Anggota Kelompok
Winnie 233010001
Jessica 233010002
Carolyna 233010015
Andres 233010016
1
Ekonomi Mikro
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………..…………………….4
3.1 Kesimpulan...............................................................................................16
3.2 Daftar Pustaka………………………………..…………………...……. 17
KATA PENGANTAR
2
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang
Maha Esa , karena tanpa rahmatNya , kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dra. Pesta Gultom, M.M selaku
dosen pengampu Ekonomi Mikro yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang
selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah
ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang teori perilaku konsumen terkait
teori nilai guna
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen.
Demi tercapainya makalah yang sempurna
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan
dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk
dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan
hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.Untuk
barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan
dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-
involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan
yang matang.
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal,
yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya
menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik
pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat
kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak
menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan
harga tiket transportasi di hari raya tersebut.
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah
“Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in
searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and
ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen
untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah:
“Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity
individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and
services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan
4
keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-
barang dan jasa-jasa.
5
2.2. Pengertian Perilaku Konsumen
6
tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah konsumsi sebanyak satu unit
barang.
7
dengan preferensi konsumen yaitu lebih suka (prefer) dan atau sama-sama disukai
(indifference). Misalnya ada dua barang X dan Y, maka konsumen mengatakan X
lebih disukai daripada Y (X > Y) atau X sama-sama disukai seperti Y (X=Y). Tanpa
sikap ini perilaku konsumen sulit dianalisis.
Syarat lain agar perilakunya dapat dianalisis, konsumen harus memiliki
konsistensi preferensi. Bila barang X lebih disukai dari Y (X > Y) dan barang Y lebih
disukai dari Z (Y > Z), maka barang X lebih disukai dari Z (X > Z). Konsep ini
disebut transitivitas (transitivity).
8
Ketika kita membeli suatu barang, namun kita belum membutuhkannya,
maka kita akan menyimpannya terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan
menurunnya nilai guna dari suatu barang. Barang yang memiliki tenggat
waktu dalam pemakaiannya tentu dapat mencapai masa kadarluarsa apabila
tidak digunakan sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya nilai
guna dari suatu barang. Ketika barang tersebut telah mencapai masa
kadarluarsa maka nilai guna dari barang tersebut sudah tidak ada. Apabila
barang tersebut berupa peralatan rumah tangga seperti meja, kursi, lemari,
atau pun alat memasak lainnya, barang tersebut akan mengalami pemudaran
warna, kurangnya efektivitas dari barang tersebut apabila tidak
menggunakannya dalam jangka waktu tertentu sehingga nilai guna barang
akan berkurang. Oleh sebab itu pentingnya, mengingat mengonsumsi barang
yang telah dibeli sesegera mungkin.
3. Kualitas Barang
Kualitas suatu barang tentu mempengaruhi nilai guna dari suatu produk.
Apabila kita membeli barang dengan harga yang murah, namun kualitas
barang yang kurang baik, maka nilai guna dari barang tersebut akan rendah.
Dan sebaliknya ketika kita membeli barang dengan kualitas yang baik, maka
nilai guna dari barang tersebut akan meningkat serta efektivitas dan efisiensi
dalam penggunaan produk tersebut akan meningkat.
9
kecanduan terhadap rokok, maka orang tersebut akan terus meningkatkan
pembelian terhadap rokok tersebut. Hal ini akan meningkatkan nilai guna suatu
barang karena akan digunakan secara terus menerus.
b. Kebiasaan abadi
Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan suatu barang maka nilai guna
barang tersebut akan meningkat. Contoh : seseorang yang sudah menggunakan
produk kecantikan bertahun-tahun, akan terus meningkatkan pembelian dari
produk tersebut untuk mencapai wajah yang diinginkan. Selain itu, orang yang
mengonsumsi vitamin, juga akan terus meningkatkan pembelian agar memiliki
tubuh yang senantiasa sehat. Dengan demikian, nilai guna dari suatu barang akan
meningkat akibat kebiasaan yang sudah lama.
c. Kebiasaan sesaat
Ketika seseorang menggunakan suatu barang dalam jangka waktu yang pendek
akan mempengaruhi nilai guna barang. Barang tersebut hanya digunakan sesaat
tergantung situasi dan kondisi yang membutuhkan. Apabila orang tersebut sudah
tidak lagi membutuhkannya, maka orang tersebut sudah tidak akan lagi
mengonsumsinya. Contoh : penggunaan masker pada masa pandemi Covid-19.
Setelah melewati pandemi, banyak orang sudah tidak lagi memakai masker dan
permintaan terhadap masker pun menurun.
10
mencari kenikmatan dari produk baru tentu akan mempengaruhi nilai guna
barang yang sebelumnya.
11
2.9 Teori Nilai Guna : Teori Kardinal (Cardinal Theory)
12
Bagi Achmad, baju pertama nilai kegunaannya jauh lebih besar dibanding
uang yang harus dikeluarkan. Hanya dengan Rp.25.000,00 diperoleh kegunaan
50.000 util. Karenanya dia mau menambah konsumsi bajunya. Baju yang kedua
memberi tambahan kegunaan (MU) lebih besar daripada yang pertama, yaitu 75.000
util, berarti kegunaan total (TU) menjadi 125.000 util. Dia pun menambah konsumsi
baju menjadi tiga, yang memberi TU 185.000 util dan MU 60.000 util. Walaupun
telah terjadi penurunan MU (hukum pertambahan manfaat yang makin menurun telah
terjadi), tetap lebih menguntungkan. Seandainya Achmad terus menambah konsumsi
bajunya, maka setelah baju kelima penambahan konsumsi tidak menambah TU,
bahkan dapat menurunkan TU karena MU sudah < 0 (negatif). Pergerakan angka-
angka dalam tabel dapat diterjemahkan dalam bentuk grafik berikut ini (Tabel
diatas). Terlihat kurva TU pada awalnya menaik tajam, seiring naiknya nilai MU. Di
titik A MU mencapai maksimum, untuk selanjutnya menurun yang menyebabkan
slope kurva TU makin mendatar.
13
2.10 Teori Ordinal (Ordinal Theory)
14
X= makan bakso (mangkok per bulan)
Y= makan sate (porsi per bulan)
Untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu, bebrapa kombinasi yang mungkin
dicantumkan dalam tabel
Makan Bakso (Per bulan) Makan Sate (Per bulan)
24 kali 4 porsi
20 kali 8 porsi
10 kali 10 porsi
5 kali 20 porsi
4 kali 25 porsi
15
untuk X dan Py untuk Y) dan jumlah barang yang dikonsumsi adalah Q (Qx untuk X
Perubahan harga dan pendapatan akan memengaruhi daya beli, diukur dari
besarnya luas bidang segitiga makin luas, daya beli meningkat.
Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika
pendapatan meningkat konsumen dapat menaikkan tingkat kepuasannya. Sebaliknya
jika pendapatan menurun maka konsumen menurunkan tingkat kepuasannya.
Disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang menurun. Salah satu faktor yang
dapat mengubah pendapatannya adalah perubahan harga barang.
Ketika kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka permintaan terhadapnya
bertamba atau sebaliknya. Dengan perkataan lain jika ada harga suatu baran turun
maka ada dua komponen yang dipengaruhi.
1. Harga relatif barang menjadi murah, sehingga bila konsumen bergerak pada
tingkat kepuasan yang sama dan jumlah konsumsi barang harganya menjadi
relatif lebih murah dan mengurangi jumlah konsumsi barang yan harganya
relatif lebih mahal.
2. Pendapatan nyata berubah menyebabkan jumlah permintaan berubah.
16
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
18