Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EKONOMI SYARIAH

“Perbedaan Perilaku Konsumen Dalam Islam Dengan


Konvensional”

Disusun Oleh:

ABDURRAHMAN
NIM. 2011680035

Dosen Pengampu:

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan Rahmat serta taufik-Nya saya dapat menyusun makalah ini
dengan judul “Perbedaan perilaku konsumen dalam islam dengan
konvensional” ini untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah,
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad
SAW yang akan menjadi shafa’atul uthma bagi kita semua di akhirat
kelak..Amin.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah
ini dan yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmunya kepada
penulis. Kepada teman-teman yang telah memberikan masukan atas
kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
dosen pengampu sangat kami harapkan demi kebaikan makalah kami
selanjutnya dan semoga apa yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.

Bengkulu, April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i


KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................2
C. Tujuan .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Konvensional................3
B. Perilaku Konsumen Dalam Islam...............................................6
C. Perbedaan Perilaku Konsumen Konsumen Dalam Islam dan
Dalam Perspektif Konvensional ................................................9

BAB III KESIMPULAN ..............................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku konsumen juga berarti cara konsumen mengeluarkan
sumberdayanya yang terbatas, seperti uang, waktu, dan tenaga untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan demi kepuasannya.
Perilaku konsumen dalam pengertian lain adalah perilaku yang
ditunjukkan konsumen dalam mencari, menukar, menggunakan,
menilai, mengatur barang atau jasa yang dianggap mampu
memuaskan kebutuhan mereka.
Perilaku konsumen merupakan perilaku atau sikap manusia
dalam memanfaatkan pemasukan dalam memenuhi kebutuhannya,
baik secara individu maupun sosial. Sisi keunggulan perilaku
konsumen muslim dari pada perilaku konsumen konvensional ialah
bentuknya bukan sekedar memenuhi kepuasan semata, melainkan
juga memiliki nilai manfaat dan berkah, dalam hal ini hedonisme tidak
berlaku dalam perilaku konsumen muslim. Dalam Islam, perilaku
seorang konsumen harus mencerminkan hubungan dirinya dengan
Allah Swt, inilah yang membedakan dengan perilaku konsumsi
konvensional.
Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu kiranya membahas lebih
mendalam mengenai Perbedaan perilaku konsumen dalam islam
dengan konvensional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana perilaku konsumen dalam perspektif konvensional?
2. Bagaimana perilaku konsumen dalam Islam?
3. Apa saja perbedaan perilaku konsumen konsumen dalam Islam
dan dalam perspektif konvensional?

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari
makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui tentang perilaku konsumen dalam perspektif
konvensional
2. Mengetahui tentang perilaku konsumen dalam Islam?
3. Mengetahui tentang perbedaan perilaku konsumen konsumen
dalam Islam dan dalam perspektif konvensional?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Konvensional


1. Defenisi Perilaku Konsumen
Dalam teori ekonomi dikatakan bahwa manusia adalah
makhluk ekonomi yang selalu berusaha memaksimalkan
kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Para konsumen akan
berusaha memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan
finansialnya memungkinkan. Mereka memiliki pengetahuan tentang
alternatif produk yang dapat memuaskan kebutuhan mereka.1
Menurut Kotler dalam The American Marketing Assosiation,
sebagaimana dikutip Nugroho J. Setiadi, prilaku konsumen
merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku
dan lingkungannya, di mana manusia melakukan kegiatan
pertukaran dalam hidup mereka. Dari hal tersebut terdapat tiga ide
penting yang dapat disimpulkan yaitu: 1) perilaku konsumen adalah
dinamis; 2) hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan
kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar; 3) juga melibatkan
pertukaran.2
Sedangkan menurut Swastha dan Handoko perilaku
konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa,
termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.3 Menurut
Engel adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan,

1
Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), 3-4
2
Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), 3-4
3
Swastha dan Handoko, Analisis Perilaku Konsumenten terhadap produk
Tabungan Perbankan, (Solo: PT. Aksara Solopos, 2000), 10

3
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk jasa, termasuk proses
keputusan yang mengikuti dan mendahului tindakan ini. Sedangkan
menurut Loudan dan Bitta lebih menekankan perilaku konsumen
sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka
mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah pengambilan
keputusan yang mensyaratkan aktifitas individu untuk
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang
dan jasa.4
Dari pengertian di atas, maka perilaku konsumen merupakan
tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh
konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai,
memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui
proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses
pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan
tersebut.
2. Aktivitas Konsumsi Konsumen Konvensional
Berlandaskan pada sebuah paham Kapitalisme dalam
tatanan ekonomi konvensional, setiap konsumen dikenalkan pada
sebuah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara
penuh kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan ekonominya,
baik sebagai seorang konsumen yang benar-benar membeli barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, maupun seorang
konsumen yang melakukan kegiatan mengkonsumsi barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan mewahnya. Dalam sistem seperti
ini setiap orang dapat mengatur nasibnya sendiri berdasarkan
keinginan dan kemampuannya, setiap orang bebas bersaing dalam
memenuhi kebutuhannya, dan bebas memuaskan keinginannya
tanpa terikat oleh siapapun.

4
Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), 2

4
Pada kenyataannya, sifat keinginan manusia memang tidak
pernah terbatas. Hal ini sudah menjadi tabiat alami setiap manusia
di bumi yang terkadang menjadikan mereka mempunyai potensi
untuk berbuat kerusakan, masalah keinginan manusia merupakan
tema sentral dalam susunan paradigmanya. Disebutkan dalam
pengertian ilmu ekonomi, sebagai ilmu yang membahas perilaku
manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya yang tidak
terbatas terhadap sumber daya alam yang terbatas.
Dari uraian-uraian sebelumnya, dapat kita pahami bahwa
yang selalu menjadi pedoman seorang individu dalam aktivitasnya
memuaskan keinginan untuk memenuhi kebutuhan adalah prinsip-
prinsip daripada sistem ekonomi konvensional, diantaranya:
a. Freedom, kebebasan ekonomi bermakna tidak adanya tekanan
dari pihak tertentu terhadap inisiatif individu untuk menjalankan
kegiatan ekonomi. Prinsip ini menjadikan individu berpikir
rasional dan menganggap keagamaan tidak relevan untuk
memahami dan mengatasi permasalahan-permasalahan socio-
economi.
b. Self Interest, setiap manusia memiliki kebutuhan untuk
memenuhi kepentingan pribadinya. Pola pikir dan pola tindakan
individu dalam prinsip lebih cenderung menonjolkan
subjektivitas egoisnya yang tidak mempedulikan kepentingan
orang lain, kecuali itu memberikan keuntungan. Individu tidak
perlu pula peduli dengan kepentingan masyarakat atau
kepentingan sosial, apalagi jika bertentangan dengan
kepentingan pribadinya. Perhatian utama hanya ditujukan pada
pencapaian kepuasan materi untuk kepentingan individu belaka,
bahkan terkadang juga mengabaikan etika.
c. Materialistis, prinsip ini menempatkan materi sebagai sumber
kebahagiaan dan kepuasan yang mengantarkan setiap individu
untuk bersikukuh mencenderungkan pencapaian kepuasan

5
marginal, Padahal kepuasan marginal itu sendiri pada akhirnya
tunduk terhadap hukum kepuasan yang semakin menurun.
Kepuasan meterialistis dalam hal ini diukur menurut nilai
kepuasan yang didapat dari setiap jumlah barang dan jasa yang
dikonsumsi.

B. Perilaku Konsumen Dalam Islam


1. Defenisi Konsumen dalam Islam
Dalam ekonomi Islam, konsumsi diartikan dengan kegiatan
manusia dalam menggunakan komoditas yang baik dan jauh dari
sesuatu yang diharamkan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani
maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi
kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan
kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah).
Secara umum konsumen adalah setiap orang yang
melakukan aktivitas konsumsi. Akan tetapi pada hakekatnya
konsumen mengandung pengertian yang sangat luas sebagaimana
yang diungkapkan Presiden Amerika Serikat, Jhon F. Kennedy,
“Consumers by definition include us all” (secara definisi, kita semua
adalah termasuk konsumen).
Menurut Muhammad Djakfar, konsumen muslim adalah
setiap orang atau badan pengguna produk baik berupa barang
maupun jasa dengan berpegang teguh pada ketentuan-ketentuan
yang berlaku sesuai syariat Islam.5
Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dijelaskan bahwa konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

5
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, (Malang: UII Press,
2007), hal. 130

6
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.6
Para pakar ekonomi Islam juga tidak membedakan antara
barang konsumsi, barang produksi, dan barang perantara
sebagaimana yang terdapat dalam ilmu ekonomi konvensional. Hal
ini membawa pengaruh pada definisi konsumen (al-mustahlik) yang
harus dilindungi dalam Islam karena konsumen dalam Islam
termasuk semua pemakai barang, apakah barang itu dipakai
langsung sehingga habis, atau dijadikan sebagai alat perantara
untuk produksi selanjutnya karena keadilan adalah milik semua
orang baik berkedudukan sebagai individu maupun kelompok. 7
Sementara itu ketika konsumsi dan konsumen secara Islami
telah dipahami, maka penting pula untuk memahami makna dari
perilaku konsumen. Secara sederahana, perilaku konsumen
merupakan tingkah laku dari konsumen itu sendiri, dimana mereka
dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka.
Akan tetapi, Fokus dari perilaku konsumen dalam Islam adalah
bagaimana setiap individu membuat keputusan untuk
menggunakan sumber daya yang telah tersedia untuk dikonsumsi
dengan berdasarkan pada syariah Islam.
2. Konsumsi Konsumen Muslim
Perilaku konsumen merupakan suatu aktivitas manusia
yanng berkaitan dengan aktivitas membeli dan menggunakan
produk barang dan jasa, dengan memperhatikan kaidah ajaran
islam, dan berguna bagi kemaslahatan umat. Ciri-ciri perilaku
konsumen Muslim yaitu:

6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, (Jakarta: Visimedia, 2007), hal. 3
7
Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam,
(Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2004), hal. 131

7
a. Seorang muslim dalam berkonsumsi didasarkan atas
pemahaman bahwa kebutuhannya sebagai manusia terbatas.
Seorang muslim akan mengkonsunsi pada tingkat wajar dan
tidak berlebihan. Tingkat kepuasan berkonsumsi sebagai
kebutuhan, bukan sebagai keinginan.
b. Suatu tingkat kepuasan tidak hanya di tentukan oleh jumlah
satu atau dua pilihan, namun suatu tingkat kepuasan akan
ditentukan oleh kemaslahatan yang dihasilkan.
c. Seorang muslim tidak akan mengkonsumsi barang-barang
subhat apalagi barang-barang yang sudah jelas haramnya.
d. Seorang muslim tidak akan membelanjakan hartanya secara
berlebihan, dan tidak akan membeli barang-barang diluar
jangkauan penghasilannya.
e. Sebagai seorang muslim akan mencapai tingkat kepuasan
tergantung kepada rasa syukurnya.
Islam berpandangan bahwa hal terpenting yang harus
dicapai dalam aktifitas konsumsi adalah maslahah. “Maslahah
adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material,
yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk
yang paling mulia”. Maslahah memiliki dua kandungan, yaitu
manfaat dan berkah. Maslahah hanya bisa didapatkan oleh
konsumen saat mengkonsumsi barang yang halal saja.
Menurut Manan terdapat lima prinsip konsumsi dalam Islam
yaitu: pertama, prinsip keadilan. Prinsip ini mengandung arti ganda
mengenai mencari rizki yang halal dan tidak dilarang hukum.
Kedua, prinsip kebersihan. Maksudnya adalah bahwa makanan
harus baik dan cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun
menjijikkan sehingga merusak selera. Ketiga, prinsip
kesederhanaan. Prinsip ini mengatur  perilaku manusia mengenai
makan dan minuman yang tidak berlebihan. Keempat, prinsip

8
kemurahan Hati. Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya
maupun dosa ketika kita memakan dan meminum makanan halal
yang disediakan Tuhannya, Kelima, prinsip moralitas. Seorang
muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah SWT. sebelum
makan dan menyatakan terimakasih setelah makan.8
Mengkonsumsi barang dan jasa yang halal saja merupakan
bentuk kepatuhan manusia kepada Allah SWT, sebagai
balasannya, manusia akan mendapatkan pahala sebagai bentuk
berkah dari barang dan jasa yang dikonsumsi.
Teori konsumsi Islam mengajarkan untuk membuat prioritas
dalam pemenuhan kebutuhan. “Urutan prioritas kebutuhan tersebut
adalah: dharuriyat (primer), hajjiya (sekunder), dan tahsiniyat
(tersier)”.

C. Perbedaan Perilaku Konsumen Konsumen Dalam Islam dan


Dalam Perspektif Konvensional
Perilaku konsumen dalam perspektif ekonomi konvensional dan
hukum ekonomi Islam dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:
1. Terletak pada pandangan manusia terhadap kehidupan dunia.
Ekonomi konvensional memandang bahwa kehidupan dunia
merupakan hak mutlak bagi manusia untuk hidup bebas sesukanya
dengan mencapai kepuasan tanpa berfikir bahwa semua yang
diperoleh dan digunakan manusia adalah penciptaan dari Tuhan.
edangkan ekonomi Islam mengajarkan bahwa kehidupan dunia
didasarkan pada prinsip pertanggungjawaban kepada yang Maha
Pencipta.
2. Terletak pada prinsip konsumsi. Dalam tatanan ekonomi
konvensional, prinsip yang menjadi pedoman aktivitas konsumsi
adalah prinsip freedom, self interest, dan materialistis. Ketiga

8
Imadudin Yuliadi, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2010), h. 181-182

9
prinsip tersebut mengasumsikan manusia sebagai rational
economics man yang memiliki kebebasan untuk mengatur nasibnya
sendiri berdasarkan keinginan dan kemampuan, setiap konsumen
bebas bersaing dalam memenuhi kebutuhannya, dan setiap
individu bebas memuaskan keinginannya tanpa terikat siapapun.
3. Terletak pada motif dan tujuan konsumsi. Terdapat dua motif
konsumsi dalam ekonomi konvensional maupun ekonomi Islam,
yaitu motif yang berasal dari dalam diri manusia dan motif yang
berasal dari luar diri manusia. Perilaku konsumen konvensional
didorong oleh motif internal yang bertujuan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup dan motif eksternal yang lebih bertujuan untuk
pemenuhan keinginan hawa nafsu.
4. Terletak pada konfigurasi kebutuhan konsumen.
Dalam ekonomi konvensional, kebutuhan ditentukan oleh
konsep kepuasan (utility) sehingga pembagian kebutuhan tersebut
dibagi berdasarkan tingkat intensitas, sifat, subjek yang
membutuhkan, dan waktu. Menurut intensitas penggunaannya,
kebutuhan dapat dibagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan
tersier. Menurut sifatnya, kebutuhan terdiri dari kebutuhan jasmani
dan kebutuhan rohani.
Ekonomi konvensional mengasumsikan konsumen selalu
bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility), semua barang atau
jasa yang akan memberikan rasa kepuasaan bebas untuk
dikonsumsi dengan cara apapun tanpa adanya batasan kecuali
batasan dari hukum positif yang mengatur pelanggaran terhadap
aktivitas konsumsi suatu barang, misalnya konsumsi narkoba.
sedangkan dalam ekonomi Islam dalam mengkonsumsi bertujuan
untuk mencapai suatu maslahah.
Dari penelusuran berbagai literatur yang membahas tentang
konsep utility, ditemukan beberapa proposisi utility sebagai berikut:
a. Konsep utility membentuk persepsi kepuasan materialistis.

10
b. Konsep utility mempengaruhi persepsi keinginan
c. konsumen. Konsep utility mencerminkan peranan self-interest
konsumen
d. Persepsi tentang keinginan memiliki tujuan untuk mencapai
kepuasan materi
e. Self-interest mempengaruhi persepsi kepuasan materialistis
konsumen
f. Persepsi kepuasan menentukan keputusan (pilihan) konsumen
Sedangkan pada berbagai literatur Islam yang menerangkan
tentang perilaku konsumen, ditemukan beberapa proposisi sebagai
berikut:
a. Konsep maslahah membentuk persepsi kebutuhan manusia.
b. Konsep maslahah membentuk persepsi tentang penolakan
terhadap kemudharatan.
c. Konsep maslahah memanifestasikan persepsi individu tentang
upaya setiap pergerakan amalnya mardhatilah..
d. Upaya mardhatilah mendorong terbentuknya persepsi
kebutuhan islami.
e. Persepsi seorang konsumen dalam memenuhi kebutuhannya
menentukan keputusan konsumsinya.9
5. Perbedaannya terletak pada teori perilaku konsumen.
Teori perilaku konsumen konvensional memberikan
pandangan bahwa setiap konsumen selalu bersedia
membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh sejumlah
barang dan jasa karena barang dan jasa tersebut berguna serta
dapat menambah tingkat kepuasan.
Sedangkan dalam teori perilaku konsumen muslim, sangat
penting adanya pembagian jenis barang dan jasa antara yang
haram dan yang halal. Perilaku Konsumen dalam melakukan

9
Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 96

11
aktifitas konsumsi yang berlandaskan atas prinsip ekonomi secara
islami sarat dengan nilai-nilai kerohanian yang secara tidak
langsung mengarahkan konsumen agar tidak konsumtif dan tetap
menjaga kemaslahatan bukan mengedepankan kesenangan dan
kepuasan semata. Lebih berorientasi kepada konsep kebutuhan
(need) daripada keinginan (want).

12
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa


Perbedaan perilaku konsumen dalam ekonomi konvensional dan ekonomi
Islam yaitu pertama, terletak pada pandangan manusia terhadap
kehidupan dunia. Ekonomi konvensional memandang bahwa kehidupan
dunia adalah hak mutlak bagi manusia sedangkan ekonomi Islam
mengajarkan bahwa kehidupan dunia didasarkan pada prinsip
pertanggungjawaban kepada yang Maha Pencipta. Kedua, terletak pada
prinsip konsumsi. Prinsip konsumsi dalam ekonomi konvensional ada tiga
yaitu freedom, self interest, dan material. Perspektif ekonomi Islam,
perilaku konsumen didasarkan pada filosofi ketuhanan sehingga dalam
setiap aktivitasnya memenuhi kebutuhan konsumen dituntut agar selalu
berpedoman pada prinsip tauhid dan juga keadilan. Prinsip tersebut
mengajarkan individu akan kesadaran moral untuk hidup dalam kepatuhan
dengan beribadah kepada Allah, dan bertanggungjawab terhadap setiap
yang dilakukannya terutama dalam hal konsumsi. Ketiga, terletak pada
motif dan tujuan konsumsi. Keempat, terletak pada konfigurasi kebutuhan
konsumen, dan Kelima, perbedaannya terletak pada teori perilaku
konsumen.

13
DAFTAR PUSTAKA

Djakfar, Muhammad. 2007. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Malang:


UII Press

Muflih, Muhammad. 2006. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu


Ekonomi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Muhammad dan Alimin. 2004. Etika & Perlindungan Konsumen Dalam


Ekonomi Islam. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA

Simamora, Bilson. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Swastha dan Handoko. 2000. Analisis Perilaku Konsumenten terhadap


produk Tabungan Perbankan. Solo: PT. Aksara Solopos

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang


Perlindungan Konsumen. Jakarta: Visimedia, 2007

Yuliadi, Imadudin. 2010. Ekonomi Islam Sebuah Pengantar. Jakarta:


encana Prenada Media

14

Anda mungkin juga menyukai