Anda di halaman 1dari 27

BAB 6

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN

6.1 Perilaku Konsumen


Disebut juga: tingkah laku konsumen atau tindakan
konsumen (Consumer’s Behaviour).
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan
jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantara-nya:
pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat
kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku
konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen
yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan
yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa
sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang
diharapkannya.

Analisisnya membahas:
a) Alasan para pembeli / konsumen akan membeli
lebih banyak barang pada harga yang lebih rendah
dan mengurangi pembeliannya pada harga yang
tinggi.
b) Bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah
dan komposisi dari barang yang akan dibeli dari
pendapatan yang diperoleh.

6.2 Teori Perilaku Konsumen: Teori Nilai Guna


Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam
dua pendekatan:
1. Pendekatan Nilai Guna (Utility) kardinal / Marginal
Utility Approach
2. Pendekatan Nilai Guna (Utility) Ordinal / Kurva
Indiferen Approach

Pengantar Ekonomi Mikro │ 43


Pendekatan Nilai Guna (Utility) kardinal / Marginal
Utility Approach:
Pada prinsipnya kepuasan (guna/utility) dapat
dibedakan menjadi dua:
1) Nilai Guna Total/ Total Utility / TU
Jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.
2) Nilai Guna Marginal /Marginal Utility/ MU
Pertambahan (pengurangan) kepuasan sebagai akibat
dari pertambahan (pengurangan penggunaan satu
unit barang tertentu.

6.3 Hukum Gossen I dan Hukum Gossen II


Hukum Gossen I (Hukum nilai guna yang semakin
menurun / the law of diminishing (descreasing marginal utility):

“ Jika pemenuhan kebutuhan akan suatu jenis barang


dilakukan secara terus-menerus, maka rasa nikmatnya
mula-mula akan tinggi, namun semakin lama
kenikmatan tersebut semakin menurun sampai
akhirnya mencapai batas jenuh.

Barang X 0 1 2 3 4 5 6 7
TU 0 7 13 16 18 19 19 18
MU - 7 6 3 2 1 0 -1

Tabel 6.1 Nilai Guna Total (TU) dan Nilai Guna Marginal (MU)

44 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


Dari gambar di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Selama marginal utility positif, total utility naik
2. Selama marginal utility negatif, total utility turun
3. Pemenuhan kebutuhan akan diteruskan hingga total
utility mencapai maksimum dan marginal utility
menjadi nol.

Pemuasan maksimum jika marginal utility sama dengan


nol. Makin banyak yang dimiliki makin rendah marginal
utilitynya.

Pengantar Ekonomi Mikro │ 45


Hukum Gossen II (Hukum menyamaratakan guna marginal
setiap rupiah):

Kepuasan yang maksimum tercapai apabila guna


marginal dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk
masing-masing barang dan jasa telah sama besarnya.

Secara matematik hukum tersebut dirumuskan dalam bentuk


persamaan sebagai berikut:

Mux = Muy= Mun


Px Py Pn

Keterangan:
Mu = guna marginal
x,y,n = barang yang dibeli
P = harga barang yang bersangkutan

Contoh:
Seorang yang menkonsumsi dua macam barang yaitu
barang X dan barang Y. Harga barang X per unit Rp 2.000 dan
harga barang Y per unit Rp 1.000. Jumlah uang yang
dibelanjakan sebesar Rp 12.000.
Hubungan barang X dan Y dengan TU dan Mu dapat
terlihat pada tabel berikut:
Hubungan barang X dengan TU dan MU
Barang X (unit) TUx Mu x
1 16 16
2 30 14
3 42 12
4 52 10
5 60 8
6 66 6
7 70 4
8 72 2

46 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


Hubungan barang Y dengan TU

Barang Y (unit) TUy Muy


1 11 11
2 21 10
3 30 9
4 38 8
5 45 7
6 51 6
7 56 5
8 60 4

Pertanyaan:
Berapakah jumlah barang X dan barang Y yang dapat dibeli
konsumen dengan uang sebesar Rp 12.000?

Jawab:
Kombinasi Kemungkinan pembelian Total Uitility yang
Diperoleh dari pembelian barang X dan Barang Y

Kombinasi Kemungkinan pembelian Total Uitility yang


diperoleh dari pembelian barang X dan Barang Y

Barang Barang TUx TUy Total


X Y
2 8 30 60 90
3 6 42 51 93
4 4 52 38 90
5 2 60 21 81
6 0 66 - 66

Pengantar Ekonomi Mikro │ 47


Bukti:

Teori perilaku konsumen: teori nilai guna ordinal/kurva


indiferen
Pada prinsipnya analisis kurva indeferen mengatakan
bahwa kepuasan sesorang tidak dapat diukur secara
kuantitatif, misalnya dengan uang.
Jadi besar kecilnya kepuasan itu dapat dilihat dari
perbandingan antara beberapa kemungkinan jumlah barang
yang dikonsumsikan.

Kurva indiferen/ indeference curve/ kurva kepuasan sama:


“Suatu kurva yang menunjukkan titik-titik
kemungkinan kombinasi konsumsi dari dua jenis barang yang
memberikan kepuasan sama.”

Dengan perkataan lain, Kurva kepuasaan sama dapat


didefinisikan sebagai suatu kurva yang menggambarkan
gabungan barang-barang yang memberikan kepuasan yang
sama besarnya.

48 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


Titik Makanan Pakaian Tingkat
(Y) (X) Penggantian
A 10 2 -
B 7 3 3/1 = 3,0
C 5 4 2/1 = 2,0
D 4 5 1/1 = 1,0
E 3 7 1/ 2 = 0,5
F 2 10 1/3 =0,33

Tabel 6.2.
Makanan dan Pakaian yang Memberikan Kepuasan Yang
Sama

Kurva Indiferen:

Ciri kurva indiferen: Cembung terhadap titik origin.

Pengantar Ekonomi Mikro │ 49


Tingkat pengembalian marginal/ Marginal Rate of
Substitution (MRS):
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa seorang
konsumen mengkonsumsi makanan jauh lebih besar dari
pakaian.
Kepuasan dititik A sama dengan kepuasan titik B
dimana mengkonsumsi 7 makanan dan 3 pakaian. Perubahan
dari A ke B menunjukkan bahwa penambahan satu pakaian,
konsumen tersebut mengurangi 3 makanan. Besarnya tingkat
perubahan penggantian makanan terhadap pakaian adalah 3
dibanding 1. Tingkat perubahan ini disebut: Tingkat
penggantian marginal makanan terhadap pakaian. Atau
Marginal Rate of Y for X (MRSyx)

50 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


BAB 7
TEORI PERILAKU PRODUSEN
DAN BIAYA PRODUKSI

7.1 Perilaku produsen (Tingkah Laku Produsen/ Producer’s


Behavior)
“ Suatu tindakan seorang produsen untuk mendapatkan
keuntungan yang semaksimum mungkin dengan meng-
gunakan beberapa input yang dimilikinya”
Pada setiap kegiatan, seorang produsen terlebih dulu
harus membuat keputusan mengenai: apa yang akan
diproduksi, bagaimana cara memproduksinya, faktor
produksi yang digunakan dan jumlah barang/ jasa yang
dihasilkan
Hubungan antara jumlah barang yang dihasilkan dalam
suatu kegiatan produksi (output) dengan faktor-faktor
produksi yang digunakan dapat digambarkan dalam kurva
produksi.
Tujuan perusahaan: memaksimumkan keuntungan
(profit).
Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan
melebihi dari biaya produksi dan kerugian akan dialami
apabila hasil penjualannya kurang dari biaya produksi.

7.2 Fungsi Produksi (Production Function):


“Hubungan teknis antara faktor-faktor produksi (yang
disebut masukkan/input) dengan hasil produksinya (yang
disebut juga dengan produk/output).
Secara umum fungsi dapat ditulis dalam bentuk:

Q = f (K, L, R, T)

Pengantar Ekonomi Mikro │ 51


dimana:
Q = jumlah produksi yang dihasilkan
K = junlah stok modal
L = jumlah tenaga kerja yang meliputi berbagai tenaga
kerja dan keahlian
R = kekayaan alam
T = tehnologi

Ada tiga cara berproduksi:


1. Fixed input + fixed input  Output
2. Fixed input + variable input  Output  Short Run
Production
3. Variable input + variable input  Output  Long Run
Production.

7.3 Produksi Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Produksi jangka pendek (Short Production): Fixed input +


Variable input

a) Produk total / Total Product / TP


Jumlah produk seluruhnya yang dihasilkan.

b) Produk rata-rata / Average Product/ AP


Merupakan hasil pembagian total produk dengan
jumlah tenaga kerja (L) yang digunakan:

𝐓𝐏
AP =
𝐋

c) Produk Marginal/ Marginal Product / MP


Merupakan berapa jumlah tambahan produk total
yang akan diperoleh dari penambahan satu unit kerja:

52 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


Δ TP
MP =
ΔL

Contoh soal:
Tenaga Produk Produk Rata- Produk
Kerja Total rata Marginal
(L) (TP) (AP) (MP)
0 0 0 -
1 3 3 3
2 8 4 5
3 12 4 4
4 15 3 3/4 3
5 17 3 2/5 2
6 17 2 5/6 0
7 16 2 2/7 -1
8 13 1 5/8 -3

Tabel 7.1 Produksi padi pada sebidang tanah (1 Ha) dengan


berbagai input tenaga kerja per tahun

Gambar 7.1 Kurva TP, AP dan MP

Pengantar Ekonomi Mikro │ 53


Keterangan:
1. Penggunaan tenaga kerja sampai tingkat TP cekung (0-A),
maka AP & MP meningkat.
2. Penggunaan tenaga kerja sampai tingkat TP cembung (A-
C), maka MP menurun.
3. Penggunaan tenaga kerja yang menghasilkan TP
menurun (titik C), maka MP negatif.
4. Penggunaan tenaga kerja dimana garis lurus dari titik O
menyinggung kurva TP maka MP = AP dan AP berada
dalam posisi maksimum.

Kesimpulan:
1. Selama AP menaik, maka MP > AP
2. Selama AP menurun, maka MP < AP
3. Waktu AP maksimum, maka MP = AP
Kurva produk marginal yang menurun menggam-
barkan berlakunya Hukum Tambahan Hasil Yang Semakin
Kecil (Law Of diminishing returns):
“Bilamana satu macam input variabel ditambah
sedangkan input lainnya tetap, maka tambahan output yang
dihasilkan dari setiap tambahan input tadi, mula-mula akan
menaik, tetapi setelah mencapai titik tertentu, kemudian akan
menurun terus bila input tersebut ditambah terus.
Produksi jangka panjang (Long Run Production): Variabel
input + Variabel input :
Mesin Output yang Dihasilkan dari Kombinasi
A B C D E F
6 346 490 600 693 775 846
5 316 448 548 632 705 775
4 262 400 490 548 632 693
3 245 346 423 564 548 600
2 200 282 346 490 448 490
1 141 200 245 282 316 346
1 2 3 4 5 6
Buruh
Tabel 7.2 Hubungan antara mesin, buruh dan output yang
dihasilkan dari kombinasi

54 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


a) Berdasarkan tabel di atas, hasil sebesar 141 unit dan
seterusnya merupakan seluruh hasil yang diperoleh
selama produk (=produk total/TP).
141
Produk rata-rata (AP) = = 141
1

200 − 141
Produk marginal (MP) = = 59
2−1

b) Berdasarkan tabel di atas, misalnya kita ingin


memproduksi sebesar 346 unit output maka jumlah
tersebut dapat dihasilkan dengan berbagai kombinasi
buruh dan mesin.

Kombinasi Mesin Buruh


A 6 1
B 3 2
C 2 3
F 1 6

Tabel 7.3. Output = 346 unit

Pengantar Ekonomi Mikro │ 55


Kurva Isoquant (Isoquant Curve):
“Suatu kurva yang menggambarkan kombinasi dari dua atau
tiga macam input variabel yang menghasilkan output yang
sama.”

Contohnya: pada output sebesar 346 unit.

Sifat-sifat Kurva Isoquant:


1. Cembung kearah titik origin
2. Menurun dari kiri atas ke kanan bawah
3. Kurva isoquant yang terletak di kanan atas
menunjukkan jumlah produksi yang lebih banyak
4. Antara kurva yang satu dengan yang lainnya tidak
dapat saling berpotongan
5. Slope kurva isoquant dapat negatif dan positif
Hubungan antara pertambahan variable input dan output
(Returns to Scale), ada tiga macam:
1. Increasing returns to scale: misal, input naik sebesar 4 %
maka output naik sebesar 10 %.
2. Constant returns to scale: misal, input naik sebesar 4 %
maka output naik sebesar 4 %
3. Decreasing returns to scale: misal, input turun sebesar 6
%, maka output tutun sebesar 4 %.

7.4 Pengertian Biaya (Cost)


“Semua beban yang harus ditanggung untuk
menyediakan barang agar siap untuk dipergunakan
konsumen, baik betul-betul dikeluarkan (explicit cost) maupun
yang tidak betul-betul dikeluarkan, misalnya dari milik
sendiri (implicit cost).
Biaya berdasarkan waktu
1. Dalam jangka pendek/ Short Run terdiri dari biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

56 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


2. Dalam jangka panjang / Long Run hanya terdapat biaya
variabel (variable cost).

7.5 Biaya-Biaya Jangka Pendek dan Jangka Panjang


Biaya jangka pendek (Short Run Production) ada tujuh
macam biaya.
1) Biaya tetap total / Total Fixed Cost/ TFC
Biaya yang jumlahnya tidak tergantung pada besar
kecilnya kuantitas produksi. Misalnya penyusutan
mesin dsb. Input tetap X harga input tetap.

2) Biaya variabel total/ Total Variable Cost/ TVC


Biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Input
variabel x harga input variable.

3) Biaya Total / Total Cost / TC


Jumlah dari biaya tetap total dan biaya variabel total.

TC = TFC + TVC

4) Biaya tetap rata-rata/ Average Fixed Cost/ AFC


Diperoleh dengan cara membagi biaya tetap total de-
ngan jumlah yang dihasilkan.

TFC
AFC =
Q

5) Biaya variabel rata-rata / Average Variable Cost /


AVC
Diperoleh dengan membagi biaya variabel total de-
ngan kuantitas produksinya.

TVC
AVC =
Q

Pengantar Ekonomi Mikro │ 57


6) Biaya rata-rata/ Average Cost / AC
Diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap rata-rata
dengan biaya variabel rata- rata. Atau dengan mem-
bagi biaya total dengan jumlah produk yang di-
hasilkan.

TC TFC TVC
a) AC = atau AC = +
Q Q Q

b) AC = AFC + AVC

7) Biaya marginal/ Marginal Cost / MC


Tambahan biaya total dibagi dengan tambahan
produk.
Δ𝑇𝐶
MC =
Δ𝑄

8) Biaya jangka panjang (Long Run Production)


Biaya produksi jangka panjang tidak ada biaya tetap
dan yang ada hanya biaya variabel yang terdiri dari:

1) TVC = TC

TC
2) AC =
Q

Δ TC
3) MC =
ΔQ

58 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


BAB 8
TEORI PASAR

8.1 Pengertian Pasar

Pasar dalam teori ekonomi adalah kumpulan dari


seluruh permintaan dan penawaran dari barang-barang dan
jasa-jasa.
Menurut bentuk fisiknya, pasar terdiri atas pasar
konkret dan pasar abstrak. Pasar Konkrit adalah tempat
dimana berkumpul para pembeli dan pejual untuk memper-
dagangakan barang-barang. Sedangkan pasar abstrak terjadi
apabila barang-barang yang diperdagangkan tidak ada di
pasar. Hubungan antara permintaan dan penawaran
dilakukan secara tidak nyata atau secara tertulis. Contohnya:
bursa saham.
Dipandang dari sudut geografis, pasar dibagi menjadi
tiga macam:
1. Pasar lokal: hanya meliputi suatu tempat tertentu dimana
biasanya diperjualbelikan keperluan sehari-hari.
Contoh, bahan-bahan makanan.
2. Pasar regional: meliputi daerahnyang agakluas.
Perdagangn barang-barang dikirim dari satu daerah
kedaerah lain. Contoh, sayur manyur didatangkan dar
Pulau Jawa.
3. Pasar dunia: meliputi daerah yang luas. Contoh, pasar
untuk karet.

Untuk menentukan bentuk sebuah pasar harus


diperhatikan:
a. Jumlah penjual dan jumlah pembeli
b. Barang yang diperjualbelikan apakah sejenis
(homogen) atau berbeda.

Pengantar Ekonomi Mikro │ 59


c. Bagaimana hubungan antara penjual dan pembeli
8.2 Pengolongan Bentuk-Bentuk Pasar
Dalam analisis ekonomi, bentuk pasar digolongkan
menjadi dua:
1) Pure Competition / Pasar Persaingan Murni.
Bentuk pasar ini, hanya terdapat pada teori ekonomi,
digunakan untuk membandingkan dengan bentuk –
bentuk pasar lainnya.
2) Non Pure Competition / Pasar Persaingan Tidak
Murni.
Bentuk pasar ini, yang dipakai dalam aktivitas
perekonomian.

Dilihat dari sudut sifat barang yang diperjualbelikan


dan banyaknya penjual, maka pasar di bagi:
1. Pure Competition dan Perfect Competition (Pasar
Persaingan Sempurna)
2. Non Pure Competition :
- Pasar Monopoli
- Monopolistic Competition (Pasar Persaingan
Monopoli)
3. Duapoli
4. Bilateral Monopoli

8.3 Ciri-Ciri Bentuk Pasar


Pure Competition (Pasar Persaingan Sempurna)
Ciri-Cirinya:
1) Pembeli dan penjual jumlahnya banyak sekali.
Pada kondisi seperti ini, maka tidak ada seorang
penjualpun yang dapat mempengaruhi harga atau
jumlah produk yang ditawarkan.
2) Barang dan jasa yang ditawarkan homogen.

60 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


Pada kondisi seperti ini, maka tidak ada seorang
penjualpun yang dapat menaikkan harga di atas harga
yang berlaku.
3) Tidak ada rintangan dalam memasuki suatu pasar.
Pada kondisi seperti ini, berarti setiap orang yang
ingin mendirikan perusahaan akan memperoleh
kebebasan untuk melaksanakannya atau tidak.

Perfect Competition (Pasar Persaingan Sempurna)


Merupakan penyempurnaan dari pasar persaingan
murni. Ciri-cirnya:
Sama dengan Pure Competition ditambah dengan:
4) Konsumen, pemilik produksi dan perusahaan
mempunyai pengetahuan mengenai harga dan biaya-
biaya yang sekarang mapun yang akan datang.

Monopoly (Pasar Monopoli):


Meliputi seorang penjual terhadap suatu jenis barang. Jadi
perubahan harga dari barang lain tidak mempengaruhi
harga dan jumlah barang yang dijual oleh seorang penjual
(Monopolist).

Ciri-cirinya:
Terdapat apabila penjualan suatu barang diproduksi dan
ditawarkan oleh seorang penjual tunggal (Monopolist).
Monopsoni: permintaan dikuasai oleh seorang pembeli
tunggal.
Dalam praktiknya, kita selalu berhadapan dengan bentuk
pasar Monopolistic Competition (Pasar Persaingan
Monopolistis).
Monopolistic Competition (Pasar Persaingan Monopolistis)
dibagi dalam dua bentuk:
1. Banyak penjual
2. Sedikit penjual

Pengantar Ekonomi Mikro │ 61


Monopolistic Competition (Pasar Persaingan
Monopolistis) dengan banyak penjual:
Ciri-cirinya:
1) Banyaknya penjual tidak mempunyai pengaruh
timbal balik satu sama lainnya.
2) Seorang penjual tidak dapat mempengaruhi harga.
3) Perusahaan-perusahaan biasanya kecil.
4) Barang yang diperjual belikan mempunyai perbe-
daan tertentu.
Monopolistic Competition (Pasar Persaingan Monopolistis)
dengan sedidkit penjual (Oligopoly):
Ciri-ciri:
1) Sedikit penjual dan alat hubungan timbal balik diantara
para penjual.
2) Tidak mudah mendirikan perusahaan sejenis. (Ini
disebabkan perusahaan biasanya berskala besar).
3) Barang yang diperjual belikan bisa sejenis dan berbeda.

Sedikit pembeli disebut: Oligopsonis.


Duopoli:
Bentuk pasar dimana penawarannya dikuasai oleh dua orang.
Bilateral Monopoli:
Bentuk pasar dimana seorang penjual tunggal (Monopolist)
berhadapan dengan seorang pembeli tunggal (Monopsonis).

8.4 Praktik Penetapan Harga


Hasil Badan Usaha (Revenue):
1) Penerimaan (Revenue)
Sejumlah uang diterima dari penjualan sejumlah
produk yang dihasilkan.
Penerimaan Total / Total Revenue (TR)
Dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan
barang yang dijual dengan harganya. TR = Q X P
2) Penerimaan Rata-rata / Average Revenue (AR)

62 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


Dapat diperoleh dengan jalan membagi penerimaan
total dengan jumlah satuan barang yang dijual. AR =
TR : Q

3) Penerimaan Marginal / Marginal Revenue (MR)


Tambahan hasil atas TR dibagi dengan jumlah
tambahan barang yang dijual (produk).

Δ 𝑇𝑅
MR =
Δ𝑄

Quantity Harga Total Average Marginal


(Q) (P) Revenue Revenue Revenue
(TR) (AR) (MR)
0 50 0 0 -
1 50 50 50 50
2 50 100 50 50
3 50 150 50 50
4 50 200 50 50
5 50 250 50 50
6 50 300 50 50
7 50 350 50 50
8 50 400 50 50
9 50 450 50 50
10 50 500 50 50

Tabel 8.1 Penerimaan Total, Rata-rata dan Marginal


Pasar Persaingan Sempurna

Berdasarkan tabel di atas, dapat digambarkan kurva TR ,AR


dan M

Pengantar Ekonomi Mikro │ 63


Penerimaan

TR
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
jumlah barang
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penerimaan

100
P= AR = MR
50

jumlah barang
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

8.5 Keseimbangan Perusahaan


Tujuan Pengusaha dalam berproduksi yaitu mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya tetapi apabila rugi
bagaimana menekan kerugian sekecil mungkin. Keuntungan/
laba/ profit merupakan Selisih antara penerimaan total dan
biaya total (Laba = TR –TC).
Apabila telah dicapai keuntungan total maksimum maka
dikatakan: Perusahaaan dalam posisi keseimbangan.

64 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


Ada tiga kondisi yang menentukan suatu perusahaan:
1. Apabila P > AC, perusahaan mendapatkan laba.
2. Apabila P = AC, perusahaan tidak mendapatkan laba
/ tidak menderita rugi.
3. Apabila P < AC, perusahaan menderita rugi, karena
AC = AFC + AVC maka:
a) Apabila P = AVC, perusahaan mendapatkan
kerugian yang terendah
b) Apabila P < AVC, perusahaan ditutup, sebab
tambahan penerimaan telah dipakai untuk
membayar biaya variabel tidak ada sisa yang dapat
dipakai untuk membayar biaya tetap.
Keseimbangan perusahaan tercapai pada:
1. Pasar persaingan sempurna apabila: P = AR = MR
2. Pasar persaingan tidak sempurna apabila: P = AR >
MR akan tetapi keseimbangan perusahaan selalu
tercapai bila MR =MC
Keuntungan atau kerugian perusahaan dapat dihitung
melalui dua pendekatan, yakni Pendekatan total dan
Pendekatan Marginal.

1. Pendekatan total
Q P TR TC Keuntungan
0 8 - 200 - 200
100 8 800 1.200 - 400
200 8 1.600 2.100 - 500
300 8 2.400 2.400 0
400 8 3.200 3.150 + 50
500 8 4.000 3.300 + 700
600 8 4.800 4.100 + 700
700 8 5.600 5.520 + 80
800 8 6.400 6.400 0
900 8 7.200 7.300 - 100

Tabel 8.2 Keuntungan Perusahaan Pada Pasar Persaingan


sempurna

Pengantar Ekonomi Mikro │ 65


Kurva TR dan TC

Perusahaan memperoleh keuntungan maksimum pada


600 unit barang dengan keuntungan sebesar 700. Titik A dan
titik B merupakan titik pulang pokok (break even point).

2. Pendekatan Marginal
Q P MR TC MC AC Laba / Rugi
Per Total
unit
100 8 8 1.200 12 12 -4 - 400
200 8 8 2.100 9 10,50 - 2,50 - 500
300 8 8 2.900 8 9,67 - 1,67 - 501
400 8 8 3.500 6 8,75 - 0,75 - 300
500 8 8 3.900 4 7,80 + 0,20 +100
600 8 8 4.700 8 7,83 + 0,17 +102
700 8 8 5.800 11 8,29 - 0,29 - 203
800 8 8 7.500 17 9,38 - 1,38 - 1.104

Tabel 8.3 Keuntungan perusahaan pada Pasar Persaingan


Sempurna

66 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


Perusahaan akan berada dalam keadaan keseimbangan
pada saat : MR = MC= 8 dengan output sebesar 600 unit.
Pada saat MR = P = 8 dan AC = 7,38.
Keuntungan perusahaan = 8 – 7,83 unit = 0,17 unit.
Keuntungan total = 0,17 x 600 = 102.

Kurva AC dan MC :

Penerimaan

MC

16

14

12 AC

10

0 100 200 300 400 500 600 700 800 Q

Keseimbangan pada Pasar Persaingan Sempurna

Pengantar Ekonomi Mikro │ 67


Keterangan:
Laba maksimal = MR = MC
Harga perunit = BQ
Biaya perunit = EQ -
Laba perunit = BE

Laba total = BE X AB = ABDE

Keterangan:
Apabila Rugi :
Harga perunit = AQ

68 │ Lydia Goenadhi & Nobaiti


Biaya perunit = BQ -

Rugi perunit = AB

Rugi total = AB X BC = ABCD

Keseimbangan pada Pasar Persaingan Monopoli

Keseimbangan pada Pasar Persaingan Monopoli

Pengantar Ekonomi Mikro │ 69

Anda mungkin juga menyukai