A. Konsumen
Konsumen adalah salah satu pelaku ekonomi yang selalu dihadapkan pada berbagai
alternatif, baik ketika mereka berada dipasar output (pasar produk) maupun di pasar input
(pasar faktor produksi). Di pasar output, perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan dana yang dimiliki, selera dan harga produk itu sendiri. Sedangkan di pasar
output khususnya pasar tenaga kerja, konsumen dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan lapangan kerja, tingkat upah dan keterampilan yang dimiliki.
B. Konsep Utilitas Dalam Teori Perilaku Konsumen
Konsemen sebagai unit pengambil keputusan, perilakunya sangat dibatasi oleh beberapa
faktor seperti harga produk, dan pendapatan yang diterimanya. Perkembangan harga sangat
mempengaruhi pilihan dan keputusan konsumen dalam membeli sejumlah barang, jika harga
barang naik konsumen cenderung mengurangi pembelianya, jika harga turun akan
menambah pembelianya. Keterbatasan dana menuntut konsumen juga harus berhati-hati
dalam mebelanjakan atau mengalokasikan dana / pendapatanya untuk berbagai barga
kebutuhan agar dengan dana yang terbatas, mereka dapat memperoleh barang yang
mempunyai utilitas (nilai guna) tinggi sesuai dengan kebutuhanya.
1. Utilitas (Nilai Guna)
Nilai guna merupakan kemampuan suatu barang dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Nilai guna berbeda-beda, ada yang rendah dan ada yang tinggi dan ini sangat tergantung
pada jenis barang dan tingkat kebutuhan seseorang. Konsep utilitas ini sangat erat
kaitanya dengan perilaku konsumen. Oleh sebab itu, teori utilitas sering digunakan untuk
menganalisis perilaku konsumen, karena :
a. Konsumen selalu bertindak rasional
b. Barang-barang yang dapat memenuhi tindakan rasional konsumen tersebut pastilah
barang yang memiliki utilitas.
Dalam menganalisis perilaku konsumen, ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan, antara lain Pendekatan Kardinal dan Pendekatan Ordinal.
2. Pendekatan Kardinal
Pada pendekatan Kardinal, diasumsikan bahwa nilai guna dapat diukur dan dinyatakan
secara kuantitatif dan alat ukurnya adalah uang. Misalnya, semakin tinggi tingkat
kepuasan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang artinya barang tersebut
memiliki nilai guna yang tinggi bagi kehidupanya, maka semakin besar pula kesediaan
konsumen untuk mengorbankan uangnya. Kaitanya dengan utilitas (nilai guna), ada dua
konsep utilitas yang dapat diukur, yaitu :
a. Total Utility (TU)
Jumlah keseluruhan utilitas (kepuasan/nilai guna) yang diperoleh konsumen dalam
mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Pada konsep Total Utility, berlaku hukum
untuk Total Utility, yaitu : “ semakin banyak barang yang dikonsumsi per satuan waktu,
semakin besar jumlah utilitas (nilai guna) yang diperoleh, sapai pada satu titik tertentu
(kepuasan/nilai guna) maksimum. Setelah titik ini tercapai, penambahan jumlah
barang yang dikonsumsi akan utiltasnya akan semakin menurun “.
b. Marginal Utility (MU)
Pertambahan utilitas (nilai guna) yang diperoleh sebagai akibat dari pertambahan satu
unit barang yang dikonsumsi. Hukum yang berlaku pada konsep Marginal Utility
adalah “ semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi, pertambahan utilitas (nilai
guna / kepuasan) yang diperoleh dari setiap pertambahan 1 unit barang yang
dikonsumsi, semakin menurun “. Hukum ini disebut dengan The Law of Diminishing of
Marginal Utility.
1
Hubungan kedua konsep (TU dan MU) dicontohkan pada tabel berikut ini.
JUMLAH KONSUMSI TOTAL UTILITY MARGINAL UTILITY
(Q) (TU) (MU)
0 0
10
1 10
8
2 18
5
3 23
2
4 25
0
5 25
- 3
6 22
- 5
7 17
Δ TU TUX - TUX-1
MU = =
ΔQ QX - QX-1
Berdasarkan tabel diatas, dapat dibuat kurva TU dan kurva MU sebagai berikut :
TU DAN MU
25
20
15 TU
10
5
0 QUANTITY
1 2 3 4 5 6 7
MU
MUx
Kepuasan maksimum terjadi saat : MUx = Px atau = 1
2
Px
PX = MUX
A C
PX2 D
E
PX1
O X3 X2 X1 JUMLAH KONSUMSI
Keterangan gambar :
- Bila pengorbanan sebesar OPx1, kepuasan maksimum akan tercapai pada titik E
dengan tingkat konsumsi sebesar OX2
- Bila pengorbanan sebesar OPx3, tingkat konsumsi yang diperoleh sebesar OX3,
keputusan maksimum tidak tercapai, tetapi hanya berada pada titik A, (A tidak
berada pada kurva MU). Disini perlu menambah pengorbanan sebesar
PX2 – PX3 atau setinggi AB agar tingkat kepuasan berada di titik B.
- Bila pengorbanan sebesar OPx2, tingkat konsumsi yang diperoleh sebesar OX2,
tingkat kepuasan juga tidak maksimum karena terjadi dititik D (D berada diluar
kurva MU). Disin ada kelebihan pengorbanan sebesar PX1 – PX2 atau setinggi DE.
Supaya tingkat kepuasan berada dalam posisi maksimum, pengorbanan harus
dikurangi, sehingga posisi kepuasan berada pada titik E.
- Tingkat kepuasan maksimum selalu berada pada kurva MU, seperti yang ditunjukan
titik-titik B, C, dan E. Kesemua titik tersebut berada pada kurva MU dan memenuhi
syarat kepuasan maksimum, yaitu : PX = MUX
Dititik E : OPX1 = EX1
C : OPX2 = CX2
B : OPX3 = BX3
Bila PXdipandang sebagai harga barang X, hal ini menunjukan bahwa kurva MUx
tidak lain adalah kurva permintaan, artinya :
PX, MUX
MU
PX3 B
PX2 C
E
PX1
3
O X3 X2 X1 JUMLAH KONSUMSI
Keterangan :
- Bila harga X adalah Px = OPx1 , maka kuantitas barang X adalah Qx = OX1
- Bila harga Px naik menjadi OPx2 , maka kuantitas barang X turun menjadi OX2
- Bila harga Px naik menjadi OPx3 , maka kuantitas barang X turun menjadi OX3
- Perubahan harga barang X (Px) dengan kuantitas barang X (Qx) tersebut
mencerminkan berlakunya hukum permintaan, sehingga kurva ABC tidak lain
adalah kurva permintaan (demand curve)
Jika barang yang dikonsumsi Jika barang yang dikonsumsi lebih dari satu
Hanya satu barang misalnya dua barang yaitu X dan Y
MU ( X ) MU (Y )
Syarat kepuasan maks: Px = Py
20 5
100 = 25 => terbukti bahwa dengan mengkonsumsi barang X sebanyak
5 buah dan barang Y sebanyak 20 buah dengan uang Rp
1.000,00 konsumen tersebut mencapai kepuasan maksimu
2) Surplus Konsumen
Surplus konsumen memberikan kelebihan kepuasan yang dinikmati konsumen
sebagai akibat daya belinya melebihi harga yang berlaku dipasar. Surplus
konsumen dapat dikatakan sebagai perbedaan antara kepuasan yang diperoleh
konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah barang dengan pembayaran yang
harus dilakukan.
Contoh :
Seseorang mengkonsumsi durian berturut-turut selama satu minggu, dimana
setiap harinya konsumen akan membeli sebuah durian. Kondisi surplus konsumen
digambarkan pada tabel berikut ini.
Kurva dari tabel diatas dapat dilihat seperti kurva berikut ini.
HARGA DURIAN
50.000 C
SURPLUS KONSUMEN = 75.000
YANG HARUS DIBAYAR = 75.000
25.000 B
MU
A
O 1 2 3 4 5 6
Q DURIAN
Keterangan :
- Untuk mendapatkan durian sebanyak 6 buah, konsumen menyediakan uang
sebanyak 225.000, pada gambar dinyatakan seluas trapesium OABC
- Yang dibayarkan sebanyak 150.000, pada gambar dinyatakan seluas segi
empat OABD
- Surplus konsumen adalah sebesar 75.000, pada gambar dinyatakan seluas
segitiga DBC
5
Contoh 1 :
A ingin membeli sebuah tas, dari informasi yang diperoleh, harga tas dimaksud
adalah Rp. 200.000. keinginan A untuk mendapatkan tas tersebut sangat tinggi,
sehingga A menyiapkan uang dari rumah untuk membeli tas tersebut sebesar Rp.
250.000. hal ini menunjukan bahwa A bersedia membayar hingga 250.000
asalkan dia dapat memiliki tas yang sangat diinginkanya. Sesampai di toko
ternyata harga yang harus dibayar A hanya 200.000 dan A mempunyai kelebihan
uang yang dipandang sebagai kelebihan kepuasan atau surplus konsumen
sebesar 50.000.
10 – ½ Q = 1/3 Q + 10/3
10 - 10/3 = 1/3 Q + ½ Q
20 / 3 = 5/6 Q Q = 8 jumlah yang diperjualbelikan
P = 10 - ½ Q
P = 10 - ½ (8) P = 6 harga keseimbangan pasar
HARGA
A SURPLUS KONSUMEN
10
SURPLUS PRODUSEN
E S
6
D
4
O 4 6 8
JUMLAH PRODUK
6
3. Pendekatan Ordinal
Dalam pendekatan Ordinal, nilai guna tidak dapat diukur atau dikuantifikasi , tetapi nilai
guna hanya dapat dibandingkan tinggi lebih tinggi, sebaliknya rendah atau lebih rendah.
Ada dua konsep yang dapat digunakan untuk mengamati perilaku konsumen melalui
pendekatan ordinal yaitu kurva kepuasan sama (indifference curve) dan garis anggaran
(budget line).
a. Indifference Curve
Indifference Curve adalah suatu garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi dari
dua macam barang konsumsi yang dapat memberikan kepuasan sama. Bentuk kurva
kepuasan sama (indifference curve) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Kurva turun dari kiri atas ke arah kanan bawah, karena adanya faktor substitusi
antara dua barang yang dikonsumsi, artinya jika menambah penggunaan jumlah
barang yang satu, akan mengurangi barang yang lain.
2) Convex to Origin artinya cenderung kearah titik origin.
3) Tidak berpotongan satu sama lain karena setiap kurva indifference mempunyai
tingkat kepuasan yang berbeda.
Sebagai contoh dapat ditampilkan kurva indifference berdasarkan data dari tabel
berikut ini :
Kombinasi Konsumsi Makanan dan Pakaian Pada Tingkat Kepuasan Sama
Kombinasi Jumlah Marginal Rate of
Makanan (M) Pakaian (P) Substitution
MRS = ΔM/ ΔP
A 10 2
3
B 7 3
2
C 5 4
1
D 4 5
0,5
E 3 7
0,3
F 2 10
Berdasarkan data dari tabel diatas dapat digambarkan kurva indifference nya
7
MAKANAN
10 A
7 B
C
5
D
4 E
3 F
IC (INDIFFERENT CURVE)
2
PAKAIAN
2 3 4 5 7 10
Keterangan :
- Garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi A, B, C, D, E dan F merupakan
kurva kepuasan sama. Kurva tersebut menunjukan berbagai kemungkinan jumlah
kombinasi konsumsi pakaian (P) dengan makanan (M) yang berbeda pada setiap
titik, tetapi tingkat kepuasan yang diperolehnya selalu sama.
- Pada kurva tersebut terlihat adanya prinsip substitusi. Artinya apabila seorang
konsumen kepuasanya berada dititik A, dia akan mengkonsumsi makanan 10 unit
dan pakaian 2 unit. Bila titik kepuasan bergeser ketitik B, konsumsi terhadap
makanan berkurang dan konsumsi terhadap pakaian bertambah. Meskipun
demikian, kepuasan konsumen tetap seperti kombinasi titik A. Begitu juga untuk
titik-titik yang lain karena semua titik berada pada indifference curve.
- Pada indifference curve, berlaku konsep Marginal Rates of Substitution (MRS) yaitu
perbandingan antara perubahan (berkurang) jumlah konsumsi makanan (ΔM)
dengan perubaan (bertambah) konsumsi pakaian (ΔP).
ΔM
MRS =
ΔP
A B C
4
IC 3
IC 2
D
IC 1
BAJU
2 4 6
8
Keterangan :
- Kurva IC1, IC2, IC3 mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dimana tingkat
kepuasan IC1< IC2< IC3. Hal ini ditunjukan oleh kombinasi konsumsi celana dengan
baju :
o Titik A : jumlah yang dikonsumsi 4 celana dengan 2 baju
o Titik B : jumlah yang dikonsumsi 4 celana dengan 4 baju
o Titik C : jumlah yang dikonsumsi 4 celana dengan 6 baju
Berdasarkan kondisi tersebut, jelas tingkat kepuasan lebih tinggi pada kombinasi C
dibanding B dan A, karena kombinasi C berada pada IC3.
- Titik kombinasi A dengan D menunjukan kepuasan sama karena kedua titik
tersebut berada sama-sama pada IC1
c. Budget Line(Garis Anggaran)
Budget Line adalah suatu garis anggaan pengeluaran yang memperlihatkan hubungan
berbagai titik kombinasi dari dua macam barang yang dikonsumsi dengan batas
anggaran tertentu yang sama. Bentuk Budget Line dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misalkan :
Seorang konsumen memiliki dana (bagian pendapatan) Rp. 100.000 aka membeli
pakaian dan makanan. Harga pakaian (Pp) = Rp. 10.000 per unit. Harga makanan
(Pm) = Rp. 4.000 per unit.
Bila semua dana dibelikan untuk pakaian maka jumlah pakaian yang diperoleh 10 unit.
l 100.000
= = 10
Pp 10.000
Bila semua dana dibelikan untuk makanan maka jumlah makanan yang diperoleh 25
unit
l 100.000
= = 25
Pm 10.000
Kombinasi-kombinasi yang mungkin dapat dibeli dengan dana 100.000 dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Berbagai Kombinasi Makanan dan Pakaian
Kombinasi Besar dana Jumlah Makanan Jumlah Pakaian
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat digambarkan garis anggaran sebagai
berikut :
MAKANAN
25
A
20 B
15 C
10 D
5 E
9
F
PAKAIAN
Keterangan :
- Garis lurus AF menunjukan garis anggaran pengeluaran sebesar Rp. 100.000 untuk
membeli dua barang konsumsi makanan dan pakaian. Titik A memperlihatkan
semua dana dihabiskan untuk membeli makanan dan titik F semua dana dibelikan
untuk pakaian.
- Titik-titik yang lain seperti titik B, C, D dan E merupakan macam-macam kombinasi
yang mungkin dapat dibeli dengan dana yang sama.
Secara matematis, Budget Line merupakan fungsi linier yang dapat dinyatakan
sebagai berikut :
l = besar dana/pendapatan yang tersedia
l = XPx + YPy Y = jumlah barang Y dan Py = harga barang Y
X = jumlah barang X dan Px = harga barang X
YPy = l - XPx
l Px X
Y = - Fungsi budget line
Py Py
Dengan dana Rp. 100.000, harga barangX, Px = Rp. 10.000 dan harga barang Y P y =
Rp. 4.000. tentukan fungsi dari budget line
Fungsi dari budget line (BL) dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
A”
10
B” B B’ BARANG X B” B B’ BARANG X
Keterangan :
- Gambar A
o Kurva AB adalah fungsi BL sebelum dipengaruhi perubahan harga barang X
o Kurva AB’ adalah fungsi BL bila dipengaruhi harga barang X turun
o Kurva AB” adalah fungsi BL bila dipengaruhi harga barang X naik
o Sedangkan harga barang Y tetap tidak berubah
- Gambar B
o Kurva AB adalah fungsi BL sebelum dipengaruhi perubahan pendapatan
o Kurva A’B’ adalah fungsi BL bila dipengaruhi pendapatan naik
o Kurva A”B” adalah fungsi BL bila dipengaruhi pendapatan turun
Secara matematis perubahan fungsi budget line dapat dilihat melalui contoh berikut ini.
Dengan dana Rp. 100.000, harga barang X adalah P x = Rp. 10.000 dan harga barang
Y adalah Py = Rp. 4.000
3) Bila pendapatan naik menjadi Rp. 120.000, sedangkan Px dan Py tetap, maka
fungsi budget line berubah menjadi BL’’
11
MAKANAN
30 A
R
KURVA BL
E IC 1
18
IC 2
S
IC 3
B
10 25 PAKAIAN
Keterangan :
- Kurva IC1, IC2, IC3 merupakan kurva kepuasan sama yang masing-masingnya
mempunyai tingkat kepuasan berbeda dan tingkat kepuasan IC1< IC2< IC3.
- Kurva AB merupakan kurva budget line. Titik-titik A, R, E, S dan B berada pada
kurva BL yang sama, artinya setiap titik kombinasi tersebut mempunyai anggaran
yang sama yaitu sebesar Rp. 75.000.
- Keseimbangan konsumen terjadi pada titik kombinasi E, karena saat itu terjadi
persinggungan antara kurva , IC2 dengan BL. Keseimbangan konsumen terjadi
ketika mengkonsumsi makanan sebesar 18 unit dan pakaian sebesar 10 unit,
dengan total anggaran (18 x Rp. 2.500) + (10 + Rp. 3.000) = Rp. 75.000.
- Kepuasan di titik R dan S berada pada tingkat kepuasan IC1 bukan kondisi
equilibrium dan konsumen tidak mencapai kepuasan maksimum.
- Kepuasan pada IC3 tidak mungkin dicapai karena berada diluar batas anggaran AB.
f. Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Konsumen
Keseimbangan konsumen dapat berubah disebabkan oleh dua faktor yaitu jika terjadi
perubahan harga dan perubahan pendapatan. Jika faktor harga yang berubah akan
mengubah posisi titik keseimbangan konsumen, sehingga melahirkan kurva PCC. Tapi
jika faktor pendapatan yang berubah posisi titik keseimbangan konsumen juga akan
berubah dan akan melahirkan kurva ICC. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kurva PCC (Price Consumption Curve)
Bila terjadi perubahan harga mengakibatkan garis anggaran (BL) bergeser /
berubah. Perubahan BL tersebut juga akan menciptakan titik-titik keseimbangan
konsumen yang baru. Bila titik-titik keseimbangan dihubungkan muncul suatu
garis yang disebut dengan PCC (Price Consumption Curve), yaitu garis yang
menghubungkan berbagai titik keseimbangan konsumen yang diakibatkan
perubahan harga.
12
MAKANAN
PCC
IC 3
E3
E2
E1
IC 2
IC 1
B1 B2 B3 PAKAIAN
Keterangan :
- Untuk kasus harga turun, kurva BL bergeser dari AB1 AB2 AB3
- Titik E1, E2, dan E3 merupakan titik keseimbangan bila terjadi perubahan harga
pakaian
- Sedangkan garis yang menghubungkan E1, E2, dan E3 adalah PCC
2) Kurva ICC (Income Consumption Curve)
Bila terjadi perubahan pendapatan mengakibatkan garis anggaran (BL) bergeser /
berubah. Perubahan BL tersebut juga akan menciptakan titik-titik keseimbangan
konsumen yang baru. Bila titik-titik keseimbangan dihubungkan, muncul suatu
garis yang disebut dengan ICC (Income Consumption Curve), yaitu garis yang
menghubungkan berbagai titik keseimbangan konsumen yang diakibatkan
perubahan pendapatan.
MAKANAN
A3
A2 ICC
IC 3
A1 E3
IC 2
E2
E1 IC 1
B1 B2 B3 PAKAIAN
Keterangan :
- Untuk kasus pendapatan naik, kurva BL bergeser dari A1B1 A2B2 A3B3
- Titik E1, E2, dan E3 merupakan titik keseimbangan bila terjadi perubahan
pendapatan
- Sedangkan garis yang menghubungkan E1, E2, dan E3 adalah ICC
13
3) Hubungan PCC Dengan Kurva Permintaan
Didalam analisis ordinal, terbentuknya kurva permintaan dapat ditemukan melalui
derivasi dari kurva PCC. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misalkan :
a) Seorang konsumen mempunyai pendapatan sebesar l = Rp. 600.000, hendak
membeli pakaian dan makanan. Harga pakaian (Pp) per unit = Rp. 25.000,
dan harga makanan (Pm) per unit = Rp. 15.000. Dengan pendapatan, harga
makanan dan pakaian tersebut berada dalam kondisi equilibrium apabila
mengkonsumsi pakaian 10 unit dan makanan 25 unit.
b) Bila harga pakaian berubah turun, misalnya P p’ = Rp. 15.000 sedangkan
harga pakaian tetap. Equilibrium konsumen tercapai dengan mengkonsumsi
pakaian 20 unit dan makanan 20 unit.
c) Bila harga pakaian turun lagi menjadi P p” = Rp. 10.000, sedangkan harga
makanan tetap. Equilibrium konsumen tercapai dengan mengkonsumsi
pakaian 33 unit dan makanan 18 unit
Derivasi kurva permintaan terhadap pakaian dari kurva PCC dapat digambarkan
sebagai berikut :
Keterangan :
Gambar A :
- Garis Anggaran (BL) bergeser dari kurva MP menjadi MP’ dan MP”. Hal ini terjadi akibat
perubahan harga pakaian yang turun dari Rp. 25.000 menjadi Rp. 15.000 dan Rp. 10.000.
- Ketika harga pakaian per unit Rp. 25.000 dan harga makanan per unit Rp. 15.000, dengan
anggaran Rp. 600.000, keseimbangan konsumen terjadi pada persinggungan kurva anggaran
MP dengan kurva IC1 dititik E1. (kombinasi konsumsi pakaian 10 unit dan makanan 25 unit).
- Ketika harga pakaian turun menjadi Rp. 15.000, harga makanan tetap dengan anggaran Rp.
600.000, keseimbangan konsumen terjadi pada persinggungan kurva anggaran MP’ dengan
kurva kepuasan IC2 dititik E2. (kombinasi konsumsi pakaian 20 unit dan 20 unit makanan)
- Ketika harga pakaian turun lagi menjadi Rp. 10.000, harga makanan tetap dengan anggaran Rp.
600.000, maka keseimbangan konsumen terjadi pada persinggungan kurva MP” dengan kurva
kepuasan IC3 dititik E3. (kombinasi konsumsi pakaian 18 unit dan 28 unit makanan)
Garis / kurva yang menghubungkan titik-titik E 1,E2, dan E3 adalah PCC (Price Consumption
Curve).
Gambar B :
14
- Garis yang menghubungkan kurva A, B, dan C adalah kurva demand yang diperoleh dari derivasi
kurva PCC.
- Di titik A, harga pakaian ketika Rp. 25.000, konsumen membeli pakaian sebanyak 10 unit. Titik B,
harga pakaian turun menjadi Rp. 15.000, permintaan menjadi 20 unit. Titik C harga pakaian turun
lagi mencapai Rp. 10.000, permintaan bertambah 33 unit.
- Dari kejadian tersebut setiap terjadi penutunan harga, maka permintaan terhadap pakaian
semakin bertambah. Disini berlaku hukum permintaan, sehingga kurva ABC tidak lain adalah
kurva permintaan konsumen terhadap pakaian.
4) Hubungan PCC Dengan Kurva Enggel
Didalam analisis ordinal dapat juga ditemukan kurva Enggel yang tidak lain adalah
kurva yang memperlihatkan bagaimana pengaruh perubahan pendapatan
seseorang terhadap perubahan permintaanya untuk sesuatu barang. Kurva
Enggel ini ditemukan melalui derivasi kurva ICC dan bentuknya dapat
berkemiringan positif (untuk barang yang berrsifat normal dan negatif untuk
barang yang bersifat inferior) dan hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misalkan :
a) Seorang konsumen mempunyai pendapatan sebesar l = Rp. 300.000, hendak
membeli pakaian dan makanan. Harga pakaian (Pp) per unit = Rp. 25.000,
dan harga makanan (Pm) per unit = Rp. 15.000. Dengan pendapatan, harga
makanan dan pakaian tersebut berada dalam kondisi equilibrium apabila 50
% dari dananya digunakan untuk pakaian dan sisanya 50 % lagi untuk
makanan.
b) Bila pendapatan bertambah, misalkan l’ = Rp. 450.000 sedangkan harga
pakaian dan makanan tetap. Equilibrium konsumen tercapai tetap ketika 50 %
dari dananya digunakan untuk pakaian dan sisanya 50 % lagi untuk makanan.
c) Bila pendapatan bertambah lagi misalkan menjadi I” = Rp. 600.000,
sedangkan harga pakaian dan makanan tetap. Equilibrium konsumen tercapai
tetap ketika 50 % dari dananya digunakan untuk pakaian dan sisanya 50 %
lagi untuk makanan.
Derivasi kurva Enggeldari kurva ICC untuk pembelian pakaian dapat digambakan
pada gambar berikut.
Keterangan :
Gambar A :
- Garis Anggaran (BL) bergeser dari kurva MP menjadi M’P’ dan M”P”. Hal ini terjadi akibat
perubahan pendapatan yang naik dari Rp. 300.000 menjadi Rp. 450.000 dan Rp. 600.000.
- Ketika pendapatan Rp. 300.000 dan harga pakaian per unit Rp. 35.000, dan harga makanan
Rp. 15.000 per unit dengan anggaran Rp. 300.000, keseimbangan konsumen terjadi pada
15
persinggungan kurva anggaran MP dengan kurva IC1 dititik E1. Kombinasi konsumsi pakaian 6
unit dan makanan 10 unit (50 % dari anggaran untuk pakaian dan 50 % lagi untuk makanan)
- Ketika pendapatan naik menjadi Rp. 450.000, harga pakaian dan makanan tetap, keseimbangan
konsumen terjadi pada persinggungan kurva anggaran M’P’ dengan kurva kepuasan IC2 dititik E2.
Kombinasi konsumsi pakaian 9 unit dan 15 unit makanan. (50 % dari anggaran untuk pakaian
dan 50 % lagi untuk makanan)
- Ketika pendapatan naik hingga Rp. 600.000, harga pakaian dan makanan tetap, maka
keseimbangan konsumen terjadi pada persinggungan kurva M”P” dengan kurva kepuasan IC3
dititik E3. Kombinasi konsumsi pakaian 12 unit dan 20 unit makanan. (50 % dari anggaran untuk
pakaian dan 50 % lagi untuk makanan).
- Garis / kurva yang menghubungkan titik-titik equilibriumE1,E2, dan E3 adalah ICC (Income
Consumption Curve).
Gambar B :
- Garis yang menghubungkan kurva A, B, dan C adalah kurva Enggel yang diperoleh dari derivasi
kurva ICC.
- Di titik A, pendapatan sebesar Rp. 300.000, konsumen membeli pakaian sebanyak 6 unit dan
makanan 10 unit. Titik B, pendapatan naik menjadi Rp. 450.000, konsumen membeli pakaian
sebanyak 9 unit dan makanan 15 unit. Titik C pendapatan naik menjadi Rp. 600.000,
konsumen membeli pakaian sebanyak 12 unit dan makanan 20 unit.
- Dari kondisi gambar terlihat bahwa setiap terjadi kenaikan pendapatan menyebabkan permintaan
terhadap pakaian semakin bertambah, berarti pakaian termasuk barang normal, oleh karena itu
kurva Enggel untuk pakaian berkemiringan positif.
16
Keterangan :
Gambar A :
- Garis Anggaran (BL) bergeser dari kurva MP menjadi M’P’ dan M”P”. Hal ini terjadi akibat
perubahan pendapatan yang menurun dari Rp. 600.000 menjadi Rp. 450.000 dan Rp. 300.000.
- Ketika pendapatan Rp. 300.000 dan harga beras per unit Rp. 10.000, dan harga singkong Rp.
2.500 per unit dengan anggaran Rp. 300.000, keseimbangan konsumen terjadi pada
persinggungan kurva anggaran MP dengan kurva IC1 dititik E1. Kombinasi konsumsi beras 50
kilogram dan singkong 40 kilogram.
- Ketika pendapatan naik menjadi Rp. 450.000, harga beras dan singkong tetap, keseimbangan
konsumen terjadi pada persinggungan kurva anggaran M’P’ dengan kurva kepuasan IC2 dititik E2.
Kombinasi konsumsi beras 30 kilogram dan singkong 60 kilogram.
- Ketika pendapatan naik hingga Rp. 600.000, harga beras dan singkong tetap, maka
keseimbangan konsumen terjadi pada persinggungan kurva M”P” dengan kurva kepuasan IC3
dititik E3. Kombinasi konsumsi beras 5 kilogram dan singkong 100 kilogram.
- Garis / kurva yang menghubungkan titik-titik equilibriumE1,E2, dan E3 adalah ICC (Income
Consumption Curve). Pergeseran titik-titik equilibrium tersebut akibat dari perubahan
pendapatan.
Gambar B :
- Garis yang menghubungkan kurva A, B, dan C adalah kurva Enggel yang diperoleh dari derivasi
kurva ICC.
- Di titik A, pendapatan sebesar Rp. 600.000, konsumen membeli beras sebanyak 50 kilogram dan
singkong40 unit. Titik B, pendapatan turun menjadi Rp. 450.000, konsumen membeli beras
sebanyak 30 kilogram dan singkong 60 kilogram. Titik C pendapatan turun menjadi Rp. 300.000,
konsumen membeli beras sebanyak 5kilogram dan singkong 100 kilogram unit.
- Dari kondisi gambar terlihat bahwa setiap terjadi kenaikan pendapatan menyebabkan permintaan
terhadap beras semakin berkurang, berarti beras termasuk barang normal, tetapi permintaan
terhadap singkong semakin bertambah, artinya singkong termasuk barang inferior sehingga
kurva Enggel untuk singkong berkemiringan positif.
Pustaka :
1. Laily, Nur & Pristyadi, Budiyono, Teori Ekonomi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013
2. Murni, Asfia & Lia, Amaliawati, Ekonomika Mikro, PT. Refika Aditama, Bandung, 2013
3. Nophirin, Ph.D, Pengantar Ilmu Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 2013
4. Rahardja, Prathama & Manurung, Mandala, Teori Ekonomi Mikro, Lembaga Penerbit,
Jakarta, 2010
5. Sukirno, Sadono, Mikro Ekonomi, Teori Pengantar, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013
6. Mubarok, E. Saefuddin, EkonomiManajerial&StrategiBisnis, In Media, Jakarta, 2015
7. Tasman, H. Aulia&Aima, H.M. Havidz, EkonomiManajerialDenganPendekatanMatematis,
RajawaliPers, Jakarta, 2014
8. Salvatore, Dominick, Managerial Economics in A Global Ekonomy, McGraw Hill, Inc
17
SOAL LATIHAN
DURIAN MANGGA
JUMLAH NILAI GUNA TOTAL JUMLAH NILAI GUNA TOTAL
1 250 1 370
2 460 2 650
3 630 3 850
4 760 4 980
5 850 5 1.050
6 900 6 1.070
a. Tentukan nilai guna marjinal dari memakan durian dan memakan mangga !
b. Misalkan harga mangga dan durian, masing-masing adalah Rp. 500, berapakah jumlah
durian dan mangga yang dibelinya apabila uang yang akan dibelanjakan adalah
sebanyak Rp. 3.500
c. Buat grafik nilai guna total dan marjinal untuk buah durian dan mangga !
6. Seorang konsumen ingin membeli makanan dan pakaian untuk dirinya dan keluarganya.
Harga makanan adalah Rp. 600 dan sehelai pakaian berharga Rp. 6.000. nilai guna total
yang diperoleh dari mengkonsumsi pakaian dan makanan adalah seperti yang ditunjukan
pada tabel berikut ini :
18
MAKANAN PAKAIAN
KONSUMSI (UNIT) NILAI GUNA TOTAL KONSUMSI (UNIT) NILAI GUNA TOTAL
1 600 1 14.000
2 1.100 2 24.000
3 1.500 3 30.000
4 1.800 4 32.000
5 2.000 5 30.000
a. Hitunglah nilai guna marjinal untuk makanan dan pakaian pada berbagai unit barang
seperti yang ditunjukan pada tabel diatas.
b. Misalkan pendapatan konsumen adalah Rp. 27.000. apabila semua pendapatan
tersebut dibelanjakan, berapa banyak makanan dan pakaian yang akan dibelinya untuk
memaksimumkan kepuasanya ?
c. Misalkan pendapatan konsumen itu Rp. 38.500 dan harga pakaian meningkat menjadi
Rp. 12.000. gabungan makanan dan pakaian yang bagaimanakah perlu dibelinya untuk
memaksimumkan kepuasanya ? berapa sisa pendapatanya yang dapat ditabung ?
19