Anda di halaman 1dari 46

DAR 2/Profesional/210/1/2022

PENDALAMAN MATERI EKONOMI

MODUL 1
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

Penulis
Dr. Arwansyah, M.Si

Penyelia:

Dr. Eko Wahyunugrahadi, M.Si.


Dr. Sugiharsono
Pebri Hastuti, S.Pd., M.Pd.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi


2022
KATA PENGANTAR

Segala puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang
Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan modul 1 Konsep Dasar Ekonomi Mikro utamanya diperuntukkan
bagi para peserta PPG dalam jabatan hybrid learning, yaitu memadukan model
pembelajaran online atau dalam jaringan (daring) dengan tatap muka. Pemilihan
pola hybrid learning dimaksudkan agar para guru peserta PPG dalam jabatan tetap
dapat mengikuti program PPG dengan tidak meninggalkan tugas mengajar terlalu
lama, guru-guru peserta PPG dapat melaksanakan pembelajaran PPG khususnya
pendalaman materi melalui daring.
Modul 1 KB 4 meliputi Prilaku konsumen, teori produksi dan biaya, yang
berisi a) Prilaku konsumen, b) Teori produksi dan c) Teori biaya. Seperti layaknya
sebuah modul, maka pembahasan dimulai dengan menjelaskan capaian
pembelajaran mata kegiatan dan pokok-pokok materi dan disertai dengan soal yang
mengukur tingkat penguasaan materi setiap KB dan diakhir modul dibuatkan tes
sumatif untuk setiap KB. Dengan demikian pengguna modul ini secara mandiri
dapat mengukur tingkat ketuntasan yang dicapainya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu proses penyelesain modul ini, terutama kepada Bapak Dr. Sugiharsono,
M. Si dan Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi selaku tim penyelia yang telah banyak
memberi masukkan, kepada seluruh panitia yang terlibat dalam proses penulisan
modul. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan modul ini dimasa mendatang. Akhirnya kepada Allah Swt jualah
penulis bermohon semoga semua ini menjadi amal saleh bagi penulis dan
bermanfaat bagi pembaca.
Medan , Juni 2022
Penulis,

Dr. Arwansyah, M.Si

101
102
DAFTAR ISI

KEGIATAN BELAJAR

4
Perilaku Konsumen, Teori Produksi dan Biaya
A. Perilaku Konsumen ..................................................................................... 104
B. Teori Produksi ............................................................................................. 114
C. Teori Biaya ................................................................................................. 122
D. Forum diskusi ............................................................................................. 131
Rangkuman...................................................................................................... 132
Tes Formatif .................................................................................................... 133
Daftar Pustaka ................................................................................................. 136
TUGAS AKHIR .............................................................................................. 137
TES SUMATIF................................................................................................ 138

103
PRILAKU KONSUMEN, TEORI
PRODUKSI DAN BIAYA

Capaian Pembelajara Mata Kegiatan (CPMK)

Peserta Kompeten dalam Menguasai konsep dasar ekonomi termasuk


ekonomi syariah, permintaan dan penawaran, teori harga, teori pasar, teori
konsumsi, dan teori produksi serta hasil penelitian terkait

Pokok Materi

1 Prilaku konsumen
2 Teori produksi.
3 Teori biaya

URAIAN MATERI

A. Perilaku Konsumen

Bapak / Ibu peserta PPG, sebagai seorang konsumen tentulah kita selalu ingin
memaksimumkan kepuasannya, dengan cara memenuhi semua kebutuhan dari
faktor produksi yang kita miliki. Konsumen dalam melaksanakan kegiatan
konsumsinya selalu ingin mendapatkan manfaat (utility) yang optimal atas barang
yang dikonsumsinya agar mendapatkan kepuasan yang optimal pula. Analisis
terhadap kepuasan konsumen ini dibahas dalam teori perilaku konsumen. Teori
perilaku konsumen menerangkan: (1) Alasan konsumen membeli lebih banyak
barang pada harga yang lebih rendah, dan mengurangi pembeliannya pada harga
yang tinggi, serta (2) bagimanakah seseorang konsumen menentukan jumlah dan
komposisi dari komoditas (barang) yang akan dibeli dengan pendapatan yang
diperolehnya.
1. Cara Mengukur Manfaat
Jika konsumen membeli barang tentu ia berharap memperoleh manfaat
(utility), yang optimal. Secara rasional, utility akan meningkat jika jumlah

104
komoditas yang dikonsumsi meningkat. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2001),
bahwa tinggi-rendahnya manfaat/utilitas suatu barang akan menentukan tinggi-
rendahnya kepuasan konsumen. Tentang nilai guna/manfaat/utilitas ini akan
dibahas dalam teori nilai guna. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana
mengukur nilai manfaatatau kepuasan tersebut? Dalam hal ini ada dua pendekatan
pengukuran nilai manfaat dari suatu komoditas yakni: pendekatan kardinal (dengan
menggunakan pendekatan nilai absolut) dan pendekatan ordinal (dengan
menggunakan pendekatan nilai relatif, order atau rangking).

a. Pendekatan Kardinal
Dalam pendekatan kardinal, ada anggapan bahwa manfaat (utilitas) yang
diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif dan dapat diukur
secara pasti. Untuk setiap unit barang yang dikonsumsi akan dapat dihitung nilai
gunanya. Berdasarkan anggapan bahwa konsumen akan memaksimumkan
kepuasan yang akan dicapainya, akan diketahui bagaimana seorang konsumen akan
memaksimumkan kepuasannya dengan memilih komoditas yang tersedia di pasar.
Tabel 4.1. Total Utility dan Marginal Utility
Jumlah Jeruk yang Total Utility Marginal Utility
dikonsumsi (Q) (TU) (MU)
0 - -
1 20 20
2 35 15
3 45 10
4 50 5
5 53 3
6 55 2
7 55 0

Dalam teori nilai guna dikenal nilai guna total (total utility = TU) dan nilai
guna marginal (marginal utility = MU). Nilai guna total berkenaan dengan jumlah
seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah komoditas (barang)
tertentu. Nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan
sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit komoditas
(barang) yang dikonsumsi. Berkaitan dengan fenomena ini dalam teori nilai guna
dikenal hukum diminishing marginal utility; yaitu pertambahan utilitas yang

105
menurun karena pertambahan satu unit komoditas yang dikonsumsi. Sebagai
ilustrasi perhatikanlah tabel 4.1. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa nilai TU terus
bertambah hingga jeruk ke 6, sedangkan MU bertambah dengan pola menurun
(pertambahannya semakin menurun), hingga unit jeruk ke 7 nilai MU mencapai 0
yang berarti TU telah maksimal. Posisi ini dikenal sebagai titik jenuh (saturation
point).
Pertanyaan yang penting adalah dapatkah kita mengukur secara pasti nilai
guna dari suatau komoditas? Jawabnya adalah tidak! Oleh karena itu pendekatan
kardinal tidak umum dipakai dalam kehidupan ekonomi yang modern, tetapi prinsip
marginal utility yang menurun tetap berlaku hingga kini.

TU
Jeruk
MU
Jeruk
55

20

TU

20

MU
Q
1 2 3 4 5 6 7 8 Q
1 7

Gambar 4.1. Kurva Total Utility dan Marginal Utility

b. Pendekatan Ordinal
Pendekatan kedua untuk mengukur kepuasan atau utilitas suatu komoditas
menggunakan pendekatan ordinal. Tingkat utilitas diukur melalui order atau
rangking tetapi tidak disebutkan nilai utilitasnya secara pasti. Dalam pengukuran
ini ada anggapan bahwa mengkonsumsi lebih rari satu jenis komoditas pada
umumnya lebih memuaskan dari pada mengkonsumsi satu jenis komoditas. Akan
tetapi berapa nilai kepuasannya tidak dapat diketahui secara pasti.

106
Sesuai dengan Hukum Gossen II, pada umumnya masyarakat tidak hanya
mengkonsumsi satu jenis komoditas, tetapi kombinasi lebih dari satu jenis
komoditas. Misalkan saja seorang konsumen ingin mengkonsumsi 2 jenis
komoditas, yaitu buah jeruk dan buah apel. Konsumen secara rasional ingin
membeli sebanyak-banyaknya buah jeruk dan buah apel, tetapi mereka dihadapkan
pada kendala keterbatasan dana. Oleh karena itu konsumen dapat mengubah-ubah
jumlah kombinasi jeruk dan apel yang dibelinya sedemikian rupa, sehingga jika
salah satu diperbanyak jumlahnya maka yang lain mesti dikurangi agar nilai utilitas
atau kepuasan yang diperoleh konsumen tetap sama. Fenomena ini digambarkan
dalam kurva kepuasan sama atau indifference curve (IC), yaitu kurva yang
menggambarkan tingkat utility yang sama untuk berbagai kombinasi jenis
komoditas. Secara teoritis suatu Indifference curve menuntut anggapan berikut.
1) Konsisten (prinsip transitivity); Jika dikatakan kombinasi A lebih disukai dari B
dan B lebih disukai dari C maka A mestilah lebih disukai dari C. Dengan dalil
ini maka kurva indifferen tidak ada yang berpotongan. Perhatikan Gambar 4.2.b
titik E seolah-olah merupakan titik potong antara IC1 dan IC2. Sebenarnya titik
E semestinya diartikan ada pada salah satu kurva indiferen.
2) Kombinasi banyak jenis komoditas lebih disukai dari pada kombinasi sedikit
jenis komoditas (more is better). Hal ini merupakan alasan rasional sehingga
kurva indiferen yang berada pada sisi kanan lebih disukai, karena memberikan
nilai utilitas atau kepuasan yang semakin tinggi. Perhatikan Gambar 4.2.c. Titik
2 lebih disukai dari titik 1, sedangkan titik 3 sebaliknya. Titik 4 dan titik 5
bersifat indiferen terhadap titik1.
3) Tidak harus paralel (Gambar 4.2.d); karena perubahan utilitas tidak harus
proporsional, tetapi anggapan (2) harus tetap dipakai.
Jika konsumen dapat menukar kombinasi komoditas X dan Y untuk satu
utilitas yang sama; maka dalam hal ini sebenarnya konsumen menukar nilai manfaat
dari barang X dan Y. Menambah atau mengurangi komoditas X berarti menambah
atau mengurangi total utilitas dari barang X; yang berdampak pada adanya
perubahan marginal utility (MU). Jadi perubahan jumlah X dan Y sama dengan
perubahan marginal utility . Jika diperhatikan pada Gambar 4.2.a maka perubahan
kombinasi dari A ke C menunjukkan kemiringan (slope) kurvanya.

107
Y

A Y

C
IC
E
IC2
0 X
(A) IC1
(B)
0 X

Y Y

4
2
1 IC3
3 5 IC2
IC2

IC1 IC1

0 X 0 X
(C) (D)

Gambar 4.2. Kurva Indifferen (Indifference Curve = IC)

∂TU
sehingga : ∂y  ∂X  MU X
∂x ∂TU MU Y
∂Y
Persamaan di atas dikenal sebagai Marginal Rate of Substitution (MRS),
yang sebenarnya menunjukkan kemiringan dari kurva indiferen. MRS selalu negatif
dan mengukur pertukaran (trade-off) dua komoditas pada kondisi utilitas konsumen
yang tidak berubah. Karena prinsip inilah maka suatu kurva indiferen mempunyai
kecenderungan cembung terhadap titik asal (convex to origin).

2. Kendala Konsumen
Secara rasional konsumen cenderung mengkonsumsi komoditas sebanyak
mungkin, tetapi mereka dibatasi oleh pendapatannya. Dengan suatu tingkat
pendapatan tertentu konsumen harus mengatur komposisi/kombinasi jenis

108
komoditas yang dikonsumsinya, sehingga nilai utiltasnya/manfaatnya optimal.
Kendala pendapatan ini dikenal sebagai garis anggaran atau budget line (BL).
Garis anggaran dapat juga dikatakan sebagai garis anggaran pengeluaran,
Menurut Sukirno (2001) bahwa garis anggaran pengeluaran menunjukkan berbagai
gabungan barang–barang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan tertentu. Jika
barang yang dikonsumsi adalah X dan Y, maka persamaan budget line dapat ditulis
pada gambar kurva 4.3 sebagai berikut :

BL

X
0
(a)

Gambar 4.3. Kurva Garis Anggaran (Budget Line)

BL = PX .(X) + PY .Y

Dimana :
BL : Garis Anggaran
PX : Tingkat Harga barang X
PY : Tingkat Harga barang Y
Jika diasumsikan tingkat harga barang X dan Y tetap maka akan didapatkan BL
berupa garis lurus dan dengan slope (kemiringan garis) sebesar rasio tingkat harga;
sehingga ;
∂Y PX
=
∂X PY

Jika terjadi kenaikan atau penurunan pendapatan, maka BL akan bergeser


ke kanan atau ke kiri secara paralel dengan slope tetap, tetapi jika tejadi perubahan
tingkat harga maka slope BL akan berubah.

Contoh :

109
Persamaan garis anggaran adalah P1X1 + P2X2 = Y. Jika P1 naik 2 kali lipat,
P2 naik 8 kali lipat dan pendapatan naik 4 kali lipat, bagaimana persamaan garis
anggaran yang baru dalam hubungannya dengan harga dan pendapatan yang lama?.
Gambarkan kurvanya !
Penyelesaian :
P1X1 + P2X2 = Y
2P1X1 + 8P2X2 = 4Y
Misal : Y = 100 tentu Y* = 400
P1 = 10 tentu P1* = 20
P2 = 5 tentu P2*= 40

Gambar 4.4. Garis Anggaran (Budget Line)

Gambar (a) menggambarkan garis budget line atau garis anggaran atas
mengkonsumsi dua jenis barang, gambar (b) menjelaskan garis anggaran yang
bergeser kekanan akibat peningkatan pendapatan, semakin tinggi pendapatan maka
garis anggaran akan bergeser kekanan. Gambar (c) menjelaskan perubahan garis
anggaran karena perubahan harga, dalam hal ini karena terjadi peningkatan harga
barang Y, sementara pendapatan dan harga barang X tetap, akibatnya jumlah barang
Y yang bisa dikonsumsi menjadi turun sedangkan jumlah barang X yang
dikonsumsi tidak berubah.

3. Keseimbangan konsumen
Jika dari (A) diketahui konsumen ingin mengoptimalkan utilitinya, sedangkan
dari (B) diketahui adanya keterbatasan dana; dari kasus tesebut menurut Salvatore
(2006) tujuan seorang konsumen yang rasional adalah memaksimumkan utilitas
atau kepuasan total yang diperoleh dari penggunaan pendapataanya. Pertanyaannya

110
adalah: dengan dana terbatas berapakah utilitas maksimalnya; atau dengan utilitas
tertentu berapakah dana minimal yang diperlukan. Untuk itu dapat diperhatikan
Gambar 4.5, IC tertinggi adalah IC2, dan IC terendah adalah IC0. Komsumen ingin
menikmati titik D pada IC2 tetapi dana yang tersedia tidak mencukupi. Konsumen
dapat menikmati titik C pada IC0 tetapi konsumen juga dapat menikmati titik E pada
IC1, dimana IC1>IC0. Karena itu titik E adalah titik optimal yang dapat dinikmati
konsumen. Jika diperhatikan pada titik E maka diketahui kedua kurva yakni IC dan
BL bersinggungan, dengan kata lain dikatakan slopenya sama, sehingga :
∂Y
MRS =
∂X

MU X PX
=
MU Y PY

MU X MU Y
=
PX PY
Persamaan di atas menunjukkan tempat keseimbangan konsumen; yakni
jika rasio marginal utility terhadap harga dari suatu barang telah sama. Jika rasio
MU X MU Y
tersebut tidak sama; katakan misalnya > maka keseimbangan belum
PX PY

tercapai. Pada kondisi tersebut tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang
yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi komoditas X lebih besar dari tambahan
manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi
komoditas Y sehingga kepuasan konsumen dapat ditingkatkan jika konsumsi
terhadap komoditas X dinaikkan dan konsumsi komoditas Y diturunkan.
Pemindahan konsumsi dari komoditas Y ke komoditas X tersebut tidak perlu lagi
MU X MU Y
dilakukan bila keseimbangan telah tercapai, yaitu saat = karena pada
PX PY

saat itu tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk
mengkonsumsi komoditas X maupun Y sama saja.

D
C
E IC 2
111
IC 1

IC 0
X
0
Gambar 4.5. Keseimbangan Konsumen

Pertanyaan untuk diskusi : Bagaimana jika terjadi kenaikan tingkat


pendapatan, apakah titik E tetap merupakan keseimbangan?. (anda dapat
menemukan jawabnya, dengan menggeser kurva BL ke kanan).

4. Derivasi Pembentukan Kurva Permintaan


Sesuai dengan hukum pasarmaka perubahan harga akan mengubah jumlah
yang diminta. Jika dimisalkan harga komoditas X mengalami penurunan sedangkan
harga komoditas Y tetap, maka BL akan berubah dari BL1 ke BL2 ke BL3 (perubahan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.6), sekarang keseimbangan berubah dari titik
A ke titik B ke titik C. Atas dasar perubahan yang terjadi dapat ditarik kesimpulan
hubungan antar jumlah komoditas X yang diminta (diturunkan dari titk A,B dan C)
karena perubahan harga.
Hubungan itu tiada lain adalah kurva permintaan. Jadi kurva permintaan
adalah keseimbangan konsumen (keinginan optimal konsumen untuk membeli
suatu komoditas pada satu kendala tertentu). Bila titik-titik keseimbangan A,B,C
pada kurva BL dihubungkan menjadi 1 garis, hasil yang diperoleh dikenal dengan
Price Consumption Curve (PCC), yaitu garis yang menunjukkan keseimbangan
konsumen karena perubahan tingkat harga, dengan asumsi tingkat pendapatan tetap.

PCC

C
B
A IC 3 112
IC 2
IC 1
BL 1 BL 2 BL 3 X
0 X1 X2 X3
Gambar 4.6. Price Consumption Curve (PCC)

Bagaimana jika yang berubah sekarang bukan tingkat harga, melainkan


tingkat pendapatan? Permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan (shift the
demand curve) tergantung apakah tingkat pendapatan naik atau turun. Fenomena
ini dapat diterangkan sebagai berikut: Naiknya tingkat pendapatan akan menggeser
BL secara paralel dari BL4 ke BL5 ke BL6 (perubahan tersebut ditampilkan pada
Gambar 4.7). selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dari titik D ke titik E
lalu ke titik F. Bila titik-titik D,E,F dapat dihubungkan menjadi 1 garis, hasil yang
diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC) yang menunjukkan
keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat pendapatan selama tingkat
harga tetap. Pada gambar 4.7 bagian bawah ditunjukkan bahwa titik D,E,F berlaku
pada 1 tingkat harga komoditas X, sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan
(shift) kurva permintaannya.

ICC 113

C
B
A IC 6

IC 5
Gambar 4.7. Pergeseran Kurva Permintaan

B. Teori Produksi

Kegiatan produksi adalah kegiatan mengkombinasi berbagai input atau


masukan untuk menghasilkan output (produk). Hubungan antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi
(Salvatore, 1994 : 147), Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang
menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input
tertentu (Ferguson dan Gould, 1975 : 140 ).
Kegiatan produksi mempunyai kerterkaitan dengan barang yang akan
diproduksi dan bagaimana cara memproduksinya, sehingga yang awalnya
merupakan bahan mentah (input) setelah diolah berubah menjadi barang jadi
(output) dan dapat dijual kepada konsumen, Menurut Sugiharso (2008) bahwa
produksi dapat didefenisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiataan

114
produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan
output.

Dimensi Jangka Panjang dan Jangka Pendek

Dalam aktivitas produksi, produsen mengubah berbagai faktor produksi


menjadi barang dan jasa. Faktor produksi dibedakan menjadi dua, yaitu: Faktor
produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel input). Jumlah
penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin
besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan.
Keputusan yang diambil oleh suatu perusahaan tentang berapa banyak yang akan
diproduksi, bagaimana memproduksi, dan input apa yang digunakan semuanya
mempertimbangkan waktu.
Dalam jangka panjang, tidak ada faktor produksi yang tetap dalam arti semua
faktor produksi sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi
kapasitas produksi sesuai dengan output yang diinginkan. Tenggang waktu setiap
perusahaan berbeda-beda tergantung jenis usahanya. Perusahaan yang bergerak
dalam memproduksi barang-barang modal, jangka waktunya lebih dari satu tahun,
sedangkan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan, periode jangka
waktunya kurang dari satu tahun, seperti perusahaan yang mengolah makanan.

1. Fungsi Produksi
Menurut Sukirno (2001) bahwa kaitan antara faktor-faktor produksi dan
tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan dengan fungsi produksi. Dari
pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil dari produksi yaitu berupa output
dapat dipengaruhi oleh beberapa indikator input penting yaitu (a) tenaga kerja yang
dipakai, (b) modal, (c) keahlian keusahawanan, dan (d) tingkat teknologi. Menurut
Sugiarso (2008) bahwa bentuk umum dari fungsi produksi adalah sebagai berikut :

TP  f (L, C, R, T)

Dimana :
TP : Jumlah produksi
L : Tenaga kerja

115
C : Modal
R : Keahlian keusahawanan
T : Pemakaian teknologi
Pada umumnya setiap pemakaian input (a,b,c,d) untuk menghasilkan output
memiliki hubungan positif, sehingga model persamaan dari pengaruh (a) tenaga
kerja, (b) modal, (c) keahlian keusahawanan, dan (d) Teknologi, adalah sebagai
berikut :
TP   0  1L   2 C   3 R   4 T

L
Tenaga Kerja

C
Modal TP
Total Produksi
R
Keahlian Keusahawanan

T
Teknologi

Gambar 4.8. Faktor-fakktor Yang Mempengaruhi Produksi

Agar memudahkan dalam menganalisis persamaan linier berganda di atas


maka dapat dijelaskan dalam bentuk gambar kerangka konspetual pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 di atas menjelaskan kerangka konspetual suatu hubungan antara jumlah
produk yang dipengaruhi beberapa faktor yaitu tenaga kerja, modal, keahlian
keuasahawanan, dan teknologi.

2. Teori Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel


Teori produksi yang sederhana mengambarkan perkaitan antara tingkat
produksi sesuatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan barang tersebut. Dalam model produk satu faktor produksi variabel,

116
barang modal dianggap faktor produksi tetap. Keputusan produksi ditentukan
berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja. Pada umumnya teori produksi
membahas tentang hukum hasil lebih yang semakin berkurang. Sukirno (2001)
menjelaskan tentang hukum hasil lebih yang semakin berkurang, bahwa apabila
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus
ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total produk akan semakin
banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu titik tertentu, tambahan
jumlah produk akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai nagatif. Hal
ini menyebabkan pertambahan total produk semakin lambat, dan akhirnya ia
mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.
Dengan demikian pada hakekatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang
menyatakan bahwa perkaitan di antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja
yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :
i. Tahap pertama : total produk mengalami pertambahan yang semakin cepat.
ii. Tahap kedua : total produk pertambahannya semakin lama semakin kecil
iii. Tahap ketiga : total produk semakin lama semakin berkurang
Untuk lebih memahami bagaimana konsep dari hukum hasil lebih yang semakin
berkurang diterapkan dalam kegiatan produksi, maka dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 menjelaskan pertambahan pemakaian tenaga kerja atas pemakaian
tanah yang tetap konstan. Setiap pemakaian tenaga kerja menghasilkan total
produksi, produksi rata-rata, produksi marginal pada tahap produksi yang berbeda.
a. Produksi Total (Total Product)
Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi
nilainya sama dengan nol. Turunan pertama adalah MP, maka TP maksimum
pada saat MP sama dengan nol.

Tabel 4.2. Tenaga Kerja pada Tingkat Produksi Total Barang Pertanian
Kuantitas Produk Produk Produk
anah Tahap
Tenaga Total Rata-rata Marginal
Produksi
Kerja (TP) (AP) (MP)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

117
1 1 50 50 - Tahap
1 2 100 50 50 Pertama
1 3 300 100 200
1 4 600 150 300
1 5 750 150 150 Tahap
1 6 917 152.83 167 Kedua
1 7 917 131 0
1 8 900 112.50 -17 Tahap
1 9 830 92.22 - 70 Ketiga
1 10 600 60 - 230

b. Produksi Marginal Marginal Product)


Kolom (5) menunjukkan nilai dari produk marjinal adalah tambahan produk
yang dihasilkan karena penambahan penggunan satu unit faktor produksi.
Sehingga produk marginal diformulasikan sebagai berikut:
ΔTP
MP =
ΔL

Nilai dari marginal produk (MP) diperoleh dari perhitungan formulasi di atas,
misalnya saja nilai MP pada tenaga kerja kedua yaitu tahap pertama diperoleh
dari [(100 – 50) / (2 – 1) = 50]. Nilai tertinggi marginal produksi jika kita lihat
dari tabel tersebut yaitu 300 dan nilai terendah yaitu – 230 Jika MP sudah < 0,
penambahan tenaga kerja akan mengurangi produk total maka akan berlakulah
hukum Penambahan hasil yang menurun (The Law of Diminishing Return).
c. Produk Rata-Rata (Average Product = AP)
Pada kolom (4) ditunjukkan bahwa nilai produk rata-rata adalah jumlah AP
diformulasikan sebagai berikut.
TP
AP 
L
Misalnya saja dari pemakaian tenaga kerja tiga pada tahap pertama, maka
AP =[(300/3) = 100].

Total Produksi

1.000

900

800

700 118
600

500

400
Jumlah Tenaga
Kerja

MP dan AP

300

250

200

150

100

50
AP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Tenaga
MP Kerja

Gambar 4.9. Hubungan Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata,


Produksi Marginal

Di atas telah dijelaskan tentang ”hukum hasil lebih yang semakin


berkurang”. Hukum tersebut berlaku ketika perusahaan menghasilkan produk tanpa
menganalisis pemakaian tingkat tenaga kerja dapat mengoptimalkan keuntungan
perusahaan melalui pemakaian tenaga kerja. Pada kondisi ini perusahaan
melakukan pemborosan pemakaian tenaga kerja. Walau pun total produk (TP)
mencapai titik puncak. Apabila ditambah satu tenaga kerja lagi maka total produk
perusahaan akan mengalami penurunan dan marginal produk akan mengalami nilai
negatif.
Pada kondisi mana yang lebih baik ? kondisi yang lebih baik yaitu pada
pemakaian tenaga kerja yang ke empat, sebab pada pemakaian tenaga kerja tersebut

119
perusahaan dapat mengoptimalkan keuntungan dari pertambahan pemakaian tenaga
kerja yang dimilikinya.

3. Teori Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel


Pada uraian berikut akan dibahas produksi dengan dua faktor produksi
variabel, misalnya tenaga kerja dan modal.

a. Produksi yang sama (isoquant)


Apabila perusahaan hanya menggunakan dua faktor produksi tenaga kerja dan
modal yang keduanya bersifat variabel, maka analisis kita berhubungan dengan
analisis jangka panjang. Kurva yang tepat untuk menganalisis penggunaan dua
faktor produksi variabel yaitu kurva isokuan. Menurut Sukirno (2001) Isokuan
(isoquant) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi penggunaan dua
macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu
menghasilkan produk yang sama. Sama halnya dengan pandangan Salvatore
(2006) bahwa isokuan (isoquant) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi
yang berbeda dari pemakaian tenaga kerja dan barang modal, yang memungkin
perusahaan menghasilkan jumlah output tertentu. Isokuan yang lebih tinggi
mencerminkan jumlah output yang lebih besar, dan isokuan yang lebih rendah
mencerminkan jumlah output yang lebih kecil.
Agar lebih memahami tentang kurva isokuan, berikut pemisalan tentang
kurva isokuan. Misalanya seorang pengusaha ingin memproduksi sesuatu barang
sebanyak 1.000 unit, dan untuk memproduksi barang tersebut pengusaha itu
diberi alternatif beberapa gabungan pemakaian tenaga kerja dan jumlah modal
yang tersedia. Gabungan tenaga kerja dan modal dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Alternatif Gabungan Pemakaian Tenaga Kerja dan Modal Untuk
Menghasilkan Produksi 1.000 Unit
Gabungan Alternatif Tenaga Kerja Modal
A 1 6
B 2 3

120
C 3 2
D 6 1
Tabel 4.3 menjelaskan tentang alternatif gabungan yang akan dipilih oleh
pengusaha tersebut dalam memproduksi 1.000 unit barang. Pada gabungan A
terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 1 dan modal yang disediakan
sebanyak 6, pada gabungan B bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 2 dan modal
sebanyak 3. Pada gabungan C terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 3
dan modal yang disediakan sebanyak 2 dan yang terakhir pada gabungan D terlihat
bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 6 dan modal yang disediakan sebanyak 1.
Angka-angka tersebut dapat digambarkan dalam bentuk kurva. Gambar 4.10
menjelaskan gabungan tenaga kerja dan modal yang menghasilkan unit tertentu.
Kurva A dibuat berdasarkan angka-angka dalam tabel 4.3 dan dibuat pada tingkat
produk 1.000 unit. Di samping itu didapati kurva IQ2, IQ3, dan IQ4 yang terletak
di atas kurva IQ1.

Modal

7
A
6

4 B IQ4 = 4.000
3 unit
IQ3 = 3.000
C
2 unit
IQ2 = 2.000

1
D unit
IQ1 = 1.000
unit
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
Tenaga Kerja

Gambar 4.10. Kurva Isokuan (Isoquant) Kurva Produksi Sama


Ketiga kurva tersebut menggambarkan tingkat produksi yang berbeda-beda,
yaitu jauh dari titik 0 letaknya kurva, keadaan ini dimaksudkan adalah isokuan yang
lebih tinggi mencerminkan jumlah output yang lebih besar, dan isokuan yang lebih
rendah mencerminkan jumlah output yang lebih kecil.

b. Garis ongkos sama (Isocost)

121
Untuk menghemat biaya produksi dan memaksimumkan keuntungan,
perusahaan harus mampu meminimumkan ongkos (biaya) dari produksi. Untuk
membuat analisis mengenai minimasi ongkos produksi perlu dibuat garis ongkos
sama (isocost). Salvatore (2006) menjelaskan bahwa isocost menunjukkan semua
kombinasi yang berbeda dari tenaga kerja dan modal yang dapat dibeli oleh
perusahaan, dengan pengeluaran total dan harga-harga faktor produksi yang
tertentu. Untuk dapat membuat garis isocost maka data yang diperlukan adalah (1)
harga faktor produksi yang digunakan dan (2) jumlah uang yang tersedia untuk
membeli faktor produksi yang dibutuhkan.
Misalkan upah tenaga kerja per orang adalah sebesar Rp. 2.000 dan untuk
memperoleh barang modal diperlukan ongkos sebesar Rp 4.000 per unit. Dengan
uang yang tersedia misalnya sebanyak Rp 16.000,-, maka kurva garis ongkos sama
(isocost) dapat digambarkan pada gambar 4.11 sebagai berikut.
Modal

5 TC 4

4 TC 3

3 TC 2

2 TC 1

1
TK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Gambar 4.11. Garis Ongkos Sama (Isocost)

Gambar 4.11 menjelaskan bahwa garis ongkos sama (isocost) adalah garis
yang menggambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh
dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu.
a. Keadaan TC 1 dengan uang yang tersedia Rp. 16.000, maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 4 unit modal (4 x Rp. 4.000 = Rp 16.000)
atau 8 TK (8 x Rp 2.000 = Rp 16.000). Pilihan kombinasi yang dipilih bisa
dilakukan sesuai dengan preferensi konsumen. Jika lebih suka barang X maka
pihannya adalah membelanjakan semua uangnya untuk membeli barang X (

122
sebanyak 4 unit X ) dan tidak membeli barang Y( 0 unit Y), dan sebaliknya jika
suka barang Y dan tidak suka barang X maka hanya akan membelanjakan
uangnya dengan barang Y ( 8 unit Y ) dan tdak belanja barang X ( 0 unit X).
Konsumen juga bisa mengkonsumsi kedua barang ini sekaligus misalnya pada
mengkonsumsi 2 unit X dan 4 unit Y, total biaya yang dikeluarkan adalah ( 2
x Rp 4000) = Rp 8000 + (4 x Rp 2000) = Rp 8000 , sehingga total cost nya Rp
!6.000
b. Keadaan TC 2 dengan uang yang tersedia Rp. 20.000, maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 5 unit modal (5 x Rp. 4.000 = Rp 20.000)
atau 10 TK (10 x Rp 2.000 = Rp 20.000). Pilihan kombinasi yang dipilih bisa
dilakukan sesuai dengan preferensi konsumen. Jika lebih suka barang X maka
pihannya adalah membelanjakan semua uangnya untuk membeli barang X (
sebanyak 5 unit X ) dan tidak membeli barang Y( 0 unit Y), dan sebaliknya jika
suka barang Y dan tidak suka barang X maka hanya akan membelanjakan
uangnya dengan barang Y ( 10 unit Y ) dan tdak belanja barang X ( 0 unit X).
Konsumen juga bisa mengkonsumsi kedua barang ini sekaligus misalnya pada
mengkonsumsi 3 unit X dan 4 unit Y, total biaya yang dikeluarkan adalah ( 3
x Rp 4000) = Rp 12000 + (4 x Rp 2000) = Rp 8000 , sehingga total cost nya
Rp 20.000.
c. Keadaan TC 3 dengan uang yang tersedia Rp. 24.000, maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 6 unit modal (6 x Rp. 4.000 = Rp 24.000)
atau 12 TK (12 x Rp 2.000 = Rp 24.000). Pilihan kombinasi yang dipilih bisa
dilakukan sesuai dengan preferensi konsumen. Jika lebih suka barang X maka
pihannya adalah membelanjakan semua uangnya untuk membeli barang X (
sebanyak 6 unit X ) dan tidak membeli barang Y( 0 unit Y), dan sebaliknya jika
suka barang Y dan tidak suka barang X maka hanya akan membelanjakan
uangnya dengan barang Y ( 12 unit Y ) dan tdak belanja barang X ( 0 unit X).
Konsumen juga bisa mengkonsumsi kedua barang ini sekaligus misalnya pada
mengkonsumsi 4unit X dan 1 unit Y, total biaya yang dikeluarkan adalah ( 4 x
Rp 4000) = Rp 16000 + (4 x Rp 2000) = Rp 8000 , sehingga total cost nya Rp
24.000

123
d. Keadaan TC 4 dengan uang yang tersedia Rp. 28.000,maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 7 unit modal (7 x Rp. 4.000 = Rp 28.000)
atau 14 TK (14 x Rp 2.000 = Rp 28.000). Pilihan kombinasi yang dipilih bisa
dilakukan sesuai dengan preferensi konsumen. Jika lebih suka barang X maka
pihannya adalah membelanjakan semua uangnya untuk membeli barang X (
sebanyak 7 unit X ) dan tidak membeli barang Y( 0 unit Y), dan sebaliknya jika
suka barang Y dan tidak suka barang X maka hanya akan membelanjakan
uangnya dengan barang Y ( 14 unit Y ) dan tdak belanja barang X ( 0 unit X).
Konsumen juga bisa mengkonsumsi kedua barang ini sekaligus misalnya pada
mengkonsumsi 2 unit X dan 1 unit Y, total biaya yang dikeluarkan adalah ( 5
x Rp 4000) = Rp 20000 + (4 x Rp 2000) = Rp 8000 , sehingga total cost nya
Rp 28.000
4. Keseimbangan Produsen
Keseimbangan Produsen terjadi ketika kurva isocost bersinggungan dengan
kurva isoquant. Di titik persinggungan itu kombinasi penggunaan kedua faktor
produksi akan memberikan hasil output yang maksimum. Keseimbangan dapat
berubah karena perubahan kemampuan anggaran maupun harga faktor produksi.
Analisis perubahan keseimbangan produsen analogis dengan analisis perilaku
konsumen. Salvator (2006) menyatakan bahwa ekuilibrium produsen ketika
produsen dapat memaksimumkan produksinya dengan pengeluaran biaya yang
dimilikinya (pengeluaran total). Dengan kata lain, produsen mengalami ekuilibrium
ketika mencapai isoquant yang tertinggi dan ini terjadi apabila isoquant
bersinggungan dengan isocost.
Perubahan jumlah faktor produksi yang digunakan merupakan interaksi
kekuatan efek substitusi dan efek skala produksi. Karena itu produsen juga
mengenal faktor produksi inferior, yaitu faktor produksi yang meningkat
(kemampuan memproduksi meningkat). Misalnya, tenaga kerja adalah faktor
produksi inferior, jika tingkat produksi ditingkatkan, jumlah tenaga kerja semakin
dikurangi, perusahaan akan menambah barang modal (mesin).

C. Teori Biaya

124
Konsep biaya dalam analisis ekonomi berdasar pada prinsip biaya alternatif
(the alternative cost principle). Dalam keadaan full employment jika seluruh telah
dialokasikan secara efisien dalam proses produksi, kenaikan jumlah output harus
diikuti oleh penurunan output alternatif yang lain dalam proses produksi. Dengan
kata lain, kenaikan output tertentu harus mengorbankan output yang lainnya.
Misalnya penggunaan tenaga kerja yang sudah full capacity dalam produk mesin
cuci dan lemari es, kenaikan produk lemari es akan menyebabkan penurunan
produk mesin cuci, karena tenaga kerja yang digunakan di produk mesin cuci harus
dipindahkan ke produk lemari es. Jadi dalam keadaan full employment atau full
capacity, untuk memproduksi sesuatu output tertentu harus mengorbankan
beberapa alternatif produk yang lainnya.
Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung
oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi merupakan semua
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan faktor-faktor
produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Analisis biaya
dibedakan antara analisis biaya jangka pendek dan teori biaya jangka.

1. Jenis-jenis Biaya
Berdasarkan metode pembebanan biayanya, diklasifikasikan menjadi biaya
langsung dan biaya tidak langsung, yaitu:
a. Biaya Langsung (direct cost) adalah biaya yang langsung dibebankan pada
produk, misalnya bahan baku langsung, bahan pembantu, dan upah tenaga
kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi.
b. Biaya Tidak Langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak langsung
melekat pada produk yang dihasilkan. Misalnya gaji pimpinan, gaji mandor,
biaya administrasi, dan biaya iklan Berdasarkan hubungannya dengan volume
kegiatan, biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya
variabel.
c. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya jumlahnya cenderung tetap tidak
tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: penyusutan gedung,
mesin, dan peralatan produksi yang lain, upah tenaga kerja tetap
(harian/bulanan), serta biaya iklan.

125
d. Biaya variabel (variabel cost) yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah seuai
dengan jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: biaya bahan baku, bahan
pembantu, bahan bakar, dan upah tenaga kerja yang dibayar per satuan produk.

2. Analisis Biaya Jangka Pendek


Jangka pendek mengandung arti suatu periode dimana perusahan tidak
dapat mengubah (menambah) faktor produksi tetap, dan hanya bisa mengubah
faktor produksi variabel. Berdasarkan penghitungannya, biaya dikelompokkan
menjadi:
a. Biaya Total (TC)
Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan
perusahaan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.Biaya total dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Biaya Total(Total Cost) = TC = f(Q)
TC = TFC + TVC
b. Biaya Tetap Total (TFC)
Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi.
Sebagai contoh adalah biaya peneliharaan pabrik dan asuransi, biaya telepon
bulanan.
Biaya Tetap Total(Total Fixed Cost) = TFC

126
Gambar 4.12. Kurva Analisis Biaya Total Produksi Jangka Pendek

c. Biaya Variabel Total (TVC)


Biaya variabel total TVC adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau dapat berubah-
ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan. Semakin banyak
produk yang dhasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus
dikeluarkan. Sebagai contoh : Biaya bahan baku, upah tenaga kerja, bahan
bakar, dan lainnya
Biaya Variabel Total(Total Variable Cost) = TVC = f(Q)
d. Biaya Tetap Rata-rata (AFC)
Biaya tetap rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya tetap (FC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tersebut. Biaya tetap rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost)AFC = TFC/Q

127
e. Biaya Variabel Rata-rata (AVC)
Biaya variabel rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya variabel (VC)
untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tertentu. Biaya variabel rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut, yaitu:
Biaya Variabel Rata-Rata (Average VariableCost) AVC = TVC/Q

Gambar 4.13. Kurva Analisis Biaya Produksi Marginal Jangka Pendek

f. Biaya Total Rata-rata (AC)


Biaya total rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya total (TC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi
oleh perusahaan. Biaya total rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut, yaitu:
Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost)ATC = TC/Q = AFC +AVC
g. Biaya Marjinal (MC)
Biaya marginal dapat juga dikatakan sebagai biaya pertambahan (incremental
cost). Biaya marginal merupakan kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan
untuk menambah produksi sebanyak satu unit keluaran tambahan. Biaya
marginal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

128
Biaya Marjinal (Marginal Cost)TC/Q = TVC/Q
Bagaimana kaitan antara jumlah tenaga kerja, jumlah produksi, jumlah
biaya, baik variabel maupun tetap, biaya variabel per unit baik variabelaupun tetap
dan biaya marginal akan ditampilkan dalam tabel 4.4
Tabel 4.4. Biaya Total dan Biaya Rata serta Biaya Marginal (Ribuan Rupiah)
Jumlah
Jumlah
produksi TFC TVC TC AFC AVC ATC MC
pekerja
(Q)
0 0 50 0 50 - - - -
1 2 50 50 100 25 25 50 25
2 6 50 100 150 12.5 16.7 25 12.5
3 12 50 150 200 8.3 12.5 16.7 8.3
4 20 50 200 250 6.25 10 12.5 6.25
5 27 50 250 300 7.1 9.3 11.1 7.1
6 33 50 300 350 8.3 9.1 10.6 8.3
7 38 50 350 400 10.0 9.2 10.5 10.0
8 42 50 400 450 12.5 9.5 10.7 12.5
9 45 50 450 500 16.7 10 11.1 16.7
10 47 50 500 550 25 10.6 11.7 25

Biaya total produksi atau lebih di kenal total cost (TC) merupakan
keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen yang berkaitan dengan
proses produksi, sebagai aktivitas utama untuk menghasilkan suatu produk. Dalam
jangka pendek, total cost sangat di tentukan oleh input-input produksi baik secara
kuantitas maupun kualitas. Dimana input-input produksi tersebut dapat
memberikan konsekuensi pembiayaaan bersifat tetap dan bersifat variabel.
Pembiayaan bersifat tetap di sebut biaya tetap atau total fixed cost (TFC)
Biaya tetap total (total fixsed cost/TFC) dapat di katakan biaya yang sifatnya wajib
di keluarkan oleh produsen dimana ada atau tidak ada aktivitas produksi. Jika biaya
tetap tersebut tidak di keluarkan, maka konsekuensinya dapat menghambat
jalannya proses produksi yang lainnya. Membeli mesin, mendirikan bangunan
pabrik adalah contoh dari faktor produksi yang dianggap tidak mengalami
perubahan dalam jangka pendek.

129
Sedangkan biaya variabel (variable cost) merupakan keseluruhan biaya yang
harus dikeluarkan ketika ada aktivitas proses produksi. Oleh sebab itu biaya
berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang
digunakan. Jadi besar kecilnya biaya veriabel yang dikeluarka produsen sesuai dan
tergantung pada skala proses produksi yang di lakukan. Dengan kata lain semakin
besar skala proses produksi, biaya variabel semakin besar. Tetapi jika skala proses
produksi relatif kecil maka biaya varibel yang di keluarkan menjadi relatif kecil
juga.

130
D. Forum diskusi

Sebagai seorang konsumen, harus rasional dalam memilih serta mengambil


keputusan mengenai kriteria apa saja yang digunakan konsumen untuk memutuskan
produk apa yang akan mereka beli dan bagaimanakah proses pengambilan
keputusan pembelian oleh konsumen tersebut. ?

131
Rangkuman

1 Perilaku konsumen adalah sebuah kegiatan yang berkaitan erat dengan


proses pembelian suatu barang atau jasa.
2 Pendekatan kardinal merupakan manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif/dapat diukur.
3 Pendekatan ordinal merupakan manfaat atau kenikmatan diukur melalui
order atau rangking tetapi tidak disebutkan nilai utilitasnya secara pasti.
4 Utilitas adalah Utilitas adalah tingkat kepuasan yang diperoleh seorang
individu dari mengkonsumsi suatu barang atau melakukan suatu
aktivitas.
5 Marginal Utilitas tambahan kepuasan yang diterima konsumen pada
setiap tambahan konsumsi barang/jasa
6 Price Consumption Curve (PCC), yaitu garis yang menunjukkan
keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat harga, dengan asumsi
tingkat pendapatan tetap.
7 Produksi adalah suatu proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi
atau menambah nilai suatu produk (barang dan jasa) agar dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.
8 Fungsi Produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan hubungan
ketergantungan (fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam
proses produksi dengan tingkat output yang dihasilkan.
9 Isoquant adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi
penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan
tingkat teknologi tertentu menghasilkan produk yang sama.
10 Isocost menunjukkan semua kombinasi yang berbeda dari tenaga kerja
dan modal yang dapat dibeli oleh perusahaan, dengan pengeluaran total
dan harga-harga faktor produksi yang tertentu.
11 Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus
ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk.

132
Tes Formatif

1. Kesediaan produsen untuk mengorbankan faktor produksi yang satu demi


menambah penggunaan faktor produksi yang lain dalam rangka menjaga
tingkat produksi pada isoquant yang sama disebut...
A. Marginal Propencity to Save (MPS)
B. Marginal Propencity to Consume (MPC)
C. Marginal Efficiency of Capital (MEC)
D. Marginal Rate of Substitution (MRS)
E. Marginal Rate of Technical Substition (MRTS)
2. Sebuah perusahaan menggunakan input capital dan tenaga kerja. Jika
penggunaan input capital dan tenaga kerja masing-masing bertambah 5% dan
output meningkat 4%, maka fenomena ini dinamakan...
A. Constant return to scale
B. Decreasing return to scale.
C. Increasing return to scale.
D. Economies of scale.
E. Diseconomies of scale
3. Tingkat kepuasan seseorang dalam mengonsumsi barang atau jasa tidak dapat
dihitung dengan angka atau satuan lainnya, tetapi dapat dikatakan lebih tinggi
atau lebih rendah. Pernyataan ini merupakan pendapat dari penganut
pendekatan...
A. Kardinal.
B. Ordinal.
C. Nilai guna batas.
D. Marginal utility.
E. Isoquant
4. Semakin banyak suatu input digunakan dalam proses produksi, maka marginal
product dari input tersebut semakin turun. Prinsip ini disebut dengan law of....
A. Return to scale.
B. Diminishing total product.
C. Diminishing average product.
D. Diminihing return.

133
E. Downward demand
5. Bila TPP (Total Physical Product), dengan input variabelnya adalah Tenaga
Kerja/labor dalam keadaan maksimum, maka:
A. APPL sama dengan nol
B. MPPL negatif
C. MPPL sama dengan nol
D. APPL menurun
E. APPL menaik
6. Yang manakah dari pernyataan berikut adalah yang paling tepat?
A. Kurva biaya marjinal memotong AC pada nilai AC yang paling
maksimum
B. Kurva biaya marjinal memotong AC dan AVC pada titik- titiknya yang
paling minimum
C. Kurva biaya marjinal naik dari kiri bawah ke kanan atas
D. Kurva biaya marjinal selalu memotong AC dan AVC di sebelah kiri AC
dan AVC
E. Kurva biaya marjinal memotong AC dan AVC di sebelah kanan AC dan
AVC
7. Garis anggaran (budget line) akan berotasi kedalam (mendekati titik asal)
apabila....
A. Pendapatan konsumen meningkat.
B. Pendapatan konsumen menurun.
C. Harga salah satu macam barang turun.
D. Harga salah satu macam barang naik.
E. Harga kedua macam barang naik.
8. Konsep biaya marginal (marginal cost) menjelaskan tentang.....
A. Besarnya biaya total yang dikeluarkan sebagai akibat membengkaknya
biaya variabel.
B. Besarnya tambahan biaya sebagai akibat peningkatan satu unit output
yang diproduksi.
C. Rata-rata kenaikan biaya produksi sebagai akibat menambah satu unit
output yang diproduksi.

134
D. Besarnya tambahan output yang diproduksi sebagai akibat menambah
satuan biaya.
E. Besarnya tambahan biaya sebagai akibat peningkatan harga faktor
produksi.
9. Berikut ini hal-hal yang dianggap benar berkaitan dengan biaya produksi,
kecuali …
A. Kurva average fixed cost (AFC) berbentuk horizontal
B. Kurva marginal cost (MC) memotong kurva average cost (AC) di titik
minimum.
C. Kurva variable cost (VC) naik dari kiri bawah ke kanan atas dimulai dari
titik origin.
D. Kurva avarage cost (AC) berada di atas kurva average variabel cost
(AVC)
E. AC = AFC + AVC
10. Perhatikan tabel berikut:
Q P TR AR MR
2 Rp 400 Rp 800 Rp 400 ...........
4 Rp 400 Rp 1.600 Rp 400 Rp 400
6 Rp 500 Rp 3.000 Rp 500 ...........

Berdasarkan tabel di atas, besarnya Marginal Revenue (MR) pada jumlah


produksi sebanyak 6 unit ….
A. Rp1.400,00
B. Rp500,00
C. Rp700,00
D. Rp800,00
E. Rp900,00

135
Daftar Pustaka

Al Arif, M. Nur Rianto dan Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi: Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Jakarta, Kencana.
Joesron Tati Suharatati, 2003 Teori Ekonomi Mikro, Dilengkapi Beberapa Bentuk
Fungsi Produksi, Salemba Empat, Jakarta. Mankiw. 2014.
........... Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat Putong. 2005.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2012. Ekonomi Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Putong, 2005 Teori Ekonomi Mikro. Jakarta :Mitra Wacana Media
.......... 2008. Pengantar Mikro dan Makro Edisi Kedua. Jakarta: Mitra Wacana
Media
..........2013. Pengantar Mikro dan Makro Edisi 5. Jakarta: Mitra Wacana Media
Sukardi. 2009.
Sadono.2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Sugiharsono, Wahyuni. 2018 Dasar-dasar Ekonomi Yogyakarta PR Rajagrafindo
Persada.

136
TUGAS AKHIR

Pemerintah membuat kebijakan yangkurang populer yaitu menaikkan harga bahan


bakar minyak (BBM) bersubsidi dari harga semula Rp 7.000,- menjadi Rp 8.000,-
per liternya. Akibat kenaikkan tersebut membawa dampak kepada berkurangnya
permintaan BBM secara nasional sebesar 5%, dan diikuti oleh kenaikan harga
barang-barang konsumsi di pasaran, sehinnga terjadi inflasi secara nasional.
Berdasarkan data tersebut, saudara diminta :
1. Menganalisis dampak kenaikan BBM tersebut melalui sebuah grafik
2. Menganalisis kenaikan harga sebuah komidi, misalkan komoditi “X” akibat
kenaikan harga BBM tersebut melalui grafik.
3. Menghitunglah nilai elastisitas dari BBM tersebut
4. Berdasarkan hasil elastisitas yang anda temukan, coba saudara jelaskan BBM
tersebut tergolong kepada barang kebutuhan apa ?
5. Kalau kita lihat dari sisi produsen minyak dalam hal ini pertamina, maka
tentukanlah pertamina tergolong kedalam jenis pasar yang bagaimana
jelaskan?

137
TES SUMATIF

1. Pembangunan rumah susun sewa (rusunawa) bagi masyarakat berpenghasilan


rendah bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan lahan
untuk perumahan yang semakin menyempit dan mahalnya harga perumahan.
Kegiatan tersebut menunjukkan adanya upaya pemecahan permasalahan pokok
ekonomi modern, yaitu ....
A. Untuk siapa barang diproduksi
B. Berapa banyak jumlah yang diproduksi
C. Dimana barang akan diproduksi
D. Barang apa yang harus diproduksi
E. Bagaimana cara memproduksi
2. Di antara pernyataan berikut yang menggambarkan inti masalah ekonomi
adalah ….
A. angka buta huruf yang tinggi mencerminkan rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat
B. produktivitas tenaga kerja yang rendah menyebabkan biaya produksi
rata-rata menjadi mahal
C. terjadinya kegagalan panen padi menyebabkan penawaran beras turun
drastis sementara permintaannya stabil
D. harga bahan makanan dengan dengan kualitas yang baik hanya dapat
dibayar oleh masyarakat menengah ke atas
E. banyaknya penyelundupan bawang putih dari luar negeri menyebabkan
produsen bawang putih rugi karena harga bawang putih di dalam negeri
turun
3. Di Indonesia banyak alat transportasi yang menggunakan premium, maka
pemerintah menghimbau kepada masyarakat pengguna premium untuk beralih
ke pertamax agar dapat mengurangi subsidi BBM yang dikeluarkan
pemetintah. Usaha yang harus dilakukan produsen alat transportasi agar dapat
bersaing dengan produsen lainnya adalah ....
A. menurunkan harga jual produksi
B. mengurangi produksi alat transportasi

138
C. mengalihkan usaha ke bidang usaha lainnya
D. memproduksi alat transportasi yang hemat energy
E. memperbanyak tenaga manusia dalam memproduksi alat transportasi
4. Peristiwa yang tepat untuk menggambarkan tindakan ekonomi yang didasarkan
pada prinsip ekonomi “dengan hasil tertentu diupayakan pengurbanan yang
sekecil-kecilnya” Kecuali ….
A. seorang pegawai yang memiliki penghasilan tetap mendahulukan
membeli barang dan jasa yang penting untuk memenuhi kebutuhannya
B. sebuah perusahaan multinasional memberikan beasiswa kepada pelajar
yang tidak mampu sebagai wujud program corporate social
responbility (CSR)
C. seorang pelajar memutuskan pergi ke sekolah naik sepeda daripada
angkutan umum agar uang sakunya bisa digunakan untuk membeli
lebih banyak barang kebutuhan sekolah
D. seorang pelajar memilih membawa bekal dari rumah agar tidak perlu
jajan di kantin sekolah sehingga uang sakunya bisa ditabung untuk
persiapan biaya pendidikan di perguruan tinggi
E. sebuah perusahaan konveksi yang menerima pesanan 100 stel pakaian
seragam senilai Rp25.000.000,00 menggunakan kain produksi lokal
yang harganya murah namun berkualitas sehingga biaya produksinya
rendah
5. Arum mendapat tawaran bekerja dari 2 perusahaan yang masing-masing
memberi gaji sebesar Rp6.000.000,00 dan Rp7.500.000,00 per bulan. Di mana
pun ia bekerja Arum perlu membayar premi asuransi kesehatan sebesar
Rp250.000,00 per bulan serta mengeluarkan ongkos transport Rp300.000,00
per bulan. Pada akhirnya Arum memutuskan merintis bisnis catering yang saat
ini baru memberikan keuntungan Rp5.000.000,00 per bulan. Biaya peluang
karena Arum memilih membuka bisnis sendiri adalah ….
A. Rp13.500.000,00
B. Rp7.500.000,00
C. Rp6.950.000,00
D. Rp5.450.000,00

139
E. Rp5.000.000,00
6. Satrio seorang karyawan perusahaan swasta. Setiap hari ia melintas di jalan
bebas hambatan dengan mobilnya yang bagus untuk pergi ke kantornya.
Karena tekanan pekerjaan dan mobilitasnya yang tinggi Satrio memproteksi
dirinya dengan asuransi kesehatan dari perusahaan asuransi ternama.
Berdasarkan informasi di atas, dapat dikatakan Satrio mampu memenuhi
kebutuhan ….
A. tersier, rohani, dan kolektif
B. sekunder, jasmani, dan rohani
C. sekunder, rohani, dan masa datang
D. sekunder, kolektif, dan masa dating
E. primer, jasmani, dan masa datang
7. Diketahui kurva permintaan dan penawaran terhadap suatu barang X nampak
dalam gambar di bawah ini.
P
S
1000

0 Q 2000 Q
Berdasarkan kurve di atas, jika persamaan penawaran Qs = -100 + 0,8 P, maka
kesimbangan pasar akan dicapai pada harga (P) dan kuantitas (Q), sebagai
berikut:
A. P = 600 dan Q = 700
B. P = 700 dan Q = 600
C. P = 750 dan Q = 500
D. P = 750 dan Q = 400
E. P = 500 dan Q = 750
8. Pada saat harga kedelai Rp 6000.000,00 per ton jumlah permintaan kedelai
untuk produksi tahu dan tempe sebanyak 1.500 ton per minggu. Setelah harga

140
kedelai naik menjadi Rp 8.000.000,00 per ton, jumlah permintaan kedelai
masih tetap tinggi yaitu 1.400 ton per minggu karena masyarakat Indonesia
suka mengkonsumsi tahu dan tempe. Berdasarkan uraian di atas maka besarnya
koefisien elastisitas permintaan adalah ....
A. 0,02
B. 0,20
C. 0,21.
D. 0,67
E. 5,00
9. Jika sebuah perusahaan menghadapi permintaan yang inelastis untuk
produknya dan harga untuk produk itu jatuh, perusahaan dapat memperkirakan,
bahwa ….
A. kuantitas yang dijual akan menurun dan total pendapatan akan meningkat
B. kuantitas yang dijual akan meningkat dan total pendapatan akan
meningkat
C. kuantitas yang dijual akan menurun dan total pendapatan akan menurun
D. kuantitas yang dijual akan meningkat dan total pendapatan akan menurun
E. kuantitas yang dijual dan total pendapatan tidak akan berubah
10. Pada saat harga buku Rp 10000 per lusin permintaan akan buku tersebut
sebanyak 10 lusin, dan ketika harga buku turun menjadi Rp 8000 per lusin
permintaannya menjadi 16 lusin. Carilah fungsi permintaanya!
A. Qd = 40 - 0,003P
B. Qd = 40 - 0,03P
C. Qd = 40 - 0,3P
D. Qd = 20 – 0,003P
E. Qd = 20 – 0,3P
11. Salah satu pasar input adalah pasar input modal. Modal dapat diperjualbelikan
dan dimiliki oleh siapa pun. Dalam pasar input modal, terdapat pasar modal
yang berfungsi sebagai ….
A. penghubung pemilik modal dengan perusahaan
B. tempat transaksi antara pemilik modal dan konsumen
C. bertemunya antara pemilik modal dan pihak yang memerlukan modal

141
D. penerima laba wirausaha
E. bertemunya produsen dengan konsumen
12. Perhatikan karakteristik-karakteristik pasar input berikut!
1) Faktor produksi disediakan oleh rumah tangga perusahaan.
2) Faktor produksi disediakan oleh rumah tangga konsumen.
3) Permintaan berasal dari rumah tangga perusahaan.
4) Permintaan berasal dari rumah tangga konsumen.
5) Memperoleh balas jasa berupa upah.
6) Memperoleh balas jasa berupa bunga.
Berdasarkan karakteristik-karakteristik di atas yang menggambarkan pasar
input modal ditunjukkan nomor ….
A. 1), 2) dan 6)
B. 1), 3) dan 5)
C. 2), 4) dan 5)
D. 2), 3) dan 6)
E. 2), 4) dan 6)
13. Berikut ciri-ciri sistem ekonomi:
1. Terdapat persaingan antar pengusaha
2. Harga barang/jasa ditentukan oleh mekanisme pasar
3. Kegiatan ekonomi diatur oleh pemerintah
4. Modal memiliki peran utama dalam perekonomian
5. Semua alat dan sumber produksi dimiliki oleh negara
6. Pendapatan relatif terdistribusi merata
Yang merupakan ciri sistem ekonomi pasar adalah ....
A. 1, 2, dan 4
B. 1, 3, dan 4
C. 2, 3, dan 5
D. 2, 4, dan 6
E. 3, 5, dan 6
14. Pernyataan di bawah ini merupakan kelemahan sistem ekonomi.
1. biaya produksi tidak efisien
2. pemanfaatan sumber daya ekonomi tidak optimal

142
3. sulit melaksanakan pemerataan
4. mematikan inisiatif individu
5. menimbulkan monopoli oleh kelompok tertentu
6. terjadi persaingan antara unit-unit ekonomi
7. tidak muncul kreatifitas dalam masyarakat
8. kualitas barang cenderung tetap
Yang termasuk kelemahan sistem ekonomi pasar adalah ....
A. 1, 3, dan 6
B. 1, 5, dan 8
C. 2, 4, dan 7
D. 3, 4, dan 6
E. 3, 5, dan 6
15. Perkembangan teknologi memungkinkan jasa layanan taksi dilakukan secara
on line. Faktor kepraktisan dan biaya yang murah membuat konsumen mulai
meninggalkan taksi konvensional dan beralih ke taksi on line. Sementara itu
kemudahan bergabung menjadi sopir taksi on line meningkatkan jumlah
pengemudi taksi on line baik yang baru ataupun pengemudi taksi konvensional
yang beralih menjadi pengemudi taksi on line. Fenomena ini mencerminkan di
pasar taksi konvensional terjadi ….
A. penurunan penawaran
B. penurunan permintaan
C. penurunan permintaan dan penurunan penawaran
D. penurunan permintaan tanpa disertai perubahan penawaran
E. penurunan penawaran tanpa disertai perubahan permintaan
16. Pada kondisi saat ini, jika harga per unit naik dari Rp50.000,00 menjadi
Rp65.000,00 maka jumlah yang diminta berkurang sebanyak 25 persen.
Dengan demikian agar pendapatan produsen meningkat ia sebaiknya ….
A. menaikkan harga karena permintaan produknya bersifat elastis
B. menurunkan harga karena permintaan produknya bersifat elastis
C. menaikkan harga karena permintaan produknya bersifat in elastis
D. menurunkan harga karena permintaan produknya bersifat in elastis
E. menurunkan harga karena permintaan produknya bersifat uniter elastis

143
17. Diminishing marginal returnsterjadi karena ….
A. Saat semakin banyak orang yang dipekerjakan, pekerja harus berbagi
dalam penggunaan input tetap sehingga kemampuan mereka untuk
meningkatkan produksi menjadi terbatas
B. Pekerja pertama yang dipekerjakan memiliki kemampuan paling baik,
tetapi saat jumlah tenaga kerja bertambah perusahaan mempekerjakan
orang-orang dengan kemampuan yang kurang baik
C. Keseluruhan output menurun saat ada terlalu banyak pekerja yang
terlibat dalam proses produksi
D. Rendahnya tingkat pengangguran berarti pekerja yang berkemampuan
baik semakin sulit diperoleh saat jumlah orang yang dipekerjakan
semakin banyak
18. Sebuah perusahaan menggunakan input capital dan tenaga kerja. Jika
penggunaan input capital dan tenaga kerja masing-masing bertambah 5% dan
output meningkat diatas 5%, maka fenomena ini dinamakan ....
A. Constant return to scale
B. Decreasing return to scale.
C. Increasing return to scale.
D. Economies of scale.
E. Diseconomies of scale
19. Tingkat kepuasan seseorang dalam mengonsumsi barang atau jasa dapat
dihitung dengan angka atau dapat dinyatakan secara kuantitatif dan dapat
diukur secara pasti. Untuk setiap unit barang yang dikonsumsi akan dapat
dihitung nilai gunanya. Pernyataan ini merupakan pendapat dari penganut
pendekatan ....
A. Kardinal.
B. Ordinal.
C. Nilai guna batas.
D. Marginal utility.
E. Isoquant

144
20. Konsep produk marginal (marginal product) menjelaskan tentang ….
A. Besarnya produksi total yang dikeluarkan sebagai akibat
membengkaknya biaya variabel.
B. Besarnya tambahan produksi sebagai akibat peningkatan satu unit input
C. Rata-rata kenaikan produksi sebagai akibat menambah satu unit input.
D. Besarnya tambahan output yang diproduksi sebagai akibat menambah
satuan input.
E. Besarnya tambahan produksi sebagai akibat peningkatan harga inpu.

145

Anda mungkin juga menyukai