Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI PERILAKU KONSUMEN


Untuk memenuhi tugas mata kuliah “EKONOMI MIKRO”

Dosen Pengampu:

KHOIRUL MUTHOLIBIN.

Disusun Oleh:

Maulana Maliq Ibrahim(202060202009)

Rizka Nurlaila (202060202012)

PRODI EKONOMI SYARI’AH SEMESTER 3


SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM AL-
ROSYID 2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis bisa menyelesaikan penulisan makalah ekonomi mikro ini dengan lancar dan tepat pada
tepatnya. Sholawat dan salam tak lupa terhaturkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW beserta
keluarga, para sahabat, para tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti syari’ah beliau.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas kuliah, pada kesempatan ini penulis akan
menjelaskan tentang teori perilaku konsumen .Penulis berharap semoga dengan adanya makalah
ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca dan terkhusus pada penulis sendiri.

Bilamana pada penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kejanggalan penulis memohon
maaf yang sebesar-besarnya. Dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran dari
pembaca. Semoga dengan adanya kritik dari pembaca penulis bisa lebih baik lagi dalam
pembuatan makalah dikemudian hari.

Senin,17November2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................

BAB II ISI

A. Konsep Dasar Konsumsi………………………………………………….


B. Preferensi Konsumen………………………………………………………
C. Nilai Guna Konsumsi Islam Dan Konvensional…………………………….

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan (Matsaini,2013). Definisi lainnya perilaku konsumen
merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian (Kotler
dan Keller 2008). Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2008) mengatakan Perilaku
konsumen menggambarkan cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber
daya mereka yang tersedia (waktu, uang, Usaha) guna membeli barang-barang yang
berhubungan dengan konsumsi. Produk yang dibeli oleh konsumen adalah suatu proses yang
diawali dengan kesadaran pembeli adanya masalah kebutuhan. Kebutuhan timbul karena
perbedaan antara keadaan yang sesungguhnya dengan keadaan yang diinginkan.
kebutuhan menentukan penilaian, pemikiran, kecenderungan, keinginan untuk berbuat dan
tindakan konsumen. Kebutuhan akan diekspresikan dalam perilaku pembelian dan konsumsi
sehingga dengan mengenali kebutuhan konsumen maka dapat memprediksikan perilaku
(Prasetijo 2005). Manusia memiliki 3 kebutuhan utama berdasarkan jenisnya yaitu kebutuhan
primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer manusia terdiri dari sandang, pangan, dan
papan. Produk pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah makanan pokok
seperti beras, jagung, gandum, dll. Produk sandang, pangan, dan papan pada umumnya
merupakan produk yang dihasilkan 1 UNIVERSITAS MEDAN AREA menggunakan keterampilan
tenaga kerja. Berbagai perusahaan padat karya di Indonesia pada umumnya memproduksi
produk kebutuhan primer, khususnya produk sandang yaitu baju, celana, sepatu, sandal, tas,
dan lain-lain.
Indonesia memiliki penduduk dengan jumlah 234.693.997 jiwa pada Juli 2007. Sehingga
jumlah permintaan terhadap produk-produk primer juga dalam jumlah yang besar di Indonesia.
Beras, lauk-pauk, sayuran dan buah dikategorikan ke dalam kelompok bahan makanan harian
(Purwanti, 2013). Bahan makanan harian adalah salah satu kebutuhan primer manusia. Banyak
varian makanan harian yang dikonsumsi sesuai dengan lingkungan dan daerah dimana
masyarakat itu tinggal (Sumoprastowo, 2000).

4
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud konsep dasar konsumsi?
b. Apa itu preferensi konsumsi ?
c. Apa saja nilai guna konsumsi islam dan knvemsional?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengerti konsep dasar konsumsi
b. Memahami preferensi konsumsi
c. Mengetahui nilai guna konvensional.

5
BAB II
ISI

A. Konsep Dasar Konsumsi


Pada dasarnya setiap manusia memiliki berbagai macam dalam hidupnya, mulai dari
sandang, pangan, dan papan sebagai kebutuhan primer, sampai dengan pada kebutuhan
sekunder dantersiernya yang juga terasa tidak kalah penting dengan kebutuhan primer,
seperti handphone,make up, transportasi, dan lain sebagainya.Di dalam dunia
perekonomian, tidaklah asing jika terdapat bahasan mengenai konsep
konsumsi,konsumtif, konsumerisme, dan perilaku konsumen. Bahasan mengenai konsep
ini, di dalamdunia ekonomi berguna agar para pelaku bisnis, wirausaha, dan pelaku dunia
bisnis lainnya,dapat menentukan, mengontrol pangsa pasar, agar bisa mendapatkan
strategi pasar yang baik danmendapatkan keuntungan yang besar pula. Namun dalam
dunia psikologi, konsep ini digunakan untuk melihat sisi psikologis dari
perilakukonsumen baik itu pembeli maupun pengguna jasa, dalam memilih dan
pembelian barang,apakah konsumen membeli barang dikarenakan kebutuhannya yang
memang mengharuskan parakonsumen untuk membeli barang atau menggunakan jasa
tersebut, ataukah hanya karenakeinginan memiliki, atau bahkan karena gengsi
semata.Sebelum membahas tentang konsep dari perilaku konsumen ada baiknya jika kita
mengertitentang pengertian dari konsumen, konsumtif, dan konsumerisme terlebih
dahulu.
. Pengertian KonsumsiSecara harafiah konsumsi adalah suatu aktifitas memakai atau
menggunakan suatu prosuk barangatau jasa yang dihasilkan oleh para produsen.
Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialahsuatu kegiatan yang bertujuan
mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik  berupa barang maupun jasa,
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.Kegiatan konsumsi
merupakan tindakan pemuasan atas berbagai jenis tuntutan kebutuhanmanusia. Individu
yang melakukan kegiatan konsumsi disebut juga konsumen.Menurut Chaney konsumsi
adalah seluruh tipe aktifitas sosial yang orang lakukan sehingga dapatdipakai untuk
mencirikan dan mengenal mereka, selain (sebagai tambahan) apa yang mungkinmereka
lakukan untuk hidup. Chaney menambahkan dan nilai-nilai kultural mendasari
gagasanlebih umum dari budaya konsumen.

B. Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif (individu), yang diukur
dengan utilitas, dari berbagai barang (Indarto, 2011). Berbagai atribut seperti kualitas,
harga, promosi dan kemasan yang melekat pada produk dapat mempengaruhi preferensi
konsumen terhadap pemilihan produk tersebut. Preferensi konsumen merupakan suatu
sikap konsumen terhadap satu pilihan merek produk yang terbentuk melalui evaluasi atas
berbagai macam merek dalam berbagai pilihan yang tersedia (Kotler dan Keller, 2009).

6
Sedangkan menurut Frank (2011), preferensi adalah proses merengking seluruh hal yang
dapat dikonsumsi dengan tujuan memperoleh preferensi atas suatu produk maupun jasa.
Menurut Kotler dan Keller (2007), ada beberapa tahap yang akan dilalui oleh konsumen
sehingga menggambarkan rasa kepuasannya terhadap suatu produk. Menurut Schiffman
dan Kanuk (2000), sifat stimulus konsumen meliputi banyak variabel yang akan
mempengaruhi persepsi konsumen, seperti keadaan produk, ciri fisiknya, rancangan
kemasan, merk, iklan cetak dan iklan tv. Diskriminasi stimulus adalah kemampuan
konsumen untuk melakukan pembedaan diantara stimuli yang serupa merupakan dasar
bagi strategi pengaturan posisi yang berusaha mengembangkan citra yang khas produk
tertentu kedalam pikiran konsumen. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000),
pengkondisian berarti seperti respon terhadap situasi yang terjadi melalui pemaparan
yang berulangulang.
Preferensi konsumen muncul dalam tahap evaluasi alternatif dalam proses keputusan
pembelian, dimana dalam tahap tersebut konsumen dihadapkan dengan berbagai macam
pilihan produk maupun jasa dengan berbagai macam atribut yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa preferensi adalah suatu pilihan yang diambil dan
dipilih konsumen dari berbagai macam pilihan yang tersedia. Di dalam tahap ini dapat
dilihat pada saat kapan tahap preferensi tersebut hadir pada konsumen. Berikut enam
langkah dalam model hierarchy of effect yaitu :

1. Awareness/kesadaran, tahap ini adalah tahap dimana konsumen menyadari adanya


suatu produk baik itu berupa barang atau jasa.

2. Knowledge/pengetahuan: di dalam tahap ini konsuen sudah mengenal produk dan


mengerti tentang produk yang berupa barang atau jasa tersebut.

3. Liking/menyukai: tahap ini adalah tahap dimana konsumen mulai menyukai produk
tersebut yang berupa barang atau jasa yang ditawarkan

4. Preference/memilih: tahap ini adalah tahap dimana konsumen mulai lebih melilih
produk tersebut dibandingkan produk-produk lainya.

5. Conviction/intention to buy/keinginan untuk membeli: tahap ini konsumen


mempunyai keinginan dan memutuskan untuk membeli produk.

6. Purchase/membeli: pada tahap ini adalah tahap dimana konsumen dapat dikatakan
sebagai konsumen yang loyal terhadap sebuah produk, sehingga konsumen tersebut
tidak ragu lagi untuk membeli produk tersebut tanpa adanya pertimbangan yang
banyak (Kotler dan Keller, 2007).

7
7. Tahap preferensi yang dimiliki oleh konsumen terhadap sebuah produk, adalah awal
dari tahap loyalitas konsumen terhadap produk tersebut. Sehingga perusahaan harus
mempelajari bagaimana cara menimbulkan rasa preferensi tersebut di dalamdiri.
Tahap preferensi tersebut dapat perilaku konsumen tersebut, dengan mempengaruhi
dan memanipulasi dari konsumen yang mereka lalui. pengusaha untuk mengenali
kebutuhan konsumen agar diperoleh produk dengan orientasi pasar, didasarkan pada
tingkat preferensi konsumen bagi tiap-tiap atribut produk. Preferensi juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi segmen preferensi. Menurut Kotler dan Keller
(2007), ada tiga pola preferensi yang dapat terbentuk:

1. Preferensi Homogen nenunjukan suatu pasar dimana semua pelanggan secara


kasar memiliki preferensi yang sama.

2. Preferensi Tersebar yang menunjukan bahwa pelanggan sangat berbeda dalam


preferensi mereka.

3. Preferensi kelompok-kelompok dimana pasar menunjukan kelompokkelompok


preferensi yang berbeda-beda.

C. Nilai Guna Konsumsi Islam Dan Konvensional


Dalam mendefinisikan konsumsi terdapat perbedaan di antara para pakar ekonom,
namun konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi juga memiliki pengertian
yang sama, tapi memiliki perbedaan dalam setiap yang melingkupinya. Perbedaan yang
mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional adalah tujuan pencapaian dari
konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus memenuhi kaidah pedoman syariah
islamiyyah.
Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah :

1.sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah.

Sesungguhnya mengonsumsi sesuatu dengan niat untuk meningkatkan stamina dalam


ketaatan pengamdian kepada Allah akan menjadikan konsumsi itu bernilai ibadah yang
dengannya manusia mendapatkan pahala. Sebab hal-hal yang mubah bisa menjadi ibadah
jika disertai niat pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah, seperti: makan, tidur dan
bekerja, jika dimaksudkan untuk menambah potensi dalam mengabdi kepada Ilahi.
Dalam ekonomi islam, konsumsi dinilai sebagai sarana wajib yang seorang muslim tidak
bisa mengabaikannya dalam merealisasikan tujuan yang dikehendaki Allah dalam

8
penciptaan manusia, yaitu merealisasikan pengabdian sepenuhnya hanya kepadaNya
sesuai dengan firman Allah yang mengatakan bahwa

: ‫وما خلقت الجن االلیعبدون‬

Terjemahnya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menghamba kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)32

Karena itu tidak aneh, bila islam mewajibkan manusia mengonsumsi apa yang dapat
menghindarkan dari kerusakan dirinya, dan mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban
yang dibebankan Allah kepadanya. Pada dasarnya konsumsi dibangun atas dua hal, yaitu,
kebutuhan (hajat) dan kegunaan atau kepuasan (manfaat). Secara rasional, seseorang
tidak akan pernah mengonsumsi suatu barang manakala dia tidak membutuhkannya
sekaligus mendapatkan manfaat darinya. Dalam prespektif ekonomi Islam, dua unsur ini
mempunyai kaitan yang sangat erat (interdependensi) dengan konsumsi itu sendiri.

2.Kebutuhan Hajat

Bila masyarakat mengehendaki lebih banyak akan suatu barang atau jasa maka hal
ini akan tercermin pada kenaikan pemanfaatan akan barang dan jasa tersebut. Kehendak
seseorang untuk membeli atau memiliki suatu barang atau jasa bisa muncul karena faktor
kebutuhan ataupun faktor keinginan. Kebutuhan terkait dengan segala sesuatu yang harus
dipenuhi agar suatu barang berfungsi secara sempurna.33 Ungkapan di atas hendaknya
menjadi perhatian kita, bahwa tidak selamanya sesuatu yang kita konsumsi dapat
memenuhi kebutuhan hakiki dari seluruh unsur tubuh. Maksud hakiki di sini adalah
keterkaitan yang positif antara aktifitas konsumsi dengan aktifitas terstruktur dari unsur
tubuh itu sendiri. Apabila konsumsi mengakibatkan terjadinya difungsi bahkan kerusakan
pada salah satu atau beberapa unsur tubuh, tentu itu bukanlah kebutuhan hakiki manusia.
Karena itu, Islam secara tegas mengharamkan minum-minuman keras, memakan anjing,
dan sebagiannya. Selain itu, dalam kapasitasnya sebagai khalifah di muka bumi, manusia
juga dibebani kewajiban membangun dan menjaganya, yaitu, sebuah aktifitas Bila
masyarakat mengehendaki lebih banyak akan suatu barang atau jasa maka hal ini akan
tercermin pada kenaikan pemanfaatan akan barang dan jasa tersebut. Kehendak seseorang
untuk membeli atau memiliki suatu barang atau jasa bisa muncul karena faktor kebutuhan
ataupun faktor keinginan. Kebutuhan terkait dengan segala sesuatu yang harus dipenuhi
agar suatu barang berfungsi secara sempurna.33 Ungkapan di atas hendaknya menjadi
perhatian kita, bahwa tidak selamanya sesuatu yang kita konsumsi dapat memenuhi
kebutuhan hakiki dari seluruh unsur tubuh. Maksud hakiki di sini adalah keterkaitan yang
positif antara aktifitas konsumsi dengan aktifitas terstruktur dari unsur tubuh itu sendiri.
Apabila konsumsi mengakibatkan terjadinya difungsi bahkan kerusakan pada salah satu
atau beberapa unsur tubuh, tentu itu bukanlah kebutuhan hakiki manusia. Karena itu,
Islam secara tegas mengharamkan minum-minuman keras, memakan anjing, dan

9
sebagiannya. Selain itu, dalam kapasitasnya sebagai khalifah di muka bumi, manusia juga
dibebani kewajiban membangun dan menjaganya, yaitu, sebuah aktifitas 33Murokhim
Misanam Dkk, Yogyakarta, Ekonomi Islam, 2014, h. 130. 30 berkelanjutan dan terus
berkembang yang menuntut pengembangan seluruh potensinya disertai keseimbangan
penggunaan sumber daya yang ada. Artinya, Islam memandang penting pengembangan
potensi manusia selama berada dalam batas penggunaan sumber daya secara wajar.
Sehingga, kebutuhan dalam prespektif Islam adalah, keinginan manusia menggunakan
sumber daya yang tersedia, guna mendorong pengembangan potensinya dengan tujuan
membangun dan menjaga bumi dan isinya.berkelanjutan dan terus berkembang yang
menuntut pengembangan seluruh potensinya disertai keseimbangan penggunaan sumber
daya yang ada. Artinya, Islam memandang penting pengembangan potensi manusia
selama berada dalam batas penggunaan sumber daya secara wajar. Sehingga, kebutuhan
dalam prespektif Islam adalah, keinginan manusia menggunakan sumber daya yang
tersedia, guna mendorong pengembangan potensinya dengan tujuan membangun dan
menjaga bumi dan isinya.

3.Kegunaan atau kepuasan manfaat


Sebagaimana kebutuhan di atas, konsep manfaat ini juga tercetak bahkan menyatu
dalam konsumsi itu sendiri. Para ekonom menyebutnya sebagai perasaan rela yang
diterima oleh konsumen ketika mengonsumsi suatu barang. Rela yang dimaksud di sini
adalah kemampuan seorang konsumen untuk membelanjakan pendapatannya pada
berbagai jenis barang dengan tingkat harga yang berbeda.

Sedangkan menurut ekonomi konvensional kegiatan konsumsi adalah pekerjaan atau


kegiatan memakai atau menggunakan suatu produk barang atau jasa yang diproduksi atau
dibuat oleh produsen. Dalam kamus bahasa indonesia lengkap konsumsi adalah
pemakaian barang-barang produksi, bahan makanan dan sebagainya. Contoh kegiatan
konsumsi adalah seperti makan di warung, cukur jenggot di tukang pangkas rambut dan
berobat ke dokter. Sebagaimana dipahami dalam pengertian ilmu ekonomi konvensional,
bahwa ilmu ekonomi pada dasarnya mempelajari upaya manusia baik sebagai individu
maupun masyarakat. Dalam rangka melakukan pilihan penggunaan sumber daya yang
terbatas guna memenuhi kebutuhan (yang pada dasarnya tidak terbatas) akan barang dan
jasa. Kelangkaan akan barang dan jasa timbul bila kebutuhan (keinginan) seseorang atau
masyarakat ternyata lebih besar daripada tersedianya barang dan jasa tersebut. Jadi
kelangkaan ini muncul apabila tidak cukup barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan tersebut.
Konsumsi adalah suatu kegiatan menggunakan barang atau mengurangi nilai guna suatu
barang. Pengertian konsumsi ini hampir bisa dikaitkan dengan definisi permintaan.
Dimana dalam ilmu ekonomi mikro dijelaskan panjang lebar mengenai permintaan. Ilmu
ekonomi mikro menjelaskan bahwa permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang
dibutuhkan. Pengertian ini berangkat dari pernyataan bahwa manusia memiliki kebutuhan
10
(melakukan kegiatan konsumsi). Analisis mengenai perilaku konsumen dalam teori
ekonomi konvensional terbagi menjadi beberapa prinsip yaitu:
1. Kelangkaan dan Terbatasnya Pendapatan Adanya kelangkaan dan terbatasnya
pendapatan memaksa orang menentukan pilihan. Agar pengeluaran senantiasa berada
di anggaran yang sudah ditetapkan, meningkatkan konsumsi suatu barang atau jasa
harus disertai dengan pengurangan konsumsi pada barang dan jasa yang lain.

2. Konsumen Mampu Membandingkan Biaya dengan Manfaat Jika dua barang memberi
manfaat yang sama, konsumen akan memilih yang lebih kecil biayanya. Disisi lain,
bila untuk memperoleh dua jenis barang yang biayanya sama maka konsumen akan
lebih memilih yang lebih besar manfaatnya

3. Tidak Selamanya Konsumen Dapat Memperkirakan Manfaat dengan Tepat Saat


membeli suatu barang, bisa jadi manfaat yang diperoleh tidak sesuai dengan harga
yang harus dibayarkan. Pengalaman tersebut akan menjadi informasi bagi konsumen
yang akan mempengaruhi keputusan konsumsinya mengenai kebutuhan barang yang
akan datang.

4. .Setiap Barang Dapat Disubstitusi dengan Barang Lain Dengan demikian konsumen
dapat memperoleh kepuasan dengan berbagai cara. Konsumen tunduk pada hukum
Berkurangnya Tambahan Kepuasan (The Law Diminishing Marginal Utility).
Semakin banyak jumlah akan semakin lebih baik.

11
BAB III

PENUTUP
Teori konsumsi menurut ekonomi Islam yaitu mengonsumsi sesuatu sesuai dengan kebutuhan serta niat
untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan pengabdian kepada Allah akan menjadikan konsumsi itu
bernilai ibadah yang dengannya manusia mmendapatkan pahala. Konsumsi dalam ekonomi
konvensional yaitu suatu kegiatan menggunakan barang atau mmengurangi nilai guna suatu barang
dengan tingkat kepuasan yang sangat tinggi, dan lebih mendahulukan keinginan atau kesukaannya dari
apa yang ia butuhkan. Demikian makalah yang kami buat semoga dapat bermanfaat .apabila ada salah
dan kekeliruan kami sangat mengharap saran dan kritiknya.

12
DAFTAR PUSTAKA
* Murokhim Misanam Dkk, (Yogyakarta, Ekonomi Islam, Ed I, (Cet VI; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2014), h
127-128.

* Murokhim Misanam Dkk, Yogyakarta, Ekonomi Islam, 2014, h. 128.

*Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics. Theory and Practice, terj. M. Nastangin, Teori dan
Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 44.

*Ilfi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi, (Cet I; Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 55-

13

Anda mungkin juga menyukai