengkakan pada
kaki mencit. Alasan penggunaan obat
paracetamol, ibuprofen, dan natrium diklofenat
diketahui merupakan obat golongan NSAID yang
memberikan efek berupa analgetik, antipiretik,
dan antiinflamasi.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi
pada percobaan ini yaitu tidak dilakukannya
percobaan antipiretik karena tidak tersedianya
termometer dan tidak digunakannya obat
indometasi dan pirazolon karena tidak
tersedia dilaboratorium dan kesalahan pada
kurang akurat dan teliti dalam mengukur
volume kaki mencit.
Adapun hubungan percobaan dalam
dunia farmasi adalah penentuan efek terapi
obat-obat golongan NSAID dalam
menyembuhkan penyakit demam atau nyeri
pada pasien.
Kesimpulan
O Analgesik adalah obat yang mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
O Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang
tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang
mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu
tubuh yang tinggi.
O Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan peradangan.
O Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan
menghambat sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat
menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade
sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi
mendapatkan "sinyal" nyeri,sehingga rasa nyerinya
berangsur-angsur menghilang.
Daftar pustaka
Latief. S. A, Suryadi K. A, dan Dachlan M. R. Petunjuk
Praktis Anestesiologi, Edisi II. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UI. 2001, hal ; 77-
83,161.
Sardjono, Santoso dan Hadi rosmiati D. Farmakologi
dan Terapi. Jakarta: Bagian farmakologi FK-UI. 1995 ;
hal ; 189-206.
Samekto wibowo dan Abdul gopur. Farmakoterapi
dalam Neuorologi. Jakarta: Penerbit salemba medika.
1995; hal : 138-14.
Katzung, B.G.. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2.
Jakarta : Salemba Medika. 2002.
Widodo, Samekto dan Abdul Gofir. Farmakoterapi
dalam Neurologi . Jakarta : Salemba Medika. 2001.
Deglin, Judith Hopfer. Pedoman Obat Untuk Perawat.
Jakarta : EGC. 2005.

Anda mungkin juga menyukai