Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI PERILAKU KONSUMEN


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ekonomi Mikro
Dosen pengampu: Rakhmat Dwi Pambudi, M.Si

DisusunOleh:

Raihan Achmad Farizi (2205026055)

Anisa Putri Aprilia Nafisah (2205026056)

Ilham Kharullah (2205026057)

Muhamad Nouval Raya Fahreza (2205026058)

Rasti Amalia Octaviani (2205026059)

Serliya Nur Indriyani (2205026060)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teori Perilaku Konsumen,
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah: Ekonomi Mikro. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Teori Perilaku Konsumen, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rakhmat Dwi Pambudi, M.Si selaku
Dosen Ekonomi Mikro yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makaalah ini.

Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.......................................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................5
A. Teori Pendekatan Kardinal............................................................................................................5
B. Pemaksimuman Nilai Guna............................................................................................................7
D. Teori Permintaan..........................................................................................................................10
E. Paradoks Nilai..............................................................................................................................11
G. Pendekatan Atribut dalam Teori Konsumen.................................................................................13
BAB III...................................................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................................................14
A. Kesimpulan..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pokok persoalan ekonomi yang dihadapi oleh setiap orang dan setiap keluarga
adalah seperti ini: orang ingin hidup layak sebagai manusia dan sebagai warga
masyarakat. Untuk itu dibutuhkan bebagai macam barang dan jasa seperti makanan,
pakaian, rumah, obat, sepatu, pengangkutan, dan sebagainya. Di lain pihak dihadapkan
dengan harga yang harus dibayar serta terbatasnya penghasilan yang membatasi apa
dan berapa yang dapat dibeli. Menghadapi persoalan seperti ini , seseorang konsumen
harus bertindak bijaksana dalam mempergunakan uangnya. Bertindak ekonomis
diartikan mempertimbangkan hasil dan pengorbanan.
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh
beberapa factor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, di saat
kondisi yang lain tidak berubah. Perilaku konsumen ini didasarkan pada teori pelaku
konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang
diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai keputusan
tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan.
Terpenuhinya kebutuhan menimbulkan rasa kepuasan, serta kemampuan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia disebut kegunaan (utility).
Sedangkan yang dimaksud dengan pengorbanan dalah harga yang harus dibayar yang
perlu dicurahkan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan,

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan kardinal?
2. Bagaimana cara pemaksimuman nilai guna?
3. Apa yang dimaksud dengan teori nilai guna dan teori permintaan?
4. Apa yang dimaksud paradoks nilai?
5. Mengapa terjadi surplus konsumen?
6. Apa yang dimaksud pendekatan artibut?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan penekatan kardinal
2. Menjelaskan cara pemaksimuman nilai guna
3. Menjelaskan teori guna dan teori permintaan
4. Menjelaskan paradoks nilai
5. Menjelaskan surplus konsumen
6. Menjelaskan pendekatan artribut

BAB II

PEMBAHASAN
A. Teori Pendekatan Kardinal

Pendekatan kepuasan kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan


pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang
tergantung sudut pandang subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya
berbeda penilaian dengan orang lain. Penilaian ini secara subyektif dikuantifikasi oleh
konsumen. Jadi pendekatan ini bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (atau
utility) setiap konsumen dapat diukur secara kuantitatif. Pendekatan ini merupakan
gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi. Asumsi dalam pendekatan ini
antara lain: konsumen bertindak rasional, pendapatan konsumen tetap, dan uang
memiliki nilai subjektif yang tetap.

Aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon,
dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang
atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subjek yang
menilai. Pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal,
Gossen, yaitu hukum Gossen, di mana:

1. Hukum Gossen I menyatakan bahwa Makin banyak barang yang dikonsumsi makin
besar kepuasan. Terjadi hukum Law of Diminishing marginal Utility pada tambahan
kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit
tambahan konsumsi semakin kecil. (mula-mula kepuasan akan nakan naik sampai titik
tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin menurun). Hukum ini
menyebabkan terjadinya Downward Sloping MU curva.

Untuk memahami konsep utilitas ini, perhatikan contoh berikut tabel di bawah ini
menunjukkan skedul Total Ulitity dan Marginal Utility. Skedul MU mempunyai ciri
yang menurun. Setiap tambahan air yang diminum akan menghasilkan tambahan TU
yang semakin kecil.

Misalnya seseorang yang baru selesai berolahraga dan dalam keadaan haus, bila diberi
segelas air mereka sangat puas, sehingga segelas air tersebut mempunyai nilai guna
yang tinggi untuk melepaskan dahaganya. Bila diberi segelas air kedua mempunyai
nilai guna yang lebih besar, demikian juga segelas air ketiga, dan keempat, tetapi
peningkatan kepuasan tersebut semakin menurun, mungkin seseorang sudah mencapai
kepuasan maksimal.

Setelah mencapai kepuasan maksimum, bila diberi segelas berikutnya maka nilai guna
yang diperoleh dari segelas air pertama sampai segelas berikutnya maka nilai guna
yang diperoleh dari segelas air tersebut menjadi semakin kecil. Pertambahan konsumsi
segelas air pertama sampai segelas air berikutnya sampai mencapai kepuasan
maksimum semakin lama semakin berkurang nilainya dan akhirnya mencapai nilai
guna yang negatif. Untuk lebih jelasnya hubungan Antara nilai guna total, dan nilai
guna marjinal dengan jumlah barang yang dikonsumsi dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
2. Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhannya
sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio
antara marginal utility dengan harga dari barang yang satu dengan rasio marginal
utility dengan harga barang yang lain.

Contoh penerapannya adalah jika seseorang merasakan lapar dan haus maka ia akan
butuh makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhannya itu. Ia kemudian
membeli makanan dan minuman sampai pada batas kekenyangannya. Seandainya jika
uangnya sisa maka dia akan gunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.

B. Pemaksimuman Nilai Guna


Dalam konsep ekonomi, setiap orang akan berusaha untuk memaksimalkan
kepuasan yang dinikmatinya atau memaksimumkan nilai guna dari barang yang
dikonsumsinya. Maka Manusia akan mencari cara untuk memaksimalkan nilai guna.
Tidak sukar untuk menentukan pada tingkat mana nilai guna dari menikmati barang itu
akan mencapai tingkat yang maksimum apabila yang dikonsumsinya hanya satu
barang saja. Sedangkan hal-hal yang kita konsumsi tidak hanya 1 jenis barang.
Sehingga semakin banyak jenis barang yang kita konsumsi, maka akan semakin rumit
untuk menentukan titik kepuasan tersebut.

Kerumitan yang timbul untuk menentukan susunan/komposisi dan jumlah


barang yang akan mewujudkan nilai guna yang maksimum berasal dari perbedaan
harga-harga berbagai barang dan jumlah dana atau anggaran yang kita miliki.
Disebabkan oleh perbedaan harga tersebut pemaksimuman nilai guna tidak akan
tercapai kalau digunakan syarat pemaksimuman kepuasan. Semakin banyak satuan
barang yang dikonsumsi maka semakin kecil tambahan/marginal kepuasan yang
diperoleh konsumen atau bahkan nol/negatif.

Terdapat cara dan syarat dalam pemaksimalan nilai guna sebagai berikut:

Cara memaksimalkan nilai guna:

1. Mengetahui barang apa saja yang akan di konsumsi

2. Mengetahui harga barang yang akan di konsumsi

3. Mengetahui berapa banyak pendapatan yang kita gunakan.


Dalam hal pemaksimuman nilai guna total, syarat pemaksimuman nilai guna
adalah bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari
berbagai jenis barang harus memberikan nilai guna yang sama besarnya (Sadono
Sukirno, 2005:130). Hal tersebut membuat berbagai keadaan sebagai berikut:

1. Seseorang akan memaksimumkan utilitas dari barang-barang yang


dikonsumsikannya apabila perbandingan utilitas marginal berbagai barang tersebut
adalah sama dengan perbandingan harga- harga barang tersebut.
2. Seseorang akan memaksimumkan utilitas dari barang-barang yang
dikonsumsikannya apabila utilitas marginal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan
adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan.

Dari syarat dan atas dasar hukum Gossen II sehingga dapat diperoleh persamaan :

Keterangan:

MUx = marginal utility barang x

MUy = marginal utility barang y

MUz = marginal utility barang z

Px = price (harga) barang x

Py = price (harga) barang y

Pz = price (harga) barang z

Contoh: Terdapat barang A dan barang B yang memiliki perbedaan harga, harga
barang A adalah 10 dan harga barang B adalah 5, dan kita hanya memiliki uang 20,
maka kita kan dapat menghitung titik maksimalnya ketika barang A mendapatkan 1
item dan barang B 2 item. Atau perhatikan tabel berikut:

Diketahui:

Anggaran: Rp. 20.000


Harga nasi rames: Rp. 5.000
Harga gorengan: Rp. 1.000

MARGINAL UTILITY
TOTAL UTILITY (TU) (MU) MU NR/P
Q MU G/P G
NASI GORENGA NASI GORENGA NR
RAMES N RAMES N
1 20 10 20 10 0,004 0,01
2 30 17 10 7 0,002 0,007
3 35 21 5 4 0,001 0,004
4 38 24 3 3 0,0006 0,003
5 40 25 2 1 0,0004 0,001

Titik di mana kepuasan konsumen mencapai maksimum dengan sumber daya yang ada
dikenal sebagai keseimbangan konsumen (consumer's equilibrium).

C. Teori Nilai Guna

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan:
pendekatan nilaiguna(utiliti) kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Dalam
pendekatan nlai guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Berdasarkan kepada pemisalan
ini, dan dengan anggapan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasaan yang
dapat dicapainya,diterangkan bagaimana seseorang akan menentukan konsumsinya ke
atas berbagai jenis barang yang terdapat di pasar.
Dalam pendekatan Nilai guna ordinal, manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku
seorang konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan
kepuasaanya ditunjukkan dengan bantuan kurva kepuasaan sama,yaitukurva yang
menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna(kepuasaan) yang
sama.
Di dalam teori ekonomi kepuasaan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang
dari mengkonsumsi barang-barang dinamakan nilai guna atau utiliti. Kalaukepuasaan
itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya. Dalam
membahas mengenai nlai guna perlu dibedakan di antara dua pengertian: Nilai guna
total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh
kepuasaan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu.
Sedangkan nilai guna marjinal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasaan
sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang
tertentu. Untuk melihat dengan lebih jelas perbedaan kedua pengertian tersebut
perhatikan contoh berikut. Nilai guna total dari mengkonsumsikan 10 buah mangga
meliputi seluruh kepuasaan yang diperoleh dari memakan semua mangga tersebut.
Sedangkan nilai guna marjinal dari mangga yang kesepuluh adalah pertambahan
kepuasaan yang diperoleh dari memakan buah manggayan kesepuluh.
D. Teori Permintaan
Teori Permintaan adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa harga
dipengaruhi oleh permintaan. Oleh karena itu, teori tersebut berasumsi bahwa ketika
permintaan di pasar naik, maka harga barang pun akan ikut naik. Tetapi, jika
permintaan turun, maka harga pun akan ikut turun. Turunnya permintaan sendiri
awalnya disebabkan oleh naiknya, atau terlalu tingginya harga di pasar, sehingga
masyarakat berfikir ulang untuk spending money. Maka, ketika masyarakat tidak
berminat untuk membeli barang mereka (produsen), maka produsen akan menurunkan
harganya, agar masyarakat kembali dapat mengkonsumsi barang yang mereka
produksi.
Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga dapat dibuat grafik
kurva permintaan. Permintaan adalah kebutuhan masyarakat / individu terhadap suatu
jenis barang tergantung kepada faktor-faktor sebagai berikut:
1. Harga barang itu sendiri.
2. Harga barang lain.
3. Pendapatan konsumen.
4. Cita masyarakat / selera.
5. Jumlah penduduk.
6. Musim / iklim.
7. Prediksi masa yang akan datang.

Hukum Permintaan (The Law of Demand)


Pada hakikatnya makin rendah harga suatu barang maka makin banyak
permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang
maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Dari Hypotesa di atas dapat
disimpulkan, bahwa:
1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang lain yang
dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan sebaliknya apabila barang
tersebut turun, konsumen akan menambah pembelian terhadap barang tersebut.
2. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumsn berkurang, sehingga
memaksa konsumen mengurangi pembelian, terutama barang yang akan naik
harganya.

E. Paradoks Nilai
Setiap barang yang berfungsi memenuhi kebutuhan dan memberi kepuasan
bagi manusia dapat dikatakan memiliki manfaat atau guna. Dikarenakan suatu barang
memiliki daya guna, maka barang tersebut memiliki nilai. Setiap barang yang dapat
memuaskan kebutuhan manusia berarti memiliki kegunaan dan nilai guna barang
tersebut akan semakin tinggi apabila digunakan pada waktu yang tepat, saat yang
tepat, dan oleh orang yang tepat menggunakannya.

Paradoks nilai (juga dikenal sebagai paradoks berlian-air) adalah kontradiksi


jelas bahwa meski air lebih berguna untuk bertahan hidup ketimbang berlian, berlian
memiliki harga yang lebih tinggi di pasaran. Filsuf Adam Smith sering dianggap
sebagai pencetus klasik paradoks ini. Nicolaus Copernicus, John Locke, John Law[2]
dan lain-lain sebelumnya pernah mencoba menjelaskan kesenjangan ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai suatu barang adalah:

1. Kebutuhan setiap orang berbeda


2. Daya beli masyarakat berbeda
3. Adanya pengaruh bentuk, waktu, tempat, dasar dan harga milik
4. Adanya perbedaan selera

Paradoks nilai menekankan bahwa nilai moneter yang terekam dari suatu barang
(diukur melalui harga kali kuantitas) mungkin merupakan sebuah indikator yang
menyesatkan mengenai total nilai ekonomis dari barang tersebut. Nilai ekonomis yang
diukur dari udara yang kita hirup adalah nol, meskipun demikian kontribusi udara
terhadap kesejahteraan tak dapat diukur besarnya.

F. Surplus Konsumen

Kamus Webster menyebutkan, surplus adalah “more than what is needed or


used; excess”. Surplus adalah kelebihan. Dalam ekonomi, konsumen adalah orang
yang mengkonsumsi barang atau pelayanan.

Definisi surplus konsumen adalah selisih antara jumlah maksimum yang


bersedia dibayarkan (willing to pay) seseorang untuk suatu produk dengan harga pasar
produk saat ini. Jumlah yang bersedia dibayar seseorang menunjukkan harga yang
bersedia/sedia dibayar konsumen untuk produk tersebut. Harga pasar menunjukkan
harga yang harus dibayar seseorang untuk membeli produk.

Jadi, surplus konsumen adalah selisih antara harga yang bersedia dibayar
konsumen dan harga yang harus mereka bayar untuk membeli barang. Misalkan
seseorang bertanya kepada Anda, "Berapa harga yang bersedia Anda bayarkan untuk
membeli produk A?" Katakanlah Anda bersedia/bersedia membayar 5 juta untuk
produk A. Dan harga Produk A di pasaran hanya 2 juta. Harga barang lebih murah dari
harga yang bersedia Anda bayar. Di situlah letak surplus konsumen.

\Berikut grafik untuk surplus konsumen

Pada kurva surplus konsumen di atas, keadaan surplus konsumen diwakili oleh
area hijau. Mari kita uraikan bagaimana sejarah ruang hijau di atas menjadi ruang
surplus konsumen. Misalkan cerita kita tentang permintaan produk A dengan harga
pasar 5 rupiah. Misalkan terdapat 3 titik (x,y,z) yang mengalami peningkatan surplus
konsumen.

Kurva D menggambarkan keinginan konsumen untuk membeli pada berbagai


tingkat harga. Mari kita ambil contoh titik x. Ada konsumen yang bersedia membayar
15 rupiah pada tingkat harga dan konsumen besar bahkan mau membeli buah. Hal ini
diilustrasikan oleh poin X. Namun pada kenyataannya, harga pasar Produk A saat ini
adalah 5 rupiah. Konsumen bersedia membayar 15 rupiah tetapi ternyata harga Produk
A lebih murah.
Jadi konsumen mendapatkan surplus konsumsi karena mereka membayar lebih
sedikit daripada yang bersedia mereka bayar. Harga yang harus dibayar adalah 10
rupiah berbeda dari harga pasar barang. Ini berarti bahwa untuk setiap produk A yang
dibeli oleh konsumen, terdapat surplus konsumen sebesar 10 rupiah.

Bagaimana bila yang terjadi titik Y ? Konsepnya tidak jauh berbeda. Di Y,


konsumen bersedia membayar 10 rupiah untuk produk A. Namun, harga pasar produk
A hanya 5 rupiah. Harga barang A sebesar 5 rupiah dipasar karena dari awal kita
memisalkan bahwa harga barang tersebut sebesar 5 rupiah.

Harga yang bersedia dibayar konsumen dan harga pasar berbeda. Selisih antara
harga yang bersedia dibayar seseorang dan harga yang harus dibayar (harga pasar)
adalah5 rupiah. Di Y, konsumen bersedia membayar 10 rupiah untuk kuantitas 2.
Karena harga barang di pasar hanya 5 rupiah, konsumen menerima surplus konsumen
5 rupiah untuk setiap produk yang dibeli.

Pada titik Z, kita melihat bahwa konsumen yang bersedia membayar sebesar 5
rupiah dengan kuantitas sebanyak 3 barang A. Pada titik Z ini tidak ada perbedaan
antara harga yang ingin dibayar oleh konsumen dengan harga pasar barang A. Pada
kondisi ini tidak ada surplus konsumen yang terjadi.

Dari gambaran titik X, Y, Z dapat kita lihat bahwa semakin tinggi harga yang
bersedia dibayar oleh konsumen, akan semakin sedikit kuantitas barang yang bersedia
dibayar. Karena semakin sedikit juga orang mampu membeli bila harga mahal. Oleh
karena itu, gambaran surplus konsumen terlihat seperti pada daerah hijau.

Gambaran bersedia membayar (bersedia membayar) di atas harga pasar itu


menggambarkan surplus konsumen. Dan pada kondisi itu konsumen mampu membeli
barang A. Namun bila kesediaan membayar konsumen berada pada tingkat harga di
bawah harga pasar, maka konsumen tidak akan membeli barang tersebut.

G. Pendekatan Atribut dalam Teori Konsumen


Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Kelvin Lancaster pada tahun 1966.
Teori-teori sebelumnya menggunakan asumsi bahwa yang diperhatikan oleh konsumen adalah
produknya, maka pendekatan atribut ini didasarkan pada asumsi bahwa perhatiankonsumen bukan
terhadap produk secara fisik, melainkan lebih ditujukan kepada atribut produk yang
bersangkutan. Pendekatan ini menggunakan analisis utilitas yang digabungkan dengan analisis
kurvaindiferens. Yang dimaksud dengan atribut suatu barang adalah semua jasa yang dihasilkandari
penggunaan dan atau pemilikan barang tersebut. Atribut sebuah mobil antara
lainmeliputi jasa pengangkutan, prestise, privacy, keamanan, kenyamanan, dan
sebagainya.
Dalam pendekatan atribut diasumsikan bahwa rumah tangga yang telah membagi-bagi
anggaran untuk tiap kelompok kebutuhan. Misalnya untuk sandang, pangan,
perumahan,kesehatan dan sebagainya. Persoalan selanjutnya ialah bagaimana jumlah anggaran
untukmakan didistribusikan di antara berbagai pilihan makanan, bagaimana jumlah anggaranuntuk
sandang dialokasikan, berapa banyak yang digunakan untuk membeli baju, sepatu,dan
sebagainya. Konsumen mendapatkan kepuasan dari pengkonsumsian atribut. Namun
demikian,konsumen harus membeli produk untuk memperoleh atribut tersebut. Jadi
produk itumerupakan alat untuk menyampaikan atribut dalam proses konsumsi. Setiap
barangmemberikan satu atribut atau lebih dalam suatu perbandingan tertentu.
Pendekatan Atribut merupakan pendekatan yang relative baru. Pendekatan ini
menganggapbahwa yang di perhatikan konsumen bukanlah produk secara fisik, tetapi
atribut yangterkandung di dalam produk tersebut.Pendekatan atribut merupakan pendekatan
yang relatif baru. Pendekatan ini menganggapbahwa yang diperhatikan konsumen
bukanlah produk secara fisik, tetapi atribut yangterkandung di dalam produk
tersebut.Yang di maksud dengan atribut suatu barang adalah semua jasa yang di
hasilkan daripenggunaan dan atau pemilikan barang tersebut. Pendekatan ini mempunyai pandangan
bahwa konsumen dalam memberi produk tidakhanya karena daya guna dari produk tersebut,
tetapi karena karakteristik atau atribut-atributyang disediakan oleh produk tersebut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalammasyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hiduplain dan tidak untuk diperdagangkan. Pelanggan merasa puas
apabila harapan merekaterpenuhi, dan merasa amat gembira apabila harapan mereka
terlampaui.Perilaku konsumen ada yang bersifat rasional dan irasional. Dalam
pendekatan kardinal, digunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal Utility(MU).
Konsumen juga akan memaksimalkan nilai guna dengan cara mengetahui barang apa
saja yang akan di konsumsi, mengetahui harga barang yang akan di konsumsi, dan
mengetahui berapa banyak pendapatan yang kita gunakan. Selain itu konsumen akan
memperhatikan selisih antara harga yang bersedia dibayar konsumen dan harga yang
harus mereka bayar untuk membeli barang yang disebut surplus konsumen. Serta
konsumen rumah tangga biasanya sudah membagi anggaran untuk tiap kelompok
kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono. (2005). Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada.
Nainggolan, L. E., Koesriwulandari, K., Purba, B., Damanik, D., Hasan, M., Nainggolan,
P., ... & Surya, C. M. (2021). Ekonomi Manajerial: Teori dan Pendekatan. Yayasan Kita
Menulis.
Seputra, Yulius Eka Agung dan Joko sutrisno. (2016). Pengantar Ekonomi Mikro. Yogyakarta:
Ekuilibria
https://repository.uin-suska.ac.id/4763/3/10.%20BAB%20II%281%29.pdf

http://eprints.binadarma.ac.id/4461/1/BAB%207.pdf

https://id.scribd.com/doc/138856368/Pendekatan-Atribut-Dalam-Teori-Konsumen

https://id.scribd.com/doc/138856368/paradoks-nilai

Anda mungkin juga menyukai