“FARMAKOTERAPI
SKIZOFRENIA”
01 02 03
DEFINISI ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
04 05 06
PATOFISIOLOG MANIFESTAS DIAGNOSIS
I I KLINIS
07 PENATALAKSANAA
N
01
DEFINISI
SKIZOFRENIA
DEFINISI
(DIPIRO Ed 9,2015).
02
ETIOLOGI
SKIZOFRENIA
ETIOLOGI SKIZOFRENIA
Biologi Psikologis
(Stuart, 2013).
ETIOLOGI SKIZOFRENIA
(Stuart, 2013).
03
EPIDEMIOLOGI
SKIZOFRENIA
EPIDEMIOLOGI SKIZOFRENIA
● WHO menyatakan bahwa 7 dari 1000 orang populasi dewasa adalah pasien
Skizofernia. Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,
prevalensi gangguan jiwa berat adalah 1,7 per 1000 orang.
1 2
PATOFISIOLOGI
Gejala positif berkaitan dengan
hiperaktif reseptor dopamin di Kelainan pada serotonin (5-
mesocaudate, sedangkan gejala negatif Disfungsi glutamatergic. Kekurangan hydroxytriptamine [5-HT]), pada
dan kognitif berkaitan dengan aktivitas glutamatergic menyebabkan pasien skizofrenia dengan scan otak
hipofungsi reseptor dopamin dalam dopaminergik hiperaktif sehingga yang abnormal memiliki konsentrasi
korteks prefrontal. timbul gejala skizofrenia. 5-HT yang lebih tinggi .
3 4 5
2
Manifestasi Klinis
-Bisa jadi tidak kooperatif, permusuhan, dan agresi
Gejala Fitur Sisa
verbal atau fisik dilihat karena kesalahpahaman pasien
-Pasien dapat mengalami kesulitan manajemen
tentang realitas. - kecemasan, kecurigaan, dan kurangnya kemauan,
-Perawatan diri keterampilan terganggu, dan pasien motivasi, wawasan, dan penilaian.
sering kali kotor, tidak terawat, dan secara umum -Karena itu, mereka sering mengalami kesulitan hidup
memiliki kebersihan yang buruk. mandiri dalam masyarakat. Karena kecemasan yang
buruk manajemen dan kecurigaan, mereka sering ditarik
-Tidur dan nafsu makan seringkali terganggu
sosial, dan kesulitan membentuk hubungan dekat dengan
2 orang lain.
3
06
DIAGNOSIS
SKIZOFRENIA
DIAGNOSIS SKIZOFRENIA
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi 5. (DSM-5), menetapkan kriteria diagnostik berikut: Gejala
terus menerus yang bertahan selama minimal 6 bulan dengan setidaknya satu bulan gejala fase aktif (Kriteria A) dan
mungkin termasuk gejala prodromal atau residual.
Kriteria A: Setidaknya selama 1 bulan, harus ada setidaknya dua dari berikut ini untuk sebagian besar waktu: delusi,
halusinasi, disorganisasi bicara, perilaku yang sangat tidak teratur atau katatonik, dan gejala negatif. Setidaknya satu
gejala harus berupa delusi, halusinasi, atau bicara yang tidak teratur.
(DIPIRO Edisi 9)
07
PENATALAKSANAA
N SKIZOFRENIA
PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
a. Fase Akut
1) Farmakoterapi
Pada Fase akut terapi bertujuan mencegah pasien melukai dirinya atau orang lain, mengendalikan perilaku yang merusak,
mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala terkait lainnya misalnya agitasi, agresi dan gaduh gelisah.
Langkah Pertama:
• Berbicara kepada pasien dan memberinya ketenangan.
Langkah Kedua:
• Keputusan untuk memulai pemberian obat. Pengikatan atau isolasi hanya dilakukan bila pasien berbahaya terhadap dirinya
sendiri dan orang lain serta usaha restriksi lainnya tidak berhasil. Pengikatan dilakukan hanya boleh untuk sementara yaitu
sekitar 2-4 jam dan digunakan untuk memulai pengobatan. Meskipun terapi oral lebih baik, pilihan obat injeksi untuk
mendapatkan awitan kerja yang lebih cepat serta hilangnya gejala dengan segera perlu dipertimbangkan.
2) Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor lingkungan
dan peristiwa-peristiwa kehidupan. Memberikan ketenangan kepada pasien atau
mengurangi keterjagaan melalui komunikasi yang baik, memberikan dukungan atau
harapan, menyediakan lingkungan yang nyaman, toleran perlu dilakukan.
3) Terapi lainnya
ECT (terapi kejang listrik) dapat dilakukan pada Skizofrenia katatonik dan Skizofrenia
refrakter.
1) Farmakoterapi
Tujuan fase stabilisasi adalah mempertahankan remisi gejala atau untuk mengontrol,
meminimalisasi risiko atau konsekuensi kekambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan
proses kesembuhan (recovery).
Setelah diperoleh dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8 –
10 minggu sebelum masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini dapat juga diberikan obat
anti psikotika jangka panjang (long acting injectable), setiap 2-4 minggu.
2) Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah meningkatkan keterampilan orang dengan skizofrenia dan
keluarga dalam mengelola gejala. Mengajak pasien untuk mengenali gejala-gejala,
melatih cara mengelola gejala, merawat diri, mengembangkan kepatuhan menjalani
pengobatan. Teknik intervensi perilaku bermanfaat untuk diterapkan pada fase ini.
(DIPIRO Edisi 9)
PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
c. Fase Rumatan
1) Farmakoterapi
Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih
mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali, terapi diberikan sampai
dua tahun, bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali kekambuhan, terapi diberikan
sampai lima tahun bahkan seumur hidup.
2) Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah mempersiapkan pasien kembali pada kehidupan masyarakat.
Modalitas rehabilitasi spesifik, misalnya remediasi kognitif, pelatihan keterampilan sosial
dan terapi vokasional, cocok diterapkan pada fase ini. Pada fase ini pasien dan keluarga
juga diajarkan mengenali dan mengelola gejala prodromal, sehingga mereka mampu
mencegah kekambuhan berikutnya.
Kepmenkes RI. 2015. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
(DIPIRO Edisi 9)
PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
(DIPIRO Edisi 9)
DAFTAR PUSTAKA