Anda di halaman 1dari 10

LK. 2.

2 Menentukan Solusi

Nama : James Mardianto Malli Ngara


No. Peserta : 201901248655

Analisis penentuan
No. Eksplorasi alternatif solusi Solusi yang relevan Analisis alternatif solusi
solusi
1 Masalah : Siswa tidak dapat Berdasarkan hasil 1. Berdasarkan analisis, Melalui pembelajaran dengan pendekatan
Menyerap materi yang diajarkan eksplorasi alternatif maka solusi yang CTL dalam proses pembelajaran
Guru dengan baik pada mata solusi dari kajian tepat adalah dengan Otomatisasi Tata Kelola Sarana dan
pelajaran Otomatisasi tata kelola penerapan
literatur dan wawancara Prasarana KD 3.10 “” akan membuat siswa
Sarana dan Prasarana (KD 3.10) pembelajaran dengan
maka diperoleh hasil pendekatan lebih semangat dan aktif pada saat
Akar Penyebab Masalah sebagai berikut: Contextual Teaching mengikuti proses pembelajaran yang akan
Siswa Belum Memahami 1. Dengan and Learning (CTL), berdampak meningkatkan semangat belajar
pentingnya Perencanaan pendekatan Agar Siswa bisa siswa.
kebutuhan sarana dan prasarana Contextual Menyerap Materi Adapun indikator dari Contextual
(KD 3.10) Teaching and yang diajarkan Teaching and Learning (CTL), adalah :
Learning (CTL) terkait Mata
1. Guru melakukan pendekatan dalam pelajaran
pembelajaran Otomatisasi Tata o modeling (pemusatan
CTL (Contextual Teaching and
Learning) Otomatisasi Tata Kelola Sarana dan perhatian, motivasi,
2. Guru Memanfaatkan Media Kelola Sarana Prasarana (KD.3.10) penyampaian kompetensi-
untuk menampilkan Vidio dan dan Prasarana
sebagai upaya Kelebihan CTL : tujuan, pengarahan-
gambar untuk pembelajaran
Sarana dan Prasarana Guru untuk petunjuk, rambu-rambu,
3. Guru Menerapkan Metode menghubungkan Kelebihan dari model
materi yang contoh),
Pembelajaran Berdiferensiasi pembelajaran
diajarkan dengan kontekstual o questioning (eksplorasi,
keseharian para
membimbing, menuntun,
peserta didik  Pembelajaran
menjadi lebih mengarahkan,
yang ada didunia bermakna dan mengembangkan, evaluasi,
nyata. riil. Artinya
2. Dengan siswa dituntut inkuiri, generalisasi),
memanfaatkan dapat menangkap o learning
Kajian Literatur Media hubungan antara
 Menurut Nurhadi dalam Pembelajaran pengalaman community (seluruh siswa
Sugiyanto membuat siswa belajar disekolah partisipatif dalam belajar
(2007) CTL (Contextual lebih semangat dengan
Teaching and kelompok atau
dalam kehidupan nyata.
Learning) adalah konsep pembelajaran. Hal ini sangat individual, minds-on, hands-
belajar yang mendorong Media penting karena on, mencoba, mengerjakan),
guru untuk pembelajaran dengan
menghubungkan antara o inquiry (identifikasi,
merupakan salah mengorelasikan
materi yang diajarkan satu cara atau materi yang investigasi, hipotesis,
dan situasi dunia nyata alat bantu yang ditemukan konjektur, generalisasi,
siswa. digunakan dalam dengan
 Rusman, dkk (2012: proses belajar kehidupan nyata, menemukan),
170) mengemukakan mengajar. Hal ini bukan saja bagi o constructivism (membangun
media pembelajaran dilakukan untuk siswa materi itu
merupakan suatu pemahaman sendiri,
merangsang pola akan berfungsi
teknologi pembawa pembelajaran secara mengkonstruksi konsep-
pesan yang dapat agar dapat fungsional, akan aturan, analisis-sintesis),
digunakan untuk menunjang tetapi materi
keperluan pembelajaran keberhasilan dari yang o reflection (reviu,
dan media pembelajaran proses belajar dipelajarinya rangkuman, tindak lanjut),
merupakan sarana fisik mengajar akan tertanam
untuk menyampaikan o authentic
sehingga erat dalam
materi pelajaran. kegiatan belajar memorinya, assessment (penilaian
 Menurut Tomlinson mengajar dapat sehingga tidak selama proses dan sesudah
(2001: efektif untuk mudah
45), Pembelajaran mencapai tujuan dilupakan. pembelajaran, penilaian
Berdiferensiasi adalah yang diinginkan. terhadap setiap aktvitas-
usaha untuk 3. Dengan  Pembelajaran usaha siswa, penilaian
menyesuaikan proses Menggunakan lebih produktif
pembelajaran di kelas dan mampu portofolio, penilaian
Metode
untuk memenuhi menumbuhkan seobjektif-objektifnya dari
berdiferensiasi
kebutuhan belajar penguatan
Guru berbagai aspek dengan
individu setiap murid. konsep pada
memfasilitasi siswa, karena berbagai cara).
Wawancara: murid sesuai pembelajaran
Dengan teman sejawat dengan kontekstual
(Ibu Kornelia K Dere, S.Pd kebutuhannya, menganut aliran
(guru mapel PKK) karena setiap konstruktivisme,
yakni siswa
murid
Untuk mengatasi Siswa tidak dituntut
mempunyai menemukan
Dapat Menyerap Materi karakteristik pengetahuannya
yang diajarkan Guru yang yang berbeda- sendiri. Melalui
dilakukan : beda, sehingga landasan filosofis
tidak bisa diberi Konstruktivisme
a. Guru Menentukan metode
perlakuan yang siswa diharapkan
pembelajaran yang akan
belajar melalui
dilakukan ketika mau sama. Dalam
“mengalami”
mengajar menerapkan bukan
b. Guru Menyiapkan media pembelajaran “menghafal”.
untuk menampilkan berdiferensiasi  Menumbuhkan
gambar/vidio pada saat
guru perlu keberanian Siswa
pembelajaran
memikirkan untuk
c. Guru Melakukan
tindakan yang mengemukakan
Pendekatan dengan
pendapat tentang
Peserta didik terkait masuk akal yang
materi yang
dengan proses nantinya akan diajarkan
pembelajaran diambil, karena  Menumbuhkan
pembelajaran Kemampuan
berdiferensiasi dalam
tidak berarti bekerjasama
pembelajaran dengan teman
yang untuk
dengan
memecahkan
memberikan masalah yang
perlakuan atau ada
tindakan yang
berbeda untuk Kelamahan Model
setiap murid, Pembelajaran CTL
 Bagi Siswa yang
maupun
tidak dapat
pembelajaran mengikuti
yang pembelajaran
membedakan tidak mendapat
antara murid pengetahuan dan
yang pintar pengalaman
dengan yang yang sama
dengan teman
kurang pintar.
lainnya karena
tidak
mengalaminya
sendiri
 Perasaan
khawatir pada
anggota
kelompok akan
hilangnya
karakteristik
siswa karena
harus
menyesuaikan
dengan
kelompoknya
 Banyak Siswa
yang tidak
senang apabila
bekerja sama
dengan teman
lainnya, karena
siswa yang
tekun merasa
harus bekerja
melebihi siswa
dyang lain
dalam
kelompoknya.

2 Masalah : Rendahnya Berdasarkan hasil Berdasarkan analisis, Melalui Model pembelajaran Cooperative
keterlibatan Siswa dalam Proses
eksplorasi alternatif maka solusi yang Learning Tipe Make a Match dalam proses
Pembelajaran Otomatisasi Tatasolusi dari kajian relevan adalah dengan pembelajaran Otomatisasi Humas dan
Kelola Humas dan menggunakan Model
literatur dan dan Keprotokolan (KD 3.1) akan membuat
Keprotokolan (KD 3.1) Pembelajaran
wawancara maka Cooperative Learning Siswa lebih aktif, kreatif dan inovatif
Akar Penyebab Masalah diperoleh hasil sebagai Tipe Make a Match dalam proseses pembelajaran sehingga
Guru Belum Menggunakan berikut : dalam Proses hasil belajar siswa dapat meningkat.
Model-model pembelajaran
1. 1. Dengan Pembelajaran Adapun indikator dari Model
yang tepat untuk Menggunakan Model Otomatisasi Tata Kelola Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
membangkitkan semangat Siswa Pembelajaran Humas dan Make a Match
dalam proses pembelajaran Keprotokolan (KD 3.1)
Cooperative Learning o Setiap anggota memiliki
OTK Humas dan Keprotokolan Agar Siswa dapat
Tipe Make a Match peran.
(KD. 3.1) terlibat dalam proses
dalam Proses o Terjadi hubungan interaksi
pembelajaran
langsung diantara siswa.
Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
 Guru Menggunakan Otomatisasi Tata Humas dan o Setiap anggota kelompok
Model Pembelajaran Kelola Humas dan Keprotokolan (KD 3.1) bertanggung jawab atas cara
Cooperative Learning Keprotokolan (KD belajarnya dan juga teman-
Tipe Make a Match Kelebihan dari model teman sekelompoknya.
3.1) Upaya Guru untuk
dalam Proses pembelajaran o Guru membantu
mempermudah siswa Cooperative Learning mengembangkan
Pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola dalam memahami Tipe Make a Match keterampilan-keterampilan
Humas dan materi dan menjadikan a) Dapat meningkatkan personal kelompok.
Keprotokolan (KD 3.1) siswa agar lebih aktif, aktivitas belajar siswa, o Guru hanya berinteraksi
 Guru menggunakan kreatif dan inovatif baik secara kognitif dengan kelompok saat
model pembelajaran dalam proseses maupun fisik. diperlukan.
Problem Based Learning b) Karena ada unsur
pembelajaran sehingga
(PBL) dalam Proses permainan, metode ini
hasil belajar siswa menyenangkan.
Pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola dapat meningkat. c) Meningkatkan
Humas dan 2. 2. Dengan pemahaman siswa
Keprotokolan (KD 3.1) Menggunakan Model terhadap materi yang
Pembelajaran Problem dipelajari dan dapat
Kajian Literatur Based Learning (PBL) meningkatkan motivasi
 Slavin mengemukakan, dalam Proses belajar siswa.
“in cooperative learning Pembelajaran d) Efektif sebagai
methods, student work Otomatisasi Tata sarana melatih
together in four member Kelola Humas dan keberanian siswa untuk
teams to master material Keprotokolan (KD tampil presentasi.
initially presented by the 3.1) sebagai upaya e) Efektif melatih
teacher”. Dari uraian melatih siswa kedisiplinan siswa
tersebut menguraikan melakukan eksperimen menghargai waktu
metode pembelajaran untuk menyelesaikan untuk belajar.
kooperatif adalah suatu masalah.
model pembelajaran
3.
dimana sistem belajar
dan bekerja pada
kelompok kelompok Kelemahan dari model
kecil yang berjumlah 4-6 pembelajaran
orang secara kolaboratif Cooperative Learning
sehingga dapat Tipe Make a Match
merangsang siswa lebih a) Jika strategi ini tidak
bergairah dalam bekerja. di persiapkan dengan
 Bern dan Erickson baik, akan banyak
(2001:5) “Cooperative waktu yang terbuang.
learning (pembelajaran b) Pada awal-awal
kooperatif) merupakan penerapan metode,
strategi pembelajaran banyak siswa yang akan
yang mengorganisir malu berpasangan
pembelajaran dengan dengan lawan jenisnya.
menggunakan kelompok c) Jika guru tidak
belajar kecil dimana mengarahkan siswa
siswa bekerja sama dengan baik, akan
untuk mencapai tujuan banyak siswa yang
belajar”. kurang memperhatikan
 Eggen and Kauchak pada saat presentasi
(1996:279) pasangan.
“Pembelajaran d) Guru harus hati-hati
kooperatif merupakan pada saat member
sebuah kelompok hukuman pada siswa
strategi pengajaran yang yang tidak dapat
melibatkan siswa bekerja pasangan, karena
secara berkolaborasi mereka bisa malu.
untuk mencapai tujuan
bersama”.
 Menurut Trianto
(2010), model
pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
merupakan suatu model
pembelajaran yang
didasarkan pada
banyaknya permasalahan
yang membutuhkan
penyelidikan autentik
yakni penyelidikan yang
membutuhkan
penyelesaian nyata dari
permasalahan yang
nyata.
 Menurut Nurhadi (2004:
65) “Problem based
learning adalah kegiatan
interaksi antara stimulus
dan respons, merupakan
hubungan antara dua
arah belajar dan
lingkungan”.
Lingkungan memberi
masukan kepada siswa
berupa bantuan dan
masalah, sedangkan
sistem saraf otak
berfungsi menafsirkan
bantuan itu secara efektif
sehingga yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari
pemecahannya dengan
baik.
Hasil Wawancara:
Dengan teman sejawat Ibu
Susana Adelina Wolla, S.Pd
(Wakasek Kurikulum)
Terkait dengan Model-model
pembelajaran yang tepat
untuk membangkitkan
semangat Siswa :
1. Guru harus menggunakan
model pembelajaran yang
dapat membangkitkan
semangat siswa dalam
proses pembelajaran
2. Guru Menentukan tujuan
pembelajaran agar siswa
tertarik dengan materi yang
akan diajarkan
3. Guru Memahami
karakteristik siswa dengan
melakukan komunikasi
interpersonal.
4. Guru harus berani
menggunakan model-
model pembelajaran
inovatif

Anda mungkin juga menyukai