PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana penjelasan
dan penjabaran teori nilai guna (utility) dalam mikro ekonomi ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami teori
nilai guna (utility).
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus makalah ini antara lain:
1) Untuk mengetahui pengertian nilai guna (utility)
2) Untuk mengetahui jenis nilai guna (utility)
3) Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai guna (utility)
4) Untuk mengetahui hukum nilai guna marginal
5) Untuk mengetahui konsekuensi hukum nilai guna marginal
6) Untuk mengetahui cara mengukur nilai guna (utility) kardinal.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah mahasiswa mampu memahami
teori nilai guna (utility) mulai dari pengertian nilai guna hingga cara mengukur
nilai guna (utility).
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka nilai guna semakin
rendah pula.
Teori nilai guna mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dari mengkonsumsikan beberapa barang. Jika kepuasan itu
semakin tinggi maka semakin tinggi nilai gunanya. Sebaliknya semakin rendah
kepuasan dari suatu barang maka nilai gunanya akan semakin rendah pula. Dapat
disimpulkan bahwa nilai guna (utility) adalah kemampuan suatu barang atau jasa
untuk memberikan kepuasan pada manusia dalam mencukupi kebutuhan manusia.
4
4) Daya guna bersifat independen, artinya daya guna suatu barang
tidak dipengaruhi oleh karena mengkonsumsi barang lain.
5) Periode konsumsi suatu barang berdekatan dan dengan jumlah yang
sama.
Definisi nilai guna kardinal adalah kepuasan konsumen dalam
mengkonsumsi suatu barang yang dapat diukur atau dihitung dengan
menggunakan angka, uang atau satuan bilangan lainnya, serta konsumen
akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasan yang didapatkan dari
mengkonsumsi suatu barang tersebut.
Pada dasarnya teori nilai guna kardinal mengambil pengalaman
sehari-hari dari kegiatan konsumsi. Misalnya seseorang yang
mengkonsumsi air minum. Pada gelas pertama nilai air tersebut sangat
tinggi baginya karena telah melepas dahaga. Kemudian pada gelas kedua,
nilai air tersebut masih sangat tinggi karena akan memenuhi kepuasannya.
Namun pada gelas berikutnya, nilai air tersebut sudah berkurang, dan
bahkan bila air tersebut ditambah untuk gelas berikutnya, seseorang
tersebut tidak akan meminumnya lagi begitu seterusnya bila air tersebut
terus ditambah, maka akan memperoleh penilaian minus (dibuang).
5
pertambahan atau pengurangan mengkonsumsi satu unit barang
tertentu untuk memenuhi kepuasannya.
6
Gambar 2.3 Kurva Indiffference (Sadono Sukirno, 2010)
Yang dimaksud kurva beda (indifference curve) adalah kurva yang
menggambarkan kombinasi 2 macam input untuk menghasilkan output
yang sama (kepuasan). Sedangkan yang dimaksud dengan kepuasan sama
adalah bahwa sepanjang kurva beda (indifference curve) yang pertama
(KII) misalnya, tingkat kepuasan konsumen adalah sama dimana saja (A,
B, C , atau D), hanya yang membedakannya bahwa anggaran untuk
mencapai kepuasan di titik A tentu berbeda dengan di titik C. Begitupun
pada titik B, konsumen harus cukup puas bila ternyata ia hanya mampu
mencapai di titik B.
Beberapa asumsi yang mendasari teori nilai guna ordinal adalah
sebagai berikut :
1) Rasionalitas, di mana konsumen akan berusaha meningkatkan
kepuasannya atau akan memilih tingkat kepuasan yang tertinggi
yang bisa dicapainya.
2) Konveksitas, yaitu bentuk kurva tak beda (indifference curve)
cembung dari titik origin dari sumbu absis dan ordinat.
3) Nilai guna tergantung pada jumlah barang yang dikonsumsi.
4) Transitivitas, yaitu konsumen akan menjatuhkan pada pilihan
terbaik dari beberapa pilihan.
5) Berdasarkan asumsi ke-4, maka kurva beda (indifference curve)
tidak boleh bersinggungan atau saling berpotongan.
Konsumen dalam memilih barang yang akan memaksimalkan tingkat
kepuasan ditunjukan dengan bantuan kurva kepuasan sama (indifference
curve), yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa kepuasan
konsumen bisa diukur. Anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat
7
kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa
mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah.
Misalkan saja masyarakat mengkonsumsi 2 barang ,yaitu buah jeruk
dan buah apel. Konsumen secara rasional ingin membeli sebanyak-
banyaknya buah jeruk dan buah apel, tetapi mereka dihadapkan pada
kendala keterbatasan dana. Karena itu konsumen dapat mengubah
kombinasi.
8
mengembangkan rasa bosan pada barang tersebut. Rasa bosan tersebut
mungkin semacam dia tidak ingin mengkonsumsi barang itu lagi dalam
jangka waktu yang lama atau selamanya. Adapun pengelompokan kebiasaan
konsumsi yaitu:
a. Kecanduan
Kecanduan merupakan tindakan konsumsi barang dalam jangka waktu
yang lama dan tidak bisa dihindari. kecanduan biasanya terjadi pada
Narkoba dan berjudi. tapi beberapa masyarakat masih menerima
beberapa kecanduan seperti pada teh, kopi, rokok dan seterusya yang
dianggap sebagai kebiasaan.
b. Kebiasaan abadi
Yaitu tindakan konsumsi barang dimana konsumen belajar bagaimana
untuk menghabiskanya. Ini berarti dia telah mencapai jangka waktu yang
tepat untuk mengkonsumsi barang tersebut tanpa menjadi bosan.
c. Kebiasaan sesaat
Yaitu tindakan konsumsi terhadap suatu barang yang akan memberikan
nilai guna kepada konsumen hanya untuk sesekali. setelah itu dia akan
bosan pada barang tersebut. kalau sudah begitu dia akan memiliki dua
pilihan, tidak menggunakan barang itu lagi atau mencoba untuk mencari
barang sejenis dengan kualitas yang lebih baik dan masih memberikan
dia nilai guna.
d. Mencari kenikmatan baru
Konsumen membeli hanya karena rasa ingin tahu, dan akan menikmati
sampai kesenanganya hilang.ketika kesenanganya berlalu maka barang
itu sudah tidak berguna lagi bagi dia.
9
mengkonsumsi satu kesatuan barang makin lama semakin rendah, bahkan jumlah
pertambahannya dapat menjadi nol dan bila penambahan konsumsi diteruskan
jumlahnya, pertambahan daya gunanya bahkan bisa menjadi negatif akibat
pertambahan jumlah konsumsi tersebut, hal ini biasa disebut dengan hukum
pertambahan daya guna menurun (the law of diminishing marginal utility) atau
hukum Gossen.
Hukum nilai guna marginal: “Tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang dari mengkonsumsikan suatubarang akan menjadi semakin sedikit
apabila orang tersebut terus menerus menambah komsumsinya keatas barang
tersebut dan pada akhirnya tam-bahan nilaiguna akan menjadi negatif”
Berdasarkan hukum Gossen atau yang biasa dikenal dengan law of
diminishing marginal utility berlaku bahwa semakin banyak suatu barang yang
dikonsumsi, maka tambahan nilai kepuasannya yang diperoleh dari setiap satuan
tambahan yang dikonsumsikan akan menurun. Dan konsumen akan selalu
berusaha dalam mencapai kepuasan total yang maksimum.
10
mengkonsumsi suatu barang daripada pembayaran yang disediakan oleh
konsumen.
Berikut adalah contoh dari surplus konsumen: Seorang konsumen ingin
membeli satu buah durian dengan harga Rp 20.000,- ternyata setelah sampai di
pasar, harga buah durian tersebut adalah Rp 14.000,- selisih dari harga yang
disediakan dengan harga kenyataan di pasar sebesar Rp 6.000,-. Selisih inilah
yang disebut sebagai surplus konsumen.
11
surplus konsumen lagi, oleh karena itu dititik inilah biasanya konsumen akan
menghentikan pembeliannya terhadap durian tersebut.
Surplus konsumen juga dapat ditunjukkan dalam bentuk grafik. Dimana
sumbu vertikal menggambarkan tingkat harga, sedangkan sumbu horizontal
menggambarkan jumlah barang yang dikonsumsi.
pasar harga barang tersebut sebesar P. Pada harga P tersebbut jumlah barang yang
dibeli konsemen sebanyak Q’. Dengan demikian maka surplus konsumen adalah
sebesar APB.
Contoh:
Konsumen memiliki uang sejumlah Rp. 1.000,-. Harga barang X Rp. 1.00,- dan
barang Y Rp. 25,-. Kepuasan konsumen tersebut akan maksimum bila ia
mengkombinasikan barang X dan Y sesuai peruntukan. Dengan demikian, utility
= X.Y, sementara barang yang dapat diperoleh adalah :
13
Jadi kombinasi yang dikonsumsi konsumen adalah X = 5 dan Y = 20. Apakah
kombinasi ini maksimum ?
MU(X) / Px = MU(Y) / Py = 1
15
potensial produk perusahaan dari pesaing. Kemudian mereka memberikan
laporan mengenai hasil kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan
pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk
tersebut untuk kemudian dibandingkan dengan perusahaan yang
bersangkutan.
4) Analisis Kehilangan Konsumen ( Lost Customer Analysis )
Tingkat kehilangan konsumen menunjukkan kegagalan perusahaan dalam
memuaskan konsumen. Perusahaan seharusnya menganalisa dan
memahami mengapa konsumen tersebut berhenti mengkonsumsi sebuah
produk. Menurut Fandy Tjiptono (1997:35), metode yang digunakan untuk
mengukur kepuasan konsumen dapat dengan cara :
a) Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan.
b) Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka
mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang
dirasakan.
c) Responden diminta untuk menuliskan masalah yang mereka hadapi
berkaitan dengan penawaran dari perusahan dan juga diminta untuk
menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan
penawaran dari perusahan dan juga diminta untuk menuliskan
perbaikan yang mereka sarankan.
d) Responden dapat diminta untuk meranking berbagai elemen dari
penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa
baik kinerja perusahan dalam setiap elemen.
c. Adapun menurut Rangkuti (2006:87), teknik pengukuran kepuasan pelanggan
dapat diukur dengan cara sebagai berikut:
1) Traditional Approach
Berdasarkan pendekatan ini, konsumen memberikan penilaian atas
masing-masing indikator produk atau jasa yang mereka nikmati (pada
umumnya menggunakan skala likert) yaitu dengan cara memberikan rating
dari 1 (sangat puas) sampai 5 (sangat tidak puas sekali). Nilai yang
diperoleh dari skala likert ini dapat dipertimbangkan dengan dua cara yaitu
dengan dibandingkan dengan nilai rata-rata atau dibandingkan dengan nilai
16
secara keseluruhan, penelitian dengan keseluruhan merupakan nilai standar
yang akan dibandingkan dengan nilai masing-masing indikator. Hasilnya
adalah apabila nilai msing-masing indikator tersebut lebih tinggi
dibandingkan nilai standar, konsumen dianggap sudah merasa puas,
sebaliknya apabila masing-masing indikator tersebut lebih rendah
dibandingkan nilai standar, konsumen dianggap tidak puas.
2) Analisis Secara Deskriptif
Seringkali analisis kepuasan konsumen berhenti sampai kita mengetahui
pelanggan puas atau tidak puas, yaitu dengan menggunakan analisis
statistik secara deskriptif, misalnya melalui perhitungan nilai rata-rata,
nilai distribuisi serta standar deviasi. Analisis kepuasan konsumen
sebaiknya dilanjutkan dengan cara membandingkan hasil kepuasan tahun
lalu dengan tahun ini, sehingga perkembangan (trend) dapat ditentukan.
Selain itu, kita juga perlu melakukan analisis korelasi dengan nilai rata-
rata secara keseluruhan, tujuannya adalah untuk melihat reliabilitas
indikator yang akan kita ukur tersebut.
17
BAB 3
KESIMPULAN
Teori nilai guna adalah teori yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan
yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-barang.
Jika kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai gunanya.
Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka nilai gunanya
akan semakin rendah pula. Nilai guna (utility) bisa dikatakan sebagai
kemampuan suatu barang atau jasa untuk memberikan kepuasan pada
manusia dalam mencukupi kebutuhan manusia.
Terdapat 2 jenis teori nilai guna (utility) yaitu teori nilai guna kardinal
(Cardinal Utility) dan teori nilai guna ordinal (Ordinal Utility). Teori nilai
guna kardinal memberikan penilaian subjektif akan pemuasan kebutuhan dari
suatu barang. Artinya tinggi rendahnya nilai guna suatu barang tergantung
pada subjek yang memberikan penilaian. Jadi suatu barang akan memberikan
nilai guna yang tinggi bila barang dimaksud memberikan daya guna yang
tinggi bagi sang pemakai. Sedangkan teori nilai guna ordinal menyatakan
tingkat nilai guna dapat diukur melalui order atau rangking tetapi tidak
disebutkan nilai gunanya secara pasti (dengan menggunakan pendekatan nilai
relative; order atau rangking). Dalam hal ini, kepuasan tidak di kuantifisir
(dihitung secara kuantitas).
Hukum nilai guna marginal menyatakan“Tambahan nilai guna yang akan
diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatubarang akan menjadi
semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah
komsumsinya keatas barang tersebut dan pada akhirnya tam-bahan nilaiguna
akan menjadi negatif”
Nilai guna pada barang yang sama dipengaruhi oleh jangka waktu
konsumsi barang, daya ingat konsumen dan kualitas barang tersebut.
18
DAFTAR PUSTAKA
Gossen, Hermann Heinrich. 1983. The Laws of Human Relations and the Rules of
Human Action Derived Therefrom. MIT Press.
Sukirno, Sadono. 2005.MikroEkonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga.Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Putong, Iskandar.2003.Pengantar Ekonomi Mikro & Makro Edisi. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Hunt, E. K. 2002. History of Economic Thought: A Critical Prespectve.
[http://books.google.co.id/books?id=_qHKFNwhahoC&pg=PA251] diakses
tanggal 10 Maret 2013 pukul 16.57 WIB.
MarginalUtility.http://sartikasartikaa.blogspot.com/2012/01/marginal-utility.html
diakses 20 Maret 2013 pukul 22.12 WIB
MarginalUtility.http://sidikaurora.wordpress.com/2012/01/26/marginal-utility/
diakses 20 Maret 2013 pukul 22.37 WIB
19
20