Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Teori tingkah laku konsumen: teori nilai guna

Disususn untuk memenuhi

Tugas mata kuliah : Pengantar Ekonomi Mikro

Dosen pengampu : Edy Purwanto.,SE.,M.Sc.

Disusun oleh :

1. Maulida nahdia (722213419)


2. Putri ulandari (722213526)
3. Lina pristica (722213527)
4. Adelia dwi rohatin (722213528)
5. Lailatul maulida (722213529)
6. Siti nur alias (722213533)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Manajemen
Universitas Wiraraja

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karna telah memberikan


kesempatan dan rahmatnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat warktu. Makalah ini disususun untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pengantar Ekonomi Mikro. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Edy Purwanto.,SE.,M.Sc. selaku dosen mata kuliah pengantar ekonomi
mikro, tugs yang di berikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai bagaimana rasa keadilan sebagai cita-cita dalam penegakan hukum.

Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran untuk makalah ini dengan harapan sebagai masukan
dalam perbaikan dan penyempurnaan pada makalah berikutnya.

Sumenep, 19 november 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
2.1. Teori nilai guna (utiliti) ..................................................................................3-6
2.2. Pemaksimuman nilai guna ............................................................................... 7
2.3. Teori nilai guna dan teori permintaan ...........................................................8-9
2.4. Paradoks nilai ................................................................................................ 11
2.5. Surplus konsumen…………………………………………………………………………………………11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 12


3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 12
3.2. Saran ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ilmu ekonomi mikro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang


mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-
harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjual
belikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan
perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan
jasa, yang akan menentukan harga, dan bagaimana harga, pada gilirannya,
menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.

Di dalam pembahasan ilmu ekonomi mikro terdapat maeri


mengenai teori tingkah laku konsumen. Yakni tingkah laku individu atau
kelompok dalam mempergunakan pendapatan yang mereka miliki untuk
memenuhi kepuasan masing-masing.

Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum


dalam pendapatan yang terbatas inilah yang memepengaruhi permintaan
konsumen terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk menganalisa
pembentukan permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan
digunakan beberapa asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi.

1.2.Rumusan Masalah

1) Apa teori nilai guna (utuliti)?

2) Bagaimana pemaksimuman nilai guna?

3) Apa hubungan teori nilai guna dan teori permintaan?

4) Apa teori paradoks nilai?

5) Apa itu surplus konsumen?

1
1.3.Tujuan

1) Menjelaskan teori nilai guna beserta pembagian dan hipotesis nilai


guna.

2) Menjelaskan mengenai pemaksimuman nilai guna, cara


memaksimumkan nilai guna dan syarat memaksimumkan nilai guna.

3) Menjelaskan teori nilai guna dan teori permintaan.

4) Menjelaskan paradoks nilai.

5) Menjelaskan surplus konsumen.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Teori nilai guna (utiliti)

1. Pengertian dan pembagian nilai guna

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua pendekatan :

a. Pendekatan nilai guna cardinal

Pendekatan nilai guna cardinal adalah dalam manfaat atau


kenikmatan yang diperoleh konsumen dapat dinyatakan secara
kuantitatif. Dengan ini konsumen akan memaksimumkan
kepuasan yang dapat dicapainya.

b. Pendekata nilai guna ordinal

Pendekatan nilai guna ordinal adalah manfaat atau kenikmatan


masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak di
kuantifikasi atau tidak dapat dinyatakan kuantifikasi sehingga
perilaku konsumen dalam memillih barang yang akan
memaksimumkan kepuasannya ditujukan dengan bantuan kurva
yang sama yaiu kurva yang menggambarkan gabungan barang
yang akan memberikan nilai guna atau kepuasan yang sama.

Teori nilai guna di dalam teori ekonomi dinamakan kepuasan atau


kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barang-
barang. Jika kepuasan itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai
gunanya. Nilai guna di bedakan menjadi dua pengertian yaitu :

a. Nilai Guna Total

Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan


yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu.
Misalnya, nilai guna total dari mengkonsumsi lima buah manga

3
meliputi seluruh kepuasan yang diperoleh dari memakan mangga
tersebut.

b. Nilai Guna Marjinal

Nilai guna marjinal diartikan pertambahan atau pengurangan


kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan
penggunaan satu unit barang tertentu. Misalnya, dari buah mangga
yang kelima adalah pertambahan kepuasan yang diperoleh dari
memakan buah manga yang kelima.

2. Hipotesis teori nilai guna

Hipotesis utama teori nilai guna atau lebih dikenal sebagai hukum
nilai guna marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa
tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari
mengkonsusmsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit
apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinyake
atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan
menjadi negatif yaitu apabila konsumsi ke atas barang ditambah
satu unit lagi, maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit.
Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa
pertambahan terus menerus dalam mengkonsumsi, tidak dilakukan
secara terus menerus akan menambah kepuasan yang dinikmati
orang yang mengkonsumsinya. Misalnya, apabila seseorang selesai
berolahraga, lalu memperoleh air segelas, maka ia memperoleh
sejumlah kepuasan dari segelas air tersebut. Dan jumlah kepuasan
itu akan menjadi bertambah tinggi apabila ia dapat meminum
segelas air lagi. Apabila pertambahan ini terus berlangsung,
katakanlah pada gelas kelima, maka ia merasa bahwa yang
diminumnya sudah cukup memuaskan dahaganya, dan apabila ia
ditawarkan pada gelas keenam maka akan menolaknya karena ia
sudah puas pada gelas kelima. Dengan demikian, pada gelas
keenam tambahan nilai guna adalah negatif.

4
Hukum nilai guna marjinal akan dapat dimengerti dengan
lebih jelas apabila digambarkan dalam contoh secara angka.

 Contoh Angka

Jumlah buah Nilai guna total Nilai guna


mangga yang marjinal
dimakan
0 0 --
1 30 30
2 50 20
3 65 15
4 75 10
5 83 8
6 87 4
7 89 2
8 90 1
9 89 -1
10 85 -1
11 78 -7

Dengan memisahkan bahwa kepeuasan dari memakan


manga dalam satu hari dapat dinyatakan dalam angka, pada table
tersebut ditunjukka nilai guna total dan nilai guna marjinal. Dalam
contoh tersebut telah diperhatikan juga hipotesis diatas, yaitu
tambhan nilai guna akan menjadi semakin menurun apabila
konsumsi terus menerus ditambah. Contoh dalam table tersebut
menunjukkan bahwa hingga manga kedelapan nilai guna marjinal
adalah positif, maka nilai guna total secara terus menerus
bertambah kepuasannya. Ketika memakan manga yang kesembilan
nilai guna marjinal adalah negatif. Ini berarti kepuasan dari
memakan manga mencapai tinglat yang paling maksimum apabila
jumlah mangga yang dimakan adalah delapan.

5
 Contoh Grafik nilai guna total dan marjinal

Berdasarkan kepada amgka-angka ditunjukkan kurva nilai


guna total dan nilai guna marjinal. Pada grafik (i), sumbu tegak
menggambarkan nilai guna total dan sumbu datar menunjukkan
jumlah barang yang dikonsumsi. Grafik (ii) menunjukkan nilai
guna marjinalmyang diukut pada sumbu tegak, pada bagian unit
barang yang dikonsumsikan pada sumbu datar. Kurva nilai guna
total (TU) bermula dari titik 0, yang berarti pada waktu tidak
terdapat konsumsi, maka nilai guna total adalah nol. Pada
mulanya kurva nilai guna total adalah menarik, yang berarti
kalau jumlah konsumsi mangga bertambah, maka nilai guna total
bertambah tinggi. Kurva nilai guna total akan menurun pada
waktu konsumsi mangga melebihi delapan buah. Kurva nilai
guna marjinal (MU) turun dari kiri atas ke kanan bawah.
Gambaran ini mencerminkan hukum nilai guna marjinal yang
semakin menurun. Kurva nilai guna marjinal memotong sumbu
datar sesudah jumlah mangga yang kedelapan. Berarti sesudah
perppotngan mangga tersebut, nilai guna marjinal adaah negatif.

6
2.2. Kemaksimuman nilai guna

Salah satu pemisalan penting dalam teori ekonomi adalah setiap


orang berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya
dengan perkataan lain, setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan
nilai guna dari barang-barang yang di konsumsinya. Apabila yang di
konsumsinya hanya satu baran saja, tidak sukar untuk menentukan pada
tingkat mana nilai guna dari memperoleh dan menikmati barang itu akan
mencapai tingkat yang maksimun. Tetapi, kalau barang yang digunakan
adalah berbagai jenisnya, cara untuk menentukan corak konsumsi barang-
barang yang akan menciptakan nilai guna yang maksimun menjadi lebih
rumit.

a) Cara memaksimumkan nilai guna

Kerumitan yang timbul untuk menetukan suasana atau


komposisi atau jumlah barang yang akan mewujudkan nilai
guna yang maksimum besumber dari perbedaan harga-harga
berbagai barang. Kalau harga setiap barang adalah bersamaan,
nilai guna akan mencapai tingkat yang maksimuan apabila nilai
guna marjinal setiap barang adalah sama besarnya. Maka
kepuasaan yang maksimum atau nilai guna yang maksimun akan
diperoleh orang tersebut apabila mengkonsumsi barang tersebut.

b) Syarat pemaksimuman nilai guna

Dalam keadaan dimana harg-harga berbagai macam brang


adalah berbeda, syarat yang harus dipenuhi agar barang-barang
yang dikonsumsi akan memberikan nilai guna yang maksimun
yang: setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit
tambahan berbagai jenis, akan memberi nilai guna marjinal yang
sama besarnya.

7
2.3.Teori nilai guna dan teori permintaan

Dengan menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya


kurva permintaan bersifat menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang
menggambarkan bahwa semakin rendah harga suatu barang, semakin
banyak permintaan atasnya. Ada dua faktor yang menyebabkan
permintaan ke atas suatu barang berubah apabila harga barang itu
mengalami perubahan.

Dua faktor terebut yaitu, efek penggantian dan efek pendapatan.

 Efek penggantian

Perubahan harga suatu barang mengubah nilai guna marjinal per


rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Kalau
harga mengalami kenaikan, nilai guna marjinal per rupiah yang
diwujudkan nilai barang tersebut menjadi semakin rendah. Misalnya
harga barang A bertambah tinggi, maka sebagai akibatnya sekarang
MU barang A/Pa menjadi lebih kecil dari semula. Kalau harga barang-
barang lainnya tidak mengalami perubahan lagi maka perbandingan di
antara nilai guna marjinal barang-barang itu dengan harganya (nilai
guna marjinal per rupiah dan barang-barang itu) tidak mengalami
perubahan. Dengan demikian, untuk barang B misalnya, MU barang
B/Pb yang sekarang adalah sama dengan sebelumnya. Berarti sesudah
harga barang A naik, keadaan berikut berlaku :

MU barang A

Dalam keadaan di atas, nilai guna akan menjadi bertambah banyak


(maka kepuasan konsumen akan benjadi bertambah tinggi) sekiranya
konsumen itu membeli lebih banyak barang B dan mengurangi
pembelian barang A. keadaan di atas menunjukkan bahwa kalau harga
naik, permintaan terhadap barang yang mengalami keanaikan harga
tersebut akan menjadi semakin sedikit. Dengan cara yang sama
sekarang tidak susah untuk menunjukkan bahwa penurunan harga

8
menyebabkan permintaan ke atas barang yang mengalami penurunan
harga itu akan menjadi bertambah banyak. Penurunan harga
menyebabkan barang itu mewujudkan nilai guna marjinal per rupiah
yang lebih tinggi dari pada nilai guna marjinal per rupiah dari barang-
barang lainnya yang tidak berubah harganya. Maka, Karena membeli
barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan ke atas
barang ersebut menjadi bertambah banyak apabila harganya bertambah
rendah.

 Efek pendapatan

Kalau pendapatan mengalami perubahan maka kenaikan harga


menyebabkan pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan
kata lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli
barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka
kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah
berbagai barang yang dibelinya, termasuk barang yang mengalami
kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan
pendapatan riil bertambah, dari ini akanmendorong konsumen
menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat dari perubahan
harga kepada pendapatan ini, yang di sebut efek pendapatan.

9
2.4.Paradoks nilai

Perbedaan harga yang terjadi suatu barang, contohnya antara harga

Air dan berlian terdapat perbedaan harga yang cukup tingi. Air merupakan
barang yang sangat berharga pada manusia, tetapi harganya sangat murah,
sedangkan berlian bukan merupakan barang yang penting dalam keidupan
sehari-hari, tetapi harganya jauh lebih tinggi dari harga air. Keanehan
inilah yang dinamakan paradoks nilai. Maka yang menentukan harga pasar
ialah penawaran dan permintaan bukan keperluan ataupun kemewahan.
Terdaat dua alasan yang dapat digunakan untuk menerangkan keadaan
tersebut, yaitu perbedaan dalam biaya produksi. Air meruupakan benda
yang mudah didapat diberbagai tempat sehingga untuk memperolehnya
tidak diperlukan biaya terlalu besar. Tetapi tidak demikian halnya dengan
berlian sebab ia merupakan barang yang sangat sukar untuk diperoleh dan
biaya untuk memproduksinya sangat tinggi.

Teori nilai guna memberikan alasan yang lebih meyakinkan


mengenai sebabnya perbedaan harga antara air dan berlian. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh nilai guna marjinal yang menentukan apakah
suatu barang itu mempunyai harga yang tinggi atau rendah. Air sangat
mudah diperoleh, maka orang akan mengkonsumsi air pada ingkat dimana
nilai guna marjunal air sangat murah.

10
2.5.Surplus konsumen

Surplus konsumen adalah kelebihan kenikmatan konsumen dalam


mengkonsumsi sesuatu barang apabila dibandingkan dengan pembayaran
yang perlu dilakukan untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan yang
diperoleh selalu lebih besar dari pada pembayaran yang dibuat.
Contohnya, seorang konsumen pergi ke pasar untuk membeli manga dan
bertekan membeli satu buah mangga yang cukup besar apabila harganya
Rp 1500. Sesampainya di pasar dia mendapati bahwa mangga yang ia
inginkan hanya berharga Rp 1000. Jadi, ia dapat memperoleh mangga
yang diinginkan dengan harga Rp 500 lebih murah dripada harga yang
bersedia dibayarkan. Nilai Rp 500 ini dinamakan surplus konsumen.

11
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Teori perilaku konsumen adalah teori yang mempelajari tentang

proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian,


pemilihan, pembelian, penggunaa, serta pengevaluasian produk dan jasa
demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.

Teori perilaku konsumen dapat diberikan menjadi dua macam


pendekatan yaitu, pendekatan nilai guna cardinal dan pendekatan nilai
guna ordinal.

Dalam teori nilai guna dapat dibedakan menjadi dua pengertian


yaitu nilai guna total dan nilai guna marjinal. Hopotesis teori nilai guna
menyatakan bahwa tambahan-tambahan nilai guna yang diperoleh
seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin
sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya.

Setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan nilai guna dari


barang-barang yang dikonsumsikannya. Cara memaksimumkan nilai guna
yaitu dalam menentukan susunan atau komposisi dan jumlah barang yang
akan mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber dari perbedaan
harga-harga berbagai barang. Syarat yang harus dipenuhi agar barang-
barang yang dikonsunsikan akan memberikan nilai guna yang maksimum
adalah, setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan
berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna merjinal yang sama
besarnya.

Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya


kelebihan kepuasan yang dinikmati para konsumen. Kelebihan kepuasan
ini, dalam analisis ekonomi dikenal sebagai surklus konsumen.

12
3.2.Saran

Berdasarkan isi dari konsep tentang “teori tingkah laku konsumen”


maka studi teori prilaku konsumen adalah suatu hal yang sangat penting
bagi para pengusaha, ekonomi, mahasiswa, dosen ataupun pemerintah
serta khalayak umum karena dengan kita memplajari dan memahami
konsep teori dan prilaku konsumen dalam memblanjakan sejumlah
pendapatan yang dimilikinya, maka kita akan mengetahui sejumlah
pepahaman dari sirklus dari pada sirklus bisnis jangka pendek maupun
pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sadono Sukirno. (2016). Mikroekonomi Teori Pengantar (Studi


Manajemen).Jakarta : Rajawali Pers. Buku

14

Anda mungkin juga menyukai