Anda di halaman 1dari 24

“UTILITAS (UTILITY) DAN PERILAKU KONSUMEN 1”

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Ekonomi Mikro

Dosen Pengampu: Dr. Firman Setiawan, S.H.I, M.E.I.

Disusun oleh kelompok 5:

1. Muhammad Mahfid Ahnan (220721100154)


2. Tsaniya Rusyda Nugrahani (220721100176)
3. Sakha Windya Satria (220721100073)
4. Dicko Syah Purnama Putra (220721100196)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS KEISLAMAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt. karena atas petunjuk, taufik,


cahaya ilmu dan rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “Utilitas
(Utility) dan Perilaku konsumen 1”, dapat terselesaikan. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Mikro pada Program
Studi Ekonomi Syariah Universitas Trunojoyo Madura. Shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat
dan kepada seluruh umat Islam.
Selesainya makalah ini tidak lain dari usaha penulis dan juga
doa dari orang tua, serta dukungan dari Dr. Firman Setiawan, S.H.I, M.E.I.
Penulis berharap makalah ini dapat membantu menambah wawasan para
pembaca tentang teori Utilitas dan perilaku konsumen bagian 1.
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih
jauh dari kata sempurna. Karena itu, penulis meminta maaf dan juga
mengucapkan terima kasih apabila ada dari pembaca yang memberikan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Bangkalan, 22 Maret 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................3

A. Latar Belakang..........................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................7
A. Pengertian Utility Dan Perilaku Konsumen............................8
B. Kuantitatif Utility....................................................................11
C. Hukum Pertambahan Manfaat Yang Semakin Berkurang......13
D. Kepuasan Maksimum Konsumsi Satu Jenis Barang...............
E. Teori Nilai Guna Utility Dan Teori Permintaan.......................
F. Surplus Konsumen...................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................18
B. Saran.........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Teori ekonomi dibangun melalui pendekatan investigasi


realistik terhadap fenomena-fenomena ekonomi. Investigasi ini difokuskan
untuk mencari bagaimana pola perilaku hubungan antar variabel ekonomi.
Dengan pendekatan model ini, teori ekonomi kemudian menjadi cukup
ampuh untuk diletakkan sebagai alat analisis.
Teori ekonomi dapat dengan sangat baik menjelaskan bagaimana
kegiatan ekonomi berjalan dan dengan akurat memprediksi apa yang akan
terjadi pada satu variabel ekonomi jika variabel yang mempengaruhinya
berubah. Telah mengenai sifat permintaan seseorang atau masyarakat pada
suatu barang bahwa semakin tinggi harga suatu barang, semakin sedikit
permintaan pada barang tesebut, semakin rendah harga suatu barang, maka
semakin banyak permintaaan atas barang tersebut. Analisis pada tulisan ini
akan diterangkan mengenai dua hal :

1. Alasan para pembeli/konsumen untuk membeli lebih banyak barang


pada harga yang lebih rendah dan mengurangi pembelian pada harga
barang yang tinggi.
2. Bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi
dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya.
Analisis tersebut dinamakan dengan teori tingkah laku konsumen.

Teori ini dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan :


pendekatan nilai guna (utiliti) 2 kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal.
Untuk pendekatan nilai guna secara kardinal, kenikmatan
seseorang/konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Berdasarkan pada
pernyataan tersebut dan dengan anggapan bahwa konsumen akan
memaksimumkan kepuasan yang dapat dicapainya, diterangkan bagaimana
seseorang akan menentukan konsumsinya pada jenis barang yang terdapat
di pasar. Sedangkan pada pendepakatan ordinal, manfaat dan kenikmatan
konsumen yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-
barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang konsumen untuk memilih
barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan
dengan bantuan kurva kepuasan sama. Untuk kesempatan ini, akan dibahas
mengenai pendekatan nilai guna secara kardinal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Utility dan perilaku konsumen?
2. Apa pengertian kuantifikasi Utility?
3. Apa yang dimaksud hukum pertambahan manfaat yang semakin
berkurang?
4. Bagaimana teori kepuasan maksimum konsumsi satu jenis barang?
5. Bagaimana teori nilai guna (utility) dan teori permintaan?
6. Apa itu surplus konsumen?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Utility dan perilaku konsumen.
2. Untuk mengetahui pengertian kuantifikasi Utility.
3. Untuk mengetahui hukum pertambahan manfaat yang semakin
berkurang.
4. Untuk mengetahui teori kepuasan maksimum konsumsi satu jenis
barang.
5. Untuk mengetahui teori nilai guna (utility) dan teori permintaan.
6. Untuk mengetahui surplus konsumen.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Utility dan Perilaku Konsumen


Definisi Nilai Guna
Dalam konsep ekonomi konvensional, konsumen dalam

mengeluarkan uangnya diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh


kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Utility secara bahasa
berarti berguna (usefulness), membantu (helpfulness) atau
menguntungkan (adventage).
Utility adalah suatu ukuran kepuasan atau
kebahagiaan yang diperoleh konsumen dari sekelompok barang.1 Dalam
konteks ekonomi, utilitas dimaknai sebagai kegunaan barang yang
dirasakan oleh seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang.

1
I. F. D Tri Ridwan, M, Imsar, H. Rita, N.D Aqwa, S.Muhammad, Ekonomi Mikro Islam Jakarta,
2017.
Karena rasa inilah maka sering kali utilitas dimaknai juga sebagai rasa
puas dan kepuasan yang dirasakan oleh seorang konsumen dalam
mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Jadi, kepuasan dan utilitas
dianggap sama, meskipun sebenarnya kepuasan adalah akibat yang
ditimbulkan oleh utilitas. Dalam membahas
mengenai nilai guna perlu dibedakan antara dua pengertian: nilai guna
total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai
jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah
barang tertentu. Sedangkan, nilai guna marjinal berarti pertambahan (atau
pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (pengurangan)
penggunaan satu unit barang tertentu.2

Hukum utility marjinal mengatakan bahwa jika seseorang


mengkonsumsi satu jenis barang secara terus-menerus, maka utility yang
diterima akan semakin kecil. Jika seseorang konsumen tidak menghentikan
konsumsinya, maka pada akhirnya akan mencapai titik jenuh, sehingga nilai
utilitynya bernilai nol, bahkan bisa negatif.

B. Kuantifikasi Utility

Sebelum teori nilai guna dikembangkan, ahli-ahli ekonomi menjadi


kesulitan di dalam menerangkan perbedaan yang mencolok di antara harga
air dan berlian. Air merupakan barang yang sangat berharga kepada
manusia tetapi harganya sangat murah. Sedangkan berlian bukanlah benda
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari tetapi harganya jauh lebih
mahal dari harga air.3
Apakah yang menyebabkan keadaan yang aneh tersebut? Yaitu
mengapakah harga barang yang vital tersebut sangat murah sedangkan
barang yang tidak terlalu banyak gunanya sangat mahal? Terdapat dua

2
Sukirno Sadono, Mikroekonomi Teori Pengantar, 3rd edn (jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel.
Leuwinanggung, Kec.Tapos, Kota Depok 16956: PT RajaGrafindo Persada, Depok, 2016).
3
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, hlm., 161.
alasan yang dapat digunakan untuk menerangkan keadaan tersebut. Yang
pertama adalah alasan yang sudah lama di sadari oleh ahli-ahli ekonomi,
yaitu perbedaan dalam biaya produksi. Air merupakan benda yang mudah
didapat berbagai tempat sehingga untuk memperolehnya tidak diperlukan
biaya yang terlalu besar. Tetapi tidak demikian hanya dengan berlian sebab
ia merupakan barang yang sangat sukar untuk diperoleh dan biaya untuk
memproduksi sangat tinggi.4
Alasan di atas tidak sepenuhnya benar. Bukan berlian saja yang
biaya untuk memperoleh tinggi. Demikian juga batu dari bulan, misalnya
bukanlah suatu benda yang mudah diperoleh dan biaya untuk
memperolehnya sangat mahal, akan tetapi, sekiranya batu bulan tersedia di
pasar, rasanya harganya tidak akan semahal berlian dan mungkin sekali
tidak lebih mahal dari harga air. Maka alasan bahwa barangnya sangat
langkah dan biaya produksinya sangat mahal merupakan jawaban yang
belum memuaskan untuk menerangkan perbedaan harga yang sangat
menyolok di antara air dan berlian.
Teori nilai guna memberikan penjelasan yang lebih
tepat mengenai sebabnya terdapat perbedaan yang sangat nyata antara harga
air dan berlian. Perbedaan di sebabkan oleh nilai guna marjinal mereka
yang sangat berbeda oleh karena air sangat mudah diperoleh maka orang
akan mengkonsumsi air sehingga pada tingkat di mana nilai guna marjinal
air sangat murah. Nilai guna marjinal air adalah begitu rendahnya sehingga
orang baru mau menggunakan lebih banyak air apabila sangat rendah
sekali. Nilai guna marjinallah yang menentukan apakah suatu barang itu
mempunyai harga yang tinggi atau rendah.5
Utilitas dapat diukur dengan angka. Penggunaan bilangan
untuk utilitas memungkinkan kita lebih secara spesisfik mengukur utilitas
yang timbul dari konsumsi jika memang dapat membantu, dapat

4
Ibid. hlm.,161.
5
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, hlm., 162.
menggunakan stuan utilitas yang lebih luwes seperti sensasi, getaran, atau
keceriaan (seperti misalnya, mendapatkan sejumlah sensasi karena
mengkonsumsi suatu barang atau jasa).6
Dengan menggunakan ukuran angka terhadap
utilitas, kita dapat membandingkan utilitas total yang didapatkan konsumen
tertentu dari berbagai produk serta utilitas marjinal yang didapatkan
konsumen ats konsumsi berbagai jumlah barang yang sam atau konsumsi
berbagai unit barang yang berbeda-beda.7 Namun demikian, nilai
kuantifikasi utility tidak bisa dibandingkan antar konsumen. Hal ini karena
manfaat dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terukur secar subjektif.
Sebagai contoh ialah menurut individu A menggunakan jasa loundry adalah
hal yang memudahkan baginya karena dirinya tidak perlu bersusah payah
untuk membeli detergen dan mengeluarkan tenaga untuk mencuci
pakaiannya ke tukang loundry dan membayar jasa loundry tersebut pakaian
sudah bersih dan rapi. Akan tetapi, bagi individu B mencuci pakaiannya
sendiri akan memberikan kepuasan dan tidak perlu bersusah payah
menggunakan jasa orang lain. Ukuran dari perbedaan kepuasan yang
dimiliki oleh setiap konsumen tersebut dapat dinyatakan secara kuantitatif
dengan melakukan penilaian terhadap persepsi konsumen mengenai nilai
guna dari barang dan jasa tersebut. Jadi, setiap barang dan jasa memiliki
nilai guna yang berbeda tergantung pada persepsi konsumen. Karena
kepuasan yang dimiliki oleh seseorang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen tidak dapat dikuantitatifkan, hanya
dapat dibandingkan sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian
seseorang. Berikut disajikan tabel penilaian persepsi seseorang atas nilai
guna suatu barang dan jasa dari sebuah mobil.

6
William A. McEachern, Ekonomi Mikro, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hlm., 34.
7
Ibid, hlm., 35.
Keterangan: 1 = sangat buruk
2 = buruk
3 = cukup baik
4 = baik
5 = sangat baik
Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata manfaat mengkonsumsi
satu unit baju sebesar 11. Dengan demikian setiap barang dan jasa yang
dikonsumsi dapat dinyatakan nilai gunanya secara kuantitatif.

C. Hukum Pertambahan Manfaat yang Semakin Berkurang


Dalam membahas mengenai nilai guna perlu dibedakan di antara
dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total
dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marjinal
berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan
pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.8
Dari penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa utility ( nilai
guna total) adalah jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsi dari sejumlah barang tertentu. Utility marjinal (niali guna
marjinal) adalah perubahan utilitas total akibat adanya perubahan konsumsi
suatu barang sebesar satu unit.
Contoh:
1. Utility (nilai guna total) dari mengkonsumsi 10 buah mangga
meliputi seluruh kepuasan yang diperoleh dari memakan
semua mangga tersebut. Sedangkan nilai guna marjinal dari
mangga ke-10 adalah pertambahan kepuasan yang diperoleh
dari memakaqn buah mangga yang ke-10.
2. Ketika seseorang mengkonsumsi 4 gelas air, maka yang
dimaksud Utility (nilai guna) total adalah kepuasan yang
didapatkan dari mengkonsumsi 4 gelas air tersebut. Sedangkan
utility marjinal adalah kepuasan yang didapatkan oleh
konsumen pada setiap gelas air yang dikonsumsi .
Hukum utility marjinal yang menurun (the law of diminishing
marginal utility) menyatakan bahwa semakin banyak barang yang
dikonsumsi oleh individu per periode waktu, maka utility marjinal yang
diterima akan semakin menurun. Sebagai contoh, utility marjinal yang
diperoleh dari setiap tambahan gelas air mengalami penurunan dengan
semakin banyaknya air yang di konsumsi. Anda sangat menikmati gelas
pertama, tetapi setiap tambahan gelas memberikan utilitas marjinal yang

8
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, hlm., 154.
semakin berkurang. Jika anda memaksa meminum gelas kelima, Anda
mungkin tidak menikmati sama sekali; utility marjinal dari gelas kelima
mungkin saja negatif.9
Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang maupun jasa
akan memberi tambahan utilitas yang besar, tetapi makin lama pertambahan
itu bukan saja semakin menurun, bahkan menjadi negatif good menjadi
bad. Gejala ini dengan hukum pertambahan manfaat yang makin menurun
(the law of diminishing marginal utility) atau LDMU. Dalam analisis
perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari makin menurunnya nilai
utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya adalah perubahan utilitas
marjinal, analisis ini dikenal sebagai marginal analysis. Analisis ini
digunakan untuk menjawab pertanyaan mengapa emas lebih mahal dari air?
Seorang Ekonom bernama Herman Heinrich Gossen menjawab bahwa
pertambahan manfaat air cepat sekali menurun. Jika seorang haus, segelas
pertama air akan memberi manfaat yang besar, tetapi setelah ketiga dan
keempat, pertambahan manfaat air sudah sangat menurun atau tidak
demikian dengan emas, itu sebabnya air lebih murah daripada emas.
Hukum ini disebut hukum Gossen.10
Utility marjinal yang menurun adalah ciri-ciri dari
semua konsumsi. Hanya saja setiap kegiatan konsumsi memiliki sifat
penurunan utility yang berbeda, ada yang penurunannya cepat ada pula
yang lambat. Dari paparan di atas mengenai hukum
pertambahan manfaat yang semakin berkurang dapat disimpulkan bahwa
konsumen berusaha menikmati barang atau jasa yang di miliki sepuas-
puasnya. Setelah kepuasan dari mengkonsumsi suatu barang atau jasa
berlangsung terus-menerus sampai titik tertentu akhirnya kepuasan itu akan
sampai pada tingkat kejenuhan. Untuk lebih memahami tentang ketiga
konsep diatas perhatian tabel dan kurva berikut:
9
William A. McEachern, Ekonomi Mikro, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hlm., 33.
10
Septina, Aldila. Pengantar Ilmu Ekonomi, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2010),
hlm., 55.
Berdasarkan tabel dan grafik tampaklah bahwa kepuasan total
seseorang pada awalnya terus meningkat sering dengan naiknya konsumsi
jeruk hingga mencapai puncaknya pada konsumsi jeruk konsumsi jeruk ke-
4 dan 5.
Tetapi konsumsi yang lebih jau diatas tersebut menyebabkan
kepuasan akan menurun ini terlihat dari buah jeruk yang ke-5. Di titik ini
kepuasan marginal bernilai Nol, yang artinya tambahan konsumsi jeruk
tidak menambah kepuasan sama sekali.
Sementara itu konsumsi buah jeruk memberikan kepuasan
yang negatif. Ini berarti tambahan jeruk justru mengurangi kepuasan yang
telah dimiliki. Dengan demikian dapat dikatakan hal tersebut merupakan
hukum tambahan nilai gunamarginal yang semakin menurun (The law of
diminishing marginal utility).
Selain itu dapat di simpulkan “bahwa jika pemenuhan suatu barang
dilakukan secara terus-menerus maka rasa nikmatnya mula-mula sangat
tinggi, namun semakin lama kenikmatan tersebut semakin berkurang
sampai mencapai titik jenuh”.

D. Kepuasan Maksimum Satu Jenis Barang.


Salah satu pemisalan penting dalam teori ekonomi adalah: “setiap
orang akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat
dinikmatinya.” Dengan perkataan lain, setiap orang akan berusaha untuk
memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsinya.
Apabila yang dikonsumsinya hanya satu barang saja, tidak sukar untuk
menentukan pada tingkat mana nilai guna dari memperoleh dan menikmati
barang itu akan mencapai tingkat yang maksimum. Tetapi kalau jenis barang
yang digunakan bermacam-macam jenisnya, cara untuk menentukan corak
konsumsi barang-barang yang akan menciptakan nilai guna yang
memaksimumkan menjadi lebih rumit.11
1. Cara Memaksimumkan Nilai Guna
Kerumitan yang timbul untuk menentukan
susunan/komposisi dan jumlah barang akan mewujudkan nilai guna
yang maksimum bersumber dari perbedaan harga-harga berbagai
barang. Kalau harga setiap barang adalah bersamaan, nilai guna
marjinal dari setiap barang adalah sama besarnya. Misalnya

11
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, hlm., 156.
seseorang mengkonsumsi tiga macam barang, yaitu sejenis pakaian,
sejenis makanan, dan sejenis hiburan (katakanlah hiburan itu berupa
nonton film). Didapatinya bahwa unit pakaian yang ketiga, unit
makanan yang kelima, dan menonton film yang kedua memberikan
nilai guna marjinal yang sama besarnya. Kalau harga ketiga barang
tersebut adalah bersamaan, kepuasan yang maksimum (atau nilai
guna yang maksimum) akan diperoleh orang tersebut apabila
mengkonsumsi: tiga unit pakaian, lima unit makanan, dan dua kali
menonton film.12
Di dalam kenyataan yang sebenarnya harga berbagai jenis
barang adalah berbeda. Disebabkan oleh perbedaan harga tersebut
pemaksimuman nilai guna tidak akan tercapai kalau digunakan
syarat pemaksimuman kepuasan seperti yang diterangkan diatas. Ini
dapat dengan jelas dilihatdari contoh berikut. Misalkan (i) harga
barang A adalah tiga kali dari harga barang B, dan (ii) nilai guna
marjinal kedua barang tersebut adalah sama besarnya. Berdasarkan
kepada pemisalan ini, barang manakah yang akan memberi
tambahan kepuasan (atau tambahan nilai guna) yang lebih besar? Ia
akan diperoleh apabila yang dibeli dan dikonsumsi adalah barang B
dan bukan barang A. Satu unit barang B akan memberikan nilai
guna marjinal yang sama besarnya dengan barang A. Dan sekiranya
konsumen tersebut membeli tiga barang B, nilai guna tambahan
diperoleh adalah tiga kali daripada nilai guna tambahan yang
diperoleh dari mengkonsumsi barang A, sedangkan jumlah uang
yang dibayar adalah sama besarnya.13
2. Syarat Pemaksimuman Nilai Guna
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar barang yang
dikonsumsi akan memberikan nilai guna yang maksimum adalah

12
Ibid, hlm., 157.
13
Nur Laily, Teori Ekonomi, hlm., 39.
setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari
berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna sama besarnya.
Dalam keadaan di mana harga-harga berbagai macam barang
adalah berbeda, apakah syarat yang harus dipenuhi agar barang-
barang yang dikonsumsikan akan memberikan nilai guna yang
maksimum? Syarat yang harus dipenuhi adalah: setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang
akan memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya. Untuk
membuktikannya perhatikan contoh berikut. Misalkan seseorang
melakukan pembelian dan konsumsi ke atas dua macam barang:
makanan dan pakaian, dan berturut-turut harganya adalah 5000
rupiah dan 50.000 rupiah. Misalkan tambahan satu unit makanan
akan memberikan nilai guna marjinal sebanyak 5, dan tambahan
satu unit pakaian mempunyai nilai guna marjinal sebanyak 50.
Andai kata orang itu mempunyai uang sebanyak 50.000 rupiah,
kepada barang apakah uang itu akan dibelanjakannya? Dengan uang
itu orang tersebut dapat membeli 10 unit tambahan makanan, maka
jumlah nilai guna marjinal yang diperolehnya adalah 10 x 5 = 50.
Kalau uang itu digunakan untuk membeli pakaian, yang
diperolehnya hanyalah satu unit dan nilai guna marjinal dari satu
unit dan nilai guna marjinal dari satu unit tambahan pakaian ini
adalah 50.14 Dengan mudah dapat dilihat bahwa
orang tersebut tidak perlu bersusah-payah untuk menentukan barang
mana yang harus ditambah konsumsinya. Apapun yang dipilih akan
memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya. Berdasarkan
contoh di atas dapatlah dikemukakan hipotesis berikut:
1. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang
yang akan dikonsumsinya apabila nilai guna marjinal berbagai
barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga barang-

14
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, hlm., 157.
barang tersebut. Keadaan seperti wujud dalam contoh di atas.
Perbandingkan harga makanan dan pakaian adalah 5000:50000
atau 1:10, dan ini adalah sama dengan perbandingan nilai guna
marjinal makanan dan pakaian, yaitu 5:50 atau 1:10.
Atau
2. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang
yang dikonsumsinya apabila nilai guna marjinal untuk setiap
rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang
dikonsumsikan. Dalam contoh di atas, nilai guna marjinal per
rupiah dari nilai tambahan makanan adalah: nilai guna
marjinal/harga = 5/5000 = 1/1000. Dan nilai guna marjinal per
rupiah dari tambahan pakaian adalah: nilai guna marjinal/harga =
50/50000 = 1/1000.
Kedua hipotesis tersebut mengandung pengertian yang sama.
Syarat pemaksimuman nilai guna seperti yang dinyatakan secara
rumus aljabar, yaitu secara berikut:
Dalam persamaan di ats MU adalah nilai guna marjinal dan
PA, PB dan PC berturut-turut adalah harga barang A, barang B,
barang C.15

E. Teori Nilai Guna (Utility) dan Teori Permintaan.


Utilitas, dalam teori ekonomi dijelaskan sebagai
kepuasan/kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan
barang-barang disebut nilai guna (utility).16 Utilitas (utility) adalah manfaat
suatu barang dibanding dengan alternatif penggunanya. Utilitas
dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh konsumen.
Manfaat yang diperoleh karena mengkonsumsi barang maupun jasa.17
15
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, hlm., 158.
16
Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),
hlm., 111.
17
Septina, Aldila. Pengantar Ilmu Ekonomi, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2010),
hlm., 54.
Utilitas adalah rasa kesenangan atau kepuasan yang
timbul karena konsumsi. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka makin
tinggilah nilai gunanya atau utilitasnya. Utilitas bersifat subjektif. Utilitas
yang muncul karena mengkonsumsi suatu barang tergantung pada selera
individu, yang merupakan perilaku Anda dan prefensi Anda terhadap
berbagai barang dan jasa atau merupakan kesukaan atau ketidaksukaan
dalam konsumsi. Ekonom tidak dapat bercerita tentang asalnya selera atau
mengapa selera berbeda-beda antar manusia, rumah tangga, antar daerah,
dan antar negara. Ekonom mengansumsikan bahwa selera sebagai sesuatu
yang ada begitu saja dan relaatif stabil, sehingga setiap orang mungkin saja
mempunyai seleranya sendiri tetapi selera individual tidak dalam keadaan
berubah yang terus-menerus. Ekonom percaya bahwa selera cukup stabil
sehinga mereka dapat menggunakanya sebagai dasar studi tentang dasar
hubungan antara harga dan jumlah yang diminta. Jika selera tidak cukup
stabil, maka kita tidak dapat membuat asumsi dalam analisis permintaan
bahwa hal laindi asumsikan tetap. Utilitas digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan oleh konsumen.18 Utilitas juga
dapat diartikan sebagai sebuah ukuran abstark kepuasan atau kesenangan
yang diterima konsumen dari satu bundel barang. Para ekonom mengatakan
seorang konsumen lebih memilih satu bundel barang daripada bundel lain
jika yang pertama menyediakan lebih banyak utilitas daripada yang kedua.19
Utilitas total
(TU) adalah manfaat total yang diperoleh dari seluruh barang yang
dikonsumsi. Utilitas marjinal (MU) adalah tambahan manfaat yang
diperoleh karena menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.20
Dari kesimpulan paparan mengenai utilitas tersebut penulis menarik
kesimpulan bahwa utilitas adalah kepuasan atau nilai guna yang dirasakan

18
William A. McEachern, Ekonomi Mikro, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hlm., 32.
19
N Gregory Mankiw, dkk., Pengantar Ekonomi Mikro, hlm., 469.
20
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, hlm., 74.
konsumen setelah mengkonsumsi barang atau jasa. Utilitas bersifat abstark
dan subjektif. Setiap individu memiliki selera yang berbeda-beda.
Demand, atau dalam ekonomi biasa disebut permintaan. Dan hal itu
sudah pasti terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari karena hal itu tidak akan
terlepas dari ekonomi. Permintaan muncul karena adanya keinginan. Dua hal
tersebut memiliki hubungan yang sangat erat.
Menurut Suherman Rosyidi permintaan adalah keinginan yang
disertai ketersediaan serta kemampuan untuk membeli, barang tersebut. Jadi,
seseorang menginginkan suatu barang, maka keinginannya itu harus
ditunjang oleh kesediaan barang tersebut dan kemampuannya untuk
membeli barang tersebut. Tanpa adanya kesediaan dan kemampuan, maka
keinginannya tidak terpenuhi.21
Dalam bukunya Agung Abdul Rasul mendefinisikan permintaan
(demand) sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta oleh konsumen dari
satu perusahaan pada berbagai tingkat harga.22
Permintaan individu akan suatu barang menunjukkan jumlah yang
siap untuk di beli berbagai kemungkinan harga. Apabila permintaan
individual akan suatu produk dijumlahkan akan diperoleh permintaan pasar
akan produk tersebut.
Dalam bukunya Tati Suhartati Joesron menyebutkan, bahwa
permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai
tingkat harga pada suatu waktu tertentu.23

F. Surplus Konsumen

Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya


kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh para konsumen. Kelebihan

21
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2006), hlm.,
291.
22
Agung Abdul Rasul, dkk., Ekonomi Mikro, hlm., 23.
23
Tati Suhartati Joesron, M. Fathorrozi, Teori Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), hlm., 18.
kepuasan ini dalam analisis ekonomi, dikenal sebagai surplus konsumen
pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh
seseorang didalam mengkonsumsikan sejumlah barang dengan pembayaran
yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan yang
diperoleh selalu besar daripada pembayaran yang dibuat. Perhatikan contoh
yang sederhana berikut. Seorang konsumen pergi ke pasar membeli mangga
dan bertekad membeli satu buah yang cukup besar harganya Rp. 1500.
Sesampainya di pasar dia mendapati bahwa mangga yang diinginkan hanya
berharga Rp. 1000. Jadi di dapat memperoleh mangga yang diinginkan
dengan harga Rp. 500. Lebih murah daripada harga yang bersedia
dibayarkannya. Nilai Rp. 500. Ini dinamakan surplus konsumen.

 Kurva permintaan (demand) adalah kurva yang


menunjukkan kemauan/ kesediaan konsumen untuk
membayar (willingness to pay) berbagai harga dan jumlah
barang atau pelayanan.
 Surplus konsumen ditunjukan oleh luas area segitiga PoEA
di bawah kurva permintaan (kurva demand, kurva
willingness to pay) hingga di atas harga ekuilibrium Po.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Utilitas (uyility) adalah manfaat yang diperoleh seorang
konsumen ketika mengkonsumsi suatu jenis barang/jasa. Utilitas
juga dapat diartikan sebagai rasa kesenangan atau kepuasan yang
timbul karena konsumsi. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka
semakin tinggi pula nilai gunanya atau utilitasnya.
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika
seseorang berhubungan dengan pencairan, pemilihan, pembelian,
penggunaan, serta pengevaluasian barang atau jasa demi memenuhi
kebutuhan keinginan.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan
pembelian terhadap suatu produk. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis, dan antropologis.
Teori perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari
bagaimana manusia memilih di antara berbagai pilihan yang
dihadapinya dengan memanfaatkan sumber daya (resources) yang
dimilikinya.
Teori kardinal menyatakan bahwa kepuasan dapat dihitung
secara nominal, sebagaimana kita menghitung berat dengan gram
atau kilogram, panjang dengan centi-meter atau meter. Sedangan
satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util.
Teori utilitas adalah total manfaat yang diperoleh seorang
konsumen dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa.
Sedangkan marjinal utilitas adalah penambahan (atau pengurangan)
utilitas sebagai akibat dari penambahan satu unit barang/jasa yang
dikonsumsi.
Hukum utilitas marjinal yang semakin menurun menyatakan
bahwa jika seseorang konsumen mengkonsumsi suatu jenis
barang/jasa secara terus-menerus dalam suatu waktu, maka utilitas
marjinal yang diterima semakin menurun.
Kepuasan maksimum akan dicapai oleh konsumen ketika
total utilitas mencapai nilai tertinggi atau marjinal utilitas sama
dengan nol.

B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami
milik, baik dari tulisan maupun kebahasaan yang kami sajikan, oleh
karena itu mohon di berikan kritik dan saran agar kami bisa
membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak orang, maupun teman-
teman dan menjadi wawasan kita dalam memahami perkataan per
paragraf.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai