Anda di halaman 1dari 28

FARMAKOTERAPI

SYARAF,KULIT DAN THT

“FARMAKOTERAPI
SKIZOFRENIA”

Dosen Pengampu : apt.Syilfia Hasti,M.Farm


Nama Anggota Kelompok 4
● Ayu Suci Ramadhani (1901043)
● Helvy Rahmi (1901052)
● Nadalwa Ayolke Firsta (1901052)
● Ratih Sri Rezeki (1901068)
● Vela Agustin (1901077)
SUB MATERI

01 02 03
DEFINISI ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

04 05 06
PATOFISIOLOG MANIFESTAS DIAGNOSIS
I I KLINIS

07 PENATALAKSANAA
N
01
DEFINISI
SKIZOFRENIA
DEFINISI

Skizofrenia adalah gangguan yang ditandai dengan delusi, halusinasi, pemikiran


dan cara bicara yang tidak teratur, perilaku motorik yang abnormal, dan gejala
negatif lainnya. (DIPIRO Ed 9,2015).

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan


menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku
yang aneh dan terganggu.

(DIPIRO Ed 9,2015).
02
ETIOLOGI
SKIZOFRENIA
ETIOLOGI SKIZOFRENIA

Biologi Psikologis

yaitu genetik, neurobiologi, Kegagalan memenuhi tugas perkembangan psikososial dan


ketidakseimbangan neurotransmiter ketidakharmonisan keluarga meningkatkan resiko skizofrenia.
(peningkatan dopamine), perkembangan otak Stressor sosiokultural, stress yang menumpuk dapat
dan teori virus. menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik
lainnya

(Stuart, 2013).
ETIOLOGI SKIZOFRENIA

Semiun (2010) menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan


skizofrenia yaitu faktor predisposisi berupa faktor genetik, kerusakan otak,
peningkatan dopamine neurotransmitter, imunologi, stressor pencetus,
psikososial, kesehatan, lingkungan, sikap atau perilaku.
Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi diantaranya: kekurangan
gizi selama kehamilan, masalah dalam proses kelahiran, stress pada kondisi
lingkungan dan stigma (penyebab kekambuhan pasien skizofrenia) (Stuart,
2013).
 

(Stuart, 2013).
03
EPIDEMIOLOGI
SKIZOFRENIA
EPIDEMIOLOGI SKIZOFRENIA
● WHO menyatakan bahwa 7 dari 1000 orang populasi dewasa adalah pasien
Skizofernia. Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,
prevalensi gangguan jiwa berat adalah 1,7 per 1000 orang.

● Menurut data dari WHO, Amerika Serikat maupun Epidemological Cathment


Area (ECA), prevalensi Skizofrenia berada pada rentang angka 1-1,5 persen.

● Skizofrenia terjadi pada 15-20/100.000 individu per tahun dengan risiko


morbiditas selama hidup 0,8 persen baik pria atau wanita dan kejadian puncak
pada akhir masa remaja atau awal dewasa.
04
PATOFISIOLOGI
SKIZOFRENIA
PATOFISIOLOGI
Pada sistem limbik dan ganglia basal otak
penderita skizofrenia berbeda dengan orang dapat terjadi karena kecenderungan genetik, kelainan
normal, dimana ventrikel melebar, penurunan pada sistem kekebalan, perkembangan pada sistem saraf
massa abu-abu, dan pada beberapa area yang gangguan, teori neurodegenerative, kelainan pada
terjadi peningkatan serta penurunan aktivitas reseptor dopamin, dan kelainan pada otak yaitu terjadi
metabolik. hiperaktivitas atau hipoaktivitas dopaminergik.

1 2
PATOFISIOLOGI
Gejala positif berkaitan dengan
hiperaktif reseptor dopamin di Kelainan pada serotonin (5-
mesocaudate, sedangkan gejala negatif Disfungsi glutamatergic. Kekurangan hydroxytriptamine [5-HT]), pada
dan kognitif berkaitan dengan aktivitas glutamatergic menyebabkan pasien skizofrenia dengan scan otak
hipofungsi reseptor dopamin dalam dopaminergik hiperaktif sehingga yang abnormal memiliki konsentrasi
korteks prefrontal. timbul gejala skizofrenia. 5-HT yang lebih tinggi .

3 4 5

(dipiro et al., 2014).


05
MANIFESTASI
KLINIS
SKIZOFRENIA
Manifestasi Klinis
Gejala Psikotik Akut

Episode Psikotik Pertama -Halusinasi (terutama mendengar suara),


-pasien kehilangan kontak dengan kenyataan, otak
Dapat terjadi secara tiba-tiba dengan
menciptakan realitas palsu untuk menggantikannya
sedikit gejala premorbid, atau biasanya
-Delusi (keyakinan palsu tetap),
dapat didahului dengan penarikan diri,
-Proses berpikir adalah terputus (pasien mungkin tidak bisa
perilaku mencurigakan, aneh (skizoid). melakukan percakapan logis (alogia)
-Perasaan pasien bisa jadi datar (tanpa ekspresi emosional),
atau bisa jadi tidak pantas dan labil.
1 -Pasien sering menarik diri dan berdiam diri (autisme).

2
Manifestasi Klinis
-Bisa jadi tidak kooperatif, permusuhan, dan agresi
Gejala Fitur Sisa
verbal atau fisik dilihat karena kesalahpahaman pasien
-Pasien dapat mengalami kesulitan manajemen
tentang realitas. - kecemasan, kecurigaan, dan kurangnya kemauan,
-Perawatan diri keterampilan terganggu, dan pasien motivasi, wawasan, dan penilaian.
sering kali kotor, tidak terawat, dan secara umum -Karena itu, mereka sering mengalami kesulitan hidup

memiliki kebersihan yang buruk. mandiri dalam masyarakat. Karena kecemasan yang
buruk manajemen dan kecurigaan, mereka sering ditarik
-Tidur dan nafsu makan seringkali terganggu
sosial, dan kesulitan membentuk hubungan dekat dengan

2 orang lain.

3
06
DIAGNOSIS
SKIZOFRENIA
DIAGNOSIS SKIZOFRENIA
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi 5. (DSM-5), menetapkan kriteria diagnostik berikut: Gejala
terus menerus yang bertahan selama minimal 6 bulan dengan setidaknya satu bulan gejala fase aktif (Kriteria A) dan
mungkin termasuk gejala prodromal atau residual.

Kriteria A: Setidaknya selama 1 bulan, harus ada setidaknya dua dari berikut ini untuk sebagian besar waktu: delusi,
halusinasi, disorganisasi bicara, perilaku yang sangat tidak teratur atau katatonik, dan gejala negatif. Setidaknya satu
gejala harus berupa delusi, halusinasi, atau bicara yang tidak teratur.

Kriteria B: Gangguan fungsi yang signifikan


Sebelum diberikan pengobatan, lakukan pemeriksaan status mental, pemeriksaan fisik dan neurologis, riwayat keluarga
dan sosial lengkap, wawancara diagnostik psikiatri, pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap [CBC], elektrolit,
fungsi hati, fungsi ginjal, elektrokardiogram [EKG], serum glukosa puasa, lipid serum, fungsi tiroid, dan skrining obat
pada urin).

(DIPIRO Edisi 9)
07
PENATALAKSANAA
N SKIZOFRENIA
PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
a. Fase Akut
1) Farmakoterapi
Pada Fase akut terapi bertujuan mencegah pasien melukai dirinya atau orang lain, mengendalikan perilaku yang merusak,
mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala terkait lainnya misalnya agitasi, agresi dan gaduh gelisah.
Langkah Pertama:
• Berbicara kepada pasien dan memberinya ketenangan.
Langkah Kedua:
• Keputusan untuk memulai pemberian obat. Pengikatan atau isolasi hanya dilakukan bila pasien berbahaya terhadap dirinya
sendiri dan orang lain serta usaha restriksi lainnya tidak berhasil. Pengikatan dilakukan hanya boleh untuk sementara yaitu
sekitar 2-4 jam dan digunakan untuk memulai pengobatan. Meskipun terapi oral lebih baik, pilihan obat injeksi untuk
mendapatkan awitan kerja yang lebih cepat serta hilangnya gejala dengan segera perlu dipertimbangkan.

(Kepmenkes RI, 2015)


PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
Obat injeksi:
a) Olanzapine, dosis 10 mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari.
b) Aripriprazol, dosis 9,75 mg/injeksi (dosis maksimal 29,25 mg/hari), intramuskulus.
c) Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap setengah jam, dosis maksimum 20mg/hari.
d) Diazepam 10mg/injeksi, intravena/intramuskulus, dosis maksimum 30mg/hari.

(Kepmenkes RI, 2015)


PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

(Kepmenkes RI, 2015)


PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
Obat oral:
Pemilihan antipsikotika sering ditentukan oleh pengalaman pasien sebelumnya
dengan antipsikotika misalnya, respons gejala terhadap antipsikotika, profil efek
samping, kenyamanan terhadap obat tertentu terkait cara pemberiannya. Pada fase
akut, obat segera diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai
dari dosis anjuran dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap dalam waktu 1 – 3
minggu, sampai dosis optimal yang dapat mengendalikan gejala.

2) Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor lingkungan
dan peristiwa-peristiwa kehidupan. Memberikan ketenangan kepada pasien atau
mengurangi keterjagaan melalui komunikasi yang baik, memberikan dukungan atau
harapan, menyediakan lingkungan yang nyaman, toleran perlu dilakukan.
3) Terapi lainnya
ECT (terapi kejang listrik) dapat dilakukan pada Skizofrenia katatonik dan Skizofrenia
refrakter.

(Kepmenkes RI, 2015)


PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
Fase Stabilisasi

1) Farmakoterapi
Tujuan fase stabilisasi adalah mempertahankan remisi gejala atau untuk mengontrol,
meminimalisasi risiko atau konsekuensi kekambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan
proses kesembuhan (recovery).
Setelah diperoleh dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8 –
10 minggu sebelum masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini dapat juga diberikan obat
anti psikotika jangka panjang (long acting injectable), setiap 2-4 minggu.
2) Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah meningkatkan keterampilan orang dengan skizofrenia dan
keluarga dalam mengelola gejala. Mengajak pasien untuk mengenali gejala-gejala,
melatih cara mengelola gejala, merawat diri, mengembangkan kepatuhan menjalani
pengobatan. Teknik intervensi perilaku bermanfaat untuk diterapkan pada fase ini.

(DIPIRO Edisi 9)
PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
c. Fase Rumatan
1) Farmakoterapi
Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih
mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali, terapi diberikan sampai
dua tahun, bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali kekambuhan, terapi diberikan
sampai lima tahun bahkan seumur hidup.
2) Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah mempersiapkan pasien kembali pada kehidupan masyarakat.
Modalitas rehabilitasi spesifik, misalnya remediasi kognitif, pelatihan keterampilan sosial
dan terapi vokasional, cocok diterapkan pada fase ini. Pada fase ini pasien dan keluarga
juga diajarkan mengenali dan mengelola gejala prodromal, sehingga mereka mampu
mencegah kekambuhan berikutnya.
Kepmenkes RI. 2015. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

(DIPIRO Edisi 9)
PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
(DIPIRO Edisi 9)
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro 8 tahun edition 2011 (manifestasi klinik)


Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. and Posey
L.M.,
2011, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 8th ed., Mc Graw
Hill, United State of America.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai