Anda di halaman 1dari 9

NAMA : PAULUS ENGELBERTUS SABU, SE

NOMOR PESERTA : 2015032772168


BIDANG STUDI PPG : (210) EKONOMI

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Siswa memiliki motivasi belajar Kajian Literatur: 1. Guru kurang kreatif dalam mengeksplorasi materi
yang rendah untuk mempelajari  Khafid (2021) motivasi belajar dipengaruhi oleh: secara lebih menarik sehingga penyajiannya lebih
materi dan konsep yang 1. Minat siswa terhadap materi yang diajarkan mudah diterima.
diberikan. Terutama pada 2. Manfaat materi bagi kehidupan siswa 2. Guru kurang memberikan motivasi bagi siswa untuk
materi yang dirasa sulit dan 3. Kreatifitas guru dalam menyampaikan pembelajaran membangkitkan minat dan kemauan untuk belajar.
asing bagi mereka. 4. Strategi/teknik/metode pembelajaran guru 3. Fasilitas ruang kelas kurang memadai untuk kegiatan
5. Perhatian orang tua belajar mengajar. Kurang adanya fasilitas pendukung
6. Sarana dan prasarana pembelajaran penggunaan media seperti LCD dan yang lainnya.
7. Suasana pembelajaran Ketersediaan listrik, kipas angin, pohon di sekitar juga
 Widodo (2020) motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh: tidak memadai untuk menciptakan ruang kelas yang
1. Faktor internal, terdiri dari: fisik, psikologis sejuk dan nyaman. Siswa mudah merasa gerah dan
2. Faktor eksternal, terdiri dari: kondisi sosial, keluarga, kepanasan.
lingkungan pembelajaran, guru, sumber belajar, fasilitas 4. Sumber belajar yang kurang bervariasi dan kurang
belajar yang dialami oleh siswa dalam kehidupannya menarik sesuai minat dan potensi siswa sehingga siswa
sehari hari. memilih jalan pintas dan mudah mengandalkan internet
Wawancara Guru: 5. Siswa kurang mendapat perhatian dan motivasi dari
1. Guru kurang kreatif dan inovatif dalam menggunakan keluarga (orangtua), lingkungan masyarakat, termasuk
metode pembelajaran secara lebih menarik dan dari guru itu sendiri
bervariasi sehingga lebih mudah diterima oleh siswa 6. Guru kurang dibekali kemampuan dan skill untuk
dan siswa tidak mudah merasa bosan. meningkatkan kemampuan pedagogik dalam melakukan
2. Fasilitas ruang kelas maupun sarana prasarana lainnya proses penguatan dan peningkatan motivasi bagi siswa
kurang memadai untuk menunjang kreativitas guru
untuk mengembangkan metode belajar yang kreatif dan
inovatif.
Wawancara Kepala Sekolah:
1. Guru kurang kreatif dan inovatif dalam membangkitkan
minat dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran
2. Guru kurang dibekali kemampuan dan skill untuk
meningkatkan kemampuan pedagogik dalam melakukan
proses penguatan dan peningkatan motivasi bagi siswa
Wawancara Pakar:
1. Sumber belajar yang kurang bervariasi, kurang menarik
dan kurang sesuai dengan minat dan potensi siswa
sehingga siswa kurang berminat terhadap materi yang
disampaikan
2. Perhatian guru dan orangtua terhadap siswa masih
kurang insentif sehingga perkembangan karakter dan
kemampuan siswa kurang mendapat perhatian

2 Siswa kurang berminat untuk Kajian Literatur: 1. Sumber dan bahan ajar yang kurang menarik. Guru yang
mencari tahu dan membaca  Organisation for Economic Co-operation and kurang kreatif dalam merangsang minat siswa terhadap
sumber sumber literasi yang Development (OECD) mengumumkan index PISA topik yang diajarkan
2. Guru dan keluarga masih kurang melakukan
berkaitan dengan materi yang (Programme for International Student Assessment)
pendampingan terhadap siswa tentang bagaimana cara
diajarkan pada tahun 2018 skor literasi sains peserta didik di yang baik dan benar dalam mengakses informasi dari
Indonesia menurun menjadi 396 urutan ke 70 dari internet
78 negara peserta (Husnul Fuadi, 2020) 3. Keterbatasan fasilitas menyebabkan bahan ajar yang
 Menurut Anil (2019) penyebab rendah minat dan dimiliki kurang menarik bagi siswa. Siswa mudah bosan
kebiasaan membaca di Indonesia antara lain kurangnya jika media dan bahan ajar yang digunakan terlalu
monoton. Apalagi jika hanya berasal dari satu sumber
akses, terutama untuk di daerah terpencil. Hal itu
yang sama.
merupakan salah satu yang terungkap dari Indeks 4. Sekolah masih kesulitan menyediakan akses literasi
Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian yang menarik bagi siswa
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
 Stake & Easly (Aqil, 2018) menyatakan bahwa buku
pelajaran digunakan oleh 90% dari semua guru
sains dan 90% dari alokasi waktu pembelajaran.
Pengetahuan dan penerapan literasi sains yang hanya
mengandalkan buku ajar atau teks (tekstual) belum
sepenuhnya menyentuh jiwa peserta didik, akibatnya
pelajaran menjadi membosankan dan peserta didik
kurang memahami materi pelajaran dalam konteks
kehidupan.

Wawancara Guru:
1. Siswa kurang berminat untuk mencari tahu dan
membaca sumber sumber yang berkaitan dengan
materi yang diajarkan
2. Saat mencari sumber informasi, siswa cenderung
memanfaatkan internet karena dirasa lebih mudah
namun sering terjebak dalam banyak informasi sesat
yang muncul di internet yang tidak punya dasar kajian
ilmiah yang kuat
Wawancara Kepala Sekolah:
1. Sekolah masih kesulitan menyediakan akses literasi
yang menarik bagi siswa
2. Kurangnya pendampingan bagi siswa untuk literasi
oleh guru di sekolah maupun orangtua
Wawancara Pakar:
1. Minat siswa terhadap buku bacaan yang sudah diakui
derajat kebenarannya secara ilmiah jauh lebih rendah
daripada minat siswa terhadap berita atau sumber
bacaan di internet yang kebenarannya belum teruji
secara ilmiah
2. Ketersediaan sumber literasi yang terbatas dan itu itu
saja membuat siswa kurang tertarik karena kebanyakan
tidak sesuai dengan minat dan bakat siswa

3 Tingkat kecerdasan numerik Kajian Literatur: 1. Metode ajar yang digunakan kurang merangsang siswa
siswa rendah. Banyak siswa  Menurut Diyarko dan Waluyo (2016), rendahnya untuk melatih kemampuan numerik seperti latihan soal
hari ini kesulitan melakukan kemampuan literasi numerasi disebabkan oleh soal kuantitatif
2. Siswa kurang diberi waktu dan ruang untuk berdiskusi
operasi bilangan yang banyak hal, seperti kurangnya pembiasaan dari guru
dan menganalisa data data kuantitatif lalu merumuskan
sederhana seperti penjumlahan, untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesimpulannya dan menyajikannya dalam bentuk
pengurangan, perkalian dan soal literasi numerasi sehingga membuat peserta didik deskripsi kualitatif
pembagian kesulitan dalam menyelesaikan soal literasi numerasi 3. Metode ajar yang digunakan kurang merangsang siswa
 Disai, dkk. (2017) membuktikan bahwa adanya untuk melatih kemampuan numerik seperti latihan soal
hubungan yang signifikan negatif antara kecemasan soal kuantitatif tanpa bantuan peralatan dan teknologi
4. Siswa mudah cemas dan ragu dalam menyelesaikan soal
matematis terhadap hasil belajar materi numerik
soal numerik.
peserta didik. Ketika kecemasan matematika tinggi 5. Guru kurang membiasakan siswa untuk menyelesaikan
akan mengakibatkan hasil belajar materi numerik masalah masalah yang berkaitan dengan literasi
peserta didik rendah, namun ketika kecemasan numerasi
matematikanya rendah maka akan mengakibatkan 6. Guru jarang memperhatikan tingkat kecerdasan numerik
hasil belajar materik numerik peserta didik tinggi. siswa sehingga siswa hasil evaluasi siswa di bidang
 Hasil penelitian dari Maulidiya (2020) juga numerik sering mengecewakan
menyatakan bahwa kecemasan matematika dapat
terjadi akibat rendahnya keyakinan dalam belajar
materi numerik (self-efficacy) yang dipengaruhi oleh
persepsi mahasiswa tentang matematika, frekuensi
belajar matematika yang minim, situasi pembelajaran
yang kurang kondusif, riwayat kemampuan matematis
yang rendah, materi yang semakin kompleks, dan
tuntutan hasil belajar harus memuaskan. Semakin
banyak peserta didik merasa tidak yakin dengan
kemampuan diri sendiri, maka peserta didik akan
merasa semakin cemas nantinya. Di mana kecemasan
matematika tersebut dapat menghambat proses
pembelajaran materi numerik peserta didik.
Wawancara Guru:
1. Siswa terlalu bergantung kepada teknologi sehingga
membuat mereka kesulitan ketika harus menyelesaikan
soal soal numerik yang sebenarnya mudah tanpa
bantuan teknologi seperti kalkulator dan internet
2. Siswa kesulitan melakukan analisa terhadap data
kuantitatif lalu mendeskripsikannya ke dalam data
kualitatif sehingga sering keliru dalam membaca dan
menganalisa angka, kurva dan grafik
Wawancara Kepala Sekolah:
1. Guru jarang memperhatikan tingkat kecerdasan numerik
siswa sehingga siswa hasil evaluasi siswa di bidang
numerik sering mengecewakan
2. Rendahnya minat siswa saat ini untuk terbiasa
menggunakan kecerdasan numerasi dalam kehidupan
sehari hari
Wawancara Pakar:
1. Guru kurang membiasakan siswa menyelesaikan
masalah masalah yang berkaitan dengan kecerdasan
numerik
2. Metode belajar yang digunakan terkadang tidak
merangsang kecerdasan numerik siswa malah semakin
memperlemah daya nalar dan kemampuan numerik
siswa
4 Siswa mengalami kesulitan Kajian Literatur: 1. Guru kurang memberi motivasi dan berinovasi sehingga
mendalami materi HOTS  Anna Permanasari (2016) terutama untuk aspek konteks siswa tidak memiliki kemampuan untuk mengaitkan
aplikasi pengetahuan kognitif terbukti hampir dapat ilmu pengetahuan yang diperolehnya di sekolah dengan
dipastikan bahwa banyak peserta didik di Indonesia fenomena fenomena yang terjadi di dunia karena belum
tidak mampu mengaitkan pengetahuan yang memiliki pengalaman nyata tentang materi yang
dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terjadi diajarkan. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan berpikir
di dunia, karena mereka tidak memperoleh logis, rasional, serta sistematis siswa juga rendah.
pengalaman untuk mengkaitkannya sehingga 2. Siswa tidak memiliki kemampuan berpikir kritis yang
kemampuan berpikir logis, rasional, serta sistematis baik karena mereka terbiasa berpikir instan dan
siswa juga rendah. menggunakan bantuan internet
 Menurut Suparya, Suastra, Ida Bagus dan Arnyana 3. Siswa tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup
(2022) faktor penyebab rendahnya literasi sains untuk membangun model berpikir kritis. Literasi siswa
siswa adalah masih jauh dari kata cukup.
a) Penggunaan buku ajar yang belum tepat, 4. Masih banyak guru yang tidak mampu mengeksplore
b) miskonsepsi siswa, kemampuan siswa untuk berpikir kritis sehingga masih
c) pembelajaran yang tidak kontekstual, banyak siswa yang belum memiliki kemampuan
d) rendahnya kemampuan membaca memahami konsep tetapi masih menghafal.
e) lingkungan dan iklim belajar, 5. Masih banyak guru yang ternyata belum memahami
f) infrastruktur sekolah, konsep dan metode pembelajaran dengan materi HOTS
g) sumber daya manusia, akibat dari kurangnya pelatihan dan peningkatan
h) manajemen sekolah. kapasitas guru
Wawancara Guru: 6. Guru kurang memberi ruang dan waktu dalam proses
1. Siswa tidak memiliki kemampuan berpikir kritis yang pembelajaran bagi siswa untuk mengembangkan
baik karena mereka terbiasa berpikir instan dan kemampuan berpikir HOTS selama kegiatan belajar
menggunakan bantuan internet mengajar
2. Siswa tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup
untuk membangun model berpikir kritis. Literasi siswa
masih jauh dari kata cukup.
Wawancara Kepala Sekolah:
1. Masih banyak guru yang ternyata belum memahami
konsep dan metode pembelajaran dengan materi HOTS
akibat dari kurangnya pelatihan dan peningkatan
kapasitas guru
2. Guru kurang memberi ruang dan waktu dalam proses
pembelajaran bagi siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir HOTS selama kegiatan belajar
mengajar
Wawancara Pakar:
1. Masih banyak guru yang tidak mampu mengeksplore
kemampuan siswa untuk berpikir kritis sehingga masih
banyak siswa yang belum memiliki kemampuan
memahami konsep tetapi masih menghafal.
2. Guru kurang membiasakan siswa untuk menggunakan
metode berpikir HOTS dalam proses kegiatan belajar
mengajar sehingga siswa kurang mampu untuk berpikir
logis, kritis dan menyelesaikan masalah masalah dengan
metode berpikir HOTS

5 Siswa tidak memiliki rasa Kajian Literatur: 1. Guru kurang memperhatikan kondisi siswa dan
percaya diri dalam mengikuti  Remaja yang kurang percaya diri akan menunjukkan melakukan pendampingan secara terus menerus
proses belajar mengajar perilaku seperti tidak bisa berbuat banyak, selalu ragu terhadap siswa yang memiliki rasa percaya diri rendah
2. Guru kurang memberikan motivasi tentang pentingnya
dalam menjalan tugas, tidak berani berbicara jika
kesadaran siswa untuk lebih mempersiapkan diri
tidak mendapatkan dukungan, menutup diri, menghadapi masa depan
cenderung sedapat mungkin menghindari situasi 3. Guru kurang membangun komunikasi yang intens
komunikasi, menarik diri dari lingkungan, sedikit dengan pihak keluarga dalam hal ini orangtua untuk
melibatkan diri dalam kegiatan atau kelompok, berkolaborasi membimbing dan memberi motivasi bagi
menjadi agresif, bersikap bertahan dan membalas siswa yang memiliki masalah karakter dan kepribadian
dendam perlakuan yang dianggap tidak adil 4. Latar belakang budaya yang berbeda menyebabkan
kondisi kelas menjadi bervariasi sehingga guru sering
(Triningtyas, 2015; Rakhmat, 2005; Gunarsa, 2004; kesulitan mengkondisikan ruang kelas yang diampu
Hurlock, 1991). 5. Sekolah masih kesulitan melakukan identifikasi dan
 Menurut Mastuti & Aswi (2008) individu yang tidak penggolongan terhadap latar belakang dan berbagai
percaya diri biasanya disebabkan oleh individu tersebut permasalahan siswa yang berasal dari kondisi sosial
tidak mendidik sendiri dan hanya menunggu orang budaya yang berbeda
melakukan sesuatu kepada dirinya. Semakin individu
kehilangan suatu kepercayaan diri, maka akan semakin
sulit untuk memutuskan yang terbaik apa yang harus
dilakukan kepada dirinya, dalam keadaan yang seperti
ini remaja cenderung akan kehilangan motivasi dalam
melakukan banyak hal terutama belajar (Fitri, E., Ifdil,
I., & Neviyarni, S., 2016; Desyafmi, H., Firman, F., &
Ifdil, I., 2016)
Wawancara Guru:
1. Siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu atau
yang kurang mendapat perhatian dari orangtuanya
sehingga sering datang ke sekolah dengan atribut dan
kelengkapan yang serba kurang dan terkadang menjadi
bahan ejekan di sekolah dan merasa minder berada di
lingkungan sekolah
2. Siswa yang sudah sering dididik dengan menggunakan
kekerasan di rumah dan lingkungannya baik secara fisik
maupun psikis sehingga kesulitan dalam menyerap nilai
nilai positif yang disampaikan dan susah untuk diatur.
Wawancara Kepala Sekolah:
1. Latar belakang budaya yang berbeda menyebabkan
kondisi kelas menjadi bervariasi sehingga guru sering
kesulitan mengkondisikan ruang kelas yang diampu
2. Sekolah masih kesulitan melakukan identifikasi dan
penggolongan terhadap latar belakang dan berbagai
permasalahan siswa yang berasal dari kondisi sosial
budaya yang berbeda
Wawancara Pakar:
1. Siswa berasal dari keluarga petani dan nelayan yang
ketika di rumah juga berperan sebagai tulang punggung
keluarga membantu orangtua berkebun dan melaut dan
menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya yang sangat
menyita waktu belajar di rumah dan kesulitan
menyelesaikan tugas rumah
2. Orangtua siswa berasal dari latar belakang sosial,
budaya, pendidikan, dan ekonomi yang bervariasi
sehingga sering timbul gesekan dan konflik.

Anda mungkin juga menyukai