Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN KESEJAHTERAAN PASAR


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Ekonomi Mikro

Dosen Pengampu: Atika, MA

Disusun Oleh Kelompok 4

1. M. Rafli Lingga (0506223078)


2. Diyanah Fatin (0506223209)
3. Nicholas Faisal Simanjuntak (0506222088)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
‫الر ِحي ْم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬ ِ ‫ْــــــــــــــــــم‬
َّ ‫هللا‬ ِ ‫بس‬

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul:
“Permintaan, Penawaran, dan Kesejahteraan Pasar” dengan baik. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan dan petunjuk yang dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca dalam mata kuliah Ekonomi Mikro.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ibu Atika, MA. selaku dosen
pengampu mata kuliah Ekonomi Mikro. Harapan kami informasi dan materi yang
terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami tentu menyadari
bahwa di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, tiada yang sempurna di dunia
selain Allah SWT Tuhan yang Maha Sempurna. Apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang kami tulis pada makalah ini,
kami memohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian
makalah ini saya buat semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, 10 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Surplus Konsumen ...................................................................................... 3
B. Surplus Produsen......................................................................................... 10
C. Pengendalian Harga .................................................................................... 16
D. Pajak dan Subsidi ........................................................................................ 18
E. Penetapan Harga dalam Islam (Tas’ir) ........................................................ 26
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 33
A. Kesimpulan ................................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 34

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permintaan, penawaran, dan kesejahteraan pasar adalah konsep-konsep dasar
dalam ekonomi yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana pasar bekerja.
Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang ingin dibeli oleh konsumen pada suatu
tingkat harga tertentu. Permintaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pendapatan
konsumen, harga barang atau jasa lain yang saling terkait, selera konsumen, dan faktor-
faktor lainnya.
Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang siap untuk dijual oleh produsen
pada suatu tingkat harga tertentu. Penawaran dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
biaya produksi, harga barang atau jasa lain yang saling terkait, teknologi produksi, dan
faktor-faktor lainnya. Kesejahteraan pasar mengacu pada keadaan di mana kebutuhan
dan keinginan konsumen dipenuhi dengan tepat dan produsen dapat mencapai
keuntungan yang memadai. Kesejahteraan pasar dapat diukur dengan membandingkan
surplus konsumen dan surplus produsen pada tingkat harga tertentu. Surplus konsumen
adalah perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dan harga maksimum yang
mereka bersedia bayar untuk produk tersebut, sementara surplus produsen adalah
perbedaan antara harga jual produk dan biaya produksinya.
Jika tingkat harga pada pasar berada pada tingkat yang menghasilkan
kesejahteraan pasar maksimum, maka akan terjadi efisiensi pasar, yaitu situasi di mana
sumber daya dialokasikan dengan efisien dan tidak ada lagi perdagangan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan salah satu pihak tanpa mengorbankan kesejahteraan pihak
lainnya. Namun, jika pasar tidak efisien, maka akan terjadi distorsi pasar, yang dapat
menyebabkan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih rendah daripada yang
seharusnya.
Permintaan dan penawaran merupakan dua aktivitas yang mendasari kegiatan
perekonomian. Permintaan dan penawaran juga merupakan dua kata yang paling sering
digunakan oleh para ekonom, keduanya merupakan kekuatan-kekuatan yang membuat
perekonomian pasar bekerja. Sedangkan mekanisme pasar itu sendiri adalah interaksi
yang terjadi antara permintaan (demand) dari sisi konsumen dan penawaran.
Permintaan dan Penawaran dalam Mempengaruhi Pasar (supply) dari sisi
produsen, sehingga harga yang diciptakan merupakan perpaduan dari kekuatan
masing-masing pihak tersebut. Oleh karena itu, perilaku permintaan dan penawaran
merupakan konsep dasar dari kegiatan bisnis.
Perbedaan prinsip antara permintaan dan penawaran dalam Islam dengan
konfensional adalah terletak pada faktor utama dalam mempengaruhi permintaan dan
penawaran. Menurut ekonomi konfensional titik beratnya pada harga, jika harga tinggi
maka permintaan akan turun, begitu pula sebaliknya. Sedangkan dalam ekonomi Islam
ini titikberatnya pada faedah, kemaslahatan ataupun manfaat suatu barang, sedangkan
harga bukanlah tinjauan dasar dalam ekonomi Islam, tapi sisi religiuslah yang menjadi
faktor utama. Dengan demikian, pandangan ekonomi Islam mengenai permintaan,
penawaran dan mekanisme pasar ini relatif sama dengan ekonomi konvensional,
namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk berperilaku ekonomi yang sesuai
dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan moral Islami yang merupakan
prinsip Islam dalam berekonomi, merupakan faktor yang menentukan suatu individu
maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan mengenai Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
2. Menjalaskan mengenai Pengendalian Harga, Pajak, dan Subsidi
3. Menjelasakan mengenai Penetapan Harga dalam Islam

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami mengenai Surplus Konsumen dan Surplus Produsen serta cara
menghitungannya
2. Memahami konsep pengendalian harga (Ceiling Price, Floor Price)
3. Memahami pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan pasar
4. Memahami konsep penetapan harga menurut perspektif islam (Ta’sir)

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surplus Konsumen
Surplus konsumen merupakan nilai kerelaan seseorang untuk membayar suatu
barang dikurangi nilai yang sebenarnya dibayarkan olehnya. Surplus konsumen
merupakan ukuran manfaat (benefit), baik dalam arti uang (monetary gain) ataupun
kesejahteraan (welfare), atau kepuasan (satisfaction), yang diperoleh seorang sebagai
hasil dari membeli dan mengkonsumsi barang atau pelayanan. Sebagai ilustrasi
misalnya di Bogor terdapat Kebun Raya Bogor yang merupakan tempat pariwisata
sekaligus tempat penelitian yang berkaitan dengan tanaman. Ketika diadakan survei
mengenai harga tiket masuk terhadap beberapa pengunjung (A, B, C, dan D) Kebun
Raya Bogor, mereka memiliki batas tertinggi harga yang mereka rela bayarkan.
Harga tertinggi yang rela dibayarkan masing-masing pengunjung disebut
“kerelaan untuk membayar” (willingness to pay) dan menjadi ukuran seberapa besar si
calon pengunjung Kebun Raya Bogor menghargai barang tersebut (Kebun Raya
Bogor).

Apabila ternyata harga tiket masuk Kebun Raya Bogor ditetapkan Rp8.000,00
maka dapat dikatakan bahwa C dan D tidak dapat mendapatkan tiket masuk ke Kebun
Raya Bogor karena kerelaan harga membayar keduanya berada di bawah harga yang
ditetapkan. Apa keuntungan A dari penetapan harga tiket sebesar Rp8.000,00 tersebut?
A telah mendapatkan tawaran yang menguntungkan. Ia rela membayar Rp10.000,00
untuk harga tiket masuk Kebun Raya Bogor, tetapi A hanya perlu membayar sebesar
Rp8.000. Maka surplus konsumen (A) adalah Rp 2.000 (Rp10.000,00 – Rp8.000,00),

3
yaitu nilai kerelaan seseorang (A) untuk membayar suatu barang dikurangi nilai yang
sebenarnya dibayarkan oleh orang itu (A).
Surplus konsumen merupakan suatu ukuran keuntungan pembeli (konsumen)
yang berpartisipasi dalam suatu pasar. Pada contoh di atas A menerima keuntungan
senilai Rp2.000,00 dengan berpartisipasi dalam menikmati Kebun Raya Bogor.
Sementara B, C, dan D tidak mendapatkan surplus konsumen karena mereka tidak
dapat berpartisipasi dalam menikmati Kebun Raya Bogor dan tidak membayar apa-
apa. Surplus konsumen berkaitan erat dengan kurva permintaan suatu barang. Untuk
melihat hubungan di atas, dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.2.
Dari Tabel 3.2 dan Gambar 3.2 terlihat bahwa jika harga lebih dari Rp10.000,00
jumlah permintaan barang tersebut adalah nol karena tidak ada pembeli yang rela
membayar setinggi itu. Jika harganya berada pada Rp8.000,00 – Rp10.000,00 jumlah
permintaan adalah satu karena hanya A yang rela membayar setinggi itu. Jika harganya
berada pada range Rp7.000,00 dan Rp8.000,00 jumlah permintaan adalah dua karena
baik A dan B rela membayar setinggi itu. Pada harga berapa pun, harga yang diberikan
oleh kurva permintaan menunjukkan kerelaan untuk membayar si pembeli marginal,
yaitu pembeli yang akan meninggalkan pasar jika harganya naik sedikit saja.

Karena kurva permintaan mencerminkan kerelaan untuk membayar pembeli,


kita dapat menggunakannya untuk mengukur surplus konsumen. Luas daerah di bawah
kurva permintaan dan di atas garis harga merupakan ukuran surplus konsumen dalam
suatu pasar. Karena pembeli selalu ingin membayar lebih rendah untuk barang-barang
yang mereka beli, harga yang lebih rendah tentunya akan lebih menyejahterakan
mereka. Sekarang perhatikan pernyataan berikut ini. Seberapa besar peningkatan
kesejahteraan pembeli jika suatu harga diturunkan?

4
Gambar 3.3 menunjukkan bagaimana harga memengaruhi surplus konsumen.
Jika harga yang terjadi di P1 maka surplus konsumen sebesar segitiga ABC. Jika harga
kemudian turun menjadi P2, maka surplus konsumennya adalah luas segitiga ADF.
Peningkatan surplus konsumen terkait dengan menurunnya harga adalah luas daerah
BCFD. Peningkatan surplus konsumen terdiri dari dua bagian. Pertama, para pembeli
yang telah membeli sebanyak Q1 pada harga P1 menjadi lebih sejahtera, karena
sekarang mereka membayar jadi lebih sedikit. Peningkatan surplus konsumen dari
pembeli-pembeli lama ini berasal dari berkurangnya jumlah yang mereka bayarkan,
besarnya sama dengan luas daerah BCED. Kedua, beberapa pembeli baru masuk ke
pasar karena sekarang mereka rela membayar barang tersebut ada harga yang lebih
rendah. Hasilnya, jumlah permintaan meningkat dari Q1 ke Q2. Surplus konsumen dari
pendatang baru ini adalah luas segitiga CEF.

5
Skala proyek-proyek pemerintah ada yang besar dan ada juga yang kecil. Pada
proyek-proyek yang skalanya kecil, pembangunan tidak akan memengaruhi harga
barang/output yang dihasilkan proyek tersebut, sedangkan proyek-proyek yang
skalanya besar, tambahan output akan menurunkan harga barang tersebut di pasar dan
ini menimbulkan masalah dalam perhitungan manfaat suatu proyek. Misalnya saja
irigasi yang dibangun pemerintah, diharapkan dapat mengairi area sawah yang luas
sehingga menyebabkan produksi pangan naik dalam jumlah yang cukup besar.
Kenaikan penawaran pangan dalam jumlah yang cukup besar tersebut akan
menyebabkan harga pangan turun. Dalam menghitung manfaat irigasi tersebut,
bagaimana kita melihat tambahan hasil produksi karena adanya irigasi tersebut dapat
dijelaskan dengan Gambar 3.4.

Jumlah produksi padi per tahun ditunjukkan oleh sumbu horizontal, sedangkan
harga padi per kilogram digambarkan dengan sumbu vertikal. Kurva Dp menunjukkan
kurva permintaan dan Sp adalah kurva penawaran (diasumsikan padi dihasilkan dengan
struktur biaya konstan). Sebelum adanya pembangunan irigasi, keseimbangan terjadi

6
pada titik D dengan jumlah padi yang diproduksi sebesar OQ0 kilogram per tahun dan
pada harga OP0 rupiah.
Adanya proyek irigasi menyebabkan kurva penawaran bergeser ke bawah (Sp1)
dan pada titik keseimbangan G, output yang terjadi sebesar OQ1 kilogram dan dengan
harga yang lebih rendah, yaitu sebesar OP1 rupiah. Kurva permintaan menunjukkan
jumlah barang yang akan dibeli pada berbagai tingkat harga, sedangkan kurva
penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan pada setiap tingkat harga. Pada
jumlah barang sebesar Q2 kilogram, konsumen bersedia membeli padi dengan harga
sebesar BQ2 rupiah padahal harga yang diminta penjual hanya sebesar CQ2 rupiah
sehingga terdapat surplus konsumen sebesar BC. Apabila kita analisis dengan cara
yang sama untuk setiap jumlah output maka pada produksi padi sebanyak OQ0
kilogram, konsumen bersedia membeli sebesar area OQ0DE, sedangkan harga yang
ditetapkan penjual hanya sebesar OQ0DP0, sehingga terdapat surplus konsumen
sebesar DEP0. Apabila harga yang terjadi sebesar OP1 rupiah maka terdapat surplus
konsumen sebesar P1GDE. Jadi dengan adanya proyek pembuatan irigasi maka output
naik dalam jumlah yang besar Q0Q1 sehingga harga juga turun sebesar P0P1 dan ada
tambahan surplus konsumen sebesar P0DGP0 (P1GE-P0DE). Jadi daerah di bawah
kurva permintaan di antara kedua harga menunjukkan penilaian konsumen karena
perubahan (peningkatan) kemampuan mereka untuk membeli barang dengan harga
yang lebih rendah.
Besarnya surplus konsumen dapat diukur apabila orang yang melakukan
evaluasi proyek mampu menghitung bentuk kurva permintaan yang tepat. Untuk
proyek-proyek besar, perubahan surplus konsumen merupakan ukuran yang paling
tepat untuk mengukur perubahan kesejahteraan masyarakat dan bukan hanya sekedar
nilai total hasil dari suatu proyek.
Tujuan kita mengembangkan konsep surplus konsumen adalah untuk membuat
penilaian normatif berapa besar diinginkannya hasil-hasil yang terjadi di pasar. Apakah
surplus konsumen merupakan ukuran atau pendekatan yang baik untuk mengukur
kesejahteraan ekonomi? Misalnya saja jika Anda seorang pembuat kebijakan yang
mencoba merancang suatu sistem ekonomi yang baik, apakah Anda akan

7
memperhatikan berapa besarnya nilai surplus konsumen? Surplus konsumen mengukur
seberapa besar keuntungan yang diterima oleh pembeli suatu barang dari sudut
pandang pembeli. Oleh karena itu, surplus konsumen merupakan ukuran yang baik
untuk mengukur kesejahteraan ekonomi jika pembuat keputusan ingin menghargai
pilihan-pilihan konsumen. Dengan kata lain, konsumen adalah orang-orang terbaik
dalam menentukan berapa banyak keuntungan yang mereka terima dari barang-barang
yang mereka beli.
Selain itu, gagasan surplus konsumen juga membantu menerangkan paradoks
lama yang sudah ada sejak Plato. Adam Smith menuliskan tentang paradoks itu pada
tahun 1776, yaitu “barang-barang yang mempunyai nilai kegunaan paling besar
sering mempunyai sedikit nilai tukar atau sama sekali tidak mempunyai nilai tukar;
dan sebaliknya, barang-barang yang mempunyai nilai tukar paling tinggi sering sama
sekali tidak mempunyai nilai kegunaan atau sedikit sekali kegunaannya. Tak ada satu
pun yang lebih bermanfaat daripada air, tetapi air itu hampir tidak dapat digunakan
untuk membeli apa-apa; hampir-hampir tak ada barang pun yang dapat ditukar
dengan air itu. Sebaliknya, sebutir intan hampir-hampir tidak mempunyai nilai
kegunaan sama sekali, tetapi banyak sekali jumlah barang-barang lain yang sering
dapat ditukar dengan sebutir intan tersebut” (Case and Fair, 2005).
Dari penjelasan paradoks intan dan air menunjukkan bahwa rendahnya harga
air terutama disebabkan oleh fakta bahwa ada banyak sekali penawarannya. Bahkan
pada harga “nol” kita tidak mengkonsumsi air dalam jumlah tak terbatas. Nilai
marginal air sama dengan nol. Kita cenderung menganggap air itu biasa saja, tetapi
pada kondisi yang lain berapa harganya jika tidak tersedia cukup air bagi banyak orang,
harganya akan benar-benar tinggi.
Pengukuran surplus konsumen merupakan elemen kunci dalam analisis
manfaat dan biaya, yaitu teknik formal yang digunakan untuk menimbang manfaat-
manfaat dari suatu proyek publik terhadap biaya-biayanya. Hasilnya akan digunakan
untuk menentukan apakah harus membangun suatu proyek (misalnya pembangkit
tenaga listrik) atau tidak? Oleh karena itu, kita harus mengetahui nilai listrik yang akan
diproduksi bagi para konsumen. Hal tersebut persis sama sebagaimana nilai air bagi

8
para konsumen bukan hanya sekadar harganya dikalikan dengan jumlah yang
dikonsumsi orang ataupun nilai listrik yang dihasilkan bukanlah sekadar harga listrik
dikalikan jumlah yang akan diproduksi pembangkit baru itu. Total nilai yang perlu
dipertimbangkan terhadap biaya-biaya pembangkit tersebut mencakup surplus
konsumen yang akan dinikmati oleh para pengguna listrik jika pembangkit itu
dibangun.

Cara Menentukan Surplus Konsumen Secara Matematika dan Grafik


Contoh : Fungsi permintaan dari suatu produk adalah Pd = 120 – 4Q, dimana P adalah
harga per unit produk dan Q adalah jumlah produknya.

a. Hitunglah besarnya surplus konsumen jika harga pasarnya adalah Rp. 80 harga per
unit!
b. Jika harga pasarnya turun dari Rp. 80 menjadi Rp. 60 per unit hitunglah surplus
konsumen yang baru!

Penyelesaian:
Persamaan Pd = 120 – 4Q bila di gunakan akan menjadi seperti pada gambar di bawah
ini. Jika harga produk Rp 80, maka jumlah yang diminta 10 unit dan bila harganya
turun Rp. 60, maka hjumlah diminta menjadi 10 unit.

a. Besarnya surplus konsumen jika harga pasar Rp. 80 adalah luas area segitiga di
bawah kurva permintaan dan di atas garis harga Rp. 80 yaitu sebesar {(180 – 80) x
(10)}/2 = Rp200.

b. Jika harga pasar turun menjadi Rp 60, maka besarnya surplus konsumen adalah luas
area segitiga di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga Rp 60 yaitu sebesar
{(120 – 60) x (15)}/2 = Rp 450

9
Kelompok konsumen dibagi dalam 3 kelompok yaitu:
1. Kelompok konsumen supermarginal, yaitu konsumen yang kemampuan
belinya di atas rata-rata harga pasar. Konsumen ini menganggap bahwa
membeli adalah salah satu bagian dari pamer kekayaan.
2. Kelompok konsumen marginal, yaitu konsumen yang kemampuan belinya
sama dengan harga pasar. Kelompok ini adalah konsumen yang palin rasional.
3. Kelompok konsumen submarginal, yaitu konsumen yang kemampuan belinya
di bawah harga pasar. Konsumen ini adalah yang paling realistis dalam
membelanjakan uangnya.

B. Surplus Produsen
Surplus produsen dapat didefinisikan sebagai ukuran perbedaan antara jumlah
penerimaan total yang sesungguhnya diperoleh produsen dari memproduksi/menjual
barang atau pelayanan di pasar, dan jumlah manfaat atau keuntungan minimal yang
produsen masih bersedia menerima (willing to accept) dengan memproduksi atau
menjual barang tersebut. Kesediaan untuk menerima keuntungan minimal (willingness
to accept) dengan menjual barang atau pelayanan identik dengan kesediaan untuk
menjual/ memproduksi (willingness to sell). Konsep kesediaan untuk menjual pada

10
produsen (ditunjukkan oleh kurva suplai/kurva penyediaan) dapat dibandingkan
dengan konsep kesediaan membayar (willingness to pay) pada konsumen (ditunjukkan
oleh kurva permintaan/demand). Kesediaan produsen untuk menerima keuntungan
minimal (willingness to accept) identik dengan kesediaannya untuk
menjual/memproduksi (willingness to sell). Kesediaannya untuk menjual ditentukan
oleh biaya produksi. Makin tinggi biaya produksi barang, makin kecil kesediaannya
memproduksi/menjual barang karena makin kecil surplus produsen. Jelas bahwa
penjual/produsen bersedia menjual/memproduksi barang dengan harga yang lebih
tinggi daripada biaya produksi. Sebaliknya, makin tinggi harga, makin besar surplus
produsen, makin besar kesediaan penjual/produsen untuk menjual/ memproduksi.
Tetapi harga pasar tentu saja dibatasi oleh kesediaan konsumen untuk membayar
(willingness to pay). Dengan kata lain, surplus produsen dibatasi oleh harga pasar.
Dengan kata lain, surplus produsen (producer surplus) adalah harga yang dibayarkan
kepada penjual dikurangi biaya yang dikeluarkan oleh penjual. Biaya adalah nilai
segala sesuatu yang harus dikorbankan oleh penjual untuk memproduksi suatu barang.
Surplus produsen ini mengukur seberapa besar keuntungan yang diterima penjual dari
partisipasinya dalam suatu pasar.
Sebagai ilustrasi misalnya saja, Pemerintah Kota Bogor merencanakan akan
membuat taman kota. Ada empat peserta tender pembuatan taman kota tersebut, yaitu
A, B, C, dan D dengan biaya masing-masing yang diajukan sebagai berikut.

Karena biaya pembuatan taman kota seorang konsultan adalah harga terendah
yang mau diterimanya untuk melakukan pekerjaannya, biaya adalah ukuran seberapa
rela ia menjual jasanya. Setiap konsultan akan dengan senang hati menjual jasanya

11
pada harga yang lebih tinggi dari biayanya dan tidak akan mau menjual jasanya pada
harga yang lebih rendah dari biaya yang harus dikeluarkannya. Istilah biaya haruslah
diinterpretasikan sebagai biaya kesempatan para konsultan peserta tender termasuk
pengeluaranpengeluaran (tanaman, desain/gambar, tenaga kerja, dan lainnya) dan juga
termasuk nilai yang diberikan terhadap waktu kerjanya.
Ketika pihak Pemda mengumpulkan penawaran harga dari setiap peserta
tender, harga awalnya bisa saja sangat tinggi, tetapi akan turun dengan sendirinya
bersamaan dengan persaingan dari peserta tender untuk mendapatkan pekerjaan
tersebut. Apabila ternyata dari pemerintah kota menyebutkan bahwa biaya yang
dianggarkan dan disetujui untuk pembuatan taman kota adalah Rp6 juta, apa yang
terjadi dengan keempat konsultan peserta tender tersebut? Hanya D yang memperoleh
keuntungan (surplus produsen) karena dengan bayaran yang didapatkan sebesar Rp6
juta, biaya yang dikeluarkan masih lebih kecil, yaitu sebesar Rp5 juta. Dengan kata
lain, D memperoleh surplus produsen senilai Rp1 juta.
Sebagaimana surplus konsumen berkaitan erat dengan kurva permintaan,
demikian halnya dengan surplus produsen berkaitan erat dengan kurva penawaran,
untuk menunjukkannya dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.5.

Berdasarkan Tabel 3.4 terlihat bahwa apabila harga yang disetujui untuk
pembuatan taman kota sebesar Rp5 juta, tidak ada seorang peserta tender pun yang mau
mengerjakan pekerjaan tersebut sehingga jumlah penawarannya nol. Tetapi apabila
harga yang disetujui berada antara Rp5 juta – Rp6 juta, hanya D yang rela melakukan
pekerjaan tersebut sehingga penawarannya adalah satu. Apabila harganya berada
antara Rp6 juta – Rp8 juta, C dan D rela melakukan pekerjaan tersebut sehingga

12
penawarannya adalah dua, demikian seterusnya. Dengan demikian, skedul peran dapat
dibentuk dari biaya-biaya keempat peserta tender tersebut.
Gambar 3.5 menunjukkan kurva penawaran yang bersesuaian dengan Tabel
3.3. Pada harga berapa pun, harga yang terdapat pada kurva penawaran menunjukkan
biaya dari seorang penjual marginal, penjual yang pertama kali akan meninggalkan
pasar jika harganya turun sedikit saja.

Karena kurva penawaran mencerminkan biaya-biaya dari penjual, hal ini dapat
digunakan untuk mengukur surplus produsen. Dengan kata lain, tinggi kurva
penawaran merupakan biaya penjual dan perbedaan antara harga dengan biaya
produksi adalah surplus produsen dari penjual. Maka jumlah luas daerah adalah jumlah
surplus produsen seluruh penjual. Luas daerah di bawah harga dan di atas kurva
penawaran mengukur besarnya surplus produsen dalam suatu pasar. Seberapa besar
kesejahteraan penjual meningkat ketika harga barang yang dijualnya naik?

13
Apabila harga yang berlaku di pasar sebesar P1 maka suplus produsen yang
terjadi sebesar segitiga ABC. Namun jika kemudian harga meningkat menjadi P2,
surplus produsen pun kemudian berubah meningkat menjadi ADF. Peningkatan surplus
produsen ini terdiri dari dua bagian. Pertama, para penjual yang telah menjual sebanyak
Q1 pada harga P1 menjadi lebih sejahtera karena sekarang mereka mendapat lebih
banyak barang yang mereka jual. Peningkatan surplus produsen dari penjual-penjual
lama ini besarnya sama dengan luas daerah BCED. Kedua, beberapa penjual baru
masuk ke pasar karena sekarang mereka rela menjual barang tersebut pada harga yang
lebih tinggi. Hasilnya, jumlah penawaran meningkat dari Q1 menjadi Q2. Surplus
produsen dari para pendatang baru ini adalah luas segitiga CEF.

Cara Menentukan Surplus Produsen Secara Matematika dan Grafik


Contoh : Fungsi penawaran dari suatu produk adalah Ps = 15 + 3 Q dimana P adalah
harga per unit produk dan Q adalah jumlah produk yang di jual.

a. Hitunglah besarnya surplus produsen, jika harga pasarnya adalah Rp 60 per unit!

14
b. Jika harga pasarnya naik dari Rp 60 menjadi Rp75 per unit. Hitunglah surplus
produsen yang baru!

Penyelesaian:

Persamaan Ps = 15 + 3Q bila di gambarkan akan menjadi seperti pada gambar di bawah


ini. Jika harga produk Rp 60 maka jumlah yang di minta 15 unit, dan bila harganya
naik Rp 75 maka jumlah yang diminta menjadi 15 unit.

a. Besarnya surplus produsen (PS) jika harga pasar Rp 60 adalah luas area segitiga atau
kurva penawaran dan di bawah garis harga Rp 60 {(60 – 15) x 15}/2 = Rp 337,50.

b. Besarnya surplus produsen (PS) jika harga pasar naik menjadi Rp 75 adalah luas area
segitiga di atas kurva penawaran di bawah garis harga Rp 75 yaitu sebesar {(75 -15) x
20}/2 = Rp 550.

Kelompok produsen dibagi dalam 3 kelompok yaitu:


1. Kelompok penjual supermarginal, yaitu penjual yang berani menjual
produknya di bawah harga pasar. Produsen ini memproduksi komoditi
sebanyak-banyaknya lalu menjualnya dengan harga yang semurahmurahnya
tapi masih menguntungkan.

15
2. Kelompok penjual marginal, yaitu produsen yang hanya mampu menjual
produknya sama dengan harga pasar.
3. Kelompok penjual submarginal, yaitu kelompok produsen yang sanggup
menjual produknya di atas harga pasar.

C. Pengendalian Harga (Floor Price dan Ceiling Price)


a) Floor Price
Kebijakan harga terendah disebut kebijakan harga minimum (floor price) yaitu
kebijakan harga terendah bagi suatu komoditi yang dijual produsen. Harga terendah
yang dilakukan pemerintah biasanya adalah harga yang pada tingkat tertentu produsen
telah mengalami keuntungan.21 Kebjakan ini menetapkan harga pada suatu tingkat
diatas harga pasar. Hal ini dilakukan biasanya untuk meindungi produsen dari harga
yang terlalu rendah sehingga tidak memperoleh margin keuntungan yang memadai
(bahkan merugi).
Contoh dari penetapan harga batas minimum ini misalnya pada produk-produk
pertanian atau Upah Minimun Provinsi (UMP) yang di lakukan oleh pemerintah
Indonesia.
Teknik menentukan ceiling price secara matematik dan grafik:
Jika diketahui fungsi permintaan dan penawaran dari suatu produk tertentu adalah Pd
= 120 - 4Q, Ps = 30+5Q jika pemerintah mengenakan harga batas maksimum (celling
price) sebesar Rp 60 dari produk tersebut
a. Berapakah jumlah yang diminta oleh konsumen dan jumlah yang ditawarkan
oleh produsen dipasar?
b. Hitunglah besarnya kelebihan permintaan (excess demand) yang terjadi
sipasar!
c. Hitunglah besarnya pada surplus konsumen dan surplus produsen!
d. Hitunglah besarnya perubahan pada kesejahteraan total! e. Hitunglah besarnya
kerugian bobot mati!

16
Penyelesaian: Syarat keseimbangan pasar, yaitu: Pd = Ps,maka
120-4Q = 30+5Q
-4Q-5Q = 30-120
-9Q = -90
Q = 10
Substitusikan nilai Q=10 kedalam persamaan permintaan, maka P = 120 - 4(10) = 80.
Jadi, keseimbangan pasar sebelum penetapan harga batas maksimum E(10,80)
a. Jika pemerintah mengenakan harga batas maksimum setinggi Rp 60, maka
substitusikan nilai P=60 kedalam persamaan permintaan dan penawaran,dan
hasilnya,
b. 60 =120 - 4Qd ---> 4Q = 120-60 ---> Q= 60/4 Qd =15 ( jumlah yang diminta
konsumen)
60 = 30+5Qs ---> 5Qs =30 ---> Qs = 6 (jumlah yang ditawarkan produsen).
c. Kelebihan permintaan (KP) = Qd - Qs = 15 – 6 = 9

17
b) Floor Price
Jika diketahui fungsi permintaan dan penawaran dari suatu produk tertentu
adalah Pd = 120 – 4Q dan Ps = 30 +2Q. jika pemerintah mengenakan harga batas
minimum (Floor Price) sebesar Rp80 dari produk tersebut.
a. Berapakah jumlah yang diminta oleh konsumen dan jumlah yang di tawarkan
oleh produsen di pasar?
b. Hitunglah besarnya kelebihan penawaran (Excess Suply) yang terjadi di pasar!
c. Hitunglah besarnya perubahan pada surplus konsumen dan surplus produsen1
d. Hitunglah besarnya perubahan pada beban pemerintah!
e. Hitunglah besarnya perubahan pada kesejahteraan total!
f. Hitunglah besarnya kerugian bobot mati!
Penyelesaian: Syarat keseimbangan pasar yaitu: Pd = Ps, maka
120 – 4Q = 30 + 2Q
-4Q – 2Q = 30 -120
-6Q = -90
Q = -90/-6 = 15
Substitusikan nilai Q = 15 ke dalam persamaan permintaan, maka P = 120 – 4(15) =
60. Jadi, keseimbangan pasar sebelum penetapan harga batas maksimum E(15,60).
a. Jika pemerintah mengenakan harga batas minimum setinggi Rp80 maka
substitusikan nilai P = 80 ke dalam persamaan permintaan dan penawaran, dan
hasilnya 80 = 120 – 4Qd ---> 4Qd = 120 – 80 ---> Qd = 10 (jumlah yang diminta
konsumen)
b. b. Kelebihan penawaran (KP) = Qs – Qd = 25 – 10 = 15. Kelebihan jumlah ini
yang harus di beli pemerintah dengan harga Rp80 per unit produk

D. Pajak dan Subsidi


Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak ada yang
langsung diterima oleh masyarakat dan ada yang tidak diterima oleh masyarakat. Jenis-

18
jenis pajak adalah pajak penghasilan (PPH), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak
pertambahan nilai (PPN). Sedangkan subsidi merupakan lawan atau kebalikan dari
pajak. Oleh karena itu subsidi sering disebut sebagai pajak negatif. Subsidi yang
diberikan pemerintah kepada masyarakat akan menyebabkan ongkos produksi yang
dikeluarkan oleh produsen menjadi lebih rendah dari pada ongkos produksi sebelum
adanya atau tanpa adanya subsidi. Yang menjadi indikator pengaruh pajak dan
subsidipada keseimbangan pasar yaitu pajak terhadap keseimbangan pasar dan subsidi
terhadap keseimbangan pasar.
Ternyata pajak sangat berpengaruh terhadap atas penjualan selalu menambah
harga barang yang ditawarkan. Sehingga hanya mempengaruhi fungsi penawaran.
Sedangkan pada fungsi permintaan tidak mengalami perubahan sama sekali.
Sedangkan dengan adanya subsidi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat akan
menyebabkan ongkos produksi yang dikeluarkan oleh produsen menjadi lebih rendah
dari pada ongkos produksi. Menyebabkan daya beli konsumen terhadap produk
tersebut meningkat.
a) Pajak
Penjualan atas suatu produk biasanya di kenakan pajak oleh pemerintah. Jika
produk tersebut di kenakan pajak t per unit, maka akan terjadi perubahan keseimbangan
pasar atas produk tersebut, baik harga maupun jumlah keseimbangan. Jadi, jika
pemerintah mengenakan pajak t per unit pada produk tertentu akan mengakibatkan
harga produk tersebut naik dan jumlah yang diminta/ditawarkan atas barang tersebut
akan berkurang. Hal ini di karenakan bahwa podusen biasanya mengalihkan
tanggungan pajaknya sebagian kepada konsumen yang akan membeli produk tersebut.

19
Maka keseimbangan pasar yang baru Et(Qt,Pt) di peroleh dengan memecahkan
Persamaan (6.17) dan (6.19), yaitu:
P = f(Q) dan Pt = F(Q) + t
Sedangkan keseimbangan pasar mula-mula Et(Qt,Pt) di peroleh dengan memecahkan
persamaan (6.17) dan (6.18), yaitu:
P = f(Q) dan Pt = F(Q)
Keseimbangan pasar mula-mula dan keseimbangan pasar setelah kena pajak dapat
dilihat pada gambar 6.11.
Secara geometri, pajak yang dikenakaan oleh pemerintah sama dengan
menggeserkan kurva penawaran mula-mula ke atas setinggi t per unit. Kasus lain dapat
terjadi bila fungsi penawaran mula-mula berbentuk Q = G(P), maka ada kemungkinan
bagi kita untuk meneyelesaikan ke dalam bentuk P = f(Q) yang lebih mudah.

20
21
22
b) Subsidi

Jika pemerintah memberikan subsidi atas suatu produk tertentu, harga yang di
bayar oleh konsumen akan turun, sedangkan jumlah yang diminta atas produk tersebut
akan bertambah. Penurunan harga tersebut adalah sebesar subsidi s yang di berikan
oleh pemerintah.26 Secara geometri, penurunan harga ini adalah pergeseran kurva
penawaran sejauh s per unit. Jika fungsi permintaan mula-mula P = f(Q), fungsi
penawaran sebelum subsidi adalah P = F(Q), dan fungsi penawaran setelah di berikan
subsidi,

Maka keseimbangan pasar yang baru setelah di berikan subsidi oleh pemerintah Es (Qs,
Ps) di peroleh dengan memecahkan secara serentak persamaan (6.17) dan (6.25), yaitu:
P = f(Q) dan P = F(Q) – s

Titik keseimbangan pasar baru setelah di berikan subsidi oleh pemerintah tampak
seperti dalam gambar 3.4.

23
Besarnya subsidi yang di berikan oleh pemerintah adalah:

Dimana:
S = Jumlah subsidi yang di berikan pemerintah
Qs = Jumlah produk setelah subsidi
S = Subsidi per unit produk

Besarnya subsidi yang di berikan oleh pemerintah di tunjukkan oleh luas jajaran
genjang P AE P , dalam gambar 6.13. Subsidi ini sebagian dinikmati oleh produsen dan
sebagian lagi dinikmati oleh konsumen. Besarnya subsidi yang dinikmati konsumen
adalah segi empat Ps Es BPe , yaitu:

Sedangkan besarnya subsidi yang di nikmati oleh produsen adalah segi empat P BAC
atau besarnya subsidi yang di berikan oleh pemerintah di kurangi dengan besarnya
subsidi yang di nikmati oleh konsumen, yaitu:

Contoh:
Fungsi permintaan suatu produk di tunjukkan oleh P = 15 – Q dan fungsi penawaran P
= 0,5Q +3. Jika pemerintah memberikian subsidi sebesar Rp 1,5 per unit produk.
a. Berapakah harga dan jumlah keseimbangan sebelum dan sesudah subsidi?
b. Berapa besar subsidi yang di berikan oleh pemerintah?
c. Berapa besar subsidi yang dinikmati oleh konsumen dan produsen?
d. Gambarkanlah dalam satu diagram!

24
Penyelesaian:

25
E. Penetapan Harga dalam Islam (Tas’ir)
Di dalam buku Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq yang ditulis oleh Syaikh Sulaiman
Ahmad Yahya Al-Faifi, di terbitkan oleh Daarul Fath Lil I’Lamil Arabi, dan di
terjemahkan oleh Ahmad Tirmidzi, Lc, Futuhal Arifin, Lc, dan Farhan Kurniawan Lc
bahwa Tas’ir adalah penetapan harga baru bagi barang yang akan di jual (komoditi)
dengan ketentuan bahwa si pemilik barang tidak merasa terzhalimi dan si pembeli tidak
merasa keberatan.
Dan didalam buku Fiqih Muamalah yang di tulis oleh DR. H. Nasrun Haroen,
MA, yang di terbitkan oleh Gaya Media Pratama Jakarta bahwa pengertian Tas’ir
secara etimologi kata at-tas ir seakar dengan kata as-sir’r yang bearti penetapan harga.
Sedangkan al- jabari bearti secara paksa. Dalam fiqih islam , ada dua istilah yang
berbeda yang menyangkut harga suatu barang, yaitu ats-tsaman dan as-si’r. ats-tsaman,
menurut para ulama figh dalam patokan harga satuan barang, sedangkan as-si’r adalah
harga yang berlaku secara actual di pasar. Lebih lanjut, ulama figh menyatakan bahwa
fluktuasi harga suatu komoditi berkaitan erat dengan as-si’r, bukan ats-tsaman.
Para ulama fiqh membagi as-sir itu kepada dua macam, yaitu:
1. Harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan dan ulah para pedagang.
Dalam harga seperti itu, para pedagang bebas menjual barangnya sesuai dengan
harga yang wajar, dengan mempertimbangkan keuntungannya. Pemerintah,
dalam harga yang berlaku secara alami ini, tidak boleh campur tangan, karena
campur tangan pemerintah dalam kasus seperti ini boleh membatasi hak para
pedagang.
2. Harga suatu komoditi yang di tetapkan pemerintah setelah mempertrimbangkan
modal dan keuntungan bagi pedagang dan keadaan ekonomi masyarakat.
Penetapan harga dari pemerintah ini di sebut dengan at-tas’ir al-jabari.
Menurut Abd al-karim Usman, pakar Fiqh dari Mesir, dalam perilaku ekonomi,
harga suatu komoditi akan stabil apabila stock barang tersedia barang di pasar, karena
antara penyediaan barang dan dengan permintaan konsumen terdapat keseimbangan.
Akan tetapi, apabila barang yang tersedia sedikit, sedangkan permintaaan konsumen
banyak, maka dalam hal ini akan terjadi fluktuasi harga. Dalam keadaan yang di

26
sebutkan terakhir ini, menurutnya, pihak pemerintah tidak boleh ikut campur dalam
masalah harga itu. Cara yang boleh menstabilkan harga itu adalah pemerintah berupaya
menyediakan komoditi di maksud dan menyesuaikannya dengan permintaan pasar.
Sebaliknya, apabila stock barang banyak di pasar, tetapi harga tetap melonjak naik,
maka pihak pemerintah perlu melakukan pengawasan yang ketat. Apabila kenaikan
harga ini di sebabkan ulah para pedagang. Misalnya dengan melakukan penimbunan
barang dengan tujuan menjualnya setelah melonjaknya harga (ikhtikar), maka dalam
kasus seperti ini pemerintah berhak untuk menetapkan harga penetapan harga ini, dan
fiqh, di sebut dengan at-tas’ir al-jabari.
Konsep harga islam juga banyak menjadi daya tarik bagi para pemikir Islam
dengan menggunakan kondisi ekonomi di sekitarnya dan pada massanya, pemikir
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Konsep Harga Abu Yusuf
Abu Yusuf adalah seorang mufti pada kekhalifahan Harun al- Rasyid. Ia
menulis buku pertama tentang sistem perpajakan dalam Islam yang berjudul Kitab al-
Kharaj. Dan Abu Yusuf tercatat sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung
mekanisme pasar. Beliau memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam
kaitannya dengan perubahan harga.Beliau jugalah yang mengajukan pertama kali
tentang teori permintaan dan persediaan (demand and supplay) dan pengaruhnya
terhadap harga.31 Fenomena yang terjadi pada masa Abu Yusuf adalah, ketika terjadi
kelangkaan barang maka harga cenderung akan tinggi, sedangkan pada saat barang
tersebut melimpah, maka harga cenderung untuk turun atau lebih rendah.Abu Yusuf
mengatakan: “Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat
dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya. Prisipnya tidak bisa diketahui. Murah
bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga dengan mahal tidak disebabkan
karena kelangkaan makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah.
Kadangkadang makanan sangat sedikit tetapi murah.” Pandangan Abu Yusuf di atas
menunjukkan adanya hubungan negatif antara persediaan (supply) dengan harga. Hal
ini adalah benar bahwa harga itu tidak tergantung pada supply itu sendiri, oleh karena
itu berkurangnya atau bertambahnya harga semata-mata tidak berhubungan dengan

27
bertambah atau berkurangnya dalam penawaran Dalam hal ini, Abu Yusuf tampaknya
menyangkal pendapat umum mengenai hubungan terbalik antara permintaan dengan
harga. Pada kenyataannya harga tidak tergantung pada penawaran saja tetapi juga
permintaan. Abu Yusuf menegaskan bahwa ada variabel lain yang mempengaruhi akan
tetapi beliau tidak menjelaskan secara rinci. Dalam analisis ekonomi pada masalah
pengendalian harga (tas’ir). Abu Yusuf menentang penguasa yang menetapkan harga.
Menurutnya harga merupakan ketentuan Allah. Maksudnya adalah harga akan
terbentuk sesuai dengan hukum alam yang berlaku disuatu tempat dan waktu tertentu
sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga itu sendiri. Pendapat Abu Yusuf
ini relevan pada pasar persaingan sempurna dimana banyak penjual dan banyak
pembeli sehingga harga ditentukan oleh pasar.
b) Konsep Harga Al Ghazali
Seperti halnya para cendikiawan muslim terdahulu, perhatian Al Ghazali
terhadap kehidupan masyarakat tidak terfokus pada satu bidang tertentu tetapi meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia. Ia melakukan studi keislaman secara luas untuk
mempertahankan ajaran agama Islam. Perhatiannya di bidang ekonomi terkandung
dalam ilmu fiqhnya karena pada hakikatnya, merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari fiqh Islam. Pemikiran sosio ekonomi Al Ghazali berakar pada sebuah konsep yang
dia sebut sebagai “fungsi kesejahteraan sosial Islami”. Tema yang menjadi pangkal
seluruh karyanya adalah konsep maslahat atau kesejahteraan bersama sosial atau
utilitas (kebaikan bersama), yakni sebuah konsep yang mencakup semua aktivitas
manusia dan membuat kaitan erat antara individu dengan masyarakat. Proses evolusi
pasar merupakan teori yang dikemukakan oleh Al Ghazali. Al Ghazali dengan nama
lengkapnya Abu Hamid Al Ghazali sebagai ahli tasawuf mengajukan pandangan dan
mulai berpikir tentang pasar. Pandangannya ia jabarkan dengan rinci, bahwa peran
aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai kekuatan
permintaan dan penawaran. Bagi Al Ghazali merupakan bagian dari “keteraturan
alami” (natural order). Menurut Al-Ghazali hukum alam adalah segala sesuatu, yakni
sebuah ekspresi berbagai hasrat yang timbul dari diri sendiri untuk saling memuaskan
kebutuhan ekonomi. Begitu pula dengan pendapat Al Ghazali mengenai pasar

28
merupakan keteraturan alami (natural order), yaitu harga di pasar akan terbentuk secara
alami sesuai dengan faktorfaktor yang mempengaruhi harga, dan pendapat Al Ghazali
ini lebih cocok pada pasar persaingan sempurna. Al -Ghazali menjelaskan secara
eksplisit mengenai perdagangan regional, bahwa: “Praktek-praktek ini terjadi di
berbagai kota dan negara. Orangorang yang melakukan perjalanan ke berbagai tempat
untuk mendapatkan alat-alat dan makanan dan membawanya ke tempat lain. Urusan
ekonomi orang akhirnya diorganisasikan ke kota-kota yang mungkin tidak mempunyai
alat-alat yang dibutuhkan, dan ke desa-desa yang mungkin tidak memiliki semua bahan
makanan yang dibutuhkan. Keadaan inilah yang pada gilirannya menimbulkan
kebutuhan alat transportasi. Terciptalah kelas pedagang regional dalam masyarakat.
Motifnya tentu saja mencari keuntungan. Para pedagang ini bekerja keras memenuhi
kebutuhan orang lain dan mendapatkan keuntungan dan makan oleh orang lain juga”
Walaupun Al Ghazali tidak menjelaskan konsep permintaan dan penawaran dalam
terminologi modern. Terdapat banyak bagian dari bukubukunya yang berbicara
mengenai harga yang berlaku, seperti yang ditentukan oleh praktik-praktik pasar,
sebuah konsep ini kemudian dikenal sebagi al-tsaman al-adl (harga yang adil)
dikalangan ilmuwan Muslim atau equilibrium price (harga keseimbangan) dikalangan
ilmuwan Eropa kontemporer. Sejalan dengan konsep permintaan dan penawaran,
menurutnya untuk kurva penawaran “ naik dari kiri naik ke bawah kanan atas”
dinyatakan sebagai “ jika petani tidak mendapatkan pembeli dan barangnya, maka ia
akan menjual pada harga yang lebih murah”.
Sementara untuk kurva permintaan yang ”turun dari kiri atas ke kanan bawah”
dijelaskan sebagai “harga dapat diturunkan dengan mengurangi permintaan” Seperti
halnya pemikir lain pada masanya, Al Ghazali juga berbicara tentang harga yang
biasanya langsung dihubungkan dengan keuntungan. Keuntungan belum secara jelas
dikaitkan dengan pendapatan dan biaya. Bagi Al Ghazali keuntungan adalah
kompensasi dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis, dan ancaman diri keselamatan si
pedagang. Walaupun ia tidak setuju dengan keuntungan yang berlebih untuk menjadi
motivasi pedagang bagi Al Ghazali keuntungan sesungguhnya adalah keuntungan di

29
akhirat kelak. Adapun keuntungan normal merutnya adalah berkisar antara 5 sampai
10 persen dari harga barang.
c) Konsep Harga Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah menjelaskan mengenai mekanisme pertukaran, ekonomi pasar
bebas, dan bagaiman kecenderungan harga terjadi sebagai akibat dari kekuatan
permintaan dan penawaran. Jika permintaan terhadap barang meningkat sementara
penawaran menurun harga akan naik. Begitu sebaliknya, kelangkaan dan melimpahnya
barang mungkin disebabkan oleh tindakan yang adil, atau mungkin tindakan yang tidak
adil. Hal ini terjadi karena pada masanya ada anggapan bahwa penigkatan harga
merupakan akibat dari ketidakadilan dan tindakan dari melanggar hukum dari pihak
penjual, atau mungkin sebagaiakibat manipulasi pasar. Ibnu Taimiyah berkata: “Naik
dan turunnya harga tak selalu berkaitan dengan kezaliman (zulm) yang dilakukan
seseorang. Sesekali alasannya adalah adanya kekurangan dalam produksi atau
penurunan impor dari barang-barang yang diminta. Jika membutuhkan peningkatan
jumlah barang sementara kemampuannya menurun, harga dengan sendirinya akan
naik. Di sisi lain, jika kemampuan penyediaan barang meningkat dan permintaannya
menurun, harga akan turun. Kelangkaan dan kelimpahan tak mesti diakibatkan oleh
perbuatan seseorang. Bisa saja berkaitan dengan sebab yang takmelibatkan
ketidakadilan. Atau sesekali bisa juga disebabkan ketidakadilan. Maha besar Allah
yang menciptakan kemauan pada hatimanusia. (Ibnu Taimiyah, Menurut Ibnu
Taimiyah, penawaran bisa datang dari produksi domestik dan impor. Perubahan dalam
penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang
yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan.
Di sisi lain, Ibnu Taimiyah mengidentifikasi beberapa faktor lain yang menetukan
permintaan dan penawaran yang mempengaruhi harga pasar, yaitu: 1) Keinginan
masyarakat (raghbah) terhadap berbagai jenis barang yang berbeda dan selalu berubah-
ubah. Prubahan ini sesuai dengan langka atau tidaknya barang-barang yang diminta.
Semakin sedikit jumlah suatu barang yang tersedia akan semakin diminati masyarakat.
2) Jumlah para peminat (tullab) terhadap suatu barang. Jika jumlah masyarakat yang
menginginkan suatu barang tersebut akan semakin meningkat, dan begitu pula

30
sebaliknya. 3) Lemah atau kuatnya kebutuhan terhadap suatu barang serta besar atau
kecilnya tingkat dan ukuran kebutuhan. Apabila kebutuhan besar dan kuat, harga akan
naik. Sebaliknya jika kebutuhan kecil dan lemah harga akan turun. 4) Kualitas pembeli.
Jika pembeli adalah seorang yang kaya dan terpercaya dalam membeyar utang, harga
yang diberikan lebih rendah. Sebaliknya, harga yang diberikan lebih tinggi jika pembeli
adalah seorang yang sedang bangkrut, suka mengulur-ulur pembayaran utang serta
mengingkari utang. 5) Jenis uang yang digunakan dalam transaksi. Harga akan lebih
rendah jika pembayaran dilakukan dengan menggunakan uang yang umum dipakai
(naqd ra’ij) daripada uang yang jarang dipakai. 6) Tujuan transaksi yang menghendaki
adanya kepemilikan resiprokal diantara kedua belah pihak. Harga suatu barang yang
telah tersedia di pasaran lebih rendah daripada harga suatu barang yang belum ada di
pasaran. Begitu pula halnya harga akan lebih rendah jika pembayaran dilakukan secara
tunai daripada pembayaran dilakukan secara angsuran. 7) Besar kecilnya biaya harus
dikeluarkan oleh produsen atau penjual. Semakin besar biaya yang dibutuhkan oleh
produsen atau penjualuntuk menghasilkan atau memperoleh barang akan semakin
tinggi pula harga yang diberikan, dan begitu pula sebaliknya. Jika transaksi telah
berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada tetapi harga tetap naik, menurut Ibnu
Taimiyah ini merupakan kehendak Allah. Maksudnya pelaku pasar bukanlah satu-
satunya faktor yang menentukan harga tetapi ada beberapa faktor lain yang
mempengaruhi harga, yang dalam hal ini dapat disebut dalam hukum alam dalam
proses jual beli.
d) Konsep Harga Ibnu Khaldun
Dalam karyanya yang berjudul al muqoddimah pada bab yang berjudul “harga
di kota-kota” ia membagi jenis barang menjadi barang kebutuhan pokok dan mewah.
Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan selanjutnya populasinya akan bertambah
banyak, maka harga-harg kebutuhan pokok akan mendapatkan prioritas pengadaannya.
Akibatnya penawaran meningkat dan ini berarti turunnya harga. Sedangkan untuk
barang-barang mewah, permintaannya akan menigkat sejalan dengan berkembangnya
kota dan berubahnya gaya hidup. Akibatnya harga barang mewah akan meningkat.
Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan penawaran.

31
Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas dan perak, yyang
merupakan standar moneter. Semua barang-barang lain terkena fluktuasi harga yang
tergantung pada pasar. Bila suatu barang langka dan banyak diminta, maka harganya
tinggi. Jika suatu barang berlimpah maka harganya akan rendah. Mekanisme
penawaran dan permintaan dalam menentukan harga keseimbangan menrut Ibnu
Khaldun, ia menjabarkan pengaruh persaingan diantara konsumen untuk mendapatkan
barang pada sisi permintaan. Setelah itu pada sisi penawaran, ia menjelaskan pula
pangaruh meningkatnya biaya produksi karena pajak dan pungutanpungutan lainnya di
kota tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun, sebagaimana Ibnu Taimiyah
telah mengidentifikasi kekuatan permintaan dan penawaran sebagai penentu harga
keseimbangan. Ibnu Khaldun kemudian mengatakan bahwa keuntungan yang wajar
akan mendorong tumbuhnya perdagangan, sedangkan keuntungan yang sangat rendah
akan membuat lesu perdagangan karena pedagang kehilangan motivasi. Sebaliknya,
jika pedagang mengambil keuntungan sangat tinggi, juga akan membuat lesu
perdagangan karena lemahnya permintaan konsumen. Pendapat Ibnu Khaldun juga
sama dengan pendapat tokoh-tokoh di atas, hanya yang membedakan dengan tokoh di
atas adalah sudut pandang. Karena secara eksplisit Ibnu Khaldun menjelaskan jenis-
jenis biaya yang membentuk penawaran dan Ibnu Khaldun lebih fokus menjelaskan
fenomena yang terjadi.
Harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang di relakan dalam akad, baik
lebih sedikt, lebih besar, atau sama dengan nilai barang. Biasanya, harga di jadikan
penukar barang yang di ridhai oleh kedua bilah pihak yang akad.

32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surplus konsumen adalah keuntungan yang diperoleh konsumen karena
membayar harga yang lebih rendah dari harga yang dapat mereka bayar. Atau selisih
antara jumlah yangg konsumen sedia bayarkan dengan yang harus dibayar. Surplus
produsen merupakan keuntungan yang diperoleh produsen karena memperoleh harga
yang lebih tinggi dari harga produsen bersedia untuk menjual. Atau selisih antara
jumlah yang diterima dengan yang mereka harapkan untuk dibayar.
Surplus adalah keuntungan atas kelebihan dari yang diperkirakan. Konsumen
mengalami surplus apabila harga yang dibayarkannya untuk mendapatkan sejumlah
komoditi lebih rendah dari yang diperkirakan atau dari yang mampu dibayarkannya.
Surplus Produsen terjadi jika harga yang disepakati dengan konsumen lebih tinggi dari
harga yang seharusnya ia berikan pada konsumen. Surplus terbagi menjadi dua yaitu
surplus nominal dan surplus dan riel. Surplus nominal adalah keuntungan kotor yang
diperoleh konsumen atau produsen. Konsumen untung karena membayar kurang dari
seharusnya dan produsen untung karena menerima lebih dari yang seharusnya.
Pengendalian harga, pajak, subsidi, dan penetapan harga adalah beberapa
instrumen yang dapat digunakan dalam ekonomi untuk mengatur pasar dan
mempengaruhi harga barang dan jasa. Dalam Islam, prinsip-prinsip pengendalian
harga, pajak, subsidi, dan penetapan harga didasarkan pada ajaran-ajaran agama,
hukum syariah, dan nilai-nilai etika.
Permintaan, penawaran, dan kesejahteraan pasar adalah konsep-konsep dasar
dalam ekonomi yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana pasar bekerja.
Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang ingin dibeli oleh konsumen pada suatu
tingkat harga tertentu. Permintaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pendapatan
konsumen, harga barang atau jasa lain yang saling terkait, selera konsumen, dan faktor-
faktor lainnya.

33
DAFTAR PUSTAKA
Gregory Mankiw. Pengantar Ekonomi.Edisi kedua jilid 1. Gelora Aksara Pratama
Jakarta: 2001

Said Kelana. Ekonomi Mikro. Cet: ke-2 Raja Grafindo Persada Jakarta: 1996

Dr. Masyhuri, Ekonomi Mikro : Malang : Uin Malang Press. Cet 1, 2007

Ridwan, dkk. Ekonomi: Pengantar Mikro dan Makro Islam. Medan: Citapustaka
Media. 2013

Kalangi, Josep Bintang. 2012. Matematika Ekonomi dan Bisnis. (Jakarta Selatan:
Salemba Empat)

Sugiarto Dkk, Ekonomi mikro sebuah kajian komprehensif, PT Gramedia pustaka


utama: 2000, hal 72.

Putong, Iskandar. 2002. Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta: Ghalia Indonesia.

https://kuliahfreddy.files.wordpress.com/2018/09/bab-03.pdf

Sudarsono, 1995, Pengantar Ekonomi Mikro, Jakart: LP3ES

34

Anda mungkin juga menyukai