Anda di halaman 1dari 26

Tugas manajemen modal kerja

Disusun oleh :
Amalya Hanifa ( 01011281419113 )

MANAJEMEN
Fakultas ekonomi
UNIVERSITAS SRIWIJAYa

Manajemen kas dan surat berharga


Motivasi Perusahaan Mengadakan Kas

Kas sering disebut sebagai aktiva yang tidak menghasilkan (nonearning


asset). Kas diperlukan untuk menjaga likuiditas perusahaan, seperti membayar
tenaga kerja, membeli bahan baku, membayar utang, bunga, dan lain sebagainya.
Akan tetapi jika kas yang dimiliki disimpan di brankas perusahaan, kas tersebut
tidak menghasilkan. Dengan demikian tujuan manajemen kas adalah untuk
menjaga saldo kas perusahaan yang cukup untuk menjalankan aktivitas usaha
yang normal. Besar kecilnya saldo kas yang dianggal cukup oleh suatu perusahaan
tergantung pada karakteristik perusahaan dan manajemen. Namun demikian
secara umum ada beberapa alasan atau motivasi perusahaan untuk mengadakan
sejumlah kas.

a. Motif transaksi ( Transaction motive)

Perusahaan mengadakan kas untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan


dengan transaksi yang dilakukan perusahaan sehubungan dengan kegiatan
operasional perusahaan seperti membeli bahan baku, membayar upah atau gaji
karyawan, membayar bunga, deviden, pajak, dan sebagainya. Pengeluaran dan
penerimaan kas perusahaan tidak selamanya seimbang, sehingga dibutuhkan
sejumlah kas untuk keperluan pengaman agar tidak mengganggu kelancaran
kegiatan perusahaan.

b. Motif spekulasi (Speculative motive)

Kas untuk spekulasi diperlukan agar perusahaan dapat memanfaat peluang bisnis
yang menguntungkan, seperti suki bunga yang menarik, perubahan nilai tukar
mata uang, dan sebagainya. Pada kebanyakan perusahaan, cadangan kemampuan
untuk meminjam dan surat-surat berharga dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kas untuk motif spekulasi.

c. Motif berjaga-jaga (Precautionary motive)

Perusahaan mengadakan kas untuk mengamankan kegiatan perusahaan terhadap


kondisi yang bersifat tidak pasti, seperti terjadinya bencana alam dan sebagainya.
Karena nilai surat-surat berharga pasar uang seperti SBI relatif stabil, perusahaan
tidak perlu mengadakan sejumlah kas yang cukup besar untuk motif berjaga-jaga,
tetapi cukup menginvestasikan dalam bentuk surat berharga pasar uang yang
sangat likuid.

d. Motif saldo kompensasi ( Compensating balances motive)

Motif saldo kompensasi merupakan salah satu alasan perusahaan untuk


mengadakan kas. Perusahaan memiliki saldo kas tertentu di bank dalam bentuk
rekening giro, sebagai kompensasi atas jasa pelayaban yang diberikan bank
kepada perusahaan.Ketika perusahaan memiliki kas melebihi kebutuhan
minimum, perusahaan menanggung biaya kesempatan (opportunity
cost). Opportunity cost atas kelebihan kas yang dimiliki perusahaan sama dengan
pendapatan bunga yang seharusnya diperoleh perusahaan jika kelebihan kas
tersebut disimpan dalam bentuk tabungan di bank.

MANAJEMEN KAS VERSUS MANAJEMEN LIKUIDITAS

Dalam membahas manajemen kas perlu dibedakan antara manajemen kas


yang sesungguhnya dan manajemen likuiditas. Perbedaan ini sering merupakan
sumber ketidakjelasan karena istilah kas dalam praktik sering digunakan untuk
dua pengertian yang berbeda.

Pertama, kas yang merujuk pada kas sesungguhnya yang ada di


perusahaan. Kedua, manajer keuangan sering menggunakan istilah kas tetapi
meliputi juga surat-surat berharga (marketable securities), yang kadang-kadang
disebut setara kas (cash equivalents atau near cash).

Perbedaan manajemen kas dengan manajemen likuiditas adalah jelas.


Manajemen luiditas berkaitan dengan jumlah optimal aktiva likuid yang harus
dimiliki perusahaan, sedangkan manajemen kas lebih erat kaitannya dengan
mengoptimalkan mekanisme untuk pengumpulan dan pendistribusian kas.

INVESTASI KELEBIHAN KAS DAN SURAT BERHARGA

Apabila perusahaan memiliki surplus kas untuk sementara waktu,


perusahaan dapat menginvestasikan pada surat berharga jangka pendek di pasar
uang. Pada umumnya, perusahaan besar mengelola sendiri aset keuangan jangka
pendeknya, dan melakukan transaksi melalui bank dan dealer.
Surat berharga (commercial paper) adalah surat yang dapat dijual dengan cepat
tanpa mengalami suatu kerugian. Ada dua alasan perusahaan untuk melakukan
investasi dalam surat berharga:

1. Sebagai pengganti kas, dalam hal ini perusahaan mempertahankan suatu


portfolio surat berharga untuk mengurangi saldo kas yang terlalu besar
untuk sementara dan akan menjualnya kembali jika arus kas keluar
melebihi arus kas masuk.

2. Sebagai investasi sementara, biasanya dilakukan untuk membelanjai


kegiatan perusahaan yang bersifat musiman atau untuk membelanjai
kebutuhan yang telah direncanakan pada waktu yang akan datang.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu surat
berharga sebagai alternatif untuk menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat
sementara, yaitu:

1. Default risk , yaitu risiko kegagalan perusahaan yang menerbitkan surat


berharga untuk melunasi bunga dan pokok pinjaman.
2. Event risk, yaitu risiko suatu kejadian yang tiba-tiba dapat segera
mengakibatkan perusahaan yang menerbitkan surat berharga dalam
kondisi yang sulit.
3. Interest rate price risk, yaitu risiko turunnya harga pasar suatu surat
berharga karena terjadinya kenaikan suku bunga di pasar.
4. Inflation risk, yaitu risiko inflasi yang akan menurunkan daya beli dari
sejumlah uang.
5. Marketability risk, yaitu risiko kesulitan untuk menjual surat berharga
pada tingkat harga yang berlaku di pasar.
6. Return on securities, yaitu tingkat pendapatan dari surat berharga, hal ini
biasanya berkaitan dengan tingkat risiko dari surat berharga tersebut.
Semakin besar risiko semakin tinggi tingkat pendapatan yang disyaratkan.

Model Baumol Untuk Manajemen Kas dan Surat Berharga

William Baumol, telah mengembangkan suatu model yang dapat dipakai


untuk menentukan saldo kas yang ditargetkan. Model ini hanya cocok untuk
diterapkan dalam kondisi yang bersifat pasti. Model ini mirip dengan model
manajemen persediaan yang dikenal dengan nama Economic Ordering Quantity
(EOQ). Model Baumol dalam menentukan saldo kas optimal berorientasi pada
biaya, yaitu jumlah biaya penyimpanan kas dan biaya transaksi yang minimal.
Secara matematik besarnya saldo kas optimal dapat dihitung dengan rumus :

2xTxF
C* = ---------------------
k

Keterangan :
C* = Saldo kas optimal yang diperoleh dengan menjual surat berharga
F = Biaya transaksi yang jumlahnya tetap setiap kali transaksi dilakukan
T = Jumlah kas yang diperlukan selama satu periode tertentu (biasanya satu
tahun)
k = Biaya opportunity yang timbul karena menyimpan kas.

Model Miller-Orr dalam manajemen kas


Model ini dirancang untuk sistem manajemen kas perusahaan yang arus
kasnya berfluktuasi secara acak dari hari ke hari. Model ini juga memfokuskan
pada saldo kas, tetapi diasumsikan saldo kas berfluktuasi secara acak dan rata-rata
perubahannya sama dengan nol.
Model Miller-Orr bekerja atas dasar saldo kas perusahaan maksimum
sampai dengan batas atas (h) dan saldo kas minimum atau batas bawah (r) dan
target saldo kas (z). Perusahaan mengizinkan saldo kas berfluktuasi diantara batas
atas atau batas bawah. Ketika saldo kas mencapai batas atas pada T1, perusahaan
harus mengubah kas sebesar h-z untuk diinvestasikan ke dalam surat berharga.
Tindakan ini akan menurunkan saldo kas menjadi z. sebaliknya, jika saldo kas
turun sampai dengan batas bawah (r) pada T2, perusahaan harus menjual surat
berharga sebesar z-r untuk dikonversikan menjadi kas.
Dalam penggunaan model ini, pertama-tama perusahaan harus
menentukan saldo kas minimum sebagai batas bawah (r), hal ini tergantung pada
seberapa besar risiko kekurangan kas yang dapat ditolerir oleh manajemen
perusahaan. Biasanya didasarkan pada saldo kas kompensasi, yaitu saldo kas
minimum yang disyaratkan oleh bank tempat perusahaan menyimpan kasnya.
Fungsi biaya manajemen kas pada model Miller-Orr dapat dinyatakan sebagai
berikut:
E(c) = bE(N)/T + iE(m)
Keterangan:
E(N) = perkiraan jumlah transfer antara kas dan surat-surat berharga selama satu
periode.
b = biaya setiap kali transaksi
T = jumlah hari dalam satu periode
E(m) = perkiraan saldo kas harian
i = suku bunga harian
Keberhasilan penerapan model Miller-Orr tidak hanya ditentukan oleh
seberapa akurat prediksi tentang kondisi yang direncanakan, seperti perkiraan
frekuensi transfer dan perkiraan saldo kas dengan keadaan yang sesungguhnya,
tetapi juga ditentukan oleh seberapa akurat estimasi parameter biaya suku bunga.

Berikut ini contoh jenis-jenis surat berharga yang diperjualbelikan di


pasar uang:

Treasury Bills (T-Bills)


T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh pemerintah
atau Bank Sentralatas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan
kepada pemegang pada tanggalyang telah ditetapkan.Instrumen ini berjangka
waktu jatuh tempo satu tahun atau kurang.Instrumen yg sangat aman karena
diterbitkan oleh pemerintah atau biasanya oleh BankSentral.

Commercial Paper
Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan promes yang tidak
disertai dengan jaminan (unsequred promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan
untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar
uang. Penerbit berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh
tempo. Penerbit CP adalah perusahaanyang mempunyai kredibilitas tinggi.
Sertifikat Deposito atau negotiable certificate of deposit (CD)
Deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat
diperdagangkan. Jadi mempunyai ciri pokok dapat
dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu
jatuh temponya.Di Indonesia, CD diterbitkan oleh bank-bank umum
atas dasar diskonto. Perhitungan diskonto CD tersebut sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia.

Bankers Acceptance (BA)


BA adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang
eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau
untuk membeli valuta asing.

Bill of Exchange
Bill of Exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat
yang ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah
uang pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau
order atau pembawa.

Repurchase Agreement (Repo)


Repo adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan
perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang
dijual; tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih
dahulu.Surat-surat berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam
transaksi Repo adalah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara
diskonto, misalnya SBI,SBPU, CD, CP dan T-bills.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)


SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesiasebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.Sebelum jatuh
tempo SBI boleh diperjualbelikan, baik oleh Bank, LKBB, maupun masyarakat
atau dunia usaha setiap saat melalui pasar sekunder. Untuk itu Security House
(perantara) akan membeli atau menjual SBI setiap hari dengan tingkat diskonto
yang berlaku dipasar.

Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)


SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat
diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga
diskonto yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan sbb:

a. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:


Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam
rangka penerimaan kredit dari bank untuk membiayai
kegiatan tertentu.

b. Surat wesel, dapat berupa:


Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep
oleh pihak lain dalam rangkatransaksi tertentu. Penarik
dan atau tertarik adalah nasabah bank.

Call Money (Interbank Call Money Market)

Call Money adalah penempatan atau peminjaman dana jangka


pendek (dalam hitungan hari) antar bank.Call Money merupakan
instrument bank dalam mengatasi kekurangan atau kelebihan
dana
MANAJEMEN PIUTANG

Kredit Dan Piutang

Ketika perusahaan menjual barang atau jasa, perusahaan dapat


melakukannya secara tunai atau kredit. Jika penjualan dilakukan secara tunai
maka pada saat dilakukan penjualan perusahaan juga menerima kas, sebaliknya
jika penjualan dilakukan secara kredit, maka perusahaan baru menerima kas
beberapa waktu kemudian setelah dilakukan penjualan, sesuai dengan jangka
waktu kredit yang disepakati. Dengan demikian penjualan secara kredit akan
menimbulkan adanya piutang. Piutang yang dimaksud dalam hal ini adalah
piutang dagang.

Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penjualan secara kredit, yaitu


untuk meningkatkan penjualan, perusahaan memiliki kapasitas produksi yang
menganggur, dan alasan persaingan. Penjualan secara kredit menimbulkan biaya
dan manfaat bagi perusahaan. Biaya yang timbul akibat penjualan kredit ada yang
bersifat langsung seperti biaya penagihan piutang dan biaya tidak langsung
berupa oppurtunity cost dari dana yang terkait dalam piutang, serta adanya
kerugian akibat adanya piutang yang tidak tertagih. Sementara itu manfaat yang
diperoleh perusahaan dari penjualan secara kredit adalah berupa peningkatan
volume penjualan yang akan mengakibatkan peningkatan laba.

1. Komponen Kebijakan Kredit


Jika perusahaan memutuskan untuk memberikan kredit kepada
pelangganya, perusahaan harus menentukan prosedur untuk memperoleh
kredit dan pelunasannya yang dituangkan dalam kebijakan kredit, yang
meliputi hal berikut :

a. Syarat penjualan
Syarat penjualan menentukan bagaiman perusahaan menjual barang atau
jasanya. Apakah dilakukan secara tunai atau kredit. Jika dilakukan secara
kredit, syarat penjualan harus menentukan secara spesifik jangka waktu
kredit, potongan tunai dan periode potongan, serta jenis kredit.
b. Analisis kredit
Dalam pemberian kredit, perusahaan menentukan berapa banyak upaya
yang dilakukan untuk dapat membedakan antara pelanggan yang akan
membayar dan pelanggan yang tidak membayar. Aspek yang dianalisis
biasanya berdasarkan pada five Cs of credit yaitu character, capacity,
capital, colleteral, dancondition.
c. Kebijakan penagihan piutang
Setelah kredit diberikan, perusahaan mempunyai masalah yang potensial
dalam pengumpulan kas. Untuk itu, perusahaan harus menentukan
kebijakan penagihan piutang.
2. Investasi dalam Piutang
Investasi dalam piutang bagi suatu perusahaan tergantung pada jumlah
penjualan kredit dan rata-rata periode pengumpulan piutang (average
collection period atau APC).
Account receivable = average daily sales x ACP
Dengan demikian investasi perusahaan dalam piutang tergantung pada faktor-
faktor yang memengaruhi penjualan secara kredit dan jangka waktu
pengumpulan piutang.

Syarat Penjualan Secara Kredit

Syarat penjualan mencakup tiga unsur yang berbeda yaitu :


1. Jangka waktu kredit
2. Potongan tunai
3. Periode potongan, serta
4. Jenis kredit

Dalam satu industri, syarat penjualan biasanya standar, tetapi syarat


penjualan dapat sangat berbeda antar industri yang berbeda.
Sebagai contoh, syarat penjualan adalah 2/10 net 60. Hal ini berarti
pelanggan mempunyai jangka waktu 60 hari sejak tanggal transaksi
dilakukan untuk melunasi semua utangnya, akan tetapi jika pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 hari, pelanggan mendapat potongan tunai
sebesar 2%. Apabila pelanggan membeli barang senilai Rp. 1.000.000 dan
syarat penjualan 2/10, net 60, pelanggan mempunyai pilihan untuk
membayar dalam 10 hari sebesar Rp. 1.000.000 x (1-0,02) = Rp. 980.000
atau membayar Rp. 1.000.000 dalam waktu 60 hari.

1. Jangka waktu Kredit


Jangka waktu kredit adalah waktu saat penjualan dilakukan sampai
dengan pelanggan harus melunasi semua utangnya. Jangka waktu kredit
sangat bervariasi antar industri, tetapi biasanya antara 30 hari sampai 120
hari. Tanggal nota (invoice) merupakan awal periode kredit, yang biasanya
merupakan tanggal saat barang dikirim, bukan tanggal saat barang diterima
oleh pembeli.

Faktor-faktor yang memengaruhi jangka waktu kredit yaitu :


a. Jenis barang yang dihasilkan atau dijual. Untuk barang-barang yang tidak
tahan lama atau harus sampai dikonsumen dalam keadaan segar seperti
makanan, jangka waktu kreditnya biasanya lebih pendek dibandingkan
bahan yang tahan lama.
b. Permintaan konsumen. Barang-barang yang sudah dikenal baik oleh
konsumen biasanya perputarannya cepat dan jangka waktu kreditnya lebih
pendek dibandingkan dengan barang baru yang perputarannya lambat,
sehingga jangka waktu kreditnya lebih lama.
c. Biaya, profitabilitas dan standardisasi. Semakin murah barang semakin
pendek jangka waktu kredit. Demikian juga apabila semakin rendah
profitabilitas dan semakin terstandardisasi suatu barang, semakin pendek
jangka waktu kreditnya.
d. Risiko kredit. Semakin besar risiko kredit dari pembeli, semakin pendek
jangka waktu kredit.
e. Besarnya transaksi. Semakin kecil jumlah transaksi, semakin pendek
jangka waktu kreditnya, dan sebaliknya.
f. Persaingan. Semakin ketat persaingan pasar yang dihadapi penjual, jangka
waktu kreditnya semakin panjang, dan sebaliknya.
g. Jenis pelanggan. Penjual dapat menawarkan jangka waktu kredit yang
berbeda untuk pembeli yang berbeda.

2. Potongan Tunai
Potongan tunai merupakan bagian dari syarat penjualan yang
diberikan kepada pelanggan yang membayar dalam periode potongan. Hal
ini untuk mendorong pelanggan membayar lebih cepat dari jangka waktu
kredit. Potongan tunai akan berdampak pada berkurangnya jumlah piutang
di satu sisi dan perusahaan harus membandingkannya dengan besarnya
biaya potongan disisi yang lain.

3. Potongan Tunai dan Average Collection Period (ACP)


Pemberian potongan tunai akan mendorong pelanggan membayar
lebih cepat, hal ini akan memperpendek jangka waktu piutang, dan jika
faktor lainnya tetap, akan mengurangi investasi dalam piutang.

Sebagai contoh, saat ini perusahaan mempunyai syarat penjualan


net 30 dan ACP selama 30 hari. Jika perusahaan menawarkan syarat
penjualan 2/10, net 30, dan sebanyak 50% pelanggan (atas volume
pembelian) memanfaatkan kesempatan memperoleh potongan dan
membayar dalam waktu 10 hari, sedangkan sisanya membayar dalam
waktu 30 hari. Berapa ACP setelah perubahan kebijakan kredit tersebut?
Jika penjualan perusahaan sebanyak Rp 15 juta setiap tahun (sebelum
potongan), apa yang terjadi dengan piutang.

Jika dianggap 50% pelanggan membayar dalam waktu 10 hari, dan sisanya
membayar dalam waktu 30 hari, maka ACP yang baru adalah :

ACP baru = 0,50 x 10 hari + 0,50 x 30 hari = 20 hari


Dengan demikian ACP mengalami penurunan dari 30 hari menjadi 20 hari.
Rata-rata penjualan per hari adalah Rp 15 juta/365 = Rp 41.096 dan
piutang akan berkurang sebesar Rp 41.096 x 10 = Rp 410.960.

4. Jenis Kredit
Kebanyakan kredit dagang yang ditawarkan merupakan open
account. Hal ini berarti bukti formal kredit adalah berupa invoice yang
dikirim bersamaan dengan pengiriman barang dan ditandatangani oleh
pembeli sebagai bukti barang telah diterima. Setelah itu penjual dan
pembeli mencatat di masing-masing rekeningnya.

Analisis Kebijakan Kredit


Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pemberian kredit. Keputusan
pemberian kredit layak dilakukan jika NPV-nya positif.

Dalam mengevaluasi kebijakan kredit, ada lima faktor yang harus


dipertimbangkan yaitu :

Dampak terhadap penjualan (revenue effects)


Jika perusahaan memberikan kredit, akan terjadi penundaan penerimaan
kas karena pelanggan memperoleh keuntungan dari penawaran kredit.
Namun demikian perusahaan dapat membebankan harga yang lebih tinggi
jika perusahaan memberikan kredit dan pemberian kredit juga dapat
meningkatkan jumlah barang yang dijual. Sehingga, pemberian kredit
diharapkan dapat meningkatkan penjualan.
Dampak terhadap biaya (cost effect)
Selain mengalami penundaan penerimaan atas penjualan kredit,
perusahaan juga segera menanggung biaya atas penjualan .
perusahaan menjual secara tunai atau kredit, perusahaan harus tetap
membeli atau memproduksi barang yang dijual.
Biaya atas utang.
Ketika perusahaan memberikan kredit, perusahaan harus merencanakan
pembelanjaan atas piutang yang dihasilkan. Sebagai konsekuensinya, biaya
pinjaman jangka pendek perusahaan menjadi faktor yang penting
dipertimbangkan dalam pemberian kredit.

Kemungkinan tidak membayar.


Jika perusahaan menjual secara kredit, ada kemungkinan sebagian dari
pembeli tidak membayar. Hal ini tidak akan terjadi jika perusahaan
menjual secara tunai.
2. Mengevaluasi Usulan Kebijakan Kredit

Contoh perusahaan Lokus, yang mengevaluasi permintaan dari sejumlah


pelanggan untuk mengubah kebijakan kredit sekarang, menjadi net 30 hari. Untuk
menganalisis perlu dijelaskan notasi yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
P : Harga per unit
v : Biaya variabel per unit
Q : Jumlah unit produk yang dijual per bulan sekarang
Q : Jumlah unit produk yang dijual pada kebijakan baru
R : Tingkat keuntungan yang disyaratkan per bulan

Untuk menjelaskan perhitungan NPV akibat perubahan kebijakan kredit


perusahaan CITRA berikut ini adalah informasi terkait dengan perusahaan CITRA
:

P : Rp 50

v : Rp 20

Q : 100

Q: 110

Jika tingkat keuntungan yang disyaratkan 2% per bulan, apakah perubahan


kebijakan kredit perusahaan CITRA menguntungkan? Perusahaan saat ini bekerja
di bawah kapasitas normal, sehingga peningkatan produksi dan penjualan tidak
berdampak pada biaya tetap.

Penjualan perusahaan CITRA sekarang setiap bulan = P x Q = Rp. 5.000 dan


biaya variabel setiap bulan adalah = v x Q = Rp 2.000
Arus kas dari kebijakan lama : (P v) Q
: (Rp 50 Rp 20) x 100 = Rp 3.000

Jika perusahaan CITRA mengubah kebijakan kreditnya, menjadi net 30 hari, maka
kuantitas barang yang dijual meningkat menjadi Q = 110. Penjualan tiap bulan
menjadi P x Q dan biaya variabel menjadi v x Q. Arus kas kebijakan baru akan
menjadi :

Arus kas dari kebijakan lama = (P - v) Q

= (Rp 50 Rp 20) x 110 = Rp 3.300

Icremental arus kas = (P - v) (Q-Q)

= (Rp 50 Rp 20) (110 100) = Rp 300


Nilai sekarang dari arus kas incremental adalah :

PV : {(P - v) (Q Q)}/R

: {(Rp 50 Rp 20) (110 100)}/0,02

: Rp 300/0,02 = Rp 15.000

Biaya Perubahan Kebijakan Kredit

Ada dua komponen yang harus dipertimbangkan dalam menghitung biaya


dari perubahan kebijakan kredit : pertama, karena penjualan meningkat dari Q
menjadi Q perusahaan harus memproduksi lebih banyak yaitu Q Q , dan biaya
v(Q Q) = Rp 20 (110 - 100) = Rp 200. Kedua, penjualan yang dapat
dikumpulkan menjadi kas pada bulan ini berdasarkan kebijakan sekarang = Px Q
= Rp 50 x 100 = Rp 5.000 tidak aan bisa dikumpulkan sampai dengan 30 hari
kemudian berdasarkan kebijakan baru.

Biaya perubahan kebijakan = P x Q + v(Q Q)

Informasi Kredit

Jika perusahaan membutuhkan informasi kredit atas pelanggan, ada sejumlah


sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, di antaranya :

1. Laporan keuangan. Perusahaan dapat meminta perusahaan pelanggan


dapat menyediakan laporan keuangannya seperti : neraca, laporan laba
rugi dan sebagainya.
2. Laporan kredit yang berkaitan dengan masa lalu pelanggan dalam
pembayaran kredit dengan perusahaan lain. Berkaitan dengan informasi
ini, memang hanya sedikit perusahaan yang menjual informasi historis
kredit perusahaan, contohnya adalah Dun & Bradstreet.
3. Bank. Bank biasanya memberikan bantuan kepada perusahaan yang
menjadi nasabahnya dalam menyediakan informasi tentang kredit
perusahaan lainnya.

Catatan pembayaran perusahaan pelanggan di masa lalu.


Tidak ada rumus yang pasti untuk menilai kemungkinan pelanggan tidak
membayar, namun demikian ada lima faktor klasik yang dikenal dengan 5Cs of
credit untuk mengetahui kelayakan pelanggan yang diberikan kredit yaitu :
1. Character, berkaitang dengan niat pelanggan untuk memenuhi kewajiban.
2. Capacity, berkaitan dengan kemampuan pelanggan untuk memenuhi
kewajibannya sehubungan dengan kredit yang diterima.
3. Capital, berkaitan dengan kemampuan pelanggan untuk menyediakan
modal sendiri.
4. Collateral, berkaitan dengan jaminan yang disediakan pelanggan jika gagal
memenuhi kewajibannya.
5. Condition, kondisi ekonomi secara umum yang memengaruhi bisnis
pelanggan.

Kebijakan Pengumpulan Piutang

Kebijakan piutang ini merupakan komponen terakih dari kebijakan kredit.


Hal ini mencakup pemantauan piutang dan oleh penyebaran atas piutang yang
telah jatuh tempo.

Pemantauan Piutang

Agar pelanggan selalu membayar kewajibannya tepat waktu, kebanyakan


perusahaan akan memantau piutang telah jatuh tempoh. Pertama, perusahaan perlu
memperhatikan ACP dari waktu ke waktu. Jika terjadi peningkatan, ACP perlu
mendapatkan perhatian yang lebih serius dari perusahaan. Kedua, perusahaan
dapat menyusun agin schedule, sebagai salah satu alat untuk memantau piutang.
Dalam hal ini piutang dapat diklasifikasikan dalam hal umur.

Upaya Pengumpulan Piutang

Dalam upaya pengumpulan piutang, perusahaan biasanya menempuh langkah-


langkah sebagai berikut :
1. Mengirim surat pemberitahuan kepada pelanggan tentang telah jatuh temponya
piutang.
2. Perusahaan menghubungi pelanggan melalui telepon.
3. Menugaskan kepada tenaga penagih untuk melakukan penagih piutang.
4. Melakukan upaya hukum untuk melakukan penagihan.
Menganalisa informasi kredit
Perusahaan menyusun prosedur khusu untuk digunakan dalam analisa
kredit/evaluasi pemohon kredit. Seringkali perusahaan tidak hanya harus
menetukan kemampuan kredit dari pelanggan, tetapi juga harus memperkirakan
jumlah maksimum kredit yang akan diberikan.

Standar kredit
Standar kredit adalah persyaratan minimum untuk memberikan kredit
kepada pelanggan. Halhal lain seperti nama baik langganan sehubungan dengan
kredit atau pembayaran utangutang dagangnya baik kepada perusahaan sendiri
maupun kepada perusahaan lain, referensi kredit, ratarata jangka waktu
pembayaran utang dagang dan beberapa ratio financial tertentu dari perusahaan
langganan akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan
sebelum memberikan atau melakuakn penjualan kredit.

Persyaratan kredit
Persyaratan kredit adalah syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi
pelanggan. Misalnya, syarat kredit dinyatakan seperti 2/10 net 30 artinya pembeli
menerima potongan sebesar 2% bila pembayaran paling lambat dilakukan dalam
waktu 30 hari setelah awal periode kredit. Tetapi jika pelanggan tidak mengambil
diskon tunai maka keseluruhan pembayaran harus dilakukan dalam waktu 30 hari
setelah awal periode kredit.

Kebijakan penagihan piutang


Kebijakan penagihan piutang adalah sekumpulan prosedur penagihan
suatu piutang dagang pada saat jatuh tempo. Perusahaan harus berhatihati untuk
tidak terlalu agresif dalam usahausaha mengumpulkan piutang dari para
langganannya. Bilamana langganan tidak dapat membayar tepat pada waktunya
maka sebaiknya perusahaan menunggu sampai suatu jangka waktu tertentu
dianggap wajar sebelum menerapkan prosedurprosedur pengumpulan piutang.
Sejumlah teknik pengumpulan piutang yang biasanya dilakukan oleh perusahaan
bilamana langganan atau pembeli belum membayar sampai dengan waktu yang
telah ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Melalui surat

2. Melalui telepon

3. Melalui kunjungan personal

4. Tindakan yuridis.

5. Perputaran Piutang
Rasio perputaran yang tinggi mencerminkan kualitas piutang yang
semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar
kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin cepat perputaran
piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu
perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang
ditanamkan dalam piutang, sehingga makin tinggi perputaran piutang berarti
makin efisien modal yang digunakan.
Selain perputaran piutang yang digunakan sebagai indikator terhadap
efisien atau tidaknya piutang, ada indikator lain yang cukup penting yaitu jika
waktu ratarata pengumpulan piutang (average collection periode). Jangka waktu
pengumpulan piutang adalah angka yang menunjukkan waktu ratarata yang
diperlukan untuk menagih piutang.

Perumusan dari uraian di atas adalah sebagai berikut:

Jumlah hari penjualan dalam piutang memberi tolak ukur mengenai lamanya
waktu piutang dagang yang beredar. Semakin besar rasio umur piutang, semakin
besar kemungkinan rasio tidak tertagihnya piutang.

Perubahan rasio antara penjualan kredit dan ratarata piutang disebabkan oleh
banyak hal. Munawir mengemukakan bahwa faktorfaktor penyebabnya adalah
sebagai berikut:

1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang

2. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah yang lebih
besar

3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar

4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap

5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.

Terlepas dari halhal tersebut diatas, dalam piutang, resiko kerugian akibat
piutang yang tidak dapat diterima pembayarannya selalu ada. Ada dua metode
penyisihan piutang yaitu :

a) Metode penghapusan langsung

Dalam metode ini kerugian piutang yang tidak bisa ditagih, dicatat langsung pada
periode saat terjadinya penghapusanpiutang dengan perkiraan debet beban
penghapusan piutang dan kredit perkiraan piutang dagang.
b) Metode Penyisihan/cadangan.
Ada metode ini, setiap akhir periode dilakukan penaksiran terhadap piutang yang
dimiliki perusahaan, sehingga diperoleh taksiran dari piutang yang disangsikan
dapat diterima pembayarannya. Taksiran ini dicatat pada perkiraan debet beban
piutang dan kredit pada perkiraan penyisihan piutang.

Jumlah taksiran kerugian piutang dapat ditetapkan atas dasar :

1) Atas dasar jumlah penjualan

Piutang terjadi karana akibat dari penjualan kredit maka taksiran menhunakan
jumlah penjualan selama periode bersangkutan. Yaitu dengan membandingkan
kerugian piutang yang sebenarnya terjadi dengan total pejualan kemudian
dilakukan perubahanperubahan atas kemungkinan yang akan datang. Biasanya
dalam bentuk persentase.

2) Atas dasar saldo piutang

Jumlah ini dihitung dengan cara mengalikan suatu persentase tertentu dengan
saldo piutang pada akhir periode. Dengan demikian yang dijadikan dasar adalah
jumlah piutang dagang yang dimiliki perusahaan pada akhir periode.

3) Atas dasar analisis usia piutang

Penerapan metode ini pada dasarnya sama dengan penentuan taksiran kerugian
piutang atas dasar saldo piutang, metode ini dikelompokan menjadi kelompok
piutang yang belum jatuh tempo, dan kelompok yang telah jatuh tempo.
Sedangkan kelompok yang telah jatuh tempo dikelompokkan atas dasar lamanya
jatuh tempo. Lamanya tunggakan, dihitung dari tanggal jatuh tempo piutang
sampai tanggal 31 Desember.

Resiko Kerugian Piutang


Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan
mengandung resiko yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa
dikendalikan agar berada dalam batas yang wajar. Resiko yang timbul karena
transaksi penjualan secara kredit disebut resiko kerugian piutang.

Menurut S.Munawir berpendapat bahwa : Semakin besar suatu


perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
Dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian
yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti perusahaan telah
memperhitungkan labanya terlalu besar.

Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu :


a) Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)
Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama
sekali.

b) Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang


Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa
menimbulkan kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari
harga pokok barang yang dijual secara kredit.

c) Resiko keterlambatan pelunasan piutang


Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya
penagihan. Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar
apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.

d) Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang

Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah
sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam
piutang semkin besar dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja
yang tidak produktif.

Jenis Piutang

1. Piutang Dagang
Adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang
telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang
biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan. Piutang dagang
dapat digolongkan sebagai berikut :

2. Piutang Usaha
Merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang
dan jasa dalam kegiatan usaha normal. Waktu pembayaran piutang usaha
pada umumnya antara 3060 hari.
3. Piutang Non Dagang
Adalah semua piutang yang timbul dari transaksitransaksi yang secara
tidak langsung berhubungan dengan penjualan barang atau penyerahan
jasa yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk diantaranya :

Piutang yang timbul dari transaksi pinjaman, seperti piutang kepada


perusahaan afiliasi, piutang karyawan.

Piutang kepada perusahaan asuransi, atas kerugiankerugian yang


dipertanggungjawabkan.
Piutang pajak yang disetor.

Piutang yang timbul dari pesanan atas penjualan atau penerbitan surat-
surat berharga atau sekuritas seperti piutang saham, piutang pemesa surat
utang obligasi.

Piutang yang timbul dan merupakan fungsi waktu dan piutang pendapatan
seperti piutang bunga, sewa, dividen, royalitas.
Manajemen Persediaan

Jenis Dan Pentingnya Persediaan


Jenis persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan sangat tergantung pada
bidang usaha dari masing-masing perusahaan. Pada perusahaan manufaktur jenis
persediaan yang dimiliki dapat dikelompokkan menjadi persediaan bahan baku,
barang dalam proses, barang jadi, dan suku cadang sedangkan perusahaan dagang
persediaannya berupa berbagai macam barang dagang.

Persediaan memungkinkan pihak manajemen perusahaan untuk mengatur


kegiatan pengadaan, produksi, dan penjualan agar lebih fleksibel, memperkecil
kemungkinan perusahaan gagal memenuhi permintaan pelanggan, atau
terhentinya proses produksi karena tidak ada persediaan bahan baku. Dengan
mengadakan persediaan perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan untuk
memperoleh potongan kuantitas dari pemasok. Pengadaan persediaan juga
dimaksudkan menghindari terjadinya fluktuasi harga yang meningkat, serta
sebagai persediaan pengamanan untuk menghadapi kondisi yang tidak pasti.
Adanya persediaan juga mempunyai dampak yang kurang baik bagi
perusahaan, yaitu perusahaan harus menginvestasikan sejumlah dana dalam
persediaan, yang mana persediaan merupakan salah satu unsur aktiva lancar yang
likuiditasnya paling rendah. Selain itu ada kemungkinan persediaan mengalami
kerusakan sehingga nilainya menjadi turun.

Manajemen persediaan penting untuk mengukur kelancaran produksi dan


penjualan. Pengawasan atas persediaan pada umumnya tidak secara langsung
berada di bawah manajer keuangan tetapi berada di bawah pengawasan manajer
produksi atau manajer pemasaran. Namun demikian, manajer keuangan masih
mempunyai kepentingan terhadap besar kecilnya tingkat persediaan karena
manajer keuangan mempunyai tanggung jawab untuk mengendalikan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Di
samping itu, manajemen persediaan mempunyai pengaruh terhadap siklus
perputaran kas.

Biaya Persediaan
Tujuan manajemen persediaan adalah untuk menyediakan persediaan adalah
untuk menyediakan persediaan yang diperlukan guna menjamin kelangsungan
operasi perusahaan pada tingkat biaya yang minimal. Untuk itu langkah pertama
yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah mengidentifikasi semua biaya yang
berkaitan dengan pembelian dan penyimpanan persediaan. Biaya yang berkaitan
dengan persediaan dikelompokkan menjadi :
1. Biaya penyimpanan (carrying costs) yang terdiri atas biaya modal atas
dana yang terkait pada persediaan , biaya penyimpanan dan penanganan
persediaan, biaya asuransi, pajak atas persediaan, penyusutan. Pada
umumnya biaya ini berubah sejalan dengan perubahan jumlah persediaan
rata-rata yang disimpan. Biaya penyimpanan biasanya dinyatakan dalam
persentase tertentu dari nilai persediaan. Total biaya penyimpanan
persediaan dalam satu tahun merupakan presentase biaya penyimpanan
persediaan dikali rata-rata jumlah persediaan. Dengan demikian semakin
banyak jumlah persediaan, semakin besar biaya penyimpanan dan
sebaliknya.
Total biaya penyimpanan persediaan = C x P x Q/2
2. Biaya pemesanan (ordering cost), yang terdiri atas : biaya pengiriman order,
biaya pengiriman barang, dan penanganannya. Biaya pemesanan jumlahnya
tetap pada setiap kali pemesanan dilakukan. Dengan kata lain total biaya
pemesanan persediaan dalam satu tahun adalah sama dengan biaya pemesanan
setiap pesan dikali frekuensi pemesanan dalam setu tahun. Dengan demikian
semakin besar jumlah persediaan yang di pesan setiap kali pemesanan,
frekuensi pemesanan yang harus dilakukan semakin berkurang, sehingga
biaya pemesanan akan semakin kecil dan sebaliknay, jika semakin kecil
jumlah persediaan yang dipesan setiap kali pemesanan, frekuensi pemesanan
yang harus dilakukan semakin bertambah, sehingga biaya pemesanan
semakin besar.
Total biaya pemesanan dalam satu tahun = F x S/Q

3. Biaya kehabisan persediaan (cost of running short), yang terdiri dari kerugian
penjua, kehilangangoodwill pelanggan, biaya akibat kemacetan jadwal
produksi. Semakin kecil jumlah persediaan semakin besar biaya
kehabisan persediaan, dan sebaliknya dengan asumsi faktor lainnya tetap.

Model Economic Order Quantity (EOQ) Dalam Manajemen Presediaan

Persediaan penting bagi perusahaan, tetapi harus dihindari bahwa


profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah persediaan yang
dimiliki oleh perusahaan. Masalahnya adalah bagaimana menentukan jumlah
persediaan yang optimal. Salah satu pendekatan yang biasanya digunakan adalah
model EOQ (economic order quantity).

EOQ adalah jumlah persediaan yang harus dipesan dengan biaya yang
minimal. Dalam model EOQ biaya persediaan yang dipertimbangkan adalah biaya
penyimpanan persediaan dan biaya penyimpanan persediaan. Bagaimana
hubungan antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan dengan
jumlah persediaan yang dipesan.
Berdasarkan gambar di atas, pada saat jumlah pesanan sebesar EOQ, biaya
penyimpanan persediaan sama dengan biaya pemesanan persediaan. Total biaya
persediaan sama dengan total biaya penyimpanan persediaan ditambah total biaya
pemesanan persediaan.

Total biaya persediaan (TC) = CP (Q/2) + F (S/Q) atau

TC = C x P(Q/2) + FSQ-1

Jika persamaan tersebut didiferensialterhadap Q dan hasilnya sama dengan


nol, maka akan diperoleh Q yang optimal, yaitu jumlah pesanan dengan total
biaya yang minimal atau dikenal dengan economic order quantity (EOQ).

dT/dQ = CP/2 FS/Q2 = 0

CP/2 = FS/Q2

Q2CP = 2FS

Q2 = 2FS/CP

Keterangan :

Reoder Point (Titik Pemesanan Kembali) Pada tingkat persediaan berapa


pemesanan yang harus dilakukan agar barang datang tepat pada waktunyadisebut
dengan reorder point (ROP). Reorder point dapat ditentukan dengan cara sebagai
berikut :

ROP = Lt x Q

Keterangan :

ROP = reorder point

Lt = lead time (hari, minggu, atau bulan)

Q = pemakain rata-rata (per hari, per minggu, atau per bulan)

Model EOQ dapat dioperasionalkan dengan asumsi sebagai berikut :

a. jumlah penjualan ataukebutuhan persediaan dalam satu periode dapat


diketahui dengan pasti
b. biaya penyimpanan per unit per periode tetap
c. biaya pemesanan untuk setiap kali pesan tetap
d. harga per satuan barang tetap berapun jumlah yang dipesan
e. barang yang dipesan datang pada saat yang sama sekaligus
f. barang yang dibutuhkan harus selalu tersedia dipasar

Sebagai contoh, perusahaan Nasional membutuhkan persediaan sebanyak


3.600 unit setiap tahun, bahan baku tersebut diperoleh secara impor dengan harga
USD 40 per unit. Biaya penyimpanan sebesar 25% per tahun dari harga beli
persediaan. Biaya pemesanan variabel sebesar USD 125 per pesanan.Berdasarkan
informasi tersebut, besarnya jumlah pesanan ekonomis adalah ;
Frekuensi pemasanan dalam satu tahun = S/EOQ atau 3.600/300 = 12 kali. Jika
suatu tahun 360 hari, maka pemesanan dilakukan setaip 30 hari (360/12).

Total biaya persediaan pada jumlah pemesan yang ekonomi (EOQ) adalah :

TC = (0,25)(USD40)(300/2) + (USD125)(3.600/3000)

= USD1.500 + USD1.500

= USD3.000

Jika perusahaan membutuhkan waktu delapan hari untuk melakukan pemesanan


sampai persediaan yang
dipesan diterima diperusahaan, dan agar perusahaan tidak kehabisan persediaan,
maka perusahaan sudah harus melakukan pemesanan kembali ketika jumlah
persediaan mencapai 80 unit, dengan kata lain reorder point = pemakaian
persediaan per hari x lead time

ROP = Q X Lt

= 300/30 x 8

= 80 unit

2. EOQ dan Reorder point

Contoh, dalam kondisi yang bersifat pasti, ketika pesanan datang, jumlah
persediaan di perusahaan adalah sama dengan jumlah pesanan yang ekonomis
(EOQ), yaitu sebanyak 300. Unit. Persediaan tersebut digunakan setiap hari
sehingga jumlahnya akan semakin berkurang, dan ketika persediaan mencapai
ROP, yaitu sebanyak 80 unit, perusahaan harus melakukan pemesanan kembali
sebanyak EOQ. Pemesanan harus dilakukan sebelum persediaan, habis karena
perusahaan harus memiliki persediaan untuk memperkecil resiko kehabisan
persediaan, dan dibutuhkan waktu untuk melakukan pemesanan sampai barang
yang dipesan tiba di perusahaan. Dengan asumsi jangka waktu pemesanan (lead
time) dan pemakaian persediaan adalah pasti, maka pesanan persediaan akan
datang tepat ketika jumlah persediaan di perusahaan sudah habis atau nol. Hal
yang sama akan terulang kembali setiap 30 hari. Karena dalam satu tahun
perusahaan melakukan pemesanan untuk memenuhi kebutuhan persediaan
sebanyak 12 kali.

3. Model EOQ dan Kondisi yang Tidak Pasti

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa model EOQ hanya dapat


diterapkan dalam kondisi yang bersifat pasti, namun dalam kondisi yang bersifat
tidak pasti model EOQ hanya dapat diterapkan dengan didukung oleh persediaan
pengamanan (safety stock). Kondisi tidak pasti yang dihadapi perusahaan terkait
dengan jumlah pemakaian persediaan yang tidak tetap dalam sutu periode waktu
tertentu atau ketidak pastian jangka waktu pemesanan (lead time).

Persediaan pengamanan diperlukan ketika pemakaian persediaan lebih


besar dari yang direncanakan, atau jangka waktu pemesanan lebih lama dari
waktu yang diperkirakan. Jika salah satu atau kedua hal tersebut terjadi pada
perusahaan yang menerapkan model EOQ. Maka perusahaan akan mengalami
kehabisan persediaan (stock out).

Perusahaan yang mengalami kehabisan persediaan dapat disebabkan oleh


permintaan atau penggunaan persediaan yang lebih besar daripada yang
direncanakan, sehingga persediaan yang ada sudah habis sementara pesanan
persediaan belum tiba. Disamping itu kehabisan persediaan juga dapat terjadi
karena jangka waktu pesanan persediaan yang lebih lama dari yang direncanakan
atau pesanan yang datang terlambat. Karena perusahaan tidak memiliki persediaan
pengaman, perusahaan akan mengalami kehabisan persediaan dan hal ini dapat
mengganggu kelancaran operasi perusahaan.

Untuk mengurangi terjadinya resiko kehabisan persediaan, perusahaan


perlu mengadakan persediaan pengaman. Dampaknya bagi perusahaan adalah
jumlah persediaan yang harus dipertahankan menjadi lebih besar. Adanya
persediaan pengaman, total biaya persediaan juga akan mengalami peningkatan.

Anda mungkin juga menyukai