Anda di halaman 1dari 7

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
No Analisis eksplorasi
telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
. penyebab masalah
diidentifikasi
1 Pedagogik HASIL EKSPLORASI MANDIRI Setelah dilakukan
 Rendahnya  Rendahnya minat dan prestasi belajar peserta analisis terhadap hasil
minat dan didik eksplorasi mandiri,
prestasi belajar Peserta didik: memiliki minat pada pelajaran yang lain kajian literatur, dan
peserta didik  Guru: melakukan pembelajaran yang kurang hasil wawancara serta
menyenangkan, Guru belum memaksimalkan LKPD dikonfirmasi melalui
Orangtua: tidak mendukung dan menyerahkan observasi, dapat
sepenuhnya pembelajaran kepada guru diketahu bahwa
 Guru belum memaksimalkan LKPD rendahnya minat dan
Guru : prestasi belajar peserta
guru malas membuat LKPD didik saya karena:
tidak cukup waktu 1. Peserta didik
Kepala Sekolah: kurang melakukan supervisi kelas mengalami
maupun supervisi perangkat pembelajaran kesulitan
belajar karena
HASIL KAJIAN LITERATUR: faktor
1. Rendahnya prestasi belajar peserta didik khususnya psikologis
pada mata pelajaran IPA karena adanya faktor- 2. Peserta didik
faktor kesulitan belajar yang dialami peserta didik kurang
kelas VII, terutama pada faktor psikologis. Kesulitan dilibatkan
belajar yang dialami peserta didik berakibat pada dalam
prestasi yang kurang pada mata pelajaran IPA (Nely pembelajaran
Yunarti, Jurnal Educatio, 2021) (pembelajaran
2. Penggunaan LKPD berorientasi lingkungan pada masih teacher
mata pelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan center)
peserta didik dalam pembelajaran, meningkatkan 3. Kurangnya
kemampuan berpikir kritis dan kreatif, membantu motivasi dari
peserta didik bekerja secara kolaborasi serta orangtua,
memudahkan peserta didik dalam memahami materi 4. Guru tidak
pembelajaran.( Reny Kristyowati,2019, Prosiding maksimal
Seminar dan Diskusi Pendidikan Dasar) dalam
mengajar, baik
HASIL WAWANCARA dalam
(INGRETY KASSE, S.PD – GURU IPA ) penguasaan
Rendahnya prestasi belajar peserta didik dikarenakan faktor materi maupun
dari dalam diri peserta didik itu sendiri, kurangnya motivasi dalam
dari orangtua, dan pembelajaran yang dilakukan masih
penggunaan
berpusat pada guru.
Dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas Guru belum model – model
maksimal, menggunakan LKPD jadi tidak setiap pertemuan pembelajaran
menggunakan LKPD,. 5. Guru belum
(Dra DEBORA DANIEL – PENGAWAS IPA) maksimal
IPA kurang diminati oleh peserta didik, karena pelajaran IPA menggunakan
baik fisika, biologi atau kimia banyak istilah asing yang anak- LKPD karena
anak tidak suka, materi IPA terlalu padat dan membuat patah lebih sering
semangat, menggunakan
faktor dari guru, guru memiliki RPP namun dalam buku paket
pembelajaran guru tidak mengikuti RPP, guru tidak ada 6. Kemampuan
persiapan dan mengajar apa adanya, dan guru kurang
guru dalam
memahami materi pelajaran, guru sulit menerapkan apa yang
ada pada metode pembelajan. Guru tidak mengajar tidak
merancang
LKPD masih
sesuai dengan apa yang ditulis. kurang.
RPP hanya pajangan saja.
sebagian guru tidak buat LKPD dalam kegiatan
pembelajaran.

(ARNOLD LESTUNY, S.Pd – PAKAR )


Dalam pembuatan RPP, lebih banyak guru-guru mengadopsi,
sehingga dalam pembelajaran guru kurang maksimal dalam
menerapkan model yang ada sehinga peserta didik kurang
aktif dan berminat mengikuti pelajarannya.
Tidak semua guru menggunakan LKPD sebab dari guru itu
sendiri yang kurang berinovasi, kemampuan guru dalam
merancang LKPD masih kurang. Padahal LKPD
membantu/menunjang guru dalam pembelajaran.
Literasi HASIL EKSPLORASI MANDIRI Setelah dilakukan
Kurangnya Peserta didik : analisis terhadap hasil
minat peserta tidak bisa membaca, eksplorasi mandiri,
didik dalam tidak suka membaca buku buku pelajaran kajian literatur, dan
membaca Guru: hasil wawancara serta
tidak membiasakan peserta didik berliterasi dikonfirmasi melalui
Orangtua: observasi, dapat
kurangnya perhatian orangtua terhadap perkembangan diketahu bahwa
pembelajaran peserta didik kurangnya minat baca
Sekolah: tidak ada ruang khusus perpustakaan, peserta didik saya
kurangnya buku bacaan non akademik karena:
1. Koleksi bacaan
HASIL KAJIAN LITERATUR: masih kurang
(Frita Dwi Lestari,,DKK-2021- JURNAL BASICEDU) 2. Guru Kurang
Penerapan budaya literasi mempunyai pengaruh melakukan
terhadap hasil belajar peserta didik kelas IV pada mata pembiasaan /
pelajaran IPA dan mendapatkan respon positif dari guru budaya baca
sebelum
(Ni Wayan Sariani, 2020, JURNAL PENDIDIKAN memulai
UNDIKSHA) pelajaran
kendala yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaan GLS 3. Tidak ada ruang
adalalah: 1. Koleksi bacaan sekolah yang masih kurang. 2. perpustakaan/
Kedisplinan peserta didik masih rendah, karena datang pojok baca
terlambat sehingga rutinitas membaca 15 menit sebelum
belajar kurang efektif. Juga sering merobek kertas tulisan
yang dipajang. 3. Perlunya peningkatan kepada peserta
didik terhadap pembiasaan membaca. 4. Masih diupayakan
pengembangan program agar tidak monoton dan
membosankan.

HASIL WAWANCARA
(DORKAS I.B. BAKKER, S.PD - KEPALA SEKOLAH)
“Literasi baca yang dilakukan dapat mengembangkan minat
baca peserta didik demikian juga bagi peserta didik yang
tidak bisa membaca dari SD, mulai bisa membaca, namun
ada peserta didik yang minat membacanya kurang dan juga
peserta didik tidak suka membaca buku-buku pengetahuan
yang ada di sekolah, peserta didik lebih suka membaca buku-
buku fiksi.”

(Dra. DEBORA DANIEL – PENGAWAS IPA)


Kurangnya buku-buku penunjang pembelajaran, sehingga
sumber belajar peserta didik terbatas, kurangnya pembiasaan
dari guru untuk peserta didik bisa membaca dan guru sendiri
yang tekadang tidak suka membaca sehingga tidak bisa
mengajak peserta didik membaca.

Numerasi HASIL EKSPLORASI MANDIRI Setelah dilakukan


Kemampuan Guru: tidak membiasakan peserta didik mengerjakan analisis terhadap hasil
dasar dalam soal-soal berhitung eksplorasi mandiri,
menyelesaika Peserta didik: tidak bisa perkalian, pembagian, kajian literatur, dan
n soal yang penjumlahan dan pengurangan sejak dari SD hasil wawancara serta
berhubungan Orangtua: tidak memfasilitasi anak dengan alat bantu dikonfirmasi melalui
dengan pembelajaran Sejak dari SD observasi, dapat
hitungan dan diketahu bahwa
grafik masih HASIL KAJIAN LITERATUR: Kemampuan dasar
rendah Giarti Puspita Sari,dkk dalam menyelesaikan
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/
29371/75676578983
soal yang berhubungan
Faktor penyebab kesulitan peserta didik dalam menyesaikan dengan hitungan dan
soal antara lain: (a) Kesulitan memvisualisasikan masalah grafik masih rendah
disebabkan karena peserta didik tidak tahu menggambarkan karena:
sketsa pada tiap soal; (b) Kesulitan deskripsi fisika 1. Peserta didik
disebabkan karena kurang memahami masalah yang tidak bisa
diberikan pada soal; (c) Kesulitan rencana solusi disebabkan perkalian dan
karena kurang memahami konsep yang digunakan pada soal; pembagian
(d) Karena salah dalam menuliskan diketahui dan ditanya
2. Peserta didik
maka mengakibatkan peserta didik mengalami kesulitan
menjalankan rencana; (e) Kesulitan memeriksa dan
Kurang
mengevaluasi disebabkan karena kurang teliti dalam memahami
memeriksa jawaban. konsep yang
digunakan pada
HASIL WAWANCARA soal sehingga
(INGRETY KASSE, S.PD – GURU IPA) Salah dalam
Peserta didik tidak menyukai pelajaran IPA karena mereka menuliskan
tidak suka menghitung karena menghitung itu sulit diketahui,
Peserta didik belum bisa perkalian, sejak dari SD. ditanya maka
peserta didik sendiri tidak mau berusaha untuk mengalami
mengetahui/belajar
kesulitan
(INDRA WIYONO, S.PD – GURU IPA)
Peserta didik kesulitan menyelesaikan soal-soal hitungan menjawab.
karena peserta didik tidak paham akan soal-soal hitungan, ini 3. Guru tidak
disebabkan karena peserta didik tidak bisa perkalian, dan membiasakan
operasi hitung lain bahkan sejak dari SD. peserta didik
(Dra. DEBORA DANIEL – PENGAWAS IPA) mengerjakan
Guru dan peserta didik sulit menyelesaikan soal-soal fisika. soal-soal
Karena peserta didik tidak bisa perkalian dari sejak SD, ada hitungan/soal
guru yang melanggar materi fisika karena dianggap sulit dan cerita/soal
hanya mengajar materi yang dianggap mudah. dengan grafik.

2 HASIL EKSPLORASI MANDIRI


Model Setelah dilakukan
Kepala sekolah: kurangnya pedampingan dan pelatihan
pembelajaran analisis terhadap hasil
bagi guru untuk mengembangkan dan menggunakan
yang digunakan eksplorasi mandiri,
model-model pembelajaran
kurang variatif kajian literatur, dan
Guru :
dan inovatif hasil wawancara serta
 Guru tidak paham akan model-model pembelajaran,
sehingga peserta dikonfirmasi melalui
 Waktu untuk mempersiapkan pembelajaran yang
didik tidak observasi, dapat
lama,
antusias dalam diketahu bahwa Model
 Guru enggan menggunakan atau menerapkan
belajar. pembelajaran yang
model-model pembelajaran yang ada,
digunakan kurang
variatif dan inovatif
HASIL KAJIAN LITERATUR:
sehingga peserta didik
Adanya Peningkatan hasil belajar IPA peserta didik
tidak antusias dalam
kelas VI melalui penerapan model pembelajaran
belajar karena:
discovery learning berbantuan media powerpoint. (Ni
1. Guru tidak
Komang Atik Astiti, journal of education action
menerapkan
research, 2021)
langkah-
langkah
“.. KIT media yang telah dikembangkan adalah praktis,
pembelajaran
cukup efektif, aman digunakan, ada inovasi terkait
seperti yang
media, dan senang sekaligus termotivasi untuk
tertuang di RPP
melakukan praktikum saat melangsungkan
sehingga
pembelajaran IPA.” (Edi Supriana, DKK, 2021,
Pembelajaran di
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat)
kelas masih
HASIL WAWANCARA berpusat di guru
(INGRETY KASSE, S.PD – GURU IPA) 2. Guru belum
Model pembelajaran yang diketahui adalah inkuiri, menguasai
discovery, saintifik, problem, project model
Guru tekadang menerapkan model-model pembelajaran pembelajaran
dan terkadang tidak. 3. Guru tidak
Guru lebih sering mengajar sesuai gaya belajar yang menguasai
dari guru dan tanpa terpaku pada RPP. penggunaan IT
Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru dan alat/media
dan peserta didik tidak berperan aktif. pembelajaran
Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang lainnya untuk
ada. menunjang
pembelajaran
(Dra. DEBORA DANIEL – PENGAWAS IPA) yang inovatif
guru – guru belum menguasai model-model
pembelajaran sehingga sulit untuk menerapkan model-
model pembelajran yang ada.. peserta didik tidak
antusias saat belajar juga karena mental peserta didik
karena rasa takut salah, tidak bisa merangkai kalimat
dengan baik sehingga peserta didik takut.

(ARNOLD LESTUNY, S.Pd - PAKAR)


Pemblajaran inovatif di sekolah tidak semua
melakukannya. Karena banyak guru yang belum
menguasai tentang IT. Anak-anak sekarang suka belajar
dengan visualisasi jadi guru harus membuat/merancang
pembelajaran yang inovatif.
3 Hubungan HASIL EKSPLORASI MANDIRI Setelah dilakukan
komunikasi antar Guru: bertemu orangtua hanya jika anak bermasalah analisis terhadap hasil
guru dan orang dan saat penerimaan raport. eksplorasi mandiri,
tua peserta didik Orangtua: sibuk dengan pekerjaannya kajian literatur, dan
terkait hasil wawancara serta
pembelajaran HASIL KAJIAN LITERATUR: dikonfirmasi melalui
masih kurang. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu observasi, dapat
dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara diketahu bahwa
orang tua dan guru, akan membuat anak merasa hubungan komunikasi
memiliki kebebasan berkreativitas guna pengembangan antar guru dan orang tua
potensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas peserta didik terkait
dan mencapai keberhasilan dalam belajar.( Anis pembelajaran masih
Pusitaningtyas, International Seminar on kurang karena:
Generating Knowledge Through Research, UUM- 1. Tidak ada sikap
UMSIDA, 25-27 October 2016,) saling
membantu dan
HASIL WAWANCARA membimbing
(DORKAS I.B. BAKKER, S.PD – KEPALA SEKOLAH) anak antara
Orang tua menyerahkan semua pemeblajaran peserta guru dan
didik kepada guru/pihak sekolah orangtua
Orangtua sibuk bekerja sehingga mengabaikan 2. Orangtua sibuk
pembelajaran peserta didik di rumah bekerja
Orang tua sering mengabaikan nilai hasil belajar peserta 3. Orangtua
didik kurang
Orang tua bertemu guru dan wali kelas hanya jika melibatkan diri
peserta didik bermaslah dan orangtua dipanggil. dalam
Orang tua terkadang mengabaikan panggilan ataupun mengontrol
undangan dari pihak sekolah. anak
menyelesaikan
(ARNOLD LESTUNY, S.Pd - PAKAR)
tugas-tugas
Keterlibatan orangtua sangat kurang dalam proses sekolah di
pembelajaran. orangtua perlu membangun komunikasi rumah
dengan sekolah sehingga orangtua bisa tau 4. Guru tidak
perkembangan pembelajaran anaknya bagaimana. berinisiatif
Orangtua tidak melibatkan diri dalam tugas-tugas yang untuk
diberikan dari sekolah bagi anak. menyampaikan
orangtua sering sibuk dengan kerja, mengikuti acara perkembangan
dan sebagainya sehingga menyerahkan pendidikan anak pembelajaran
sepenuhnya kepada orang tua. anak kepada
orangtua
melalui
surat/media
komunikasi
maupun
bertemu secara
langsung.
4 Peserta didik HASIL EKSPLORASI MANDIRI Setelah dilakukan
kesulitan dalam GURU: analisis terhadap hasil
penyelesaian  Tidak membiasakan peserta didik mengerjakan eksplorasi mandiri,
soal-soal HOTS soal-soal HOTS, kajian literatur, dan
 Guru Tidak paham soal-soal HOTS hasil wawancara serta
Peserta didik: tidak terbiasa mengerjakan soal soal dikonfirmasi melalui
HOTS, observasi, dapat
diketahu bahwa Peserta
HASIL KAJIAN LITERATUR: didik kesulitan dalam
Penerapan soal   HOTS   dalam   pembelajaran   IPA penyelesaian soal-soal
perlu   bervariasi   agar   seluruh keterampilan berpikir HOTS karena:
tingkat  tinggi  dapat  dilatihkan  melalui  soal  ini. 1. peserta didik
(Raudatul Jannah, 2021, IQTISODINAH) mengerjakan
soal dengan
Kesulitan yang dialami peserta didik dalam terburu-buru
menyelesaikan soal HOTS yaitu peserta didik 2. rendahnya
mengerjakan soal dengan terburu-buru, rendahnya tingkat
tingkat konsentrasi dan pengetahuan peserta didik konsentrasi dan
dalam menyelesaikan soal HOTS, serta kurangya pengetahuan
motivasi orang tua dan kondisi ekonomi yang tidak peserta didik
mendukung. (Fauziana, 2021, JOURNAL OF dalam
PRIMARY EDUCATION) menyelesaikan
soal HOTS
(INGRETY KASSE, S.PD- GURU IPA) 3. Saat Penilaian
Jenis soal yang diberikan saat penilaian harian adalah Harian, PTS,
pilihan ganda, dengan kategori soal HOTS dan LOTS PAS, soal yang
dengan perbandingan lebih banyak soal LOTS. di berikan
Peserta didik cenderung lebih bisa menjawab soal-soal adalah soal-soal
LOTS LOTS Sehingga
Peserta didik tidak bisa menjawab soal HOTS karena peserta didik
peserta didik kurang paham dengan maksud soal, tidak terbiasa
peserta didik tidak ada rasa ingin tahu dan hanya mau 4. Guru belum
mengerjakan soal yang gampang, guru lebih banyak paham
memberikan soal-soal LOTS supaya peserta didik bisa bagaimana
mengerjakan. Guru kurang membiasakan peserta didik melakukan
mengerjakan soal-soal HOTS. pembelajaran
berbasis HOTS
(INDRA WIYONO, S.PD – GURU IPA) dan menyusun
Soal Yang Diberikan Dalam Penilaian Harian kebanyakan
soal-soal HOTS
soal LOTS dibanding HOTS Karena kemampuan peserta
didik yang terbatas.
Soal-soal HOTS Yang diberikan adalah soal yang
sebelumnya sudah dibahas.
Peserta didik tidak bisa mengerjakan soal HOTS karena
belum terbiasa karena keadaan di desa yang tidak
memungkinkan.

(Dra. DEBORA DANIEL - PENGAWAS IPA)


Penialain sikap, umumnya tidak dilakukan guru
Soal soal yang diberikan guru adalah soal-soal LOTS.
Peserta didik kesulitan menyelesaikan soal-soal HOTS,
bahkan ketika asesment nasional hasil yang diperoleh
kabupaten sangat rendah, karena peserta didik tidak bisa
menjawab soal-soal yang diberikan karena semuanya
soal-soal HOTS, dan ini dikarenakan peserta didik tidak
terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS selain itu banyak
juga Guru yang mungkin belum tau bagaimana
menyusun soal-soal HOTS.

(ARNOLD LESTUNY, S.Pd - PAKAR)


Peserta didik tidak bisa selesaikan soal-soal HOTS
karena memang tidak dibiasakan oleh guru.
6 Guru belum HASIL EKSPLORASI MANDIRI Setelah dilakukan
maksimal Guru: kurang paham cara mengoperasikan analisis terhadap hasil
memanfaatkan komputer/laptop eksplorasi mandiri,
teknologi / TIK Lingkungan : tidak ada sarana pendukung seperti kajian literatur, dan
dalam melakukan listrik, internet hasil wawancara serta
Pembelajaran. dikonfirmasi melalui
HASIL KAJIAN LITERATUR observasi, dapat
TUTI ADRIANI, diketahu bahwa Guru
https://media.neliti.com/media/publications/164486-ID- belum maksimal
sistem-pembelajaran-berbasis-teknologi-i.pdf memanfaatkan
Pola pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi
teknologi / TIK dalam
dan komunikasi mengubah peran pengajar dan peserta
belajar. Pembelajaran bergeser dari berpusat pada pengajar
melakukan
kepada peserta belajar. Pengajar bukan lagi satu-satunya Pembelajaran karena:
sumber dalam pembelajaran tetapi hanya sebagai salah satu 1. Sarana prasaran
sumber yang dapat diakses oleh peserta belajar. Begitu juga sekolah yang
halnya dengan peserta belajar, dengan pemanfaatan teknologi kurang
informasi dan komunikasi peserta belajar bukanlah sebagai memadai
peserta yang pasif. Peserta belajar dituntut untuk aktif selama Seperti Internet,
proses pembelajaran sehingga terjadi pembelajaran yang Laptop, In
aktif. Focus Dan
Sebagainya
HASIL WAWANCARA
(INGRETY KASSE, S.PD - GURU IPA)
2. Guru tidak
Sejauh ini belum maksimal menggunakan sarana memiliki
/teknologi yang ada kepercayaan
Hal ini dikarenakan tidak ada jaringan internet diri atau tidak
Peserta didik di sekolah tidak memiliki HP sehingga mau mencoba
sulit untuk melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan
media/teknologi yang ada. media/sarana/
(INDRA WIYONO, S.PD - GURU IPA) tekhnologi yang
Media pembelajaran yang digunakan kebanyakan ada.
berupa media power point 3. Peserta didik
Setiap kali mengajar menggunakan media power point tidak memiliki
peserta didik lebih tertarik untuk mengikuti alat komunikasi
pembelajaran. untuk
Media internet belum digunaan karena tidak ada menunjang
jaringan internet pembelajaran
(Dra. DEBORA DANIEL - PENGAWAS IPA) menggunakan
80 Persen sekolah di TTS belum menggunakan IT IT
dalam pembelajaran, guru mungkin lebih banyak yang
menggunakan tapi peserta didik tidak karena faktor
ekonomi keluarga, sarana prasaran di sekolah juga
belum memadai.

Anda mungkin juga menyukai