Anda di halaman 1dari 29

DESKRIPSI MATERI

PERTEMUAN 7 : PERILAKU KONSUMEN


MATA KULIAH : EKONOMI MANAJERIAL
DOSEN PENGAMPU : ROOS PRIJOBOWO

PENGANTAR
Konsumen adalah salah satu pelaku ekonomi yang selalu dihadapkan pada berbagai
alternatif pilihan, baik ketika mereka berada dipasar output (pasar produk) maupun di
pasar input (pasar faktor produksi). Di pasar produk (output), perilaku konsumen sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan dana yang dimiliki, selera dan harga produk itu sendiri.
Sedangkan di pasar faktor produksi khususnya pasar tenaga kerja, perilaku konsumen
sangat ditentukan oleh ketersediaan lapangan kerja, tingkat upah dan keterampilan yang
dimiliki. Di pasar modal, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh perkembangan tingkat
bunga.
Konsumen sebagai unit pengambil keputusan, perilakunya sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti harga produk dan pendapatan yang diterimanya. Perkembangan
harga sangat mempengaruhi pilihan dan keputusan dalam membeli sejumlah barang. Jika
harga turun, konsumen akan menambah pembelianya. Keterbatasan dana, menuntut
konsumen juga harus berhati-hati dalam membelanjakan atau mengalokasikan dana /
pendapatanya untuk berbagai barang kebutuhan, agar dengan keterbatasan dana
tersebut, dapat memperoleh barang yang memiliki nilai guna (utilitas) tinggi sesuai dengan
kebutuhanya.
Utilitas (utility) atau nilai guna merupakan kemampuan suatu barang dalam memenuhi
kebutuhan manusia. Nilai guna berbeda-beda, ada yang rendah dan ada yang tinggi, dan
ini sangat tergantung pada jenis barang dan tingkat kebutuhan seseorang. Konsep atau
teori utilitas, sangat erat kaitanya dengan teori perilaku konsumen. Oleh sebab itu teori
utilitas sering digunakan untuk untuk menganalisis perilaku konsumen. Ada 3 pendekatan
yang dapat digunakan dalam teori utilitas untuk menganalisis perilaku konsumen, yaitu
pendekatan Kardinal, pendekatan Ordinal dan pendekatan Revealed Preference.
Paul Samuelson (2009), mengungkapkan bahwa konsep “ utility “ yang diterapkan pada
teori perilaku konsumen kardinal dan ordinal, masih sulit diuji secara empiris karena
sifatnya yang subyektif, artinya setiap orang akan memiliki penilaian yang berbeda dalam
penentuan kepuasanya. Oleh karena itu ada perkembangan baru dalam teori perilaku
konsumen, yaitu teori Revealed Preference yang tidak menggunakan konsep utility.
Teori revealed preference pada prinsipnya menunjukan bahwa dalil-dalil-dalil pokok dalam
teori konsumen, dapat dijelaskan atas dasar “ pilihan yang diungkapkan “ (revealed
preference) konsumen dalam memilih berbagai macam barang yang dihadapinya dengan
syarat konsumen konsisten dalam preferensinya akan barang satu dibandingkan dengan
barang lain.
Menurut ekonom Kelvin Lancaster (1991), bahwa yang menimbulkan kepuasan bukanlah
konsumsi “ barang “ dalam artian sehari-hari, tetapi ada unsur-unsur yang bersifat lebih
fundamental dari “ barang “ itu sendiri.
Pada topik ini mahasiswa diminta untuk membahas perilaku konsumen, khususnya
memahami Utilitas dan penggunaan pendekatan Kardinal.
TUJUAN PERKULIAHAN
Setelah menyelesaikan perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu:
 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsumen
 Menguraikan perilaku konsumen
 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
 Menjelaskan pengaruh pendapatan konsumen terhadap perilaku konsumen
 Memahami tentang utilitas
 Menjelaskan pendekatan Kardinal
 Menjelaskan Total Utility dan Marginal Utility
 Membedakan nilai guna total dan nilai guna marjinal
 Menjelaskan ciri-ciri dari nilai guna total dan nilai guna marjinal
 Menggambar kurva nilai guna total dan nilai guna marjinal
 Menjelaskan paradoks nilai
KONSEP DASAR PERILAKU KONSUMEN

TOPIK 1 :
A. Konsumen
B. Konsep Utilitas Dalam Teori Perilaku Konsumen
1. Utilitas (Nilai Guna)
2. Pendekatan Kardinal

A. Konsumen
Konsumen adalah salah satu pelaku ekonomi yang selalu dihadapkan pada berbagai alternatif,
baik ketika mereka berada dipasar output (pasar produk) maupun di pasar input (pasar faktor
produksi). Di pasar output, perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana yang
dimiliki, selera dan harga produk itu sendiri. Sedangkan di pasar output khususnya pasar
tenaga kerja, konsumen dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh ketersediaan lapangan
kerja, tingkat upah dan keterampilan yang dimiliki.
B. Konsep Utilitas Dalam Teori Perilaku Konsumen
Konsemen sebagai unit pengambil keputusan, perilakunya sangat dibatasi oleh beberapa faktor
seperti harga produk, dan pendapatan yang diterimanya. Perkembangan harga sangat
mempengaruhi pilihan dan keputusan konsumen dalam membeli sejumlah barang, jika harga
barang naik konsumen cenderung mengurangi pembelianya, jika harga turun akan menambah
pembelianya. Keterbatasan dana menuntut konsumen juga harus berhati-hati dalam
mebelanjakan atau mengalokasikan dana / pendapatanya untuk berbagai barga kebutuhan
agar dengan dana yang terbatas, mereka dapat memperoleh barang yang mempunyai utilitas
(nilai guna) tinggi sesuai dengan kebutuhanya.
1. Utilitas (Nilai Guna)
Nilai guna merupakan kemampuan suatu barang dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Nilai guna berbeda-beda, ada yang rendah dan ada yang tinggi dan ini sangat tergantung
pada jenis barang dan tingkat kebutuhan seseorang. Konsep utilitas ini sangat erat
kaitanya dengan perilaku konsumen. Oleh sebab itu, teori utilitas sering digunakan untuk
menganalisis perilaku konsumen, karena :
a. Konsumen selalu bertindak rasional
b. Barang-barang yang dapat memenuhi tindakan rasional konsumen tersebut pastilah
barang yang memiliki utilitas.
Dalam menganalisis perilaku konsumen, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan,
antara lain Pendekatan Kardinal dan Pendekatan Ordinal.
2. Pendekatan Kardinal
Pada pendekatan Kardinal, diasumsikan bahwa nilai guna dapat diukur dan dinyatakan
secara kuantitatif dan alat ukurnya adalah uang. Misalnya, semakin tinggi tingkat kepuasan
seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang artinya barang tersebut memiliki nilai guna
yang tinggi bagi kehidupanya, maka semakin besar pula kesediaan konsumen untuk
mengorbankan uangnya. Kaitanya dengan utilitas (nilai guna), ada dua konsep utilitas yang
dapat diukur, yaitu :
a. Total Utility (TU)
Jumlah keseluruhan utilitas (kepuasan/nilai guna) yang diperoleh konsumen dalam
mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Pada konsep Total Utility, berlaku hukum
untuk Total Utility, yaitu : “ semakin banyak barang yang dikonsumsi per satuan waktu,
semakin besar jumlah utilitas (nilai guna) yang diperoleh, sapai pada satu titik tertentu
(kepuasan/nilai guna) maksimum. Setelah titik ini tercapai, penambahan jumlah barang
yang dikonsumsi akan utiltasnya akan semakin menurun “.
b. Marginal Utility (MU)
Pertambahan utilitas (nilai guna) yang diperoleh sebagai akibat dari pertambahan satu
unit barang yang dikonsumsi. Hukum yang berlaku pada konsep Marginal Utility adalah “
semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi, pertambahan utilitas (nilai guna /
kepuasan) yang diperoleh dari setiap pertambahan 1 unit barang yang dikonsumsi,
semakin menurun “. Hukum ini disebut dengan The Law of Diminishing of Marginal
Utility.

Hubungan kedua konsep (TU dan MU) dicontohkan pada tabel berikut ini.
JUMLAH KONSUMSI TOTAL UTILITY MARGINAL UTILITY
(Q) (TU) (MU)
0 0
10
1 10
8
2 18
5
3 23
2
4 25
0
5 25
- 3
6 22
- 5
7 17

Nilai MU diperoleh melalui rumus berikut ini :

Δ TU TUX - TUX-1
MU = =
ΔQ QX - QX-1

Berdasarkan tabel diatas, dapat dibuat kurva TU dan kurva MU sebagai berikut :
TU DAN MU
25
20
15 TU

10
5

0 QUANTITY
1 2 3 4 5 6 7
MU

Sifat hubungan TU dengan MU dapat dikemukakan sebagai berikut :


- Kurva TU naik, nilai MU positif dan kurvanya diatas sumbu horisontal
- Ketika kurva TU maksimum, nilai MU nol, kurvanya memotong sumbu horisintal
- Ketika kurva TU menurun, nilai MU negatif dan kurvanya dibawah sumbu horisontal.
Secara matematis dapat dinyatakan bahwa pada kondisi maksimum :

MU = TU ’ MU = diferensial dari TU

c. Keseimbangan Konsumen Dengan Pendekatan Kardinal


Seorang konsumen dikatakan dalam keadaan equilibrium, apabila konsumen tersebut
memperoleh kepuasan maksimum. Kepuasan maksimum terjadi pada kondisi besar
pengorbanan yang dilakukan sama dengan manfaat atau nilai guna yang diperoleh.

MUx
Kepuasan maksimum terjadi saat : MUx = Px atau = 1
Px
Kondisi tersebut dapat dilihat pada kurva berikut ini :
PX, MUX
MU
PX3KEPUASAN MAKSIMUM
B TERJADI SEPANJANG KURVA MU SEPERTI PADA TITIK B, C, DAN E, SELALU TERJADI

A C
PX2 D
PX = MUX

E
PX1

O X3 X2 X1 JUMLAH KONSUMSI
Keterangan gambar :
- Bila pengorbanan sebesar OPx1, kepuasan maksimum akan tercapai pada titik E
dengan tingkat konsumsi sebesar OX2
- Bila pengorbanan sebesar OPx3, tingkat konsumsi yang diperoleh sebesar OX3,
keputusan maksimum tidak tercapai, tetapi hanya berada pada titik A, (A tidak berada
pada kurva MU). Disini perlu menambah pengorbanan sebesar
PX2 – PX3 atau setinggi AB agar tingkat kepuasan berada di titik B.
- Bila pengorbanan sebesar OPx2, tingkat konsumsi yang diperoleh sebesar OX2,
tingkat kepuasan juga tidak maksimum karena terjadi dititik D (D berada diluar kurva
MU). Disin ada kelebihan pengorbanan sebesar PX1 – PX2 atau setinggi DE. Supaya
tingkat kepuasan berada dalam posisi maksimum, pengorbanan harus dikurangi,
sehingga posisi kepuasan berada pada titik E.
- Tingkat kepuasan maksimum selalu berada pada kurva MU, seperti yang ditunjukan
titik-titik B, C, dan E. Kesemua titik tersebut berada pada kurva MU dan memenuhi
syarat kepuasan maksimum, yaitu : PX = MUX
Dititik E : OPX1 = EX1
C : OPX2 = CX2
B : OPX3 = BX3

Bila PXdipandang sebagai harga barang X, hal ini menunjukan bahwa kurva MU x
tidak lain adalah kurva permintaan, artinya :
Kurva Demand = Kurva Marginal Utility
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terbentuknya kurva permintaan dapat
terjadi melalui analisis perilaku konsumen dengan pendekatan kardinal atau analisis
MU. Proses terbentuknya kurva D tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

PX, MUX
MU
PX3 B

PX2 C

E
PX1

O X3 X2 X1 JUMLAH KONSUMSI
Keterangan :
- Bila harga X adalah Px = OPx1 , maka kuantitas barang X adalah Qx = OX1
- Bila harga Px naik menjadi OPx2 , maka kuantitas barang X turun menjadi OX2
- Bila harga Px naik menjadi OPx3 , maka kuantitas barang X turun menjadi OX3
- Perubahan harga barang X (Px) dengan kuantitas barang X (Qx) tersebut
mencerminkan berlakunya hukum permintaan, sehingga kurva ABC tidak lain adalah
kurva permintaan (demand curve)

Untuk menentukan keseimbangan konsumen atau tercapainya kepuasan maksimum


bagi konsumen dapat digunakan rumusan berikut ini :

MUx MUx MUy


=1 =
Px Px Py

Jika barang yang dikonsumsi Jika barang yang dikonsumsi lebih dari satu
Hanya satu barang misalnya dua barang yaitu X dan Y

Contoh dengan persamaan matematis:

Diketahui konsumen memiliki uang Rp 1.000,00 . Harga barang X Rp 100,00 dan harga
barang Y Rp 25,00. Utilitinya = X.Y . Berapakah kombinasi barang X dan Y yang dapat
dibeli agar konsumen tersebut mencapai kepuasan tertinggi/ maksimum?
Perhitungan: 1.000 = 100X + 25Y
25 Y = 1000 – 100X → Y = 40 – 4X
Karena U = X. Y maka U = X (40 – 4X)
= 40X – 4X²
dU
Jadi dX = 40 – 8X → X = 5
Apabila X = 5 maka 1000 = 100 (5) + 25Y
25Y = 500 → Y = 20

Pembuktian apakah dengan barang X sebanyak 5 buah dan barang Y sebanyak 20


buah konsumen tersebut mencapai kepuasan tertinggi:

 MU (X) = Y = 20, MU(Y) = X = 5, Px = 100 ,dan Py = 25

MU ( X ) MU (Y )
 Syarat kepuasan maks: Px = Py
20 5
 100 = 25 => terbukti bahwa dengan mengkonsumsi barang X sebanyak 5
buah dan barang Y sebanyak 20 buah dengan uang Rp 1.000,00
konsumen tersebut mencapai kepuasan maksimu

d. Aplikasi Analisis Marginal Ugtility


Konsep Marginal Utility dapat digunakan untuk menjelaskan beberapa kejadian
ekonomi, seperti paradoks nilai dan surplus konsumen.
1) Paradoks Nilai
Paradoks nilai adalah suatu kejadian yang menunjukan nilai guna suatu barang
rendah tetapi harga barang tersebut tinggi, sebaliknya nilai guna barang tinggi
sementara harganya rendah. Contoh adalah air dan berlian
Air nilai gunanya tinggi harganya murah
Berlian nilai gunanya rendah tetapi harganya tinggi
Mengapa fenomena air dan berlian ini dapat terjadi ?
o Dilihat dari ongkos produksinya
Air mudah diperoleh, sehingga ongkos produksinya rendah
Berlian sulit diperoleh ongkos produksinya tinggi
o Dilihat dari nilai guna marginal (marginal Utility)
Semakin banyak orang mengkonsumsi air, MU semakin kecil
Semakin banyak orang membeli berlian, MU semakin besar
2) Surplus Konsumen
Surplus konsumen memberikan kelebihan kepuasan yang dinikmati konsumen
sebagai akibat daya belinya melebihi harga yang berlaku dipasar. Surplus
konsumen dapat dikatakan sebagai perbedaan antara kepuasan yang diperoleh
konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah barang dengan pembayaran yang harus
dilakukan.
Contoh :
Seseorang mengkonsumsi durian berturut-turut selama satu minggu, dimana setiap
harinya konsumen akan membeli sebuah durian. Kondisi surplus konsumen
digambarkan pada tabel berikut ini.

JUMLAH HARGA YANG HARGA YANG HARUS SURPLUS


KONSUMSI DISEDIAKAN DIBAYAR KONSUMEN

Durian ke 1 50.000 25.000 25.000


Durian ke 2 45.000 25.000 20.000
Durian ke 3 40.000 25.000 15.000
Durian ke 4 35.000 25.000 10.000
Durian ke 5 30.000 25.000 5.000
Durian ke 6 25.000 25.000 0
Durian ke 7 15.000 25.000
TOTAL DURIAN 6 225.000 150.000 75.000

Kurva dari tabel diatas dapat dilihat seperti kurva berikut ini.
HARGA DURIAN

50.000 C
SURPLUS KONSUMEN = 75.000
YANG HARUS DIBAYAR = 75.000

25.000 B
MU

A
O 1 2 3 4 5 6
Q DURIAN

Keterangan :
- Untuk mendapatkan durian sebanyak 6 buah, konsumen menyediakan uang
sebanyak 225.000, pada gambar dinyatakan seluas trapesium OABC
- Yang dibayarkan sebanyak 150.000, pada gambar dinyatakan seluas segi empat
OABD
- Surplus konsumen adalah sebesar 75.000, pada gambar dinyatakan seluas
segitiga DBC

Contoh 1 :
A ingin membeli sebuah tas, dari informasi yang diperoleh, harga tas dimaksud
adalah Rp. 200.000. keinginan A untuk mendapatkan tas tersebut sangat tinggi,
sehingga A menyiapkan uang dari rumah untuk membeli tas tersebut sebesar Rp.
250.000. hal ini menunjukan bahwa A bersedia membayar hingga 250.000 asalkan
dia dapat memiliki tas yang sangat diinginkanya. Sesampai di toko ternyata harga
yang harus dibayar A hanya 200.000 dan A mempunyai kelebihan uang yang
dipandang sebagai kelebihan kepuasan atau surplus konsumen sebesar 50.000.
Fungsi harga yang disiapkan konsumen adalah Pd = 10 – ½ Q
Fungsi yang diinginkan penjual adalah Ps = 1/3 + 10/3
Hitung besar surplus konsumen dan gambarkan bentuknya !
Jawab :
Tentukan terlebih dahulu harga yang terjadi di pasar dengan rumus Qd = Qs
atau Pd = Ps
10 – ½ Q = 1/3 Q + 10/3
10 - 10/3 = 1/3 Q + ½ Q
20 / 3 = 5/6 Q Q = 8 jumlah yang diperjualbelikan
P = 10 - ½ Q
P = 10 - ½ (8) P = 6 harga keseimbangan pasar
Untuk membuat kurva, terlebih dahulu dibuat tabel berikut.

Harga ( P ) Jumlah Permintaan Jumlah Penawaran


(Qd) (Qs)
0 20 10
2 16 4
4 12 2
6 8 8
8 4 14
10 0 20
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dibuat kurva surplus konsumen dan
surplus produsen seperti kurva berikut ini.

HARGA
A SURPLUS KONSUMEN
10
SURPLUS PRODUSEN

E S
6
D
4

O 4 6 8
JUMLAH PRODUK

Surplus konsumen adalah : Δ PEEA, besarnya (8 x 4)/2 = 16


Surplus Produsen adalah : Δ PEEB, besarnya (8 x 2)/2 = 8
TOPIK 2 : B.3. Pendekatan Ordinal

3. Pendekatan Ordinal
Dalam pendekatan Ordinal, nilai guna tidak dapat diukur atau dikuantifikasi , tetapi nilai
guna hanya dapat dibandingkan tinggi lebih tinggi, sebaliknya rendah atau lebih rendah.
Ada dua konsep yang dapat digunakan untuk mengamati perilaku konsumen melalui
pendekatan ordinal yaitu kurva kepuasan sama (indifference curve) dan garis anggaran
(budget line).
a. Indifference Curve
Indifference Curve adalah suatu garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi dari dua
macam barang konsumsi yang dapat memberikan kepuasan sama. Bentuk kurva
kepuasan sama (indifference curve) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Kurva turun dari kiri atas ke arah kanan bawah, karena adanya faktor substitusi
antara dua barang yang dikonsumsi, artinya jika menambah penggunaan jumlah
barang yang satu, akan mengurangi barang yang lain.
2) Convex to Origin artinya cenderung kearah titik origin.
3) Tidak berpotongan satu sama lain karena setiap kurva indifference mempunyai
tingkat kepuasan yang berbeda.

Sebagai contoh dapat ditampilkan kurva indifference berdasarkan data dari tabel berikut
ini :
Kombinasi Konsumsi Makanan dan Pakaian Pada Tingkat Kepuasan Sama
Kombinasi Jumlah Marginal Rate of
Makanan (M) Pakaian (P) Substitution
MRS = ΔM/ ΔP
A 10 2
3
B 7 3
2
C 5 4
1
D 4 5
0,5
E 3 7
0,3
F 2 10
Berdasarkan data dari tabel diatas dapat digambarkan kurva indifference nya
MAKANAN

10 A

7 B
C
5
D
4 E
3 F
IC (INDIFFERENT CURVE)

2
PAKAIAN
2 3 4 5 7 10

Keterangan :
- Garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi A, B, C, D, E dan F merupakan kurva
kepuasan sama. Kurva tersebut menunjukan berbagai kemungkinan jumlah
kombinasi konsumsi pakaian (P) dengan makanan (M) yang berbeda pada setiap
titik, tetapi tingkat kepuasan yang diperolehnya selalu sama.
- Pada kurva tersebut terlihat adanya prinsip substitusi. Artinya apabila seorang
konsumen kepuasanya berada dititik A, dia akan mengkonsumsi makanan 10 unit
dan pakaian 2 unit. Bila titik kepuasan bergeser ketitik B, konsumsi terhadap
makanan berkurang dan konsumsi terhadap pakaian bertambah. Meskipun demikian,
kepuasan konsumen tetap seperti kombinasi titik A. Begitu juga untuk titik-titik yang
lain karena semua titik berada pada indifference curve.
- Pada indifference curve, berlaku konsep Marginal Rates of Substitution (MRS) yaitu
perbandingan antara perubahan (berkurang) jumlah konsumsi makanan (ΔM)
dengan perubaan (bertambah) konsumsi pakaian (ΔP).

ΔM
MRS =
ΔP

b. Indifference Map (Peta Kurva Kepuasan Sama)


Indifference Map adalah suatu gambaran yang memperlihatkan kumpulan dari beberapa
indifference curve (IC) dan setiap kurva IC mempunyai tingkat kepuasan berbeda.
Semakin jauh IC dari titik origin menunjukan tingkat kepuasan semakin tinggi. Untuk
lebih jelasnya mengenai Indifference Map dapat dilihat pada kurva berikut ini.
CELANA

A B C
4
IC 3

IC 2
D

IC 1

BAJU
2 4 6

Keterangan :
- Kurva IC1, IC2, IC3 mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dimana tingkat
kepuasan IC1< IC2< IC3. Hal ini ditunjukan oleh kombinasi konsumsi celana dengan
baju :
o Titik A : jumlah yang dikonsumsi 4 celana dengan 2 baju
o Titik B : jumlah yang dikonsumsi 4 celana dengan 4 baju
o Titik C : jumlah yang dikonsumsi 4 celana dengan 6 baju
Berdasarkan kondisi tersebut, jelas tingkat kepuasan lebih tinggi pada kombinasi C
dibanding B dan A, karena kombinasi C berada pada IC3.
- Titik kombinasi A dengan D menunjukan kepuasan sama karena kedua titik tersebut
berada sama-sama pada IC1
c. Budget Line(Garis Anggaran)
Budget Line adalah suatu garis anggaan pengeluaran yang memperlihatkan hubungan
berbagai titik kombinasi dari dua macam barang yang dikonsumsi dengan batas
anggaran tertentu yang sama. Bentuk Budget Line dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misalkan :
Seorang konsumen memiliki dana (bagian pendapatan) Rp. 100.000 aka membeli
pakaian dan makanan. Harga pakaian (P p) = Rp. 10.000 per unit. Harga makanan (P m)
= Rp. 4.000 per unit.
Bila semua dana dibelikan untuk pakaian maka jumlah pakaian yang diperoleh 10 unit.
l 100.000
= = 10
Pp 10.000
Bila semua dana dibelikan untuk makanan maka jumlah makanan yang diperoleh 25
unit
l 100.000
= = 25
Pm 10.000
Kombinasi-kombinasi yang mungkin dapat dibeli dengan dana 100.000 dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Berbagai Kombinasi Makanan dan Pakaian
Kombinasi Besar dana Jumlah Makanan Jumlah Pakaian

A Rp. 100.000 25 x 4000 = 100.000 0 x 10.000 = 0


B Rp. 100.000 20 x 4000 = 80.000 2 x 10.000 = 20.000
C Rp. 100.000 15 x 4000 = 60.000 4 x 10.000 = 40.000
D Rp. 100.000 10 x 4000 = 40.000 6 x 10.000 = 60.000
E Rp. 100.000 5 x 4000 = 20.000 8 x 10.000 = 80.000
F Rp. 100.000 0 x 4000 = 0 10 x 10.000 = 100.000

Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat digambarkan garis anggaran sebagai berikut :
MAKANAN

25 A
B
20

C
15

10
D

5 E

F
PAKAIAN

Keterangan :
- Garis lurus AF menunjukan garis anggaran pengeluaran sebesar Rp. 100.000 untuk
membeli dua barang konsumsi makanan dan pakaian. Titik A memperlihatkan semua
dana dihabiskan untuk membeli makanan dan titik F semua dana dibelikan untuk
pakaian.
- Titik-titik yang lain seperti titik B, C, D dan E merupakan macam-macam kombinasi
yang mungkin dapat dibeli dengan dana yang sama.
Secara matematis, Budget Line merupakan fungsi linier yang dapat dinyatakan sebagai
berikut :
l = besar dana/pendapatan yang tersedia
l = XPx + YPy Y = jumlah barang Y dan Py = harga barang Y
X = jumlah barang X dan Px = harga barang X

YPy = l - XPx

l Px X
Y = - Fungsi budget line
Py Py

Contoh penggunaan rumus :

Dengan dana Rp. 100.000, harga barangX, Px = Rp. 10.000 dan harga barang Y P y =
Rp. 4.000. tentukan fungsi dari budget line
Fungsi dari budget line (BL) dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :

l = XPx + YPy 100.000 = (X)(10.000) + (Y)(4.000)


4.000 Y = 100.000 – 10.000 X
Y = (100.000/4000) – (10.000/4000) X
Y = 25 - 2,5 X
Fungsi budget line adalah : Y = 25 - 2,5 X

d. Perubahan Kurva / Budget Line


Bentuk fungsi atau kurvabudget line dapat berubah apabila dipengaruhi oleh faktor
harga dan faktor pendapatan.
- Faktor harga = Bila P turun, BL bergeser menjauhi titik origin
Bila P naik, BL bergeser mendekati titik origin
- Faktor Pendapatan = Bila l berkurang, BL bergeser sejajar mendekati titik
origin
Bila l bertambah, BL bergeser sejajar menjauhi titik
Origin
Kondisi tersebut diatas dapat digambarkan pada kurva berikut ini.
BARANG Y BARANG Y
A’
A
A

A”

B” B B’ BARANG X B” B B’ BARANG X

Keterangan :
- Gambar A
o Kurva AB adalah fungsi BL sebelum dipengaruhi perubahan harga barang X
o Kurva AB’ adalah fungsi BL bila dipengaruhi harga barang X turun
o Kurva AB” adalah fungsi BL bila dipengaruhi harga barang X naik
o Sedangkan harga barang Y tetap tidak berubah
- Gambar B
o Kurva AB adalah fungsi BL sebelum dipengaruhi perubahan pendapatan
o Kurva A’B’ adalah fungsi BL bila dipengaruhi pendapatan naik
o Kurva A”B” adalah fungsi BL bila dipengaruhi pendapatan turun

Secara matematis perubahan fungsi budget line dapat dilihat melalui contoh berikut ini.
Dengan dana Rp. 100.000, harga barang X adalah Px = Rp. 10.000 dan harga barang Y
adalah Py = Rp. 4.000
1) l = XPx + YPy 100.000 = (X)(10.000) + (Y)(4.000)
4.000 Y = 100.000 – 10.000 X
Y = (100.000/4000) – (10.000/4000) X
Y = 25 - 2,5 X
Fungsi budget line adalah : Y = 25 - 2,5 X
2) Bila harga barang X naik Rp. 120.000, sedangkan l dan Py tetap, maka fungsi
budget line berubah menjadi BL’
l = XPx + YPy 100.000 = (X)(12.000) + (Y)(4.000)
4.000 Y = 100.000 – 12.000 X
Y = (100.000/4000) – (12.000/4000) X
Y = 25 - 3 X
Fungsi budget line adalah : Y’ = 25 - 3 X

3) Bila pendapatan naik menjadi Rp. 120.000, sedangkan P x dan Py tetap, maka
fungsi budget line berubah menjadi BL’’
l = XPx + YPy 120.000 = (X)(10.000) + (Y)(4.000)
4.000 Y = 120.000 – 10.000 X
Y = (120.000/4000) – (12.000/4000) X
Y = 30 - 3 X
Fungsi budget line adalah : Y” = 25 - 2,5 X
e. Keseimbangan Konsumen Dengan Pendekatan Ordinal
Secara ordinal seorang konsumen dikatakan dalam keadaan equilibrium apabila
keinginan konsumen persis sama dengan kemampuan konsumen. Keinginan konsumen
dinyatakan dengan Indifference Curve (IC) dan kemampuan konsumen dinyatakan
dengan budget line (BL). Secara teori keseimbangan konsumen terjadi ketika ketika BL
bersinggungan dengan IC. Kondisi tersebut dapat ditunjukan melalui ilustrasi berikut ini.
Misalkan dana yang tersedia untuk membeli makanan dan pakaian Rp. 75.000. harga
makanan dan pakaian masing-masing adalah PM = Rp. 2.500 dan PP = Rp. 3.000.
keseimbangan konsumen terjadi ketika konsumen mengkonsumsi makanan 18 unit dan
pakaian 10 unit. Gambaran tersebut dapat ditunjukan pada kurva berikut ini.
MAKANAN

30 A
R
KURVA BL

E IC 1
18

IC 2

S
IC 3

B
10 25 PAKAIAN
Keterangan :
- Kurva IC1, IC2, IC3 merupakan kurva kepuasan sama yang masing-masingnya
mempunyai tingkat kepuasan berbeda dan tingkat kepuasan IC1< IC2< IC3.
- Kurva AB merupakan kurva budget line. Titik-titik A, R, E, S dan B berada pada kurva
BL yang sama, artinya setiap titik kombinasi tersebut mempunyai anggaran yang
sama yaitu sebesar Rp. 75.000.
- Keseimbangan konsumen terjadi pada titik kombinasi E, karena saat itu terjadi
persinggungan antara kurva , IC2 dengan BL. Keseimbangan konsumen terjadi ketika
mengkonsumsi makanan sebesar 18 unit dan pakaian sebesar 10 unit, dengan total
anggaran (18 x Rp. 2.500) + (10 + Rp. 3.000) = Rp. 75.000.
- Kepuasan di titik R dan S berada pada tingkat kepuasan IC1 bukan kondisi
equilibrium dan konsumen tidak mencapai kepuasan maksimum.
- Kepuasan pada IC3 tidak mungkin dicapai karena berada diluar batas anggaran AB.

TOPIK 3 : B.3. Pendekatan Ordinal


f. Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Konsumen

f. Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Konsumen


Keseimbangan konsumen dapat berubah disebabkan oleh dua faktor yaitu jika terjadi
perubahan harga dan perubahan pendapatan. Jika faktor harga yang berubah akan
mengubah posisi titik keseimbangan konsumen, sehingga melahirkan kurva PCC. Tapi
jika faktor pendapatan yang berubah posisi titik keseimbangan konsumen juga akan
berubah dan akan melahirkan kurva ICC. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kurva PCC (Price Consumption Curve)
Bila terjadi perubahan harga mengakibatkan garis anggaran (BL) bergeser /
berubah. Perubahan BL tersebut juga akan menciptakan titik-titik keseimbangan
konsumen yang baru. Bila titik-titik keseimbangan dihubungkan muncul suatu garis
yang disebut dengan PCC (Price Consumption Curve), yaitu garis yang
menghubungkan berbagai titik keseimbangan konsumen yang diakibatkan
perubahan harga.
MAKANAN

PCC

IC 3
E3
E2
E1
IC 2

IC 1

B1 B2 B3 PAKAIAN

Keterangan :
- Untuk kasus harga turun, kurva BL bergeser dari AB1 AB2 AB3
- Titik E1, E2, dan E3 merupakan titik keseimbangan bila terjadi perubahan harga
pakaian
- Sedangkan garis yang menghubungkan E1, E2, dan E3 adalah PCC
2) Kurva ICC (Income Consumption Curve)
Bila terjadi perubahan pendapatan mengakibatkan garis anggaran (BL) bergeser /
berubah. Perubahan BL tersebut juga akan menciptakan titik-titik keseimbangan
konsumen yang baru. Bila titik-titik keseimbangan dihubungkan, muncul suatu garis
yang disebut dengan ICC (Income Consumption Curve), yaitu garis yang
menghubungkan berbagai titik keseimbangan konsumen yang diakibatkan
perubahan pendapatan.

MAKANAN

A3

A2 ICC

IC 3
A1 E3

IC 2
E2

E1 IC 1

B1 B2 B3 PAKAIAN
Keterangan :
- Untuk kasus pendapatan naik, kurva BL bergeser dari A1B1 A2B2 A3B3
- Titik E1, E2, dan E3 merupakan titik keseimbangan bila terjadi perubahan
pendapatan
- Sedangkan garis yang menghubungkan E1, E2, dan E3 adalah ICC
3) Hubungan PCC Dengan Kurva Permintaan
Didalam analisis ordinal, terbentuknya kurva permintaan dapat ditemukan melalui
derivasi dari kurva PCC. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misalkan :
a) Seorang konsumen mempunyai pendapatan sebesar l = Rp. 600.000, hendak
membeli pakaian dan makanan. Harga pakaian (Pp) per unit = Rp. 25.000, dan
harga makanan (Pm) per unit = Rp. 15.000. Dengan pendapatan, harga
makanan dan pakaian tersebut berada dalam kondisi equilibrium apabila
mengkonsumsi pakaian 10 unit dan makanan 25 unit.
b) Bila harga pakaian berubah turun, misalnya Pp’ = Rp. 15.000 sedangkan harga
pakaian tetap. Equilibrium konsumen tercapai dengan mengkonsumsi pakaian
20 unit dan makanan 20 unit.
c) Bila harga pakaian turun lagi menjadi Pp” = Rp. 10.000, sedangkan harga
makanan tetap. Equilibrium konsumen tercapai dengan mengkonsumsi pakaian
33 unit dan makanan 18 unit

Derivasi kurva permintaan terhadap pakaian dari kurva PCC dapat digambarkan
sebagai berikut :
Keterangan :
Gambar A :
- Garis Anggaran (BL) bergeser dari kurva MP menjadi MP’ dan MP”. Hal ini terjadi akibat
perubahan harga pakaian yang turun dari Rp. 25.000 menjadi Rp. 15.000 dan Rp. 10.000.
- Ketika harga pakaian per unit Rp. 25.000 dan harga makanan per unit Rp. 15.000, dengan
anggaran Rp. 600.000, keseimbangan konsumen terjadi pada persinggungan kurva anggaran MP
dengan kurva IC1 dititik E1. (kombinasi konsumsi pakaian 10 unit dan makanan 25 unit).
- Ketika harga pakaian turun menjadi Rp. 15.000, harga makanan tetap dengan anggaran Rp.
600.000, keseimbangan konsumen terjadi pada persinggungan kurva anggaran MP’ dengan kurva
kepuasan IC2 dititik E2. (kombinasi konsumsi pakaian 20 unit dan 20 unit makanan)
- Ketika harga pakaian turun lagi menjadi Rp. 10.000, harga makanan tetap dengan anggaran Rp.
600.000, maka keseimbangan konsumen terjadi pada persinggungan kurva MP” dengan kurva
kepuasan IC3 dititik E3. (kombinasi konsumsi pakaian 18 unit dan 28 unit makanan)
Garis / kurva yang menghubungkan titik-titik E1,E2, dan E3 adalah PCC (Price Consumption Curve).
Gambar B :
- Garis yang menghubungkan kurva A, B, dan C adalah kurva demand yang diperoleh dari derivasi
kurva PCC.
- Di titik A, harga pakaian ketika Rp. 25.000, konsumen membeli pakaian sebanyak 10 unit. Titik B,
harga pakaian turun menjadi Rp. 15.000, permintaan menjadi 20 unit. Titik C harga pakaian turun
lagi mencapai Rp. 10.000, permintaan bertambah 33 unit.
- Dari kejadian tersebut setiap terjadi penutunan harga, maka permintaan terhadap pakaian semakin
bertambah. Disini berlaku hukum permintaan, sehingga kurva ABC tidak lain adalah kurva
permintaan konsumen terhadap pakaian.
4) Hubungan PCC Dengan Kurva Enggel
Didalam analisis ordinal dapat juga ditemukan kurva Enggel yang tidak lain adalah
kurva yang memperlihatkan bagaimana pengaruh perubahan pendapatan
seseorang terhadap perubahan permintaanya untuk sesuatu barang. Kurva Enggel
ini ditemukan melalui derivasi kurva ICC dan bentuknya dapat berkemiringan positif
(untuk barang yang berrsifat normal dan negatif untuk barang yang bersifat inferior)
dan hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misalkan :
a) Seorang konsumen mempunyai pendapatan sebesar l = Rp. 300.000, hendak
membeli pakaian dan makanan. Harga pakaian (Pp) per unit = Rp. 25.000, dan
harga makanan (Pm) per unit = Rp. 15.000. Dengan pendapatan, harga
makanan dan pakaian tersebut berada dalam kondisi equilibrium apabila 50 %
dari dananya digunakan untuk pakaian dan sisanya 50 % lagi untuk makanan.
b) Bila pendapatan bertambah, misalkan l’ = Rp. 450.000 sedangkan harga
pakaian dan makanan tetap. Equilibrium konsumen tercapai tetap ketika 50 %
dari dananya digunakan untuk pakaian dan sisanya 50 % lagi untuk makanan.
c) Bila pendapatan bertambah lagi misalkan menjadi I” = Rp. 600.000, sedangkan
harga pakaian dan makanan tetap. Equilibrium konsumen tercapai tetap ketika
50 % dari dananya digunakan untuk pakaian dan sisanya 50 % lagi untuk
makanan.
Derivasi kurva Enggel dari kurva ICC untuk pembelian pakaian dapat digambakan
pada gambar berikut.
Keterangan :
Gambar A :
- Garis Anggaran (BL) bergeser dari kurva MP menjadi M’P’ dan M”P”. Hal ini terjadi akibat
perubahan pendapatan yang naik dari Rp. 300.000 menjadi Rp. 450.000 dan Rp. 600.000.
- Ketika pendapatan Rp. 300.000 dan harga pakaian per unit Rp. 35.000, dan harga makanan Rp.
15.000 per unit dengan anggaran Rp. 300.000, keseimbangan konsumen terjadi pada
persinggungan kurva anggaran MP dengan kurva IC 1 dititik E1. Kombinasi konsumsi pakaian 6
unit dan makanan 10 unit (50 % dari anggaran untuk pakaian dan 50 % lagi untuk makanan)
- Ketika pendapatan naik menjadi Rp. 450.000, harga pakaian dan makanan tetap, keseimbangan
konsumen terjadi pada persinggungan kurva anggaran M’P’ dengan kurva kepuasan IC 2 dititik E2.
Kombinasi konsumsi pakaian 9 unit dan 15 unit makanan. (50 % dari anggaran untuk pakaian dan
50 % lagi untuk makanan)
- Ketika pendapatan naik hingga Rp. 600.000, harga pakaian dan makanan tetap, maka
keseimbangan konsumen terjadi pada persinggungan kurva M”P” dengan kurva kepuasan IC3
dititik E3. Kombinasi konsumsi pakaian 12 unit dan 20 unit makanan. (50 % dari anggaran untuk
pakaian dan 50 % lagi untuk makanan).
- Garis / kurva yang menghubungkan titik-titik equilibriumE1,E2, dan E3 adalah ICC (Income
Consumption Curve).
Gambar B :
- Garis yang menghubungkan kurva A, B, dan C adalah kurva Enggel yang diperoleh dari derivasi
kurva ICC.
- Di titik A, pendapatan sebesar Rp. 300.000, konsumen membeli pakaian sebanyak 6 unit dan
makanan 10 unit. Titik B, pendapatan naik menjadi Rp. 450.000, konsumen membeli pakaian
sebanyak 9 unit dan makanan 15 unit. Titik C pendapatan naik menjadi Rp. 600.000,
konsumen membeli pakaian sebanyak 12 unit dan makanan 20 unit.
- Dari kondisi gambar terlihat bahwa setiap terjadi kenaikan pendapatan menyebabkan permintaan
terhadap pakaian semakin bertambah, berarti pakaian termasuk barang normal, oleh karena itu
kurva Enggel untuk pakaian berkemiringan positif.

Selanjutnya untuk barang-barang inferior bentuk kurva Enggel akan berkemiringan


negatif, dikarenakan bila terjadi penurunan pendapatan, permintaan terhadap
barang inferior akan semakin bertambah.
Misalkan :
a) Seorang konsumen mempunyai pendapatan sebesar l = Rp. 600.000 hendak
membeli beras dan singkong. Harga beras per kilogram P b = Rp. 10.000, harga
singkong per kilogram Ps = Rp. 2.500. dengan pendapatan, harga beras dan
singkong tersebut, konsumen berada dalam kondisi equilibrium apabila 4/5
bagian dari pendapatanya (Rp. 500.000) digunakan membeli beras (50
kilogram) dan 1/5 bagian lagi (Rp. 100.000) digunakan untuk membeli singkong
(40 kilogram).
b) Bila pendapatan turun menjadi, misalkan l’ = Rp. 450.000, sedangkan harga
beras dan singkong tetap. Equlibrium konsumen tercapai apabila 2/3 bagian
dari pendapatanya (Rp. 300.000) digunakan membeli beras (30 kilogram) dan
1/3 bagian lagi (Rp. 150.000) digunakan untuk membeli singkong (60 kilogram).
c) Bila pendapatan turun lagi menjadi, misalkan l” = Rp. 300.000, sedangkan
harga beras dan singkong tetap. Equlibrium konsumen tercapai apabila 1/6
bagian dari pendapatanya (Rp. 50.000) digunakan membeli beras (5 kilogram)
dan 5/6 bagian lagi (Rp. 250.000) digunakan untuk membeli singkong (100
kilogram).
Derivasi kurva Enggel dari kurva ICC untuk pembelian singkong dapat digambarkan
sebagai berikut :
Keterangan :
Gambar A :
- Garis Anggaran (BL) bergeser dari kurva MP menjadi M’P’ dan M”P”. Hal ini terjadi akibat
perubahan pendapatan yang menurun dari Rp. 600.000 menjadi Rp. 450.000 dan Rp. 300.000.
- Ketika pendapatan Rp. 300.000 dan harga beras per unit Rp. 10.000, dan harga singkong Rp.
2.500 per unit dengan anggaran Rp. 300.000, keseimbangan konsumen terjadi pada
persinggungan kurva anggaran MP dengan kurva IC 1 dititik E1. Kombinasi konsumsi beras 50
kilogram dan singkong 40 kilogram.
- Ketika pendapatan naik menjadi Rp. 450.000, harga beras dan singkong tetap, keseimbangan
konsumen terjadi pada persinggungan kurva anggaran M’P’ dengan kurva kepuasan IC 2 dititik E2.
Kombinasi konsumsi beras 30 kilogram dan singkong 60 kilogram.
- Ketika pendapatan naik hingga Rp. 600.000, harga beras dan singkong tetap, maka
keseimbangan konsumen terjadi pada persinggungan kurva M”P” dengan kurva kepuasan IC3
dititik E3. Kombinasi konsumsi beras 5 kilogram dan singkong 100 kilogram.
- Garis / kurva yang menghubungkan titik-titik equilibriumE1,E2, dan E3 adalah ICC (Income
Consumption Curve). Pergeseran titik-titik equilibrium tersebut akibat dari perubahan pendapatan.
Gambar B :
- Garis yang menghubungkan kurva A, B, dan C adalah kurva Enggel yang diperoleh dari derivasi
kurva ICC.
- Di titik A, pendapatan sebesar Rp. 600.000, konsumen membeli beras sebanyak 50 kilogram dan
singkong40 unit. Titik B, pendapatan turun menjadi Rp. 450.000, konsumen membeli beras
sebanyak 30 kilogram dan singkong 60 kilogram. Titik C pendapatan turun menjadi Rp. 300.000,
konsumen membeli beras sebanyak 5kilogram dan singkong 100 kilogram unit.
- Dari kondisi gambar terlihat bahwa setiap terjadi kenaikan pendapatan menyebabkan permintaan
terhadap beras semakin berkurang, berarti beras termasuk barang normal, tetapi permintaan
terhadap singkong semakin bertambah, artinya singkong termasuk barang inferior sehingga kurva
Enggel untuk singkong berkemiringan positif.

Pustaka :

1. Laily, Nur & Pristyadi, Budiyono, Teori Ekonomi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013
2. Murni, Asfia & Lia, Amaliawati, Ekonomika Mikro, PT. Refika Aditama, Bandung, 2013
3. Nophirin, Ph.D, Pengantar Ilmu Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 2013
4. Rahardja, Prathama & Manurung, Mandala, Teori Ekonomi Mikro, Lembaga Penerbit,
Jakarta, 2010
5. Sukirno, Sadono, Mikro Ekonomi, Teori Pengantar, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013
6. Mubarok, E. Saefuddin, EkonomiManajerial&StrategiBisnis, In Media, Jakarta, 2015
7. Tasman, H. Aulia&Aima, H.M. Havidz, EkonomiManajerialDenganPendekatanMatematis,
RajawaliPers, Jakarta, 2014
8. Salvatore, Dominick, Managerial Economics in A Global Ekonomy, McGraw Hill, Inc
SOAL LATIHAN

1. a. Bedakan arti nilai guna total dan nilai guna marjinal !


b. Jelaskan ciri-ciri dari nilai guna total dan nilai guna marjinal, dan beradasarkan ciri-ciri
tersebut buatlah kurva nilai guna total dan nilai guna marjinal !
2. Apabila seorang konsumen mengkonsumsi beberapa jenis barang, jelaskan keadaan yang
akan memaksimumkan kepuasanya didalam mengkonsumsi barang tersebut !
3. Jelaskan bagaimana teori nilai guna (utiliti) menjelaskan sifat permintaan pembeli barang
terhadap suatu barang yang diperjual belikan dipasar !.
4. a. Apakah yang dimaksud dengan paradoks nilai ? Apa peranan teori nilai guna didalam
menjelaskan paradoks nilai ?
b. Dengan menggunakan contoh angka dan secara grafis, jelaskan wujud surplus
konsumen
5. Seorang konsumen membeli mangga dan durian, dan nilai guna total dari memakan masing-
masing buah tersebut, adalah seperti yang ditunjukan dalam tabel berikut :

DURIAN MANGGA
JUMLAH NILAI GUNA TOTAL JUMLAH NILAI GUNA TOTAL
1 250 1 370
2 460 2 650
3 630 3 850
4 760 4 980
5 850 5 1.050
6 900 6 1.070

a. Tentukan nilai guna marjinal dari memakan durian dan memakan mangga !
b. Misalkan harga mangga dan durian, masing-masing adalah Rp. 500, berapakah jumlah
durian dan mangga yang dibelinya apabila uang yang akan dibelanjakan adalah
sebanyak Rp. 3.500
c. Buat grafik nilai guna total dan marjinal untuk buah durian dan mangga !
6. Seorang konsumen ingin membeli makanan dan pakaian untuk dirinya dan keluarganya.
Harga makanan adalah Rp. 600 dan sehelai pakaian berharga Rp. 6.000. nilai guna total yang
diperoleh dari mengkonsumsi pakaian dan makanan adalah seperti yang ditunjukan pada
tabel berikut ini :

MAKANAN PAKAIAN
KONSUMSI (UNIT) NILAI GUNA TOTAL KONSUMSI (UNIT) NILAI GUNA TOTAL
1 600 1 14.000
2 1.100 2 24.000
3 1.500 3 30.000
4 1.800 4 32.000
5 2.000 5 30.000

a. Hitunglah nilai guna marjinal untuk makanan dan pakaian pada berbagai unit barang
seperti yang ditunjukan pada tabel diatas.
b. Misalkan pendapatan konsumen adalah Rp. 27.000. apabila semua pendapatan tersebut
dibelanjakan, berapa banyak makanan dan pakaian yang akan dibelinya untuk
memaksimumkan kepuasanya ?
c. Misalkan pendapatan konsumen itu Rp. 38.500 dan harga pakaian meningkat menjadi
Rp. 12.000. gabungan makanan dan pakaian yang bagaimanakah perlu dibelinya untuk
memaksimumkan kepuasanya ? berapa sisa pendapatanya yang dapat ditabung ?

Anda mungkin juga menyukai