Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan
kepada Allah STW, yang karena bimbingannyalah dan motivasi dari guru ekonomi maka kami
menyelesaikan sebuah makalah ekonomi berjudul “KEGIATAN EKONOMI KONSUMEN DAN
PRODUSEN“
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga
menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. kami mengucapkan
terimakasih kepada ibuk guru yang telah membimbing kami dalam menghadapi berbagai
kesulitan dalam penyusunan makalah ini.
kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karna itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita
semua
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULIAN ………………………………………………… 1


A. Latar Belakang …………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………. 2
C. Tujuan Prilaku Konsumen …………………………………. 2

BAB II PRILAKU KONSUMEN DAN PRODUSEN DALAM KEGIATAN


EKONOMI ………………………..…………….. 3
A. Prilaku Konsumen …………………………………………… 3
B. Prilaku Produsen ……………………………………………. 10

BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 20


A. Kesimpulan …………………………………………..………. 20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 22


GLOSARIUM …………………………………………………………………. 23
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam mengenal konsumen kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai
perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Suatu metode didefinisikan
sebagai suatu wakil realitas yang disederhanakan, model perilaku konsumen dapat
didefinisikan sebagai suatu skema atau kerangka kerja yang disederhanakan untuk
menggambarkan suatu aktivitas - aktivitas konsumen. Model perilaku konsumen dapat pula
diartikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang diyakinkan konsumen
dalam mengambil keputusan membeli.Adapun yang mempengaruhi factor-faktor perilaku
konsumen Kekuatan social budaya terdiri dari factor budaya, tingkat social, kelompok
anutan (small referebce grups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan psikologi terdiri dari
pengalaman belajar,kepribadian, sikap dan keyakinan. Sedangkan tujuan dan fungsi model
perilaku konsumen sangat bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang
telah diketahui mengenai perilaku konsumen.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan masalah yang ada dikemukan perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah perilaku konsumen itu dalam ilmu ekonomi mikro?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku kosumen?
3. Metode apa saja yang digunakan dalam penelitian perilaku konsumen?
4. Apa teori dari perilaku konsumen ?

C. TUJUAN PERILAKU KONSUMEN


yang ingin dicapai sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apakah perilaku konsumen itu dalam ekonomi mikro
b. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen
c. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam penelitian perilaku konsumen
d. Untuk mengetahui teori dari perilaku konsumen.
BAB II
PERILAKU KONSUMEN DAN PRODUSEN DALAM KEGIATAN EKONOMI

A. Prilaku Konsumen
Sebelum kita dapat mengetahui pola perilaku konsumen, kita harus mengetahui terlebih
dahulu apakah yang dimaksud dengan konsumsi?. Kata konsumsi sudah tidak asing lagi bagi
Anda. Bukankah saat acara peringatan hari besar disekolah maupun dilingkungan
masyarakat selalu dibentuk panitia konsumsi?. Jadi menurut anda, apakah benar jika
konsumsi diartikan sebagai proses makan dan minum?
a. Pengertian Konsumsi
Kata konsumsi berasal dari kata consumptio yang berarti menggerogoti hingga habis
atau menghabiskan. Dengan begitu makan dan minum dapat dikategorikan sebagai kegiatan
konsumsi. Namun kegiatan konsumsi bukanlah hanya mencakup makan dan minum saja,
tetapi juga berkenaan dengan kebutuhan pakaian, tempat tinggal, transportasi dan masih
banyak lagi karena kebutuhan manusia cenderung bertambah dan beragam.
Jadi, setiap tindakan manusia dalam memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhannya termasuk dalam kegiatan konsumsi. Namun demikian, kita harus berhati-hati
dalam menentukan apakah suatu kegiatan dalam menggunakan suatu benda tersebut
termasuk kedalam lingkup konsumsi atau tidak.
Untuk melihat apakah pemakaian suatu benda termasuk kedalam lingkup konsumsi atau
produksi, kita dapat melihatnya dari beberapa hal yang menjadi ciri-ciri benda konsumsi
berikut.
Benda yang dikonsumsi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti
penggunaan ge rgaji, cangkul, mesin-mesin, dan barang-barang modal lainnya yang
bertujuan menambah faedah benda tidak dikategorikan ke dalam kegiatan konsumsi.
1. Manfaat nilai atau jumlah barang yang digunakan tersebut akan habis sekaligus atau
berangsur-angsur.
a. Barang yang nilai gunanya dihabiskan secara berangsur-angsur.
Contohnya Pakaian, sepatu dan televisi
b. Barang yang nilai gunanya dihabiskan sekaligus.
Contohnya Makanan, minuman dan obat-obatan.

2. Tujuan Kegiatan Konsumsi


Coba jelaskan, apa tujuan kamu makan, minum, berpakaian, menonton TV, atau piknik
ke pantai? Jawabannya tentu adalah untuk memenuhi kebutuhan. Makan, minum, dan
berpakaian adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik secara langsung.
Sedangkan menonton TV dan piknik adalah untuk memenuhi kebutuhan rohani. Kedua
jenis kebutuhan tersebut dipenuhi secara langsung oleh benda konsumsi. Artinya, benda
konsumsi tersebut secara langsung kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan konsumsi yang dilakukan manusia pada
umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau untuk memperoleh kepuasan.
Selain untuk tujuan konsumsi (menghabiskan kegunaanya), suatu benda juga dipergunakan
sebagai benda produksi. Sebagai contoh, Pak Amir memiliki mobil. Pada hari Senin sampai
Jumat, mobil tersebut dipergunakan untuk oleh Pak Amir untuk mengangkut penumpang.
Sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu, mobil tersebut khusus digunakan untuk keperluan
keluarga, seperti berbelanja ke pasar, piknik, atau jalan-jalan ke mal. Pada hari Sabtu dan
Minggu mobil tersebut digunakan untuk kegiatan konsumsi. Namun penggunaan mobil
tersebut dari hari Senin sampai dangan Jumat bukanlah untuk tujuan konsumsi, melainkan
untuk tujuan menghasilkan uang dan berperan sebagai benda produksi.

3. Pola Perilaku Konsumen


Masing-masing konsumen merupakan pribadi yang unik. Konsumen yang satu dengan
lainnya mempunyai kebutuhan yang berbeda dan perilaku yang berbeda dalam memenuhi
kebutuhannya. Namun, dalam perbedaan-perbedaan yang unik itu ada suatu persamaan,
yaitu setiap konsumen berusaha untuk memaksimalkan kepuasaannya dalam mengkonsumsi
suatu barang.
Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam
memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan– tindakan tersebut.
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi
dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang
mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).
Untuk membahas perilaku dalam ilmu ekonomi kita mengenal teori perilaku konsumen,
yang terakomodasi dalam pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.

4. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal


Pendekatan kardinal juga disebut sebagai pendekatan marginal utility. Pendekatan
Kardinal dalam analisis konsumen didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang
diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang dapat diukur/dikuantifikasi dengan satuan
tertentu, seperti uang, jumlah atau buah.
Semakin besar jumlah barang yang dikonsumsi, semakin besar pula tingkat kepuasan
konsumen.Konsumen yang rasional akan berusaha memaksimukan kepuasaannya dengan
pendapatan yang dimilikinya.
Beberapa pakar ekonomi telah mengembangkan gagasan mengenai konsep nilai guna.
Seperti dari hasil penelitian Herman Heinrich Gossen mengenai nilai guna total (Total
Utility) dan nilai guna marjinal (Marjinal Utility) yang terkandung dalam Hukum Gossen I dan
Hukum Gossen II.
Ø Hukum Gossen I
Menurut penelitian Herman Heinrich Gossen, Pemenuhan kebutuhan Akan suatu
barang dilakukan secara terus menerus, kenikmatan dari mengkonsumsi barang tersebut
mula-mula semakin tinggi, namun setiap tambahan satu unit barang akan membuat
tambahan kenikmatan menurun sampai akhirnya akan mencapai titik jenuh (mencapai titik
nol).
Ø Hukum Gossen II
Mengingat sumber daya yang terbatas, pemenuhan kebutuhan primer akan lebih tinggi
tingkat kepuasaannya daripada pemenuhan kebutuhan sekunder. Demikian pula
pemenuhan kebutuhan sekunder lebih tinggi tingkat kepuasaan/kegunaannya daripada
kebutuhan mewah atau kebutuhan tersier.
Ø Pendekatan Ordinal
Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen mampu meranking/membuat urutan-
urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan yang akan
diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara absolut. Pendekatan ordinal digunakan
dengan menggunakan analisis kurva indiferensi. Kurva indiferensi adalah kurva yang
menunjukkan berbagai titiktitik kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang
sama.
5. Karakteristik Kurva Indiferensi
Kurva indiferensi memiliki karakteristik atau ciri-ciri umum sebagai berikut:
ü Memiliki kemiringan yang negatif Bila jumlah suatu barang dikurangi maka jumlah barang
yang lain harus ditambah agar dapat memperoleh tingkat kepuasan yang sama.
ü Tidak dapat berpotongan Perpotongan antara dua kurva indiferensi tidak mungkin terjadi.
ü Cembung terhadap titik nol

B. Perilaku Produsen
Dahulu pada zaman purba , barang - barang yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dapat diambil begitu saja dari alam tanpa mengeluarkan pengorbanan
yang berarti. Hal ini dapat berlangsung karena barang yang tersedia jauh melebihi yang
diperlukan penduduk pada zaman itu. Belum lagi kenyataan bahwa pada saat itu kebutuhan
manusia masih sangat sederhana.
Namun, setelah mengalami perubahan – perubahan zaman yang memicu banyak
terjadinya perubahan dalam berbagai bidang, manusia dihadapkan pada kenyataan bahwa
barang yang mereka butuhkan jauh melampaui sumber daya alam yang ada. Bahkan
seringkali barang yang mereka butuhkan dari alam tidak dapat langsung mereka gunakan
melainkan harus melalui proses produksi. Jadi, apakah yang dimaksud dengan produksi?
1. Pengertian Produksi
Produksi dapat kita lihat dimana saja. Produksi yang paling sederhana adalah
seseorang membuka salon kecantikan di rumahnya. Ia sudah dapat mendapat penghasilan
dari salonnya tersebut. Inilah yang dimaksud dengan produksi, seseatu yang berkaitan
dengan penambahan nilai guna suatu objek. Nilai guna yang ditambahkan dalam contoh
diatas adalah bagaimana sebuah rumah tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal
namun dapat berfungsi juga untuk menghasilkan pendapatan bagi pemiliknya.

2. Tujuan Produksi
Dari pengertian tersebut, jelas bahwa kegiatan produksi mempunyai tujuan yang
meliputi:
 Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.
 Meningkatkan kemakmuran masyarakat.
 Memperoleh keuntungan sebesar - besarnya.
 Memperluas lapangan usaha.
 Menjaga kesinambungan usaha perusahaan.
 Memenuhi kebutuhan rumah tangga produksi maupun rumah konsumsi
 Memacu tumbuhnya usaha produksi lain sehingga dapat menyerang pengangguran.
 Meningkatkan pendapatan masyarakat atau pendapatan negara
 Memproduksi barang-barang ekspor berarti meningkatkan sumber devisa Negara.
3. Faktor – faktor Produksi
Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur - unsur yang dapat digunakan dalam
proses produksi. Unsur – unsur ini meliputi Sumber Daya Alam, tenaga manusia, modal, dan
kewirausahaan. Semua unsur – unsur tersebut dinamakan faktor produksi. Jadi, Faktor
produksi adalah semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha
memperbesar barang dan jasa.

4. Faktor Produksi Sumber Daya Alam ( Natural resources)


Sumber Daya Alam adalah segala sesuatu yang di sediakan oleh alam dan dapat
dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber Data Alam disini meliputi
segala sesuatu yang ada dalam Bumi, seperti:
 Tanah
 Tumbuhan
 Hewan
 Air
 Dsb

5. Faktor Produksi Tenaga Kerja ( Labour )


Tenaga kerja yang dimaksudkan disini adalah semua tenaga manusia termasuk
kemampuan fisik, mental, keterampilan dan keahlian yang dapat disumbangkan untuk
memngkinkan dilakukannnya proses produksi barang atau jasa. Tenaga kerja menurut
kemampuannya di bedakan menjadi:
ü Tenaga kerja terdidik (Skilled Labour)
Adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal.
Contohnya akuntan, guru, dokter, peneliti,dan pengacara.
ü Tenaga kerja terlatih (Trained labour)
Adalah tenag kerja yang memperoleh keahliandari pengalaman dan keahlian. Contohnya
sopir, teknisi, montir,dan tukang kayu.
ü Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled and untrained labour)

Adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekutan jasmani daripada pendidikan dan
pelatihan terlebih dahulu. Contohnya tukang sapu, pemulung, buruh tani, buruh kasar dan
pesuruh.

6. Faktor Produksi Modal (Capital)


Dalam hal ini modal bukan hanya berupa uang, namun modal yang dimaksudkan disini
adalah barang – barang modal maupun uang yang digunakan untuk memproduksi barang
lebih lanjut.
Sebagai contoh, nelayan tidak dapat mengambil ikan dengan uang namun uang dapat
digunakan untuk membeli jala yang dapat digunakan untuk mngambil ikan. Jadi, terbukti
bahwa selain modal dalam bentuk uang, kita juga membutuhkan apa yang dinamakan
barang – barang modal.

7. Faktor Produksi Kewirausahaan (Enterpreneurship)


Faktor ini mengambil peranan penting dalam proses produksi. Hal ini disebabkan
karena walaupun factor tanah sudah tersedia, modal sudah dimiliki, tenaga kerja lengkap
dan siap melaksanakan tugas masing – masing, tetapi jika tidak dipimpin dan di organisasi
oleh seorang yang ahli dan berpengalaman maka apa yang direncanakan tidak akan tercapai.
Maka dari itu, seorang pengusaha harus memiliki keahlian untuk menunjang bakat dan
kemampuannya.
Pengusaha sebagai pemicu proses produksi harus memliki kemampuan untuk
mengatur dan mengkombinasikan faktor - faktor produksi dalam rangka meningkatkan
kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien.
Sebagai contoh, ada dua Negara yang memiliki tiga factor produksi yang sama (SDA,
tenaga kerja, dan modal), tetapi hanya salah satu diantaranya berproduksi lebih baik karena
ia memiliki kapasitas entrepreneurship yang lebih baik daripada Negara yang lain.

8. Pola Perilaku Produsen


a. Produksi jangka pendek
Produksi jangka pendek berarti terdapat satu faktor produksi yang bersifat tetap
sedangkan faktor produksi lainnya bersifat variabel (berubah - ubah). Dalam hal ini jangka
pendek dan jangka panjang tidak terkait dengan lamanya waktu yang digunakan dalam
proses produksi suatu barang, tetapi lebih kepada sifat factor produksi yang digunakan.
1. Fungsi Produksi
Adalah hubungan teknis antara factor produksi dengan barang produksi yang dihasilkan
dalam proses produksi. Produk sebagai output dari proses produksi sangat tergantung pada
faktor produksi sebagai input dalam proses produksi tersebut. Hubungan antara faktor
produksi dengan produk dapat digambarkan sebagai berikut :
ü Input:
a. SDA
b. SDM
c. Modal
d. Pengusaha

ü Output :
a. Barang dan Jasa
Apabila salah satu factor produksi sebagai input mengalami perubahan, maka output
akan berubah sesuai dengan besar kecilnya pengaruh factor produksi yang bersangkutan
terhadap outputnya.

2. Hukum Tambahan Hasil yang Menurun (The Law of Diminishing Return)


Hukum ini menggambarkan apabila factor produksi yang dapat diubah jumlahnya
misalnya tenaga kerja terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi
total akan semakin banyak pertambahannya. Akan tetapi sesudah mencapai tingkat
tertentu, produksi tambahan akan makin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif. Ini
menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat
yang maksimum kemudian menurun.
Dalam produksi jangka pendek, salah satu factor produksi bersifat tetap, sedangkan
fakor produksi lainnya variable. Dalam hal ini akan dijumpai kenaikan produksi total yang
akan berkurang seiring dengan pertambahan faktor produksi variable ditambah secara terus
menerus.
Faktor Faktor Produksi Tambahan
Produksi Produksi Variabe Total Padi Hasil
Tetap (Tanah ) l ( Produksi
(Tenaga Kerja) Marginal )
1 0 0 -
1 1 8 8
1 2 18 10
1 3 30 12
1 4 45 15
1 5 55 10
1 6 63 8
1 7 70 7
1 8 70 0
1 9 60 - 10
1 10 50 - 10

Tabel 1. Tambahan hasil produksi


padi

Berdasarkan Tabel 1 diatas, dapat disimpulkan bahwa pertambahan produksi total ini
semakin sedikit seiring terus terjadinya pertambahan tenagan kerja. Namun, jumlah
pertambahan produksi total (produksi marginal) ini semakin sedikit. Pada saat ada satu
tenaga kerja, produksi total yang dihasilkan adalah delapan. Jika tenaga kerja ditambah
menjadi dua orang, produksi total meningkat menjadi 18, berarti produksi marginal
sebanyak 10.
Tambahan produksi ini biasa disebut produksi marginal tenaga kerja, yaitu tambhan
produksi akibat bertambahnya satu satuan tenaga kerja. Dari tabel tersebut juga diketahui
bahwa sifat dari produksi marginal adalah pada awalnya meningkat sejalan dengan
meningkatnya produksi total dan mencapai puncaknya saat produksi total mencapai titik
maksimum. Setelah mencapai puncaknya, produksi marginal akan terus menurun bahkan
bisa mencapai angka negatif

b. Produksi Jangka Panjang


Produksi dalam jangka panjang bukan berarti proses produksi yang dilakukan membutuhkan
waktu yang panjang. Jangka panjang yang dimaksudkan dalam artian ini adalah semua
variable yang digunakan dalam produksi berubah – ubah.
1. Perilaku Produsen yang Mengutamakan Kepentingan Masyarakat
Kemajuan dan kesuksesan suatu bisnis tergantung pada etos kerja dan etika para
pelaku bisnis. Selain emngejar keuntungan, pelaku bisnis juag perlu menanamkan
kepercayaan kepada pelanggan. Perhatikan contoh kasus berikut :
Sebuah butik membuat baju yang dipesan pelanggannya. Agar tidak mengecewakan
pelanggannya, ia membeli bahan berkualitas di pasar tradisional Tanah Abang. Untuk
mengerjakannya, diserahkan pada dua orang pegawainya yang sudah profesional. Setelah
jadi baju itu dijualnya dengan harga yang pantas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan
dari kebutuhan. seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu.
Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai
paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri,
pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan,
kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian
mencoba untuk memuaskan kebutuhan. Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu
berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin
didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya,
baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai
feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang
sama.
Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari
dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat
membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk
membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut
itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai
berikut:
1. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi
ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan
keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat
dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas
promosi lainnya.
2. Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi
pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi
oleh discount harga, atau display produk
3. Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering
memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata
lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu
pembelian
DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 2002. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1 Ekonomi Mikro, Penerbit BPFE-
Yogyakarta, Yogyakarta.
Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard, Paul W., 1994. Perilaku Konsumen, Alih
bahasa Budiyanto, Binarupa Aksara, Jakarta,.
diakses tanggal 02 Januari 2009
N. Gregory Mankiw, 2006. Principles of Enconomics, Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi 3,
Penerbit Salemba Empat. Jakarta
MAKALAH EKONOMI
KONSUMEN DAN PRODUSEN DALAM KEGIATAN
EKONOMI

DISUSUN OLEH:

SITI AMIRAH
KELAS XII IPS

MA MASHALIHUL MURSALAT

Anda mungkin juga menyukai