Anda di halaman 1dari 24

TEORI PERILAKU KONSUMEN

MATERI IV
Mata Kuliah: Ekonomi Manajerial (SPBIS 14325)
Dosen Pengasuh:
1. Dra. Lustry Rahayu, M.Si,
2. Junita C. Nenabu, SE, M.Ak

Oleh: Kelompok-4
No Nama Mahasiswa NIM Dosen Wali
1 Relly A. Lodeh 210302013 Drs. Thomas W. A. Isliko, MM
2
2 Selvin N. Baksuni 210302013 Drs. Thomas W. A. Isliko, MM
4
3 Sepriany D.W Raga 210302013 Drs. Thomas W. A. Isliko, MM
5

SEMESTER IV D
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMMU POLIITK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG

1
2023

2
BAB IV
TEORI PERILAKU KONSUMEN

1.1 Latar Belakang


Perilaku Konsumen merupakan sebuah fenomena yang sangat
menarik untuk dipelajari. Perilaku konsumen sangat berkaitan erat
dengan kegiatan-kegiatan ekonomi. Perilaku konsumen adalah studi
tentang bagaimana individu,kelompok, dan organisasi memilih,
membeli, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide, atau
pengalaman untuk masukan kebutuhan dan keinginanmereka (Kotler
dan Keller, 2009:166).
Perilaku konsumen sangat penting untuk mempelajari bagaimana
sebuahkepuasan dari pengkonsumsian suatu barang atau jasa dapat
maksimal denganterbatasanya pendapatan. Terbatasnya pendapatan
inilah yang mempengaruhiseluruh tingkah laku dari individu atau
kelompok dalam membelanjakan pendapatan yang mereka miliki,
sehingga sangat berpengaruh terhadap permintaan dari konsumen
terhadap barang aatau jasa yang tersedia.Persaingan yang begitu ketat
mengharuskan perusahaan dapat memahami perilku-perilaku konsumen
agar memberikan mutu dan keunggulan bersaing sehingga mampu untuk
menarik konsumen agar mau membeli produk yang dihasilkan.
Khususnya bagi para pemasar dari sebuah produk atau
jasa,mempelajari perilaku konsumen sangat penting agar mereka dapat
menawarkankepuasan yang lebih besar sesuai apa yang diinginkan oleh
konsumennya. Pemahaman akan perilaku konsumen adalah tugas
penting bagi para pemasar-pemasar. Para pemasar mencoba memahami
perilaku pembelian konsumen agar mereka dapat menawarkan kepuasan
yang lebih besar kepada konsumen-konsumen .Tapi bagaimanapun juga
ketidakpuasan konsumen sampai tingkat tertentu masih akan ada.
Beberapa pemasar masih belum menerapkan konsep pemasaran
sehingga mereka tidak berorientasi pada konsumen dan tidak

1
memandang kepuasan konsumen sebagai tujuan utama.
1.1.1 Perilaku Konsumen, Pendekatan Kurva Permintaan

Pengertian kepuasan konsumen


Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi,
mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka
mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat
menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki
kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi,
psikografi, dan perilaku. Teori Perilaku konsumen secara khusus
digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan produk-produk yang akan
dipilih oleh konsumen pada tingkat pendapatan dan harga tertentu.
Teori ini juga digunakan untuk mendapatkan gambaran dari kurva
permintaan. Karena kurva demand langsung berhubungan dengan cara
konsumen bertindak, perlu diketahui bagaimana perilaku konsumen untuk
memahami permintaan akan barang sehingga bisa diketahui bagaimana
konsumen bertindak. Manajer perlu mengetahui prinsip dasar dari
permintaan akan barang sehingga manajer bisa memahami, mengestimasi,
dan memprediksi permintaan dari masyarakat akan barang yang dijual.
Dasar teori dari perilaku konsumen sebenarnya sederhana saja. Mirip
dengan pola isocost dan isoquant dari fungsi produksi. Pada prinsipnya:
tidak semua orang memiliki pendapatan yang cukup untuk membeli semua
barang dan jasa yang dinginkan. Biasanya konsumen mencoba mencapai
tingkat konsumsi (dari kumpulan barang dan jasa) yang paling
memungkinkan dengan tingkat pendapatan terbatas.

Setiap konsumen membeli dan mengkonsumsi suatu produk bertujuan


untuk memaksimumkan kepuasan total. Para ahli ekonomi menyebutnya
sebagai utilitas total (total utility) dari suatu produk yang dikonsumsi
konsumen. Dengan demikian, utilitas total yang diperoleh konsumen dari

2
suatu produk dapat diartikan sebagai kepuasan total yang diperoleh dari
sejumlah jenis produk selama periode tertentu. Secara fungsional. utilitas
total menunjukkan hubungan antara kepuasan total yang diterima
konsumen dengan tingkat konsumsi produk yang dikonsumsinya.

Karakteristik produk yang diinginkan konsumen


 Lebih Cepat (Faster)
Karakteristik ini berkaitan dengan dimensi waktu, yaitu yang
menggambarkan tentang kecepatan layanan, kemudahan
mendapatkan dan kenyamanan dalam transaksi ketika konsumen
membeli produk perusahaan.
 Lebih Murah (Cheaper)
Karakteristik lebih murah ini berkaitan dengan dimensi biaya yang
menggambarkan harga dari suatu produk yang harus dibayar oleh
konsumen. Harga yang dibayar konsumen ini mencakup berbagai
atribut yang melekat pada produk tersebut.
 Lebih Baik (Better)
Karakteristik ini berkaitan dengan dimensi kualitas suatu produk
yang paling sulit untuk digambarkan secara tepat. Namun
demikian, terdapat beberapa pendekatan yang berguna untuk
memahami harapan konsumen yang berkaitan dengan kualitas
suatu produk.

Bagaimana cara mengukur utilitas


Setiap konsumen membeli suatu produk berharap memperoleh kepuasan
yang optimal. Semakin meningkat jumlah produk yang dikonsumsi
konsumen individu, maka semakin meningkat kepuasan atas konsumsi
produk tersebut. Dalam hal ini, terdapat dua pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengukur kepuasan atas suatu produk yaitu (1) Utilitas
marjinal (cardinal) dan (2) Kurva indiferen.
1. Utilitas marjinal(cardinal)
Utilitas suatu kepuasan atau produk tidak dapat diukur secara

3
numerik untuk analisis perilaku konsumen dalam mengkonsumsi
suatu produk diasumsikan bahwa kepuasan dapat diukur secara
kuantifisir. Cara untuk mengkuantifisir kepuasan suatu produk,
seperti disebutkan di atas diantaranya dengan pendekatan kardinal.
Pendekatan kardinal menyatakan bahwa kepuasan dapat diukur
secara kuantitatif, seperti halnya berat dan tinggi badan.
Dalam pendekatan utilitas kardinal, dianggap bahwa
manfaat atau kenikmatan yang diperoleh oleh seorang konsumen
dapat dinyatakan dalam kuantitatif dan dapat diukur secara pasti.
Untuk setiap unit yang dikonsumsi akan dapat dihitung nilai
gunanya. Berdasarkan anggapan bahwa konsumen akan
memaksimumkan kepuasan yang akan dicapainya, akan diketahui
bagaimana seorang konsumen memaksimumkan kepuasannya
dengan memilih komoditas yang tersedia di pasar. Dalam teori
nilai guna ini dikenal nilai guna total (total utility - TU) dan nilai
guna marginal (marginal utility-MU). Nilai guna total berkenaan
dengan jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsi sejumlah komoditas tertentu. Nilai guna marginal
adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari
pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit komoditas
tertentu. Berkaitan dengan fenomena ini dalam teori nilai guna
dikenal hukum diminishing marginal utility, yaitu pertambahan
utilitas yang menurun karena pertambahan satu unit komoditas
yang dikonsumsi. Secara matematis pertambahan kepuasan
konsumen (marginal unility=MU) dirumuskan sebagai berikut:

Contoh:

4
Tentukanlah nilai marginal utility(MU) dari data dibawah ini

Jumlah TU ∆Q ∆TU
jeruk(Q)
0 -
1-0 = 1 20-0 = 20
1 20
2-1 = 1 35-20 = 15
2 35
3-2 = 1 45-35 = 10
3 45
4-3 = 1 50-45 = 5
4 50
5-4 = 1 53-50 = 3
5 53
6-5 = 1 55-53 = 2
6 55
7-6 = 1 55-55 = 0
7 55
8-7 = 1 54-55 = -1
8 54

Penyelesaian:
Menghitung MU menggunakan rumus ∆TU/∆Q

5
Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai TU terus bertambah hingga
jeruk ke 6, sedangkan MU bertambah dengan pola menurun,
hingga unit jeruk ke 7 nilai MU mencapai 0 yang berarti TU telah
maksimal. Posisi ini dikenal sebagai titik jenuh (saturation point).

Dengan cara kedua, yaitu menggunakan metode ordinal; tingkat


utility diukur melalui order atau rangking tetapi tidak disebutkan

6
nilai gunanya secara pasti. Dengan demikian pendekatan nilai guna
merupakan tingkat kepuasan dari seorang konsumen di mana
mereka dapat melakukan kegiatan mengkonsumsi barang ataupun
jasa yang tidak bisa diukur dengan uang atau juga angka, akan
tetapi hanya dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah (ke-1,
ke-2, ke-3, dan sampai seterusnya).

2. Pendekatan Kurva Indiferen (Kepuasan Sama)


Kurva indiferen atau kepuasan sama (disebut juga kurva tak acuh)
dapat diartikan sebagai suatu kurva, lokus atau titik-titik
kedudukan yang menunjukkan berbagai kombinasi dua unit barang
atau jasa untuk setiap satuan waktunya memberikan kepuasan yang
sama bagi seorang konsumen. Seorang konsumen memiliki
sejumlah kurva kepuasan sama yang keseluruhannya membentuk
apa yang disebut peta kepuasan sama (indifference map).

Teori perilaku konsumen


Terdapat sejumlah teori yang membahas mengenai perilaku konsumen
yang dikemukakan oleh para ahli saat ini. Menurut Basu Swastha dan T.
Hani Handoko (1987) dalam buku Danang Sunyoto, teori-teori yang
berkaitan dengan perilaku konsumen dapat dibedakan menjadi empat
bagian, yaitu:
a) Teori Ekonomi Mikro
Teori yang dikembangkan oleh Adam Smith ini membahas bahwa
pertumbuhan ekonomi yang prinsip bahwa manusia dalam segala
tindakannya di dorong pada kepentingan sendiri. Menurut teori
tersebut keputusan untuk membeli merupakan hasil perhitungan
ekonomis rasional yang sadar. Pembeli individual berusaha
menggunakan barang-barang yang akan memberikan kegunaan
(kepuasan) paling banyak, sesuai dengan selera dan harga-harga
relatif.
b) Teori Psikologis

7
Teori psikologis ini mendasarkan diri pada faktor-faktor
psikologis individu yang selalu dipengaruhi oleh kekuatan-
kekuatan lingkungan. Perilaku manusia sangat kompleks karena
proses mental tidak dapat dinikmati secara langsung. Salah satu
teori yang berkembang dalam teori psikologis adalah teori belajar.
Teori belajar dikembangkan dari berbagai percobaan pada
sejumlah binatang yang dilakukan oleh ahli- ahli psikologi seperti
Ivan Pavlov, Skinner dan Hull. Teori ini didasarkan atas empat
komponen pokok, yaitu dorongan (drive), petunjuk (cue),
tanggapan (respon) dan penguatan (reinforcement). Dorongan
yang juga disebut kebutuhan atau motif adalah stimuli atau
rangsangan kuat dalam diri seseorang yang memaksanya untuk
bertindak. Dorongan dapat dikelompokkan dari yang bersifat
fisiologis (lapar, haus, seks) dan dorongan yang bersifat hasil dari
proses belajar yaitu rasa takut, keinginan untuk memiliki, dan
sebagainya. Petunjuk merupakan stimuli atau rangsangan yang
akan menentukan kapan, dimana, dan bagaimana tanggapan
individu. Tanggapan merupakan respon individu terhadap suatu
petunjuk Penguatan terjadi apabila perilaku individu terbukti
dapat memperoleh kepuasan. Ketika individu memperoleh
kepuasan maka akan terjadi penguatan positif sehingga perilaku
akan berulang, sedangkan saat tidak tercapai kepuasan maka
penguatan negatif akan terjadi dan perilaku tidak akan diulang.
c) Teori Sosiologis
Teori ini disebut juga dengan teori psikologi sosial. Teori ini lebih
menitikberatkan pada hubungan dan pengaruh antara individu-
individu yang dikaitkan dengan perilaku mereka. Jadi, lebih
mengutamakan perilaku kelompok bukannya perilaku individu.
Terori ini juga memandang bahwa manusia sebagai makhluk
sosial yang menyesuaikan diri dengan bentuk kultur lingkungan
hidupnya. Pada teori sosiologis mengarahkan analisa perilaku
pada kegiatan-kegiatan kelompok, seperti keluarga, teman kerja

8
dan sebagainya.
d) Teori Antropologis
Teori ini menekankan pada perilaku pembeli dari suatu kelompok
masyarakat, antara lain kebudayaan (culture), subculture, dan
kelas- kelas sosial karena faktor-faktor tersebut memainkan
peranan penting dalam pembentukan sikap dan merupakan
petunjuk mengenai ilai-nilai yang akan dianut oleh seorang
konsumen.

1.1.2 Peramalan Permintaan Untuk Masa Depan


Permintaan agregat
Permintaan agregat adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa
yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik dari dalam maupun dari
luar negri.Dalam menganalisis permintaan agregat, dua ekonom terkenal
yaitu Keynes dan Pigou mempunyai pendapat yang berbeda.
Menurut Keynes, apabila terjadi perubahan harga, maka jumlah yang
beredar riil (Ms/P) akan berubah, akibatnya terjadi perubahan pada
tingkat bunga (i). Selanjutnya perubahan tingkat bunga tersebut akan
mempengaruhi investasi (1) yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pendapat nasional. Sedangkan menurut Pigou, apabila terjadi perubahan
harga dalam perekonomian masyarakat akan merasa saldo kas rill (real
cash balance) meraka berubah, yang yang selanjutnya akan mempengruhi
konsumsimasyarakat tersebut. Perubahan konsumsi akan mengakibatkan
perubahan pada pendapatan nasional. Jadi pada intinya, perbedaan
pendapat kedua ekonom tersebut terletak pada perubahan variabel-
variabel ekonomi akibat adanya perubahan harga. Keynes menitik
beratkan pada perubahan tingkat bunga, sedangkan Pigou menitik
beratkan perubahan konsumsi ketika terjadi perubahan harga.
Model Keynes menunjukan apa yang menyebabkan kurva permintaan
agregat bergeser. Dalam jangka pendek, ketika tingkat harga tetap.
pergeseran kurva permintaan agregat mengarah pada perubahan
pendapatan nasional, Y. Model permintaan agregat yang dikembangkan

9
di makalah ini disebut IS-LM merupakan interpretasi utama dari kerja
Keynes. Model IS-LM mengambil tingkat harga yang ada dan
menunjukan apa yang menyebabkan pendapatan berubah. Ini
menunjukan apa yang menyebabkan AD bergeser.

Pasar barang dan kurva IS (singkatan dari investasi dan saving tabungan)
memplot hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang
muncul di pasar dan jasa. Pasar uang dan Kurva LM (singkatan dari
likuiditas dan money/uang) memplot
hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di
pasar uang. Karena tingkat bunga mempengaruhi baik investasi dan
permintaan uang, ia adalah variabel yang menghubungkan dua bagian
model IS-LM. Model menunjukan bagaimana interaksi antara pasar-
pasar ini menentukan posisi dan kemiringan kurva permintaan agregat.
dan karenanya, tingkat pendapatan nasional dalam jangka pendek. Dalam
General Theory of Money, Interest and Employment (1936), Keynes
menyatakan pendapatan total perekonomian, dalam jangka pendek,
ditentukan sebagaian besar oleh keinginan belanja rumah tangga,
perusahaan, dan pemerintah. Semakin orang ingin belanja, semakin
banyak barang dan jasa yang perusahaan dapat jual. Semakin banyak
yang perusahaan jual, semakin banyak output yang mereka akan pilih
untuk diproduksi dan semakin banyak yang mereka akan pilih untuk
dipekerjakan. Jadi, masalah selama resesi dan depresi menurut Keynes,
adalah belanja yang tidak cukup. Perpotongan Keynes adalah usaha
untuk memodelkan wawasan ini. Perpotongan Keynes menunjukkan
bagaimana pendapatan Y ditentukan untuk tingkat tertentu investasi
terencana I dan kebijakan fiskal G dan T. Kita dapat menggunakan model

10
ini untuk menunjukkan bagaimana pen-dapatan berubah ketika salah satu
variabel eksogen berubah. Pengeluaran aktual (actual expenditure) adalah
jumlah yang rumah tangga perusahaan dan pemerintah belanjakan untuk
barang dan jasa (GDP). Pengeluaran yang direncanakan (planned
expenditure) adalah jumlah yang rumah tangga, perusahaan dan
pemerintah ingin belanjakan untuk barang dan jasa. Perekonomian ada di
ekuilibrium bila: Pengeluaran aktual-Penge-luaran yang direncanakan
atau Y-E

Konsep elastisitas
Elastisitas permintaan adalah sangat penting dalam pembuatan keputusan
manajerial, karena besaran ini mengukur sensitivitas atau kepekaan dari
permintaan konsumen terhadap perubahan harga produk. Informasi ini
sangat penting bagi manajer bisnis dan industri, agar mampu membuat
keputusan yang berkaitan dengan strategi penetapan harga produk beserta
strategi lainnya dari variabel-variabel endogen dalam fungsi permintaan
itu.
Dalam bentuk model matematik, konsep permintaan umum untuk suatu
produk (barang dan/atau jasa), dinotasikan sebagai berikut:

11
Dari fungsi permintaan di atas, kita mengetahui bahwa pada dasarnya
permintaan konsumen sebagai variabel tak-bebas dipengaruhi oleh
sepuluh variabel bebas, dengan asumsi faktor- faktor spesifik lain yang
berkaitan dengan permintaan terhadap produk itu (O) dianggap konstan.
Dari kesepuluh variabel bebas itu, kita dapat menggolongkan tiga
variabel bebas yaitu: harga produk X (P.), pengeluaran iklan (A), dan
features atau atribut dari produk X (F) sebagai variabel endogen atau
variabel-variabel yang dapat dikendalikan oleh manajemen bisnis
(controllable variables). sedangkan tujuh variabel bebas lainnya, yaitu:
pendapatan konsumen (1), harga dari barang lain yang berkaitan (P,),
ekspektasi konsumen terhadap harga dari produk X di masa mendatang
(P ), ekspektasi konsumen terhadap tingkat pendapatannya di masa
mendatang (1), ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan produk X itu
di masa mendatang (PA), selera konsumen (T), dan banyaknya konsumen
potensial (N), sebagai variabel eksogen atau variabel-variabel yang tidak

12
dapat dikendalikan oleh manajemen bisnis (uncontrollable variables).
Variabel endogen adalah faktor- faktor yang dapat dikendalikan oleh
pihak manajemen bisnis (perusahaan), sedangkan variabel eksogen
adalah faktor-faktor yang berada di luar pengendalian manajemen bisnis
(perusahaan).

Analisis empiris dari fungsi permintaan agregat


Ada 2 metode yang dipakai untuk analisis
 Metode langsung
- InterviewTerhadap Konsumen
Yang paling tahu demand adalah konsumen itu sendiri, cara
yang palling sederhana adalah menanyakan langsung pada
konsumen, jumlah barang yag akan dibeli pada berbagai
tingkat harga barang tersebut, pada berbagai tingkat harga
barang substitusi, dan sebagainya. Metode pengumpulan
datanya yang paling mudah adalah menghampiri orang yang
ditemui di jalan dan menanyakan berapa barang yang akan
dibeli pada berbagai tingkat harga. Pada level yanglebih
canggih, cara pengumpulan datanya adalah melalui
penyusunan quisioner yang kemudian dibagikan kepada
sampel dari populasi.
- Studi pasar
Salah satu alat analisis tingkat permintaan dan elastisitas
demand yang cukup menarik (tetapi relatif mahal dan sulit)
adalah studi pasar yang meninggalkan control variabel. Untuk
menghindari efek dari supply, secara teratur barang di supply
supaya tidak pernah kekurangan. Iklan juga ditiadakan. Secara
berangsur-angsur harga diubah dalam persentase kecil.
Tingkat pejualan selama periode ini dicatat seara teratur.
Dengan cara ini, faktor-faktor lain yang memengaruhi
permintaan bisa dihapuskan. Produsen bisa menyusun
perkiraan bentuk kurva demand akibat perubahan harga.

13
 Metode regresi
Dalam analisis funsi demand, ada masalah simultaneous equation
problem yang tidak ditemui dalam analisis produksi dan biaya.
Pertama-tama ditetapkan terlebih dahulu bentuk fungsinya.
Karena selera dan price expectation sulit untuk di analisis, fungsi
permintaan yang ada perlu disederhanakan

- Fungsi linear
Dengan menggunakan persamaan linear, fungsi di atas
menjadi:

Analisis regresi dengan data seperti ini hanya menghasilkan suatu garis
lurus (pada grafik garis horizontal), yakni tidak ada hubungan antara
harga dan output. Bila garis lurus ini dianggap sebagai suatu fungsi
demand, ini merupakan kesalahan besar.

14
Dalam keadaan ini, analisis regresi dengan data seperti ini akan
menghasilkan hubungan positif antara harga dan jumlah barang. Garisnya
menjadi fungsi supply.

Analisis regresi Q dengan P menggunakan data seperti ini tidak akan


memberikan fungsi apapun. Garis regresi yang didapat bisa saja berupa
garis yang menghubungkan sebagai kombinasi fungsi demand dan
supply.

Forcasting untuk permintaan


Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk
memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat

15
dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan
memproyeksikan ke masa mendatang dengan suatu bentuk model
matematis (kuantitatif), atau bisa juga merupakan prodiksi intuisi yang
bersifat subjektif (kualitatif).peramalan ini pun dapat dilakukan dengan
mengkombinasikan model matematis yang disesuaikan dengan
pertimbangan yang baik dari seorang manajer. Pendapat lain
menyatakan bahwa Peramalan (Forecasting) adalah upaya untuk
memprediksi kejadian dimasa akan datang.
Render dan Heizer (2007) mendefinisikan peramalan adalah seni dan
ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa masa depan. Hal ini serupa dengan
pendapat Subagyo (2000) Forecasting adalah memperkirakan sesuatu
yang akan terjadi. Menurut Handoko (1999) Peramalan adalah suatu
usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian
keadaan di masa lalu. Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku
diperlukan peramalan. Dari pengertian para ahli diatas, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa Peramalan adalah seni dan ilmu
memprediksi peristiwa-peristiwa masa depan dengan melakukan studi
terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan
pola yang sistematis.
Peramalan permintaan (forecasting Demand) merupakan suatu usaha
memprediksi tingkat permintaan produk – produk yang diharapkan akan
terealisasi untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang.
Menurut Vincers Gapers didalam Management permintaan ada dua jenis
permintaan, yaitu:
a. Permintaan bebas ( Independent Demand) Merupakan permintaan
terhadap material, suku cadang atau produk yang bebas atau tidak
terkait langsung dengan struktur bill of material (BOM) untuk
produk akhir atau item teretentu.
b. Permintaan tidak bebas( Dependent Demand) Merupakan
permintaan terhadap material , suku cadang atau produk yang
terkait langsung dengan atau diturunkan dari struktur bill of
material untuk produk akhir atau item tertentu.

16
Banyak jenis metode peramalan yang tersedia untuk digunakan, namun
yang lebih penting adalah bagaimana memahami karakteristik suatu
metode peramalan agar cocok untuk diterapkan pada kasus yang diteliti
berdasarkan data–data yang telah terjadi sebelumnya.
Secara umum metode peramalan dapat dibagi dalam dua ketegori utama,
yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif.
- Metode kuantitatif dapat dibagi ke dalam deret berkala atau
kurun waktu (time series) dan metode kausal, sedangkan
metode kualitatif dapat dibagi menjadi metode eksploratoris
dan normative.
- Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki
sifat, ketepatan dan biaya tertentu yang harus
dipertimbangkan dalam memilih metode tertentu. Untuk
menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang
harus dipenuhi, yaitu:
 Tersedia informasi tentang masa lalu
 Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk
numeric
 Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan
terus berlanjut

17
1.2 Kesimpulan Atau Resume
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan
bahwa perilaku konsumen merupakan tingkah laku atau proses yang
dilakukan oleh individu, keluarga, lingkungan masyarakat, atau budaya
yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam
mendapatkan, memuaskan dan menggunakan produk atau jasa yang
diinginkan. Dengan faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen tersebut yang didapat dari pengalaman ataupun dipengaruhi
pendapatan. Menyadari perilaku konsumen dalam pasar global yang amat
sangat kompetitif sekarang ini, maka manajemen bisnis dan industri
harus mampu melakukan analisis perilaku konsumen dalam membeli
suatu produk tertentu di pasar global yang amat sangat kompetitif itu.
Tujuan utama dari konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk yang

18
dijual di pasar adalah untuk memaksimumkan kepuasan total (total
satisfaction). Para ahli ekonomi manajerial menyebut kepuasan total ini
sebagai utilitas total (total utility) dari konsumen yang diperoleh ketika
mengkonsumsi suatu produk. Dengan demikian utilitas total yang
diperoleh konsumen ketika mengkonsumsi produk itu dapat didefinisikan
sebagai kepuasan total yang diperoleh dari sejumlah item per periode
waktu. Sehingga fungsi utilitas total (total utility function) menunjukkan
hubungan antara kepuasan total yang diterima melalui konsumsi produk
dan tingkat konsumsi dari konsumen itu.

1.3 Soal Latihan


Fungsi utilitas total(total utility) dari seorang individu adalah sebagai
berikut:

19
DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat Usep dan Suwaji. Buku Ajar Ekonomi Manajerial. 2018.


Yogyakarta: Cv Budi Utama.

20
E. Saefuddin Mubaro. Ekonomi Manajerial dan Strategi Bisnis. 2017.
Jakarta: In Media.
https://www.vincentgaspersz.com/wp
content/uploads/2020/02/Softcopy-Buku-Ekonomi%20Manajerial-
VG.pdf

21
2
2

Anda mungkin juga menyukai