Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI KONSUMSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Ekonomi Manajerial
Dosen Pengampu: Dr. Yuda Septia Fitria SE.,M.Si

Disusun Oleh :

Muhammad Syam Abdurrahman (1219240142)


Nurmalasari (1219240159)
Pooja Melaty S Dewi (1219240165)
Putri Sabillah Nur a’ini (1219240165)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
TAHUN AJARAN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Terimakasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah ekonomi manajerial,
Dengan dibuatnya makalah mengenai teori konsumsi semoga dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya serta dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 12 October 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
2.1.Landasan Teori.............................................................................................................................. 5
2.2.Konsep Perilaku Konsumen .......................................................................................................... 5
2.3 Fungsi Konsumsi ........................................................................................................................ 11
BAB III................................................................................................................................................. 13
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses
produksi tidak termasuk konsumsi, karena barang dan jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Barang dan jasa dalam proses produksi ini digunakan untuk
memproduksi barang lain. Tindakan konsumsi dilakukan setiap hari oleh siapapun, tujuannya
adalah untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran
dalam arti terpenuhi berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun sekunder,
barang mewah maupun kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Tingkat konsumsi
memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang atau masyarakat. Adapun pengertian
kemakmuran disini adalah semakin tinggi tingkat konsumsi seseorang maka semakin makmur,
sebaliknya semakin rendah tingkat konsumsi seseorang berarti semakin miskin.Konsumsi
secara umum diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa yang secara langsung akan
memenuhi kebutuhan manusia. Untuk dapat mengkonsumsi, seseorang harus mempunyai
pendapatan, besar kecilnya pendapatan seseorang sangat menentukan tingkat konsumsinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana landasan teori konsumsi ?
2. Bagaimana konsep perilaku konsumen ?
3. Bagaimana Fungsi Konsumsi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan teori konsumsi.
2. Untuk mengetahui konsep perilaku konsumsen.
3. Untuk mengetahui fungsi konsumsi .

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Landasan Teori
1. Pengertian Konsumsi
Dalam istilah sehari-hari konsumsi dapat diartikan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan, baik
untuk kebutuhan makanan maupun kebutuhan non makanan.Konsumsi juga dapat diartikan
sebagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan saat ini guna meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.Konsumsi yaitu salah satu variabel makroekonomi yang dilambangkan
dengan huruf ”C” dan berasal dari bahasa Inggris yaitu consumptionj. Konsumsi mempunyai
arti sebgai pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga
atau seseorang dengan tujuan untuk memenuhi segala kebutuhan dari orang yang melakukan
pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang
kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Sedangkan barang-
barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya
dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).
2. Teori Konsumen
Menurut Ari Sudarman dan Algifari (1996) beliau menjelskan bahewa teori tersebut membagi
pola konsumsi seseorang menjadi 3 macam bagian.Yang pertama adalah seseorang dari yang
berumur nol tahun sampai bersuia tertentu dimana orang tersebut sudah dapat menghasilkan
pendapatan sendiri.sebelum orang tersebut dapat menghasilkan pendapatan sendiri maka orang
tersebut mengalami dissaving artinya dia berkonsumsi tetapi tidak menghasilkan atau
mempunyai pendapatan sendiri. Kedua dimana seseorang berusaha untuk bekerja agar
mendapatkan penghasilan sendiri hingga orng tersebut tepat pada saat berusia tidak dapat
bekerja lagi keadaan ini berarti orang tersebut mengalami saving. Ketiga ketika seseorang pada
usia tua dimana orang tersebut tidak lagi mampu menghasilkan pendapatan sendiri. Pada
keadaan ini oranf tersebut mengalami dissaving lagipada kenyataannya orang menumpuk
kekayaan disepanjang hidupnya bukan hanya dari orang yang berpensiun saja. Jika terjadi
kenaikan dalam nilai kekayaan maka konsumsi berarti akan meningkat pula dan dapat
dipertahankan lebih lama dan pada akhirnya siklus hipotesis kehidupan tersebut berarti akan
menekan hasrat konsumsi.
2.2.Konsep Perilaku Konsumen
Ada tiga pelaku ekonomi yang utama, yaitu: produsen, konsumen dan juga distributor. Akan
tetapi pada pembahasan ini kita hanya akan membahas mengenai konsumen sebagai pelaku
ekonomi. Di mana konsumen mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekonomi suatu
negara. Perlu diketahui bahwa seorang konsumen merupakan pelaku atau pihak tertentu yang
kegiatannya mengurangi nilai guna suatu barang. Atau bisa juga diartikan sebagai seseorang
yang melakukan kegiatan menghabiskan barang (konsumsi). Dalam kegiatan konsumsi
tersebut mereka membeli atau memakai produk tertentu baik barang ataupun jasa. Dalam
kegiatannya, aktivitas dari konsumen yang bersangkutan pasti akan nampak. Mereka akan
membeli barang atau jasa. Ketika kita masuk ke sebuah supermarket, kita akan menemukan
ribuan jenis barang yang dapat kita dibeli. Tentu saja karena pendapatan terbatas, tentu kita

5
tidak akan bisa membeli semua barang maupun jasa yang kita inginkan. Oleh karena itu, maka
seharusnya mempertimbangkan harga berbagai barang yang ada. Dan membeli sesuai dengan
jumlah pendapatan yang dimiliki dalam upaya untuk memaksimumkan kepuasannya. Perlu
kita ketahui bahwa perilaku konsumen merupakan perilaku seorang konsumen dalam
mengeluarkan sumber daya yang dimiliki baik berupa waktu, tenaga, uang dalam rangka
memperoleh barang maupun jasa yang mereka inginkan untuk mencapai kepuasan. Atau bisa
juga diartikan sebagai perilaku dari seorang konsumen dalam mencari sumber daya, menukar
sumber daya, menggunakan sumber daya, menilai sumber daya dan juga mengatur sumber
daya yang mereka anggap dapat memuaskan kebutuhan mereka masing-masing. Dapat dilihat
bahwa perilaku konsumen dapat terjadi pada beberapa tahap, antara lain sebagai berikut.
Pertama, tahap awal (tahap sebelum melaksanakan pembelian); kedua, tahap pada saat
pembelian; dan ketiga tahap setelah melaksanakan kegiatan pembelian. Pada tahap awal,
konsumen tentu akan menggali ataupun mencari informasi terlebih dahulu terkait dengan
produk yang mereka ingin beli. Pada tahap pembelian, maka konsumen akan langsung
melaksanakan kegiatan transaksi dengan produsen terkait dengan barang dan jasa yang
diinginkannya. Tahap terakhir, yakni tahap setelah pembelian konsumen bisa memakai dan
juga menikmati produk yang dibelinya tersebut. Di samping itu konsumen bisa melakukan
penilaan terhadap produk yang dia konsumsi. Hal ini terkait dengan sesuai atau tidak produk
tersebut dengan keinginan mereka. Apabila tidak sesuai mereka bisa membuang dan berhenti
menggunakan produk tersebut. Dengan demikian apabila kita melihat dari tingkat
pengonsumsian produk tertentu, maka perilaku konumen dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, antara lain sebagai berikut.
a. Perilaku seorang konsumen rasional
Kegiatan konsumsi rasional apabila ditandai dengan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
1. Produk yang dimaksud dapat memberikan sebuah kepuasan tertentu dan juga
mempunyai nilai guna yang optimal.
2. Produk memang sangat dibutuhkan oleh konsumen yang bersangkutan, tanpa bisa
ditunda pemenuhannya.
3. Mutu atau kualitas produk sangat terjamin (baik).
4. Harga produk sudah setara dan sesuai dengan kemampuan finansial dari konsumen
yang bersangkutan.
b. Perilaku konsumen irasional
Perilaku irasional adalah kebalikan dari perilaku rasional. Suatu perilaku yang dilakukan oleh
konsumen bisa dikatakan irasional apabila konsumen melakukan pembelian produk tanpa
memperkirakan kegunaan dari produk tersebut.
Contoh perilaku irasional antara lain:
1. Merasa tertarik dan terpukau hanya dengan melihat promosi dan juga iklan produk
tertentu baik iklan dari media cetak, elektronik maupun sosial.
2. Hanya mau membeli produk yang mempunyai merk terkenal.
3. Menjunjung tinggi gensi ataupun prestise.

6
Pertanyaan yang muncul bagaimana mengukur kepuasan individu/konsumen. Para ekonom
merumuskan model preferensi individu dengan menggunakan konsep kepuasan (utility), yang
menunjukkan kepuasan yang diterima oleh seorang akibat kepuasan dalam aktivitas ekonomi
yang dibuatnya. Untuk mengukur kepuasan individu dapat dipergunakan dua pendekatan,
antara lain:
1. pendekatan kardinal (marginal utility) dan
2. pendekatan ordinal (indifference curve). Pada pembahasan ini kita fokuskan pada
pendekatan pendekatan kardinal (marginal utility).
2. Faktor faktor yang memengaruhi perilaku konsumen
Dalam upaya memahami suatu perilaku konsumen tergantung pada faktor sosiologi dan juga
psikologi. Hasilnya diperoleh kesimpulan bahwa yang menjadi faktor utama yang berpengaruh
terhadap perilaku konsumen antara lain faktor sosial, psikologis, budaya dan pribadi. Adapun
pengaruh dari empat faktor tersebut dapat diuraikan berikut ini.
1) Pengaruh sosial terdiri dari:
a) keluarga inti;
b) pendapat dari seorang pemimpin (seseorang yang pendapatnya dapat diterima dan
dilaksanakan secara penuh oleh orang lain);
c) kelompok yang menjadi referensi lainya misalnya teman sebaya;
d) rekan di tempat kerja; dan
e) rekan yang seprofesi.
2) Pengaruh psikologis yang meliputi:
a) persepsi;
b) motivasi;
c) kemampuan belajar seseorang; dan
d) sikap perseorangan secara individu.
3) Pengaruh budaya meliputi:
a) budaya (cara hidup) yang dapat menjadi pembeda atara suatu kelompok yang besar
dengan kelompok lain;
b) subkultur (kelompok yang lebih kecil);
c) kelompok etnis (kelompok yang mempunyai nilai bersama);
d) kelas sosial (kelompok berdasarkan peringkat budaya) yang bisa dikelompokkan
berdasarkan beberapa kriteria misalnya latar belakang, pekerjaan yang dijalani, dan
juga pendapatan yang diterima setiap bulannya.
4) Pengaruh pribadi yang dapat mencakup:
a) gaya hidup yang dijalankan saat ini;
b) kepribadian yang dimiliki orang tersebut; dan
c) status ekonominya. Meskipun semua faktor tersebut bisa mempunyai dampak yang
besar terhadap pilihan yang dilakukan konsumen nantinya, dampak faktor tersebut

7
terhadap pembelian secara aktual terhadap beberapa produk menjadi sangat lemah atau
bisa dikatakan dapat diabaikan.
Beberapa konsumen misalnya hanya menunjukkan loyalitas mereka terhadap merek
(Brand Loyalty) terkenal saja. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara rutin mereka hanya
melakukan aktivitas pembelian terhadap produk tersebut hanya karena mereka merasa puas
terhadap kinerja dari merek produk tersebut.
3. Pendekatan Nilai Guna (Kardinal)
Pendekatan kardinal atau nilai guna merupakan daya guna yang bisa dapat diukur melalui
satuan uang (utilitas). Di samping itu tinggi rendahnya daya guna atau nilai dari barang tersebut
sangat tergantung pada subyek yang melakukan penilaian. Adapun pendekatan ini beranggapan
bahwa apabila suatu barang tertentu semakin berguna bagi seseorang, tentu akan semakin
banyak peminatnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila semakin banyak
kuantitas barang yang diproduksi, maka akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan mereka.
Seorang konsumen rasional tentu akan akan selalu berusaha untuk memaksimalkan
kepuasannya sampai pada tingkat pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan dari
setiap individu tentu sangat bergantung pada masing-masing individu (konsumen). Perlu
diketahui bahwa pendekatan cardinal ini dapat memberikan suatu penilaian yang sifatnya
subyektif terhadap pemuasan kebutuhan dari barang tertentu. Dapat diartikan bahwa tinggi
rendahnya barang sangat bergantung dari sudut pandang subyek yang menilai. Biasanya
penilaian tersebut akan berbedabeda antara penilai yang satu dengan lainnya. Pendekatan ini
adalah gabungan beberapa pendapat ahli ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Hendrik
Gossen, Karl Menger, Leon Walras, dan juga Yeavon. Berdasarkan pendekatan ini nilai atau
daya guna suatu barang bisa diukur melalui satuan uang (util). Disamping itu tinggi rendahnya
nilai ataupun daya guna suatu barang sangat tergantung pada subyek yang melakukan
penilaian.
Pendekatan kardinal terdapat satu landasan hukum yang berlaku, yakni hukum Gossen.
a) Hukum Gossen I.
Hukum ini menyatakan bahwa kepuasan seorang konsumen akan menurun apabila
secara terus menerus kebutuhan mereka dipenuhi.
b) Hukum Gossen II.
Hukum yang menjelaskan bahwa seorang konsumen akan secara terus menerus akan
memenuhi kebutuhannya sampai mereka mencapai titik intensitas yang sama. Intensitas
sama disini ialah suatu rasio antara marginal utility dan harga produk yang satu dengan
rasio marginal utility dan juga harga produk lain.
Adapun hipotesis yang utama dari pendekatan kardinal di sini ialah nilai guna marginal
yang akan semakin turun. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai guna yang diperoleh seorang
konsumen semakin menurun apabila mereka terus menerus menambah konsumsi terhadap
produk yang dimaksud. Apabila kita membahas nilai guna marginal pasti erat kaitannya dengan
bagaimana cara memaksimalkan nilai guna yang dirasakan konsumen. Dalam suatu
pendekatan kardinal ada beberapa asumsi utama, yaitu sebagai berikut.

8
a) Nilai guna atau daya dapat diukur melalui parameter satuan harga atau biasa disebut
dengan utilitas.
b) Konsumen disini bersifat rasional. Di mana mereka hanya akan mencukupi kebutuhan
hidup sesuai dengan batas kemampuan pendapatan yang dimiliki.
c) Konsumen tentu nantinya akan mengalami penurunan utilitas apabila secara terus
menerus melakukan kegiatan konsumsi produk yang dimaksud (diminishing marginal
utility) yaitu semakin banyak sesuatu barang yang dikonsumsikan maka tambahan
kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang
dikonsumsikan akan menurun.
d) Konsumen hanya mempunyai jumlah pendapatan yang tetap (tidak ada pendapatan
lain).
e) Nilai guna (daya) dari uang tersebut tetap (konstan).
f) Total utility dapat bersifat melengkapi (additive) atau dapat juga dikatakan bisa berdiri
sendiri (independent).
g) Produk yang konsumen konsumsi normal dan periode konsumsinya biasanya
berdekatan.
Melalui asumsi di atas, maka suatu pendekatan kardinal dapat menyusun suatu formulasi
fungsi permintaan dengan baik. Akan tetapi meskipun demikian pendekatan ini mempunyai
beberapa kelemahan yang muncul, antara lain:
1. Daya guna yang hanya dilihat dari sudut subjektif menyebabkan tidak ada satu alat ukur
yang pas, tepat dan juga sesuai.
2. Mempunyai suatu konsep constan marginal utility of money. Di mana konsep tersebut
membuat suatu anggapan bahwa nilai uang akan semakin menurun apabila jumlah uang
yang dimiliki seseorang semakin banyak.
3. Memiliki konsep diminishing marginal utility. Di mana konsep ini merupakan suatu
permasalah yang sangat susah dilihat dari segi psikologis dan juga susah untuk diterima
sebagai suatu aksioma.
Seorang konsumen bisa mencapai suatu titik equilibrium atau di mana seorang konsumen
mencapai suatu kepuasan maksimal apabila mereka dalam menggunakan pendapatannya untuk
mencapai kepuasan yang sama pada berbagai tingkat barang. Perlu diketahui bahwa tingkat
kepuasan seorang konsumen dapat terdiri dari dua konsep antara lain:

1. kepuasan total (total utility); dan


2. kepuasan tambahan (marginal utility).
Utility adalah suatu kepuasan yang dirasakan seorang konsumen dalam mengkosumsi
suatu barang ataupun jasa. Total Utility merupakan kepuasan total yang dapat dilihat setelah
mengkonsumsi sejumlah barang ataupun jasa tertentu. Sedangkan Marginal utility ialah
tambahan kepuasan konsumen yang diiperoleh setelah menambah satu satuan barang ataupun
jasa yang mereka konsumsi. Berikut ini merupakan gambaran mengenai perbedaan antara
kepuasan total dengan kepuasan marginal (tambahan) yang diperoleh oleh seorang konsumen

9
pada waktu mereka melakukan konsumsi anggur yang digambarkan melalui contoh nomerik
pada tabel di bawah ini.
Total utility dan marginal utility

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kepuasan total individu terus bertambah sampai apel ke-4.
Pada sisi lain, Marginal Utility (MU) bertambah dalam posisi menurun hingga unit ke-5,
Marginal Utility (MU) adalah nol. Dengan demikian Total Utility (TU) sudah maksimal. Pada
posisi tersebut, individu sudah jenuh sehingga disebut sebagai titik jenuh. Tabel 8-1 dapat
dijabarkan lebih lanjut dalam gambar 8-1.

Kepuasan Total Maksimum tercapai bila:

Perhatikan juga melalui pendekatan Marginal Utility, kita bisa melihat bahwa kurva Marginal
Utility tidak lain merupakan kurva Permintaan Konsumen. Hal ini dikarenakan bahwa dari
kurva tersebut konsumen dapat menunjukkan jumlah pembeliannya (jumlah yang diminta)
10
pada berbagai tingkat harga yang berlaku di pasar. Pertanyaan yang muncu bahwa apakah
kepuasan dapat dihitung secara pasti, jewabannya tentu tidak. Oleh karena itu, metode cardinal
dewasa ini sudah tidak umum lagi digunakan dalam mengukur kepuasan konsumen dalam ilmu
ekonomi modern dewasa ini.
4. Asumsi Utility
Dalam menentukan preferensi individu digunakan beberapa asumsi, antara lain: Asumsi
perbandingan. Dalam hal ini, setiap dua keranjang (bundle) yang berbeda, masing-masing
berisi barang A dan B, dan kedua barang tersebut dibandingkan semacam preferensi dari
individu. Setiap perbandingan semacam itu pasti mengarah pada salah satu alternative, yaitu
1. keranjang A lebih disukai dari keranjang B atau
2. keranjang B lebih disukai daripada atau
3. A dan B sama saja.
Asumsi inii merupakan gambar ideal dari keadaan yangs ebenarnya, dimana kita
menganggap bahwa individu tidak pernah mengatakan bahwa, “Saya sesungguhnya tidak dapat
membandingkan antara A dan B.” ia juga dianggap tidak pernah mengatakan bahwa dua per
tiga waktu saya menyukai A dan sepertiga waktu menyukai B. Asumsi transivitas. Misalkan
ada tiga keranjang barang, yaitu A, B, dan C. apabila barang A lebih disukai daripada barang
B dan B lebih disukai daripada barang C. maka tentulah barang A lebih disukai dari barang C.
demikian halnya barang A tidak berbeda dengan barang B, barang B tidak berbeda dengan
barang C, maka pastilah barang A tidak berbeda dengan barang C. More Is Better atau lebih
banyak lebih baik. Dalam hal itu seseorang lebih menyukai barang yang lebih banyak daripada
sedikit. Pada dasarnya untuk barang normal, lebih banyak barang berarti lebih bermanfaat,
meskipun tambahan manfaat semakin kecil. Asumsi ini mengabaikan barang jelek seperti
polusi udara, sampah, dan lainnya yang tentunya tidak diinginkan oleh konsumen.
2.3 Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah satu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat
konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (disposabel income)
perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan :
Dimana : C = a + bY
C = Tingkat konsumsi
a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0
b = Kecenderungan konsumsi marginal
Y = Tingkat pendapatan nasional
Dari rumusan yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa besarnya
konsumsi sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Namun yang perlu digaris bawahi
adalah perubahan (peningkatan) konsumsi yang disebabkan oleh perubahan (peningkatan)
pendapatan tidak bersifat proporsional. Oleh karena itu, tabungan merupakan bagian
pendapatan yang tidak dikonsumsi, maka semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

11
semakin tinggi pada tingkat tabungannya. Kelebihan dari pendapatan yang tidak digunakan
untuk konsumsi dapat disisihkan untuk tabungan.
Terdapat dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara disposabel income
dengan konsumsi dan disposabel income dengan tabungan yaitu konsep kecenderungan
mengkonsumsi dan kecenderungan menabung

12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan
kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa. Sedangkan pelaku konsumen
adalah bagaimana ia memutuskan berapa jumlah barang dan jasa yang akan dibeli dalam
berbagai situasi.
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat
konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan
disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan,
Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat
mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan nasional, inflasi, suku bunga, dan
jumlah uang beredar.

13
DAFTAR PUSTAKA

TEORI EKONOMI MIKRO Penyusun :Syafaatul Hidayati, S.Pd., M.Pd.


MODUL EKONOMI MIKRO TEORI PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN
KARDINAL DOSEN:Posma Sariguna Johnson Kennedy

14

Anda mungkin juga menyukai