Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

TEORI PERILAKU KONSUMEN

Kelompok 16

Nama anggota : Marchelino Giroth 210611040346

Shalomega Giacinta C.W 210611040379

Eunike Syalomita Lumenta 210611040400

Kelas : C/6

Dosen pengampu : Krest D. Tolosang , SE MSi

Mata Kuliah : Teori Ekonomi

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas berkat dan
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Teori
Perilaku Konsumen ini dengan tepat pada waktu yang ditentukan.

Adapun tujuan penulisan makalah ini semata-mata untuk memenuhi suatu tugas mata
kuliah Teori Ekonomi dalam kewajiban kami sebagai mahasiswa untuk menyelesaikan
tugas ini. Selain itu bertujuan agar kami dapat lebih memahami materi ini .

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih kepada mener Krest D
Tolosang, SE MSi, selaku dosen mata kuliah teori ekonomi yang sudah mengajar dan
membimbing kami dengan baik.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah kami ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun.

Sekian, dan kami sampaikan terima kasih

Manado, 17 Maret 2022

Penulis

i
Daftar Isi

Teori Perilaku Konsumen

Kata Pengantar…………………………….…………………………………........i

Daftar Isi……………………………….………………………………………….ii

Bab I : Pendahuluan ..............................................................................................1

A. Latar belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................................2

Bab II : Pembahasan ................................................................................................3

1. Teori Perilaku Konsumen .............................................................................3


2. Pendekatan Teori Perilaku Konsumen .........................................................4
A. Pendekatan Guna kardinal atau Pendekatan Guna Marginal Klasik …..4
1. Asumsi yang digunakan dalam pendekatan kardinal .......................6
2. Hubungan Marginal Utility, Total Utility, dan Averange Utility…..8
3. Titik Jenuh Konsumsi Konsumen .....................................................9
4. Pemaksimuman Nilai Guna ..............................................................9
5. Equilibrium Konsumen pada Hukum Gossen II……......................10
6. Kelemahan dan Kritik terhadap Pendekatan Kardinal......................15
B. Pendekatan Guna Ordinal ......................................................................15
1. Asumsi pendekatan ordinal .............................................................16
2. Kurva Indifference .......................................................................... 17
3. Garis Anggaran ................................................................................ 25
4. Keseimbangan Konsumen ................................................................33

ii
Bab III : Penutup ..................................................................................................... 39

A. Kesimpulan ................................................................................................. 39
B. Daftar Pustaka .............................................................................................. 41

iii
Bab 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Konsumen merupakan seseorang yang mengkonsumsi barang atau jasa, dan disaat
seseorang mengkonsumsi barang atau jasa, ia melakukan sebuah tindakan yaitu
menghabiskan nilai guna dari barang atau jasa itu sendiri . Tindakan tersebut dilakukan
demi mendapatkan kepuasan maksimum .Konsumen akan merasa puas apanbila harapan
mereka terpenuhi atau bahkan terlampaui. Barang konsumsi menurut kebutuhannya yaitu
kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan penyempurna. Konsumen memiliki
perilaku yang tidak mudah ditebak. Produsen bisa saja memiliki pemahaman yang jelas
tentang apa yang dibutuhkan konsumen. Namun, sulit untuk mengetahui apa yang
diinginkan konsumen.

Perilaku konsumen terkait dengan semua manusia dengan segala perbedaan dan juga
keunikannya. Manusia merupakan makhluk ekonomi yang bersifat rasional yang dimana ia
selalu berusaha memenuhi kebutuhannya selama kemampuan finansialnya mencukupi.
Pengambilan keputusan tersebut bukanlah suatu hal yang mudah bagi seorang konsumen
yang masing-masing memiliki perilaku yang berbeda. Keputusan pembelian dipengaruhi
juga oleh karakteristik konsumen.. Untuk memilih barang berharga jual rendah, proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual
tinggi proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Seperti yang diungkapkan oleh Setiadi (2003) bahwa keputusan pembelian pada konsumen
sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli .
Dalam Makalah ini kami akan membahas tentang pemahaman mengenai perilaku
konsumen serta pendekatan-pendekatan yang akan digunakan yaitu pendekatan kardinal
dan ordinal.

1
B. Rumusan Masalah
 Apa saja yang perlu diketahui dalam memahami perilaku konsumen ?
 Apa itu pendekatan kardinal dan ordinal?

C. Tujuan dan Manfaat


 Memenuhi tugas Teori Ekonomi
 Menambah pengetahuan kami sebagai mahasiswa tentang Teori Perilaku Konsumen
dengan pendekatan kardinal dan ordinal.
 Melatih kemampuan menyusun makalah

2
Bab 2
Pembahasan

1. TEORI PERILAKU KONSUMEN


Teori merupakan sebuah landasan berpikir/ kerangka konseptual yang mendasari
seseorang memahami sebuah fenomena atau realita. Perilaku merupakan sebuah proses
bertindak yang nyata, yang ditunjukkan dan terwujud dapat dilihat dan dapat dipahami.
Konsumen merupakan individu atau kelompok yang melakukan kegiatan konsumsi dengan
mengurangi nilai guna barang atau jasa.

Teori Perilaku Konsumen adalah kerangka berpikir yang digunakan untuk memahami
proses dan tahapan tindakan yang dilakukan individu atau kelompok guna memanfaatkan
atau mengurangi nilai guna barang atau jasa.

Cara berfikir :

 Rasional = Melakukan konsumsi suatu barang atau jasa karena benar-benar


dibutuhkan. Melakukan konsumsi sesuai dengan kemampuan konsumen .
Melakukan konsumsi barang atau jasa secara optimal.
 Irasional = Melakukan konsumsi karena tergiur promo atau penawaran
produsen . Melakukan konsumsi atas dasar gengsi. Melakukan konsumsi di
luar kemampuan konsumen.

Faktor Perilaku Konsumen

1. Sosial, yakni terkait dengan keberadaan lingkungan sosial orang-orang terdekat


yang berada di lingkungan konsumen. Mereka inilah yang mempengaruhi perilaku
konsumsi seseorang.
2. Kultural, yaitu adat istiadat budaya yang ada di sekitar seseorang , punya pengaruh
besar terhadap perilaku konsumsi seseorang .

3
3. Personal, yakni terkait dengan aspek internal yang ada pada diri seseorang.
Misalnya terkait dengan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan ,pekerjaan dan lain
sebagainya.
4. Psikografis, yakni terkait dengan aspek psikologi seseorang, suka tidak suka, selera
dan pola hidup lainnya.

2. PENDEKATAN TEORI PERILAKU KONSUMEN


A. Pendekatan Guna Kardinal atau Pendekatan Guna Marginal
Klasik

Teori ini merupakan gabungan pendapat yang diajukan oleh ahli-ahli ekonomi
aliran Austria abad ke sembilan belas, seperti Heinrich Gossen (1854), Stanley Jevons
(1871) dan Leon Walres (1894). Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu
barang tergantung dari subyek yang memberikan penilaian. Jadi suatu barang baru
mempunyai arti bagi seorang konsumen apabila barang tersebut mempunyai dayaguna
baginya. Besarnya dayaguna tergantung dari konsumen bersangkutan. Besar kecilnya
utilitas yang dicapai oleh seorang konsumen tergantung dari jenis barang atau jasa dan
jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

Kata utilitas berasal dari bahasa inggris yaitu utility. Utilitas memiliki satuan yang
disebut util. Utilitas yang diperoleh dari konsumen dalam mengonsumsi dapat berupa
utilitas total (total utility) dan utilitas marjinal (marginal utility). Dalam pendekatan ini,
digunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal Utility (MU). Marginal Utility adalah
tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi tambahan satu unit produk/barang.
Setiap orang berusaha untuk memaksimalkan kepuasan dari mengkonsumsi barang. Untuk
mengkonsumsi satu jenis barang, maka kepuasan maksimum dapat dicapai pada saat nilai
guna total (TU) mencapai maksimum. Untuk memahami penerapan pendekatan
utilitas kardinal ini, misalnya setelah berolahraga, Anda akan merasa haus. Untuk
menghilangkan rasa haus tersebut, Anda memutuskan untuk meminum air dalam gelas.
Kali pertama Anda meminum satu gelas air,Anda akan mendapatkan tingkat utilitas atau

4
utilitas tertentu. Selanjutnya, Anda meminum air dalam gelas yang kedua. Dengan
mengonsumsi air dalam gelas kedua, total utilitas Anda akan meningkat karena air dalam
gelas kedua memberikan tambahan utilitas.

Demikian juga, jika Anda memutuskan untuk meminum air dalam gelas ketiga, nilai
total utility akan bertambah karena air dalam gelas ketiga memberikan tambahan utilitas.
Tambahan utilitas ini disebut utilitas marjinal atau marginal utility . Sejalan
dengan hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal
utility), semakin banyak Anda mengonsumsi air, utilitas tambahan yang
diperoleh dari mengonsumsi air tersebut semakin berkurang. Konsep inilah yang disebut
dengan Hukum Gossen I. Hukum Gossen pertama merupakan generalisasi dari fakta
berdasarkan pegalaman jika pemuasan keperluan terhadap suatu jenis benda tertentu
dilakukan terus-menerus, kenikmatannya akan terus menerus berkurang sampai akhirnya
mencapai suatu kejenuhan. Dengan demikian kenikmatan benda yang dikonsumsi terakhir
merupakan kenikmatan marginal.

Hukum Gossen kedua merupakan hukum ekonomi murni. Hukum Gossen 2


berbunyi bahwa manusia akan berusaha memenuhi bermacam-macam kebutuhannya
sedapat-dapatnya sampai pada tingkat intensitas yang sama. Hukum Gossen 2 disebut juga
hukum guna horizontal karena membahas pemuasan terhadap berbagai macam barang,
sedangkan Hukum Gossen 1 disebut hukum guna vertical karena hanya membahas
pemuasan satu macam barang. Konsumen akan berada dalam keseimbangan dan mencapai
kepuasaan maksimal jika dalam pembelanjaan anggaran yang dimilikinya, kepuasan
marginal yang dicapai satuan uangnya adalah sama. Jika tidak demikian halnya, maka
dengan pengaturan pembelanjaannya konsumen akan mencapai batas kepuasan yang lebih
tinggi. Hal itu harus dilakukan terus sampai tidak dimungkinkan pengaturan yang lebih
menguntungkan lagi. Dengan demikian kepuasan yang dicapai adalah maksimal, hal mana
tak akan terjadi pada penyamarataan kepuasan marginal dalam pembelanjaan uang. Hukum
Gossen Kedua juga sering dirumuskan sebagai ketetapan perbandingan antara kepuasan
marginal dari benda-benda yang dikonsumsi.

5
1. Asumsi Yang Digunakan Dalam Pendekatan Kardinal
a) Kepuasan yang dapat diukur dengan satuan ukur.
b) Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya
dengan batasan pendapatannya.
c) The Law Of Diminishing Marginal Utility atau Hukum Guna Batas Yang Menurun
(oleh Herman Heinrich Gossen : 1810 – 1858 di Jerman), artinya tambahan utilitas
yang diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari
komoditas tersebut.
d) Pendapatan konsumen tetap.
e) Constant marginal utility of money, artinya uang mempunyai nilai subjektif yang
tetap
f) Total utility adalah additive dan independent. Additive artinya daya guna dari
sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang
dikonsumsi.
Misalnya : U = f (X1, X2,…….., Xn) maka
U = U1 (X1) + U2 (X2) + … Un (Xn)
Sedangkan independent mengandung pengertian bahwa daya guna X1 tidak dipengaruhi
oleh Tindakan mengkonsumsi barang X2, X3 …Xn dan sebaliknya. Apabila hanya ada satu
barang yang dikonsumsi maka :
TU = f (X)
Atas dasar fungsi Total Utility diatas maka Marginal Utility :
MU = dTU/Dx

Kurva Total Utility (TU) dan Marginal Utility (MU) terhadap suatu barang

6
TU Titik jenuh

Qx

MUx

MUx
Qx

Fungsi utilitas pada gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin banyak barang X
yang dibeli maka semakin tinggi tingkat kepuasan, namun sampai mencapai titik
maksimum, tambahan barang X yang dikonsumsi oleh konsumen justru akan menurunkan
kepuasan konsumen, hal ini sesuai dengan Hukum Gossen I yang dijelaskan di atas.

Tabel 1. Contoh kasus. Marginal Utiliti, Total utility, dan Avarage Utiliti seorang
konsumen dalam mengkonsumsi air minum.

Gelas ke-n MUn TUn AUn


0 0 0 0
1 9 9 9
2 7 16 8
3 6 22 7.3
4 5 27 6.75
5 4 31 6.2

7
6 3 34 5.66
7 2 36 5.14
8 1 37 4.625
9 0 37 4.1
10 -1 36 3.6

2. Hubungan Marginal Utiliti (MU), Total Utiliti (TU), dan Avarage Utiliti
(AU)
1. Cara menentukan Total Utility (TU)
a) Jika MU diketahui :
TUn = MU1 + MU2 + … + MUn
TU4 = 9 + 7 + 6 + 5
TU4 = 27
b) Jika AU diketahui :
TUn = AUn x n
TU4 = 6.75 x 3
TU4 = 27
2. Cara menetukan AU (Avarage Utiliti)
a) Jika TU diketahui :
AUn = TUn : n
AU4 = TU4 : 4
AU4 = 27 : 4
AU4 = 6.75
b) Jika MU diketahui :
AUn = MU1 + MU2 + MU3 + … +MUn / n
AU4 = MU1 + MU2 + MU3 + MU4
AU4 = (9 + 7 + 6 + 5) / 4
AU4 = 27/4
AU4 = 6.75

8
3. Cara menetukan MU (Marginal Utiliti)
a) Jika TU diketahui :
MUn = TUn – TUn-1
MU4 = TU4 – TU3 (TU4 -1)
MU4 = 27 – 22
MU4 = 5
b) Jika AU diketahui :
MUn = (AUn) x (n) – (AUn) – (1) x (n – 1)
MU4 = (AU4) x (4) – (AU4 – 1) x (4 – 1)
MU4 = (AU4) x (4) – (AU3) x (3)
MU4 = (6.75) x (4) – (7.3) x (3)
MU4 = 27 – 22
MU4 = 5

3. Titik Jenuh Konsumsi Konsumen

Titik jenuh konsumsi konsumen dapat tercapai ketika seorang konsumen


mengkonsumsi satuan unit yang mempunyai nilai guna marginal sama dengan nol (MU =
0) atau saat konsumen mengkonsumsi satuan unit yang pertama kali menghasilkan tanda
negatif. (Pada tabel 1. Titik jenuh konsumsi air minum terdapat pada gelas ke 9).

Seorang konsumen yang berpikir secara rasional tidak akan melakukan kegiatan
konsumsi lagi terhadap satu macam barang dengan kuantitas lebih dari kuantitas unit yang
menghasilkan MU = 0 atau tidak akan melakukan konsumsi barang dengan kuantitas yang
menghasilkan MU tanda negatif (-).

4. Pemaksimuman Nilai Guna

Salah satu pemisalan penting dalam teori ekonomi adalah setiap orang akan
berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya. Syarat
pemaksimuman nilai guna adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit
tambahan berbagai jenis barangakan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya.

9
Tingkat Kepuasan Maksimum akan tercapai pada waktu nilai guna total (Total Utility)
mencapai tingkat maksimum. Prinsip kesamaan marginal ini disebut dengan Hukum
Gossen II = Equimarginal Principle

5. Eqiulibrium Konsumen Pada Hukum Gossen II

Tujuan seorang konsumen yang rasional adalah memaksimalkan utility atau


kepuasan yang diperoleh dari penggunaan pendapatannya. Tujuan ini tercapai atau dapat
dikatakan berada dalam kondisi equilibrium ketika : konsumen menggunakan
pendapatannya menurut cara yang sedemikian rupa sehingga utiliti atau kepuasan dari
rupiah terakhir yang dibelanjakan pada berbagai komoditi adalah sama.

Syarat Equilibrium Konsumen Dari Hukum Gossen II

 Tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi


barang.
 MUx/Px = MUy/Py =… = MUn/Pn
Px . Qx + Py . Qy + … + Pn . Qn = M
MU : Marginal Utility
P : Price / Harga
M : Pendapatan Konsumen
 Atau MU barang A / Harga barang A = MU barang B / Harga barang B
 (Harga barang A x Jumlah barang A) + (Harga barang B x Jumlah barang B) =
Pendapatan Konsumen

Contoh Kasus :

1. Seorang konsumen mengkonsumsi dua macam barang, yaitu barang X dan barang
Y. Harga barang X per unit (Px) adalah Rp. 2 dan harga barang Y per unit (Py)
adalah Rp. 1. Anggaran yang akan digunakan kosumen untuk membeli kedua
macam barang tersebut adalah Rp. 12. Tingkat Kepuasan Marginal (MU) dalam
mengkonsumsi barang X dan barang Y dapat dilihat pada table dibawah :

10
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8
Marginal Utiliti 16 14 12 10 8 6 4 2
Barang X (MUx)
Marginal Utiliti 11 10 9 8 7 6 5 4
Barang Y (MUy)

Pertanyaannya :

a) Tentukan berapa banyak barang X dan barang Y yang harus dikonsumsi oleh
konsumen tersebut agar dicapai kepuasan yang maksimum (kondisi keseimbangan
konsumen).
b) Jika harga barang X turun dari Rp. 2 menjadi Rp. 1, dan harga barang Y tetap maka
: tentukan kondisi keseimbangan yang baru, dan gambarkan kurva permintaan
terhadap barang X.

Jawab :

a)

Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8
Marginal Utiliti 16 14 12 10 8 6 4 2
Barang X (MUx)
Marginal Utiliti 11 10 9 8 7 6 5 4
Barang Y (MUy)

Px = Rp. 2, Py = Rp. 1 dan M = Rp. 12

Berdasarkan keadaan di atas maka dua kondisi equilibrium konsumen secara serentak dapat
dipenuhi :

𝑀𝑈𝑥 𝑀𝑈𝑦
1) =
𝑃𝑥 𝑃𝑦

2) Px.Qx + Py.Qy = M atau Rp. 2 . 3 unit barang X = Rp. 1 . 6 barang Y.

11
Jadi equilibrium konsumen akan tercapai ketika mengkonsumsi 3 unit barang X dan 6 unit
barang Y, dimana total keseluruhan utility adalah 93.

b)

Jika harga barang X turun menjadi Rp. 1 dan harga barang Y tetap Rp. 2, maka kondisi
keseimbangan baru adalah sebagai berikut :

Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8
Marginal Utiliti 16 14 12 10 8 6 4 2
Barang X (MUx)
Marginal Utiliti 12 11 10 9 8 6 5 4
Barang Y (MUy)
Px = Rp. 1, Py = Rp. 1 dan M = Rp. 12

Berdasarkan keadaan diatas maka kondisi equilibrium yang baru diakibatkan karena
penurunan harga barang X, dapat dipenuhi sebagai berikut :

𝑀𝑈𝑥 𝑀𝑈𝑦
1) = atau 6/1 = 6/1
𝑃𝑥 𝑃𝑦

2) Px.Qx + Py.Qy = M atau Rp. 1 . 6 unit barang X = Rp. 1 . 6 barang Y.

Jadi equilibrium konsumen akan tercapai ketika mengkonsumsi 6 unit barang X dan 6 unit
barang Y, dimana total keseluruhan utility adalah 117.

Kurva Permintaa Barang X

Px

a
2

b
1
Dx

3 6 Qx

12
Elastisitas = - (∆𝑄/∆𝑃) × ((𝑃𝑎 + 𝑃𝑏)/(𝑄𝑎 + 𝑄𝑏))

Elastisitas dX = - (3/1) x (3/9) = 1 (Unitery) artinya : Perubahan harga barang X dari Rp. 2
menjadi Rp. 1 akan membuat jumlah barang Y yang diminta oleh konsumen tetap tidak
berubah yaitu 6 unit.

2. Seorang konsumen mengkonsumsi dua macam barang, yaitu barang X dan barang
Y. Harga barang X per unit (Px) adalah Rp. 2 dan harga barang Y per unit (Py)
adalah Rp. 1. Anggaran yang tersedia untuk membeli kedua macam barang tersebut
adalah Rp. 24. Tingkat Kepuasan Marjinal (MU) dalam mengkonsumsi sejumlah
barang X dan barang Y dapat dilihat pada tabel berikut :

Kuantitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
MU X 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4
MU Y 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6

Pertanyaan:

a. Tentukan berapa banyak barang X dan barang Y yang harus dikonsumsi oleh konsumen
tersebut agar dicapai kepuasan yang maksimum (kondisi keseimbangan konsumen).

b. Jika harga barang X turun dari Rp. 2 menjadi Rp. 1, dan harga barang Y tetap maka :
tentukan kondisi keseimbangan yang baru, dan gambarkan kurva permintaan terhadap
barang X.

Jawab :

Diketahui : Px = Rp. 2

Py = Rp.1

13
M = Rp. 16

Kuantitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
MU X 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4
MU Y 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6

𝑀𝑈𝑥 𝑀𝑈𝑦
1. =
𝑃𝑥 𝑃𝑦
16 8
=
2 1

2. Px . Qx + Py . Qy = M atau Rp.2 x 4 unit barang X = 1 x 8 unit barang Y .


Jadi ekuilibrium konsumen tercapai ketika mengkonsumsi 4 unit barang X
dan 8 unit barang Y dimana total keseluruhan utility yang di capai adalah
168 util.
a) Jika harga barang X turun menjadi Rp. 1 dan harga barang Y tetap, maka kondisi
keseimbangan yang baru adalah :

Kuantitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
MU X 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4
MU Y 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6

𝑀𝑈𝑥 𝑀𝑈𝑦
1. =
𝑃𝑥 𝑃𝑦
8 8
=
1 1

2. Px . Qx + Py . Qy = M atau Rp.1 x 8 unit barang X = 1 x 8 unit barang Y .


Jadi ekuilibrium konsumen tercapai ketika mengkonsumsi 8 unit barang X
dan 8 unit barang Y dimana total keseluruhan utility yang di capai adalah
212 util.

14
Px

a
2

b
1

dx

4 8 Qx

6. Kelemahan Dan Kritik Terhadap Pendekatan Kardinal


 Sifat subjektif dari daya guna dan tidak adanya alat ukur yang tepat dan sesuai,
maksudnya asumsi dasar bahwa kepuasan konsumen dapat diukur dengan satuan
rupiah atau util penerapannya akan sulit dilakukan. Di samping itu, nilai dari daya
guna suatu barang sangat bergantung pada penilainya, sehingga akan sulit untuk
membuat generalisasi dari analisis seseorang atau sekelompok orang.
 Constant marginal utility of money. Biasanya makin banyak seseorang memiliki
uang maka penilaian terhadap satuan uang itu makin rendah. Oleh sebab itu, nilai
uang yang tetap masih diragukan.
 Diminishing marginal utility sangat sulit diterima sebagai aksioma, sebab
penilaiannya dari segi psikologis yang sangat sukar.

B. Pendekatan Guna Ordinal (Ordinal Utility Approach )


Salah satu implikasi dari teori pendekatan kardinal adalah bahwa permintaan suatu
barang baru dapat disusun apabila kita mampu mengukur besarnya daya guna dari
masing-masing barang yang kita konsumsikan.
Pendekatan ordinal digunakan karena pendekatan kardinal memiliki beberapa
kelemahan antara lain karena pendekatan kardinal bersifat subjektif dalam penentuan
nilai guna total dan nilai guna marginal, sebagian besar ekonomi saat ini menolak

15
pendekatan cardinal yang hanya membahas konsumsi barang-barang sederhana
pendekatan ordinal membuat peringkat atau urutan-urutan kombinasi barang yang
dikonsumsi. Dalam pendekatan ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur,
cukup diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna
yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Pendekatan ordinal mengukur
kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif). Maksimisasi kepuasan konsumen
dibatasi garis anggaran (budget line).

Dalam pendekatan ini digunakan anggapan:

(a) konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang-barang konsumsi ( misalnya


barang X dan Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk peta kurve kepuasan sama (
Indifference Curve Map) atau kumpulan dari kurve kepuasan sama;

(b) konsumen mempunyai jumlah uang tertentu (= pendapatan tertentu) ; dan

(c) konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.

1. Asumsi pendekatan ordinal


a) Konsumen rasional;
b) Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya daya guna;
c) Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
d) Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum;
e) Konsumen konsisten, artinya bila A lebih dipilih dari pada B karena A lebih disukai
dari pada B, dan tidak berlaku sebaliknya B lebih disukai dari pada A;
f) Berlaku hukum transitif, artinya bila A lebih disukai dari pada B, dan B lebih
disukai dari pada C, maka A lebih disukai dari pada C.

Namun, asumsi utama yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu “ Kepuasan
seseorang tidak dapat diukur tingkat kepuasannya namun bersifat ordinal yakni
dapat diperbandingkan dan dapat disusun dalam bentuk rangking atau urutan
tinggi rendahnya kepuasan.”

16
Tingkat kepuasan konsumen diukur dengan kurva indiferens (kurva yang
dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).

2. Kurva Indeferens (Indifference Curve)


Kurva indeferens adalah kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi
dari sejumlah barang tertentu yang dikonsumsi dan memberikan tingkat
kepuasan yang sama, atau keadaan dimana konsumen berada dalam keadaan
indeferens dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang.
a) Ciri-ciri kurva indeferens yaitu :
 Mempunyai kemiringan yang negative (konsumen akan mengurangi
konsumsi suatu barang bila menambah jumlah barang lain yang
dikonsumsi). Hal ini berarti bahwa bila konsumsi suatu jenis barang
ditambah maka konsumsi barang lain harus dikurangi. Bentuk ektrim dari
kurva indiferen adalah sejajar sumbu vertikal dan sejajar sumbu horizontal
 Cembung ke arah titik origin (titik nol), menunjukan adanya perbedaan
proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah
masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution).
 Tidak saling berpotongan, untuk memenuhi asumsi transitivitas (konsistensi
prefensi).
b) Bentuk Kurva Indeferens

Qy


IC

0 Qx

17
 Turun dari kiri atas ke kanan bawah; Implikasinya antar-barang harus
terjadi trade off atau saling meniadakan.

Quantit
y of X

Indefference
Curve

Quantit
y of Y

 Cembung kearah titik origin


Disebabkan oleh adanya MRS (Marginal Rate of Substitution). Mrs
adalah kesediaan konsumen untuk melepaskan satu satuan barang X
untuk mendapatkan satu satuan barang Y dengan tingkat kepuasan yang
sama.
∆𝑦 ∆𝑥
MRSyx = - MRSxy = -
∆𝑥 ∆𝑦

Contoh :

Qx Qy MRSyx MRSxy

2 70 --- ---

18
3 45 25 0,04

5 25 10 0,1

Combination A,C & B

70Y + 2X = 45Y+ 3X = 25Y + 5X

A
7 
0

C
4 
5 B
2 
5

0 2 3 4 5 X

 Indefference curve tidak saling berpotongan.


Hal ini berlaku asas transitif di atas. Maisng-masing kurva indeferens
menunjukan tingkat kepuasan masing-masing.

Quantit
y of X

B

 𝐼2
A C
 𝐼1

0 Quantit
19
y of Y
Dua buah kurva indiferen tidak dapat saling berpotongan. Apabila dua kurva
indiferen berpotongan maka satu titik dalam kurva indiferen menunjukkan
dua tingkat kepuasan.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan kurva indiferen I1 berpotongan


dengan kurva indiferen I2 pada titik C. Kepuasan di titik A sama dengan
kepuasan dititik C, demikian juga kepuasan dititik B sama dengan kepuasan
dititik C, sedangkan kepuasan dititik A lebih besar dari dititik C karena
kurva indiferen I2 lebih besar dari I1. Keadaan ini tidak mungkin terjadi
karena pada titik yang sama (titik C) kepuasan yang diterima konsumen
berbeda.

 Indefference Curve yang lebih tinggi lebih disukai oleh konsumen rasional
dari pada kurva yang lebih rendah.

Quanti
ty of X

C2

C1

Quanti
ty of Y

c) Kurva indeferens ekstrim

20
1) Substitusi Sempurna
Substitusi sempurna adalah dua barang dimana tingkat substitusi marjinal
satu barang untuk barang lainnya adalah tetap. Pada umumnya, kita
mengatakan bahwa dua barang merupakan substitusi sempurna (Perfect
Substitutes) bila tingkat substitusi marjinal satu barangnya untuk yang
lainnya adalah konstan. Akaurva indeferens yang menggambarkan pilihan
situasi tukar-menukar antara konsumsi barang-barang tersebut berupa garis
lurus serta kemiringan kurva tidak harus -1. Contoh, misalnya bahwa
memori chip berkapasitas 16gigabyte adalah sama dengan dua chip
berkapasitas 8gigabyte karena gabungan dari keduanya mempunyai
kapasitas yang sama.

Dua barang dengan kurva indeferens yang berbentuk garis lurus disebut
sebagai Perfect Substitutes. Dalam substitusi sempurna, tingkat substitusi
marjinalnya (MRS) adalah konstan, dikarenakan kurva IC berbentuk garis
lurus.

Nickels

Dimes
0 1 2 3

21
 Dua jenis barang yang mempunyai sifat perfect substitution
akan selalu mempunyai MRS yang sama.
 Indifference curve akan berbentuk garis lurus.
 Pada gambar di atas, 2 nickel (uang 5 sen ) akan
menggantikan 1 dimes ( uang 10 sen)
2) Substitusi Komplemen
Pada kondisi barang pelengkap/komplementer sempurna, pilihan yang
optimal harus selalu terletak secara diagonal,dimana konsumen adalah
pembeli dalam jumlah yang sama dari kedua barang, tidak peduli berapa
harganya. Contoh,misalnya sepasang sepatu kiri dan kanan adalah bahan
pelengkap yang sempurna.
Komplemen sempurna, dua barang dimana MRSnya tidak terbatas. Dalam
substitusi komplemen kuurva indeferensnya berbentuk siku-siku

Left shoes

7  𝐼2

5   𝐼1

Right shoes
0 5 7

Dua jenis barang yang mempunyai sifat perfect komplemen akan


mempunyai kurva idifference yang berbentuk letter L, segitiga
siku-siku.

22
Contoh sepatu kanan dan sepatu kiri.
(5,5) (5,7) dan (7,5) akan memberikan kepuasan yang sama.

d) Indefference Curve Map


Indefference curve map atau peta kurva indeferen adalah mewakili seluruh
rangkaian kurva indeferen konsumen, dimana setiap kurva menawarkan
tingkat utulitas yang berbeda kepada konsumen. Semakin tinggi/lebih ke
kanan kurva indeferens terletak, maka semakin besar tingkat utulitas yang
ditawarkan bundle representatifnya. Karena asumsi transitivitas, kurva
indeferens untuk konsumen tertentu tidak akan pernah bisa saling bersilangan.
Asumsi ini menyatakan bahwa jika setiap titik pada I2 lebih disukai dari setiap
titik pada I1,dan setiap titik pada I3 lebih disukai untuk setiap titik pada
I2,maka setiap titik pada I3 lebih disukai dari pada setiap titik pada I1

𝐼3
𝐼2
𝐼1

e) Slope Indefference Curve


Slope atau kemiringan indifference curve (IC) dapat diturunkan dari fungsi
utulitasnya.
Apabila U = f(X,Y) maka slope IC dapat diperoleh sebagai berikut :
Turunan totalnya menjadi :

23
𝑑𝑈 𝑑𝑈
𝑑𝑈 0 = Dx (𝑑𝑋 ) + Dy ( 𝑑𝑌 )

Sehingga dapat disederhanakan menjadi :

𝑑𝑈 0 = dX𝑀𝑈𝑥 + dY𝑀𝑈𝑦

Syaratnya 𝑑𝑈 0 = 0 , maka :

𝑑𝑌 𝑀𝑈𝑥
− 𝑑𝑋 𝑀𝑈𝑦

Jadi, yang merupakan slope dari IC adalah

𝑀𝑈𝑥
𝑀𝑈𝑦

analisis slope dari IC ini sangat penting karena menunjukan bagaimana suatu
barang bisa digantikan (substitusi) dengan barang lain sementara kepuasan
tetap dijaga konstan.

f) Marginal Rate Of Substitution (MRS)

Marginal Rate of Substitusion (𝑀𝑅𝑆𝑥,𝑦 ) adalah banyaknya barang 2 (sumbu Y)


yang dikorbankan untuk memperoleh satu unit barang 1(sumbu x) namun tingkat
kepuasannya masih sama. MRS merupakan nilai negatif dari slope garis singgung
kurva indeferen pada bundle tersebut. MRS mempunyai properti diminishing
marginal rate of substitusion (nilai MRS yang makin menurun) artinya jumlah
barang (2) yang dikorbankan untuk menambah konsumsi barang lain (1) agar

24
kepuasannya tetap semakin lama semakin kecil ketika konsumsi barang (1) semakin
banyak.

Tingkat substitusi marginal adalah besarnya pengorbanan/pengurangan jumlah


konsumsi barang yang satu untuk menaikkan konsumsi satu satuan barang lainnya,
dengan tetap mempertahankan tingkat kepuasannya Slope IC ini dikenal dengan
istilah MRS. Secara matematis, tingkat substitusi marginal (marginal rate of
substitution) dari X untuk Y adalah :

𝑑𝑌 𝑀𝑈𝑥
𝑀𝑅𝑆𝑌𝑋 = 𝑑𝑋 = 𝑀𝑈𝑦

Dengan persamaan diatas, MRS akan sama dengan nol apabila Marginal Utility
sama dengan nol.
Misalnya 𝑀𝑅𝑆𝑌𝑋 = 2
Berarti untuk menambah satu unit barang X harus mengorbankan 2 unit barang Y.
Nilai MRS makin lama makin kecil.

3. Garis Anggaran (Budget Line)


Garis anggaran adalah garis yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua
macam barang yang berbeda yang dapat dibeli konsumen dengan pendapatan
tertentu. Keterbatasan pendapatan konsumen digambarkan dengan Budget Line.
Budget Line menunjukkan jumlah maksimum dua jenis barang X dan Y yang
dapat dibeli dengan pendapatan tertentu.
Kita dapat menurunkan budget line dari persamaan pendapatan, seperti berikut
ini :
I = X.𝑃𝑥 + 𝑌. 𝑃𝑦

I - X.𝑃𝑥 = 𝑌 . 𝑃𝑦

𝐼 𝑋.𝑃𝑥
− =Y
𝑃𝑦 𝑃𝑦

25
𝐼 𝑃𝑥
𝑌= −
𝑃𝑦 𝑃𝑦

 Batasan Anggaran ( The Budget Constraint )

“Seseorang tidak bisa membeli semua consuption bundle karena terbatas


jumlah uang yang dimiliki “ Inilah budget Constraint

Batasan anggaran mengacu pada batasan yang dikenakan pada pilihan rumah
tangga berdasarkan pendapatan, kekayaan, dan harga produk. Kumpulan pilihan
atau kumpulan peluang adalah kumpulan opsi yang ditentukan oleh batasan
anggaran. Batasan anggaran memisahkan kombinasi barang dan jasa yang tersedia,
dengan pendapatan terbatas, dari yang tidak. Kombinasi yang tersedia membentuk
rangkaian peluang.

Apabila pendapatan konsumen dialokasikan membeli dua jenis barang, X dan


Y, maka persamaan pendapatan konsumen dapat ditulis:

I = X.𝑷𝒙 + Y. 𝑷𝒚

dimana I = Pendapatan Konsumen

X = Jumlah barang yang dibeli


Y = Jumlah barang Y yang dibeli
𝑃𝑥 = Harga barang X
𝑃𝑦 = Harga barang Y

Good Y

𝐼 𝐼 𝑃𝑥
Y=𝑃 − 𝑃𝑦
𝑃𝑦 𝑦

𝑃𝑥
-
∆𝑌 𝑃𝑦

𝑌1 ∆𝑋
𝑌0 26

0 𝑋1 𝑋𝑜 Good X
- Intersep Y dari BL menunjukkan sejumlah barang Y yang dapat dibeli ketika semua
𝐼
pendapatan dibelanjakan untuk Y . 𝑃
𝑦

𝑃𝑥
- Slope dari persamaan budget line adalah rasio dari harga tersebut . -
𝑃𝑦

A. Sifat Garis Anggaran


 Titik –titik disepanjang garis anggaran merupakan kombinasi barang
yang menghabiskan seluruh anggaran rumah tangga .
 Titik-titik di luar garis anggaran merupakan kombinasi barang yang
tidak bisa dicapai oleh rumah tangga, dengan anggaran yang ada.
 Titik-titik di dalam garis merupakan kombinasi barang yang tidak
menghabiskan anggaran rumah tangga.

B. Pergerseran Garis Anggaran


 Perubahan Pendapatan nasional
Jika income RT turun, (harga barang-barang tetap ), BL bergeser ke
kiri (garis isocos𝑡2 )
Jika Income RT naik (harga barang-barang tetap ), BL bergeser ke
kanan ( garis isocos𝑡1 )
 Perubahan Proporsional semua harga nominal
Jika harga kedua barang menigkat dua kali, ceteris paribus , BL
bergeser ke kiri sejajar dengan garis semula (garis isocos𝑡2 )
Jika harga kedua barang turun menjadi separuhnya, maka BL bergeser
ke kanan (garis isocos𝑡1 )
 Perubahan harga relatif

27
Harga absolut/ harga barang; jumlah uang yang dibelanjakan untuk
memperoleh satu unit dari barang itu. Harga relatif ialah rasio dari
dua harga absolut.
Perubahan harga relatif (perubahan salah satu harga dengan anggapan
harga lainnya tetap/perubahan kedua harga mutlak dengan proporsi
yang berbeda) akan mengubah kemiringan garis anggaran
 Perubahan pendapaan riil
Pendapatan nominal adalah pendapatan yang diukur dengan unit
moneter per periode waktu.
Pendapatan riil adalah daya beli dari pendapatan nominal (kuantitas
barang/jasa yang dapat dibeli dengan pendapatan nominalnya ).
Jika I riil naik, BL bergeser ke luar (rotasi ke luar )
Jika riil I turun, BL bergeser ke dalam (rotasi ke dalam )

C. Efek Perubahan Harga Relatif


 Efek substitusi dan Pendapatan
Efek pilihan RT karena perubahan harga relatif di klasifikasi
menjadi 2 yaitu
- Efek substitusi : mengukur reaksi terhadap perubahan harga relatif
ketika daya beli pendapatan tetap konstan .
- Efek Pendapatan : mengukur reaksi terhadap perubahan daya beli
ketika harga relatif tetap konstan .

Y Y
Kenaikan pendapatan Penurunan

akan menggeser BL pendapatan akan

sejajar ke kanan menggeser BL sejajar


ke kiri

X X
28
Y Y
Jika harga Y naik Jika Y tetap dan X
dan X tetap , maka naik, maka BL
BL berputas dengan berputar dengan
sumbu Y sumbu X

X X

Contoh soal perhitungan garis anggaran

1. Jika dana yang dimiliki konsumen untuk konsumsi dua barang adalah Rp. 400.000,-
sedangkan harga barang X adalah Rp.30.000,- dan harga barang Y adalah
Rp.10.000,- maka hitunglah fungsi anggarannya.

Penyelesaian :

𝑰 𝑷
Rumus fungsi garis anggaran : Y = – ( 𝑿) X
𝑷𝒀 𝑷𝒀

Diketahui : I = 400 rb

𝑃𝑋 = 30 rb

𝑃𝑌 = 10 rb

Sehingga fungsi garis anggarannya adalah

29
400 30
Y= – (10) X
10

Y = 40 – 3X

 Mencari nilai Y dengan mensubstitusikan X=0 :

Y = 40 – 3(0)

Y = 40

Jadi, titik akhir 1 adalah (40,0)

 Membuat titik 2 dengan mensubstitusikan Y=0 ke fungsi budget line

Y = 40 – 3X

0 = 40 – 3X

40
X= 3

X = 13,33

Jadi, titik akhir 2 adalah (0,(13,33))

Grafik garis anggaran untuk Y = 40-3X

Y
40 
Y = 40-3X


0 13,33
X

30
2. Jika, harga harga barang P naik tiga kali dan anggarannya tetap, Hitunglah fungsi
anggarannya .

Penyelesaian :

Diketahui : I = 400 rb

𝑃𝑋 = 30 x 3 = 90 rb

𝑃𝑌 = 10 x 3 = 30 rb

Sehingga fungsi garis anggarannya setelah harga barang naik tiga kali lipat adalah :

𝑰 𝑷
Y= – ( 𝑿) X
𝑷𝒀 𝑷𝒀

400 90
Y= – (30) X
30

Y = 13,33 – 3X

 Mencari nilai Y dengan mensubstitusikan X=0 :

Y = 13,33 – 3(0)

Y = 13,33

Jadi, titik akhir adalah ((13,33),0)

 Membuat titik 2 dengan mensubstitusikan Y=0 ke fungsi budget line

Y = 13,33 – 3X

0 = 13,33– 3X

13,33
X= 3

X = 4,44

31
Jadi, titik akhir adalah (0,(4,44))

3. Jika anggaran naik menjadi tiga kali tiga kali lipat dan harga barang tetap maka
hitunglah fungsi garis anggarannya.

Penyelesaian :

Diketahui : I = 400 x 3 = 1,200 rb

𝑃𝑋 = 30 rb

𝑃𝑌 = 10 rb

Sehingga fungsi budget line setelah anggaran naik tiga kali adalah

𝑰 𝑷
Y= – ( 𝑿) X
𝑷𝒀 𝑷𝒀

1.200 30
Y= – (10) X
10

Y = 120 – 3 X

 Mencari nilai Y dengan mensubstitusikan X=0 :

Y = = 120 – 3 (0)

Y = 120

Jadi, titik akhir adalah (120,0)

 Membuat titik 2 dengan mensubstitusikan Y=0 ke fungsi budget line


Y = 120 – 3X
0 = 120– 3
120
X= 3

X = 40
Jadi, titik akhir adalah (0,40)

32
GRAFIK ANGGARAN (BUDGET LINE)

120

40

13,3
3

0 4,44 13,33 40
X

4. Keseimbangan Konsumen

Keseimbangan konsumen akan digambarkan dengan persinggungan antara Budget Line dan
Indifference Curve
Persinggungan antara budget line dan Indifference curve akan menggambarkan kombinasi
barang yang diinginkan konsumen , berarti dicapai kepuasan maksimum

33
Quantity of Cendol Quantity of Cendol
Pendapatan = 25.000 Pendapatan = 25.000

5 Cendol = 5 5 Cendol = 5

Es kelapa = 10 Es kelapa = 5
4 4

3 3

2 2

1 1
Quantity of Quantity of

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Es Kelapa 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Es Kelapa

Quantity of Cendol
Pendapatan = 10.000

5 Cendol = 5

Es kelapa = 10
4

1
Quantity of

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Es Kelapa

34
Contoh soal :

Ani membeli 2 barang : Makanan (F) dan Pakaian (C) dengan fungsi utilitynya U = FC.
Harga makanan pada saat ini adalah $20 dan harga pakaian adalah $40 . Ani ingin
mencapai utility 200

Diminta :

1. Gambarlah Indifference Curve U= 200


2. Gambar Budget Line : I = $640 ; $ 800 dan I = $1.000
3. Tentukan titik optimumnya
a. Berapa konsumsi F
b. Berapa konsumsi C ?
c. Berapa pendapatan minimal untuk mencapai utility : U=200 tersebut ?
4. Tentukanlah konsumsi optimum dengan menggunakan perhitungan persamaan
analisis perilaku konsumen.

Jawab :

1. U= FC

FC = 200

F 10 20 25 40 50
C 20 10 8 5 4

35
20 

15


10

u = 200

5

0 10 20 30 40 50

2. 𝑃𝑓 = 20
𝑃𝑐 = 40
I = 𝑃𝑓 F + 𝑃𝑐 C

20 

I = 640
15 F o 32
C 16 0


10 
u = 200

5 

0 10 20 30 40 50
36
20 
I = 800

15 F o 40
C 20 0


10

u = 200

5 

0 10 20 30 40 50

20  I = 1000
F o 40
15 C 25 0


10

u = 200

5 

0 10 20 30 40 50

37
3. Konsumsi Optimal
F= 20 C=10 U= FC
M𝑈𝑓 = C dan 𝑀𝑈 𝑐 = F
𝑀𝑈𝑓 𝑃𝑓 𝐶 20
Kondisi Optimal : = = → F= 2c
𝑀𝑈𝑐 𝑃𝑐 𝐹 40
𝐶 20
= → F= 2c
𝐹 40

U= 200 FC =200
2𝐶 2 = 200 → C= 10; F= 20
I = 𝑃𝑓 𝐹 + 𝑃𝑐 𝐶 = 20 × 20 + 40 × 10 =800
Pendapatan minimum untuk mencapai IC :U =200 a dalah $800

20 

15


10

u = 200

0 10 20 30 40 50

38
Bab 3
Penutup

A. Kesimpulan
Teori ini merupakan gabungan pendapat yang diajukan oleh ahli-ahli ekonomi
aliran Austria abad ke sembilan belas, seperti Heinrich Gossen , Stanley Jevons dan
Leon Walres . Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang
tergantung dari subyek yang memberikan penilaian. Jadi suatu barang baru
mempunyai arti bagi seorang konsumen apabila barang tersebut mempunyai
dayaguna baginya. Besarnya dayaguna tergantung dari konsumen bersangkutan.
Marginal Utility adalah tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi
tambahan satu unit produk/barang. Setiap orang berusaha untuk memaksimalkan
kepuasan dari mengkonsumsi barang. Untuk mengkonsumsi satu jenis barang, maka
kepuasan maksimum dapat dicapai pada saat nilai guna total mencapai maksimum.
Untuk memahami penerapan pendekatan utilitas kardinal ini, misalnya setelah
berolahraga, Anda akan merasa haus. Untuk menghilangkan rasa haus tersebut,
Anda memutuskan untuk meminum air dalam gelas. Kali pertama Anda meminum
satu gelas air,Anda akan mendapatkan tingkat utilitas atau utilitas tertentu.
Selanjutnya, Anda meminum air dalam gelas yang kedua. Konsep inilah yang
disebut dengan Hukum Gossen I. Hukum Gossen pertama merupakan generalisasi
dari fakta berdasarkan pegalaman jika pemuasan keperluan terhadap suatu jenis
benda tertentu dilakukan terus-menerus, kenikmatannya akan terus menerus
berkurang sampai akhirnya mencapai suatu kejenuhan. Dengan demikian
kenikmatan benda yang dikonsumsi terakhir merupakan kenikmatan marginal.

Hukum Gossen kedua merupakan hukum ekonomi murni. Hukum Gossen 2


berbunyi bahwa manusia akan berusaha memenuhi bermacam-macam
kebutuhannya sedapat-dapatnya sampai pada tingkat intensitas yang sama. Hukum
Gossen 2 disebut juga hukum guna horizontal karena membahas pemuasan terhadap
berbagai macam barang, sedangkan Hukum Gossen 1 disebut hukum guna vertical
karena hanya membahas pemuasan satu macam barang.

Salah satu implikasi dari teori pendekatan kardinal adalah bahwa permintaan suatu
barang baru dapat disusun apabila kita mampu mengukur besarnya dayaguna dari
masing-masing barang yang kita konsumsikan.

39
Dalam pendekatan ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup
diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang
diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Maksimisasi kepuasan
konsumen dibatasi garis anggaran .

40
B. Daftar Pustaka
1. TEORI PERILAKU KONSUMEN, Wifqi Azlia, ST., MT.
http://widhadyah.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/PE3_TEORI-PERILAKU-
KONSUMEN.pdf

2.http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/19839/BAB%20II.pdf?se
quence=6&isAllowed=y

3. MODUL 5 Teori Perilaku konsumen Navik Istikomah https://stie-igi.ac.id/wp-


content/uploads/2020/04/WISHMAN-SIREGARMODUL-5-PENGANTAR-
EKONOMI-MIKRO-RABU-15-APRIL-2020-20.00-21.30-.pdf

4. Cantika Maharani Siregar & Fiska Yolanda, Teori Konsumsi Pendekatan


Kardinal https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-
medan/pendidikan-ekonomi/makalah-teori-konsumsi-pendekatan-kardinal-
kelompok-4/13285677

5. EnhanceTuition https://www.youtube.com/watch?v=4RLEf70CDnw

6. Slope Positif https://www.youtube.com/watch?v=eKO2BFVybYQ

7. http://widhadyah.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/PE3_TEORI-PERILAKU-
KONSUMEN.pdf

8. Teori perilaku konsumen by Nafik istiqomah https://stie-igi.ac.id/wp-


content/uploads/2020/04/WISHMAN-SIREGARMODUL-5-PENGANTAR-
EKONOMI-MIKRO-RABU-15-APRIL-2020-20.00-21.30-.pdf

41

Anda mungkin juga menyukai