Anda di halaman 1dari 18

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN

Teori tingkah laku konsumen menganalisis :

 Mengapa membeli banyak jika harga rendah dan sebaliknya


 Penentuan jumlah dan komposisi barang yang akan dibeli dengan pendapatan yang akan
dibeli dengan pendapatan yang diperolehnya.

Pendekatan tingkah laku konsumen terdiri dari :

1. Pendekatan nilai guna kardinal (pendekatan marginal utility).


o Manfaat atau kepuasan yang diperoleh konsumen dapat dinyatakan secara
kuantitatif. yang bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (atau utility)
setiap konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan lain (utility
yang ber-sifat “cardinal”) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan atau
berat dari sekarung beras.

2. Pendekatan nilai guna ordinal (Pendekatan indifference curve)


o Dsini kepuasan tidak di kwantifisir, konsumen dalam memilih barang-barang yang
akan memaksimumkan tingkat kepuasan ditunjukan dengan bantuan kurva kepuasan
sama (indifference curve). yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa
kepuasan konsumen bisa diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa
tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah
tanpa mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah.

Pendekata nilai guna kardinal (marginal utility)

 Utility adalah kepuasan yang diperoleh satu orang dari mengkonsumsikan barang-
barang.

 Nilai guna total adalah jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi
sejumlah barang tertentu.

 Nilai guna marginal adalah tambahan kepuasan akibat dari pertambahan satu unit
barang tertentu.

Marginal utility :

Assumsi : a. Utility bisa di ukur


b. Berlaku law of diminishing marginal utility (hukum nilai guna marginal yang
semakin menurun ), yaitu : tambahan nilai guna yang diperoleh seseorang dari
mengonsumsikan sesuatu barang akan semakin sedikit apabila orang tersebut
terus-menerus membawa konsumsi keatas barang tersebut.

c. konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.

Pada saat total utility maksimum maka marginal utility sama dengan nol Tumax → Mu = 0

Pada tingkat harga barang x sebesar opx.

Tingkat konsumsi lebih rendah dari ox2, tingkat kepuasan total belum mencapai maxsimum.

 Pada tingkat konsumsi sebesar Ox1.

Setiap tambahan pembelian 1 unit, kepuasan bertambah XiB sedangkan pengoranan adalah
XiA terjadi pertambahan kepuasan AB.

 Pada tingkat konsumsi OX2→ Total utility maksimum

Pengorbanan =kepuasan

Kalau tingkat konsumsi lebih dari OX2, total utility belum maksimum.

 Pada tingkat konsumsi OX3, tambahan kepuasan X3E sedangkan pengorbanan X3D.

Kepuasan total maksimum tercapai bila :

PX = Mu → Mux = 1

Px

Artinya :

konsumen akan mencapai kepuasan total yang maksimum pada tingkat konsumsi
dimana pengorbanan untuk pembelian unit terakhir dari barang tersebut adalah
sama dengan kepuasan tambahan yang di dapat dari unit terlakhir tersebut.
Semakin banyak barang x yang dikonsumsi, semakin kecil mux yang diperoleh.
Memaksimuman nilai guna

Syarat utiliten maksimum adalah : perbandingan antara margin


utility dua harga,untuk setiap barang yang dikonsumsi.

Kalau yang dikonsumsi misalnya : barang X,Y & 2, maka utilitas


maksimum terhadap barang tersebut adalah

Mux = Muy = Muz

Px Py Pz

Contoh : apabila seorang konsumen membeli durian & mangga, total utility dari masing
masing buah tersebut table berikut :

Total
Jumlah Marginal MUD Jumlah MUM
Utility TU MU
Durian Utility Mangga
(TU) Pd PM

1 30 30 0.06 1 25 25 0.05
2 46 16 0.032 2 38 13 0.026
3 58 12 0.024 3 51 13 0.026
4 68 10 0.02 4 60 9 0.018
5 76 8 0.016 5 67 7 0.014
6 83 7 0.014 6 72 5 0.01

Jika harga durian dan mangga Rp 500, berapa jumlah durian & mangga yang akan di beli bila
pendapatan nya Rp 2500 ?

M = Px.Qx + Py.QY

M = Pendapatan

Px = Harga durian

Qx = Jumlah durian
Py = Harga mangga

Qy = Jumlah mangga

M = Pd Qd + Pm Qm

2500 = 500(2) + 500(3)

2500 = 1000 + 1500

Ada dua fakrtor yang menyebabkan permintaan terhadap suatu barang berubah jika harga barang
tersebut berubah

1. Efek penggantian

perubahan harga suatu barang merubah nilai guna marginal per rupiah dari barang yang
mengalami perubahan harga tersebut.

Bila P ↑ → Mu / p dari barang tersebut semakin kecil

Contoh:

Mux Muy → Nilai guna akan bertambah tinggi apabila konsumen membeli barang Y

Px Py

2. Efek pendapatan

Kalau pendapatan tetap, kenaikan harga menyebabkan pendapatan riel menjadi kecil.
Kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang

Paradoks nilai

Contoh: air dan berlian

Air → barang yang sangat berharga tetapi harganya murah.

Berlian → bukan barang yang penting tapi harganya sangat mahal.

Ada dua alasan:


1. Perbedaan dalam ongkos produksi.
2. Nilai guna marginal yang sangat berbeda.

Nilai guna marginal dari air rendah →Kebutuhan pokok

Nilai guna marginal dari berlian tinggi →Kebutuhan tambahan

Surplus konsumen

Adalah ; perbedaan antara kepuasan yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsikan sejumlah
barang dengan pembayaran untuk memperoleh barang tersebut.

Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar dari pasa pembayaran yang di lakukan.

Sebagai contoh: Konsumsi durian

Harga yang Surplus Konsumen


Jumlah Konsumsi
bersedia dibayar Bika Harga Durian Total
Durian
konsumen Rp 700 per Buah
1 Rp 700 Rp 1.000 Rp 1.000
2 Rp 1.500 Rp 800 Rp 1.800
3 Rp 1.300 Rp 600 Rp 2.400

Analisis Kepuasan Sama

Indifference Curve (Kurva kepuasan sama) adalah kurva yang memberikan berbagai kombinasi yang
memberikan kepuasan yang sama.

Utiliti 100 Utiliti 118


Produk (Y) Jasa (X) Produk (Y) Jasa (X)
2 10 4 10
4 6 5 8
5 5 7 6
9 3 10 5
IC2=118

MRS untuk IC1. Jika Y, 24, maka X, 106

Budget Line (Garis Anggaran)

Total anggaran = Pengeluaran untuk produk Y + Pengeluaran untuk Jasa X

= Py Qy + Px Qx

Berikut ini disajikan contoh.

Py =Rp 250 per unit dan Px = Rp 100 per unit dengan anggaran Rp 1.000, Rp 1.500, dan Rp 2.000

Jika anggaran untuk membeli produk Y atau X, maka akan diperoleh produk Y atau X sebanyak:

Qy = = 4 unit dan Qx = = 10 unit

Garis anggaran yang relevan = B = 250 Y + 100 X

Anggaran Rp 1.000 Anggaran Rp 1.500 Anggaran Rp 2.000


Produk Jasa Produk Jasa Produk Jasa
4 0 6 0 8 0
0 10 0 15 0 20
U1=100

U2=118

Anggaran Rp 1.000 tidak cukup untuk keranjang belanja yang terletak pada U1=100 atau U2 =118

Pengeluaran minimum sebesar Rp 1.500 diperlukan untuk mencapai tingkat utiliti U1 = 100 dan
pengeluaran minimum diperlukan untuk mencapai tingkat utiliti U2 = 118.

Jika Py turun dari Rp 250 menjadi Rp 150 dan menjadi Rp 75 dan Px tidak berubah. Anggaran Rp
1.500.

Anggaran Rp 1.500
Produk Jasa Produk Jasa Produk Jasa

Rp 250 Rp 100 Rp 150 Rp 100 Rp 75 Rp 100


4 0 12 0 24 0
0 15 0 15 0 15

U2=100

U2=118

Jadi maksimum produk yang dapat diperoleh dengan harga produk Rp 250 per unit adalah 6 unit,
dengan harga Rp 150 per unit adalah 12 unit, dan dengan harga Rp 75 per unit adalah 24 unit.

Pada saat harga produk berubah, konsumen terpengaruh dalam dua hal:

a). Pengaruh pendapatan (Income Effect) yakni peningkatan (penurunan) seluruh


konsumsi yang dilakukan sebagai akibat dari penurunan (kenaikan) harga.

b). Pengaruh substitusi (Substitution Effect) yakni perubahan konsumsi secara relatif yang terjadi
pada saat konsumen mengganti produk yang lebih mahal dengan produk yang berharga lebih
murah.
Jika diketahui PY = Rp 250 per unit dan PX = Rp 100 per unit dengan U1 = 100 merupakan tingkat
kepuasan yang tertinggi yang dapat dicapai dengan anggaran sebesar Rp 1.500. Hal ini menjadikan
konsumsi jasa sebanyak 10 unit dan produk sebanyak 2 unit.

Perubahan harga dan pendapatan terhadap kepuasan konsumen.

a. Perubahan pendapatan barang b. Perubahan harga konsumsi

SOAL.

1. Konsumen menghadapi barang X dan Y dengan harga Px dan Py adalah $ 10.000 per unit.
Anggaran konsumen $ 80.000

Q 1 2 3 4 5 6 7 8
MUx 11 10 9 8 7 6 5 4
MUy 19 17 15 13 12 10 8 6

a. Tunjukkan konsumen harus memberlanjakan pendapatan untuk memaksimalkan TU!

b. Berapa TU dalam kondisi ekuilibrium

c. Nyatakan dalam persamaan matematis kondisi ekuilibrium tersebut.

JAWAB

a.

=  =
b.
X 11 10 21
Y 19 17 15 13 12 10 86
107

c.

80.000 = 10.000 (2) + 10.000 (6)

2. Konsumen menghadapi barang X dan Y dengan harga Px = $ 4.000 dan Py= $ 2.000 per
unit. Anggaran konsumen $ 80.000

Q 1 2 3 4 5 6 7 8
MUx 20 18 16 14 10 8 6 4
MUy 28 24 20 16 12 8 4 0

a. Tunjukkan konsumen harus memberlanjakan pendapatan untuk memaksimalkan TU!

b. Berapa TU dalam kondisi ekuilibrium

c. Nyatakan dalam persamaan matematis kondisi ekuilibrium tersebut.

Daftar pustaka:

1. Catatan: Bapak Jakfar,SE.MM

Dosen Universitas Jayabaya

2. kuswanto.staff.gunadarma.ac.id

http://www.google.co.id/search?q=teori+tingkah+laku+konsumen+
doc&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-

US:official&client=firefox-a

Teori Nilai Guna (Utility)


A. PENDAHULUAN

Setiap individu ataupun rumah tangga pasti mempunyai perkiraan tentang berapa pendapatanya
dalam suatu periode tertentu, misalkan satu tahun. Dan mereka juga pasti mempunyai suatu
gambaran tentang barang - barang atau jasa - jasa apa saja yang akan mereka beli. Tugas setiap
rumah tangga adalah bagaimana mereka bisa memaksimalkan pendapatan mereka yang terbatas
untuk mendapatkan dan memenuhi semua kebutuhan sehingga bisa mencapai kesejahteraan. Tapi
ternyata hampir tidak satupun individu atau rumah tangga yang berhasil dalam tugasnya tersebut.
Sampai pada tingkat tertentu, kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya keterangan - keterangan
yang tidak tepat dan ada juga alasan - alasan lain seperti pembelian - pembelian secara impulsif.

Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum dengan pendapatan yang
terbatas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk
menganalisa pembentukan permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan digunakan
beberapa asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi. Disini kita akan mempelajari
tentang teori nilai guna ( utility ).

Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk
menerangkan kelakuan individu dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya.
Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-
prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berfikir secara rasional
dalam memilih berbagai barang keperluannya. Disini kita juga akan mempelajari bagaimana suatu
barang bisa memmberikan kenikmatan terhadap individu dan bagaimana barang itu akhirnya sama
sekali tidak bisa memberikan kenikmatan terhadap seseorang.

B. TEORI PERILAKU KONSUMEN

Teori perilaku konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi
barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga barang tertentu pula sedemikian rupa agar
konsumen mencapai tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan
sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum satisfaction). Dan,teori ekonomi
menganggap bahwa maximum satisfaction itu adalah tujuan akhir konsumen.

Sebelum kita mempelajari tentang tingkah laku konsumen lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui
beberapa anggapan - anggapan sederhana yang biasa menjadi patokan untuk menganalisa
pembentukan garis permintaan dari suatu barang secara lebih tepat, tanpa menyimpang dari realitas
ekonomi.

1. Barang dan jasa yang dikonsumsi biasanya disebut komoditi. Komoditi adalah sesuatu yang
memberikan jasa konsumsi ( consumption services ) terhadap konsumen persatuanwaktu tertentu.

2. Setiap konsumen dianggap tahu macam barang dan jasa yang tersedia di pasar, kapasitasteknis
masing - masing barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen dan tingkat harga masing -
masing.

3. Konsumen dianggap tahu secara pasti mengenai jumlah uang yang akan dibelanjakanya selama
periode perencanaan tertentu.

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
2. Pendekatan nilai guna ordinal

Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal

Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap
manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat
diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai
macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari
berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu
keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.

Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran kebahagian. Utility dianggap bahwa
ukuraan kemampauan barang / jasa untuk memuaskan kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai
konsumen tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
Sehingga dapat ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :

U = f ( X1, X2, X3………, Xn )

U : besar kecilnya kepuasan:


X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.

Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis dan jumlah barang atau
jasa yang dikonsumsi.

Pendekatan nilai guna ordinal

Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang
diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur.

Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan
cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.

Persamaan kardinal dan ordinal

Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam
mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu
pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .

Perbedaan kardinal dan ordinal

Nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam
bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.

Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal).
Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .

C. TEORI NILAI GUNA ( UTILITY )

Pengertian Teori Nilai Guna ( utility )

Teori nilai guna atau utility yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang
diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-barang. Kalau kepuasan itu semakin
tinggi maka semakin tinggi nilai guna atau utility-nya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari
suatu barang maka utilitynya semakin rendah pula.

Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian:

Marginal utility (kepuasan marginal). Yaitu pertambahan/pengurangan kepuasan sebagai akibat


adanya pertambahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.
Total utility (total utility). Yaitu keseluruhan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah
barang-barang tertentu.
Sementara M Abraham Garcia-Torres dalam " Consumer Behaviour Theory : Utility Maximization and
the seek of Novelty " membagi nilai guna menjadi dua. Berdasarkan dua tindakan ekonomi yang
dilakukan konsumen, Dua tindakan ini saling berhubungan :

1. " Nilai Guna Keputusan ( Decision Utility )" yang berhubungan dengan Tindakan pembelian ( action
of Purchasing ) ". Dalam tindakan pembelian konsumen membeli beberapa barang pada waktu yang
bersamaan. dan sebelum melakukan pembelian konsumen harus memutuskan barang yang mana
yang akan dia beli.

2. " Nilai Guna Pengalaman (Experienced Utility ) " Yang berhubungan Dengan Tindakan Konsumsi (
action of Consumption ) dengan kapasitas pemenuhan kepuasan dari barang tersebut.

Marginal utility ( kepuasan marginal )

Yaitu pertambahan / pengurangan kepuasan sebagai akibat adanya pertambahan/pengurangan


penggunaan satu unit barang tertent
Secara matematis dapat dicari dengan rumus :

MUx =

MU = Marginal Utility
U = utility
X = barang yang dikonsumsi

Hukum marginal utility yang semakin menurun / Law of Diminishing Marginal Utility :
“ apabila tambahan nilai guna yang akan diperoleh dari seseorang dari mengkonsumsi suatu barang
akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya dan
pada akhirnya tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negative”

Konsep nilai guna (utility) bisa menjelaskan kelemahan berupa paradok antara kegunaan suatu
barang dengan harganya. Seperti tentang durian, dimana sampai titik tertentu Anda tidak mau lagi
memakannya, bahkan jika buah durian itu diberikan secara gratis. Hal ini menunjukkan bahwa
tambahan kepuasan yang diberikan dari tiap tambahan unit barang yang dikonsumsi semakin
berkurang. Inilah yang disebut Law of Diminishing Marginal Utility.

Contoh ;

Surplus konsumen terjadi jika harga yang dibayarkan oleh konsumen terhadap suatu barang lebih
tinggi dari harga pasarnya. Surplus konsumen akan terus naik jika konsumen terus membeli produk
sampai unit tertentu dan menghentikannya, karena jika diteruskan konsumen tidak akan
mendapatkan surplus lagi.

Pemaksimuman nilai guna

Setiap orang berusaha memperoleh dan untuk memaksimumkan kepuasan dari barang yang
dikonsumsinya. Jika hanya terdapat 1 jenis barang pemaksimuman nilai guna tidaklah rumit dalam
pengukurannya. Tetapi pemaksimuman nilai guna akan rumit apabila lebih dari 1 jenis barng.
Kerumitan tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan harga masing-masing barang. Oleh karena
itu syarat pemaksimuman nilai guna tidak lain adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli
unit tambahan dari berbagai jenis barang,harus memberikan nilai guna yang sama besarnya.

Contoh : ada 2 barang A dan B, barang A harganya 3x barang B sedangkan nilai guna marginalnya
sama antara nilai barang A dan B. Syarat lain dari pemaksimuman nilai guna adalah apabila
perbandingan harga dan nilai guna masing-masing barang itu adalah sama. Misalnya makanan dan
pakaian,1 unit makanan hargnya 500 dan 1 unit pakaian harganya 50.000 nilai guna marginal
keduanya untuk makanan adalah 10 dan unuk pakaian adalah 50.Andai kata konsumen tesebut
mempunyai uang 50.000 kepada barang apakah akan dibelanjakan?

MU.Barang A = MU Barang B
P.A = P.B
P= price
MU = marginal utility

Efek Penggantian

Perubahan harga suatu barang akan mengubah nilai marjinal utility/rupiah dari barang yang
mengalami perubahan harga tersebut apabila harga suatu barang makin naik maka nilai marginal
rupiah akan semakin rendah dan sebaliknya apabila suatu barang mengalami penurunan harga maka
nilai marginal utility/rupiah akan semakin tinggi.

Beberapa alasan yang menyebabkan suatu barang harganya menjadi mahal adalah kelangkaan dan
biaya produksi. Air jauh lebih mudah didapat dari barang lain, intan misalnya. Sehingga wajar jika
intan lebih mahal daripada air karena intan jauh lebih langka. Demikian juga dengan biaya produksi
untuk mendapatkan air jauh lebih murah daripada biaya produksi intan.

Efek pendapatan

Efek pendapatan terjadi dari berubahnya harga suatu barang (naik atau turun). Jika harga barang X
naik, maka tambahan kepuasan dari mengkonsumsi satu unit barang tersebut menjadi turun per
harga barangnya. Hal ini menyebabkan turunnya permintaan akan barang X. Sebaliknya jika harga
barang Y turun, maka tambahan kepuasan dari mengkonsumsi satu unit barang tersebut menjadi
naik per harganya, sehingga permintaan akan barang Y naik.

Jika pendapatan tidak berubah (tetap) sedangkan harga barang mengalami kenaikan maka
pendapatan rillnya mengalami penurunan.

Keseimabngan konsumen

Seorang konsumen dikatakan dalam kondisi seimbang jika telah mengalokasikan dananya yang
terbatas diantara berbagai macam barang dan jasa sedemikian rupa sehingga realokasi dana tidak
akan menaikan total utility yang diperolehnya dari konsumsi barang tersebut. Berarti dalam konsdisi
ini konsumen telah membelanjakan semua dananya dan kepuasan yang diperoleh adalah
maksimum.

M = Qx . Px + Qy . Py
=
U = f (Qx, Qy)
Q = jumlah barang yang dikonsumsi
P = harga barang
U = total Utility
M = Kepuasan Maksimal

Jadi bias dikatakan bahwa pada saat konsumen mencapai keseimbangan semua dana telah
dibelanjakan dan memberikan suatu tingkat kepuasan maksimum, sehingga kepuasan yang didapat
dari tiap rupiah terakhir yang dibelanjakan pada berbagai komoditi adalah sama karena berlakunya
hokum Law of Diminishing Marginal Utility.

Menurunkan Fungsi Permintaan


Untuk dapat menurunkan fungsi permintaan linier suatu barang kita memerlukan dua kondisi
keseimbangan konsumen . dimana keseimbangan berubah karena adanya perubahan harga barang
tersebut cateris Paribus. Kondisi Cateris Paribus diperlukan disini karena adanya fungsi permintaan
yang berubah hanya harga barang dan jumlah yang diminta dari barang tersebut. Sedangkan variable
– variable lain dianggap tetap.

Contoh : contohnya menyusul

Kondisi 1

Px = Rp 2,00
Py = Rp 1,00
M = Rp 12,00

Kondisi keseimbangan :
=
=
M = Qx . Px + Qy . Py
= ( 2 x 3 ) + ( 1 x 6)
= 12
Pada kondisi pertama ini keseimabngan konsumen tercapai saat konsumen membeli X = 3 dan Y = 6

Kondisi 2

Harga X turun namun variable yang lain tetap


Px = Rp 1,00
Py = Rp 1,00
M = Rp 12,00

Kondisi keseimbangan :
=
=
M = Qx . Px + Qy . Py
= ( 1 x 6 ) + ( 1 x 6)
= 12

Dari kedua kondisi ini kita dapat menurunkan kurva peermintaan barang X, karena kalau kita
perhatikan kondisi 1 dan 2 yang berbeda hanya harga X sementara yang lain tetap. Pada kondisi 1
harga barang X adalah Rp 2,00 per unit dan jumlah X yang dibeli adalah 3. pada kondisi kedua harga
X turun menjadi Rp. 1.00 dan jumlah X yang dibeli adalah 6 unit pada keseimbangan konsumen .
maka kalau kedua kondisi keseimbangn ini digambarkan , sbb :

Menyusul...

Kurva permintaan suatu barang dapat diturunkan dengan mencari 2 titik keseimbangan konsumen
dimana yang berubah hanya harga barang tersebut , sedangkan hal – hal yang lain tetap.

D. NILAI GUNA, BENTUK DAN BERHENTINYA KEBIASAAN.

Menurut M Abraham Garcia-Torres, Nilai Guna pada barang yang sama, dipengaruhi oleh tiga hal,
yaitu :

jangka waktu konsumsi barang yang sama.

daya ingat konsumen

kualitas barang
Jangka Waktu Konsumsi Barang

jika jangka waktu konsumsi cukup lama maka ingatan konsumen harus bekerja lebih keras untuk
membangkitkan pengalaman yang lalu. kemudian konsumen akan dapat menikmati konsumsi
berikutnya. karena jangka waktu berkurang, konsumen akan merasakan kebosanan pada barang
yang sama.

Daya Ingat Konsumen

Memori yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama diperlukan antara konsumsi untuk barang yang
sama. Pembuktian fakta ini, adalah bentuk kebiasaan yang lebih kuat antara orang dewasa dan anak
- anak. Dua kelompok ini dapat mengkonsumsi barang yang sama , atau melakukan hal yang sama
tapi mengalami kebosanan setelah jangka waktu yang berbeda, yaitu orang dewasa lebih cepat
bosan daripada anak- anak.

Kualitas Barang

Peningkatan kualitas barang (ceteris paribus) akan menyebabkan peningkatan nilai guna
pengalaman.

Lalu bagaimana kebiasaan terbentuk ? Konsumen mempelajari seberapa lama waktu yang dia
perlukan antara konsumsi yang satu dengan berikutnya. jika dia bisa mengkonsumsi barang tersebut
selamaya.

Bagaimana dia bisa menghentikan kebiasaan tersebut? Jika dalam proses perkembangan kebiasaan
dia berbuat kesalahan dan menurunkan waktu konsumsi barang , kemudian otaknya akan
mengembangkan rasa bosan pada barang tersebut. Rasa bosan tersebut mungkin semacam dia
tidak ingin mengkonsumsi barang itu lagi dalam jangka waktu yang lama dan selamanya. Pada poin
ini dia kan menghentikan kebiasaan . berdasarkan alasan ini kita bisa mengelompokan kebiasaan
konsumsi ini sebagai berikut :

Kecanduan : yaitu tindakan konsumsi barang dalam jangka waktu yang lama dan tidak bisa dihindari.
kecanduan biasanya terjadi pada Narkoba dan berjudi. tapi beberapa masyarakat masih menerima
beberapa kecanduan seperti pada teh, kopi, rokok dan seterusya yang dianggap sebagai kebiasaan.

Kebiasaan abadi : yaitu tindakan konsumsi barang dimana konsumen belajar bagaimana untuk
menghabiskanya. Ini berarti dia telah mencapai jangka waktu yang tepat untuk mengkonsumsi
barang tersebut tanpa menjadi bosan.

kebiasaan sesaat : yaitu tindakan konsumsi terhadap suatu barang yang akan memberikan nilai guna
kepada konsumen hanya untuk sesekali. setelah itu dia akan bosan pada barang tersebut. kalau
sudah begitu dia akan memiliki dua pilihan, tidak menggunakan barang itu lagi atau mencoba untuk
mencari barang sejenis dengan kualitas yang lebih baik dan masih memberikan dia nilai guna.

Mencari kenikmatan baru : konsumen membeli hanya karena rasa ingin tahu, dan akan menikmati
sampai kesenanganya hilang.ketika kesenanganya berlalu maka barang itu sudah tidak berguna lagi
bagi dia.

Kebiasaan abadi bisa berubah menjadi kebiasaan sesaat jika dia melakukan kesalahan dengan
mengkonsumsi barang tersebut terlalu banyak dalam jangka waktu yang singkat. begitu pula
kebiasaan sesaat bisa menjadi Kebiasaan abadi jika dia berusaha menggunakanya dengan
semestinya . Dengan kata lain klasifikasi mungkin saja berubah setiap saat . Tapi secara sederhan
kita bisa menyimpulkan bahwa jangka waktu antara konsumsi barang yang sama adalah tetap.
Dengan begitu kita bisa memahami dinamika Preferensi.
Konsumen Dan Kenikmatan Baru.

Bagaimana komoditas baru bisa meningkatkan nilai guna konsumsi? Dari Sudut Pandang konsumen,
ini merupakan rangsangan baru yang membuat mereka ingin memiliki pengalaman lebih banyak dan
membuat mereka merasa nyaman.

Kebanyakan rangsangan ini kita dapatkan lebih dari satu hari. rangsangan ini bukan berasal dari
belanja tapi bisa jadi dari pekerjaan, kita sendiri, dari teman keluarga dan lain-lain. Tapi untuk
sekarang dan akan datang kita juga mendapatkan rangsangan dari koran, buku baru, kaos baru dan
sesuatu yang kita beli.

Kenikmatan baru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Decision Utility. kenikmatan baru
membuat barang menjadi penting. tapi kenikmatan tersebut akan hilang seiring pertamabahan waktu.
Ada juga nilai intrinsik yang ditawarkan oleh barang kepada konsumen dalam kapsitasnya
membangkitkan nilai hedonistik positif. Dalam hal ini barang sangat potensial untuk menjadi
kebiasaan. Pertama kali seseorang merokok, dia melakukanya karena itu adalah hal yang baru bagi
dia dan dia ingin mencoba. Tapi sekali Kenikmatan itu hilang, kecanduan barang akan membuat
konsumen terus mengkonsumsi barang tersebut. Perokok biasa membeli rokok bukan karena
kesenangan tapi karena dia sudah tidak bias meninggalkanya.

Konsumsi dan Pembelian

Tidak ada yang abadi. Tidak ada sebuah barang didunia ini yang kekal. Meskipun mungkin saja ada
barang yang awet.. lalu apa saja yang membuat nilai guna dari suatu barang berakhir ?

Secara Fisik habis karena dikonsumsi

Rusak

Kita bosan dengan barang tersebut.

Ada beberapa barang yang bisa dinikmati dalam waktu singkat. jika konsumen suka maka dia akan
membelinya lagi. Ada juga barang setengah awet dan barang awet, nilai guna pengalaman akan
meluas seiring bertambahnya waktu. ketika konsumen membeli mobil, meja dan menikmatinya
selama bertahun - tahun. pada dasarnya barang-barang ini tidak termasuk dalam daftar belanjaan
biasa.

Nilai guna positif yang didapat dari barang setengah awet dan barang awet berati bahwa konsumen
memiliki kebiasaan abadi pada barang tersebut. Sebagai contoh, Sebuah meja bisa meberikan nilai
guna positif karena bisa digunakan untuk duduk ketika sedang makan, membaca atau bekerja. jika
kemampuan meja tersebut untuk membangkitkan kebiasaan tersebut berakhir karena rusak, berarti
untuk memenuhi kebiasaan tersebut kita harus membeli meja baru. Dengan kebutuhan untuk
membeli meja baru tersebut seorang konsumen mempengaruhi Ekonomi. Penyebab pembelian meja
tersebut adalah kebiasaan konsumen untuk mendapatkan nilai guna dari sebuah meja. Seberapa
cepat seorang konsumen menjadi bosan dengan barang memiliki dampak langsung terhadap
ekonomi. Penurunan secara terus menerus pada jarak antar konsumsi menghasilkan peningkatan
pengeluaran pada konsumsi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Berdasar tiga hal yang mempengaruhi kemampuan pemuasan dari suatu barang, dua hal adalah
bersifat fisik dan satunya tergantung otak konsumen. Jadi disini ada poin penting, kecepatan dalam
perubahan barang yang tidak menjadi rusak. Dasar ini sangat penting dan mungkin terbukti
ditentukan secara sosial. kita juga bisa menyimpulkan bahwa dasar ini bisa mempengaruhi
pertumbuhan dalam ekonomi. Di negara berkembang sebuah meja mungkin akan digunakan hingga
rusak, sementara di negara maju meja kan diganti ketika sudah ketinggalan jaman.

Daya tahan dan keawetan mungkin ditentukan sang produsen. ini juga mempengaruhi pertumbuhan.
Jadi cara untuk membuat Permintaan tetap, bukan dengan membuat barang yang sangat awet. Kita
mabil contoh Handphone, beberapa orang sekarang mungkin membuktikan bahwa permintaan telah
terpenuhi. tapi berapa lama sih masa hidup sebuah HP ? kebanyakan empat sampai 5 tahun. Masih
menjadi misteri mengapa tidak ada satu saja perusahaan yang membuat ponsel lebih tahan banting
malah kebanyakan membuat ponsel dengan menambahkan banyak fitur. Ini membuktikan kalau
pembuat ponsel mencoba menghindari berkurangnya permintaan pasar terhadap ponsel karena
ponsel terlalu awet.

Sekarang kita beralih dari satu orang konsumen kepada konsumsi sebuah negara. Anggap saja
konsumen selalu stabil dalam penggantian barang ( misal , mereka mengganti meja tiap sepuluh taun
atau berapapun tapi konstan pada tiap konsumen). kita anggap juga daya tahan barang rata - rata
sama., harga barang sama dan pendapatan konsumen juga sama. konsumen hanya bisa
memutuskan berapa banyak mereka ingin beli dan berapa banyak mereka ingin tabung. Jika kita bisa
mendapatkan semua konsumen berada pada situasi ini, Berarti tidak ada lagi kemungkinan pilihan
lain selain peningkatan pertumbuhan yang tidak berasal dari generasi dengan kebiasaan baru. Maka
produsen akan mencoba untuk menemukan sesuatu tanpa tujuan awal produksi “ menghasilkan
banyak dengan input seedikit”. Tapi dengan tujuan meyakinkan konsumen yang benar-benar butuh
barang baru. Hanya jika konsumen mumutuskan untuk membeli lebih banyak barang, GDP akan
meningkat. Ini membuktikan bahwa perubahan kualitas barang juga akan mempengaruhi peningkatan
GDP, tapi jika peningkatan kualitas tanpa diikuti peningkatan harga maka GDPnya akan sama.

E. TEORI PREFERENSI KONSUMEN

Ketika mengkonsumsi sejumlah komoditi dalam periode tertentu, Setiap konsumen akan
mendapatkan kepuasan ( satisfaction ) atau guna ( utiliTy ). Setiap konsumen selalu berusaha untuk
mendapatkan tingkat kepuasan semaksimal mungkin dari sejumlah pengeluaran yang sudah mereka
lakukan. untuk keperluan tersebut setiap konsumen harus bisa membuat urutan (rank) dari semua
untaian komoditi yang ada. Mereka harus bisa menentukan untaian komoditi mana yang lebih mereka
pilih, mana yang tidak dan mana yang relatif jika dibandingkan dengan yang lain.

Di dalam membuat Urutan preferensi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi :

Untuk setiap dua untai komoditi, misalkan A dan B, jika A memberi kepuasan yang lebih besar Maka
A yang harus dipilih dan bukan B, dan sebaliknya. Bila A dan B memberikan kepuasan yang sama
Maka konsumen bisa memilih A atau B ( A dan B indiferen )

Bila A dipilih dan bukan B, sedangkan B harus dipilih dan bukan C, maka A harus dipilih dan Bukan
C. (berlaku hubungan yang bersifat Transitif )

Bila untaian komoditi A terdiri dari unsur - unsur yang sama dengan B, sedangkan untuk setiap
unsurnya A lebih besar daripada B, maka A harus dipilih dan bukan B. tapi bila sebagian unsur -
unsur saja yang lebih besar sedangkan unsur - unsur yang lain lebih kecil atau sama, maka belum
tentu A harus dipilih jika dibandingkan B.

KESIMPULAN

1. Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
Pendekatan nilai guna ordinal

2. Teori Nilai Guna ( utility ) dibedakan menjadi dua yaitu :


Marginal Utility
Total Utility

3. Perubahan marginal utility suatu barang dipengaruhi oleh perubahan harga barang dan perubahan
pendapatan konsumen.

4. keseimbangan konsumen akan tercapai jika setiap tambahan dana yang dikeluarkan konsumen
untuk membeli barang, sudah tidak mampu lagi menaikan total utility barang tersebut.

5. Nilai Guna pada barang yang sama, dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :
jangka waktu konsumsi barang yang sama.
daya ingat konsumen
kualitas barang

6. Kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi barang bisa dikelompokan menjadi 4


Kecanduan
Kebiasaan abadi / kekal
Kebiasaan sesaat
Mencari kenikmatan baru

7. Nilai guna / manfaat dari suatu barang akan berakhir jika :


Secara Fisik habis karena dikonsumsi
Rusak
Kita bosan dengan barang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih Sri, “Ekonomi Mikro”, BPFE Yogyakarta 1999

Garcia-Torres M. abraham, “Consumer Behaviour Theory : utility Maximization and The seek Of
Novelty”, http:// garcia.unu-merit.nl 2004

Sudarman ari, Teori Ekonomi Mikro Buku 1, BPFE Yogyakarta. 1992

Teori Perilaku konsumen , http://matakuliah.wordpress.com

Teori Perilaku konsumen, http://mooott.wordpress.com

Winardi E.C, Teori Ekonomi Mikro, Tarsito bandung 1975

Anda mungkin juga menyukai