DISUSUN OLEH :
ZUBAIDAH
ILMA TRIWAHYUNI
EROZANDI
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan
Guna” yang kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata Teori Ekonomi
Makro. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir
zaman Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.
kepada semua pihak kiranya memberikan kritik dan saran yang sifatnya
membangun.
menjadi bahan tambahan bagi penilaian guru bidang studi Agama dan mudah-
mudahan isi dari makalah kami ini dapat di ambil manfaatnya oleh semua pihak
yang membaca makalah ini. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini sehingga
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Nilai Guna ................................................................... 2
B. Nilai guna total (Total Utility) ....................................................... 2
C. Nilai Guna Marjinal (Marginal Utility)......................................... 3
D. Keseimbangan Konsumen ............................................................. 9
E. Surplus Konsumen......................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum dengan
pendapatan yang terbatas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen
terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk menganalisa pembentukan permintaan
konsumen secara lebih akurat, maka akan digunakan beberapa asumsi yang akan
menyederhanakan realitas ekonomi tentang teori nilai guna ( utility ).
Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih
dahulu dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih
barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis
tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip
pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berfikir secara
rasional dalam memilih berbagai barang keperluannya. Disini kita juga akan
mempelajari bagaimana suatu barang bisa memberikan teori nilai guna (utility)
dan bagaimana barang itu akhirnya sama sekali tidak bisa memberikan
kenikmatan terhadap seseorang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Apakah pengertian dari nilai guna?
b. Apakah nilai guna total?
c. Apakah nilai guna marginal?
d. Bagaimanakah keseimbangan konsumen?
e. Seperti apakah surplus konsumen?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang:
a. Pengertian dari nilai guna
b. Nilai guna total
c. Nilai guna marginal
d. Keseimbangan konsumen
e. Surplus konsumen
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nilai Guna
Secara umum, nilai guna adalah nilai yang menunjukkan tingkat kepuasan
yang diraih oleh seseorang setelah menggunakan barang dan jasa. Semakin tinggi
kepuasan yang diperoleh seseorang, maka semakin tinggi pula nilai guna barang
tersebut. Besar kecilnya nilai guna suatu barang dan jasa tergantung pada
individu yang menilainya. Semakin banyak orang yang menilai suatu barang dan
jasa sebagai barang dan jasa yang berguna, maka semakin besar pula nilai guna
barang itu. Contohnya, bagi orang pada umumnya, nila guna mobil Honda Jazz
sudah sangat memuaskan. Sedangkan bagi orang yang memiliki harta melimpah,
kepuasan memiliki mobil Honda Jazz hanya biasa saja. Mereka lebih memperoleh
kepuasan dengan menggunakan mobil Toyota Alphard atau Ferrari.
Teori nilai guna adalah teori dalam ilmu ekonomi yang mempelajari
mengenai tingkat kepuasan yang diperoleh subjek atau individu setelah
mengkonsumsi barang dan jasa. Semakin tinggi kepuasan yang diperoleh
individu, maka semakin besar pula nilai guna atau utility barang dan jasa tersebut.
Sebaliknya, semakin rendah kepuasan yang diperoleh dari suatu barang, maka
semakin rendah pula nilai guna atau utility barang dan jasa tersebut.
Berdasarkan teori nilai guna, semua barang memiliki kegunaan untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen atau pemakainya. Alasan seseorang
mengonsumsi suatu barang adalah untuk memperoleh kegunaan dari barang
tersebut. Berdasarkan teori, nilai guna dibedakan menjadi dua, yaitu nilai guna
total (total utility) dan nilai guna marginal (marginal utility).
2
Pada hari berikutnya, konsumsi orang tersebut terhadap roti meningkat.
Karena setelah berolahraga, seseorang merasa sangat lapar dan membeli serta
memakan roti sebanyak 4, dengan nilai guna total roti 6. Lihat contoh pada tabel
berikut ini.
Beberapa ahli juga menggolongkan teori nilai guna atau utility menjadi dua
(lain daripada yang telah kita bahas di atas) yaitu teori nilai objektif dan teori nilai
subjektif.
1. Teori Nilai Objektif
Teori nilai objektif merupakan teori yang menyelidiki tentang nilai suatu
barang dimana barang itu sendiri digunakan sebagai objek penelitian (bukan
barang laen atau yang berbeda). Barang akan terlebih dahulu diteliti -apakah
barang tersebut memiliki nilai tawar dan nilai tukar? bagaimana seluk-beluk
proses produksi barang hingga terjual ke tangan konsumen?-. Nah,
penelitian ini pada umumnya dilakukan oleh pihak produsen.
Ada beberapa teori terkait teori nilai objektif ini, antara lain:
a. Teori nilai biaya produksi dari Adam Smith
3
Menurut Adam smith, nilai suatu barang atau jasa ditentukan oleh biaya
yang dikeluarkan produsen untuk memproduksi barang atau jasa
tersebut. Semakin tinggi biaya produksi semakin tinggi pula nilai dari
barang tersebut. Misalnya biaya produksinya sebesar Rp 100.000,- maka
nilai barang itu sebesar Rp 100.000,- pula.
b. Teori nilai biaya produksi tenaga kerja dari David Ricardo
Menurut David ricardo, nilai suatu barang ditentukan oleh biaya tenaga
kerja yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut. Yakni
meliputi tenaga manusia, mesin atau biaya pengeluaran lainnya dari
semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi.
c. Teori nilai lebih dari Karl Marx
Menurut Karl marx, barang dinilai berdasarkan pada biaya rata-rata
tenaga kerja di masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan masyarakat
adalah tenaga manusia, termasuk perkakas dan mesin yang dipakai
dalam produksi.
d. Teori nilai reproduksi dari Carey
Menurut Carey, nilai barang harus didasarkan atas biaya reproduksi
yakni biaya untuk memproduksi kembali suatu barang. Misalnya
membuat kursi kayu membutuhkan dana Rp 100.000,- namun beberapa
hari kemudian harga kayu naik sehingga biayanya menjadi Rp 150.000,-
. Nah, disini maka biaya produksinya dihitung sesuai harga kenaikannya
yaitu Rp 150.000,-.
e. Teori nilai pasar dari Hummed and Locke
Ajaran nilai David Humme dan John Locke ini juga disebut sebagai
market value theory. Menurut teori ini, nilai suatu barang bergantung
pada permintaan dan penawaran barang di pasar. Misalnya harga
mercon naik ketika mendekati hari raya idul fitri karena permintaan
lebih tinggi daripada penawaran, tapi ketika hari biasa harganya turun.
Hal ini disebabkan karena permintaan lebih rendah daripada penawaran.
Jadi harganya akan fluktuatif.
4
2. Teori Nilai Subjektif
Teori nilai subjektif menjelaskan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh
utilitas dari barang tersebut dimana utilitas setiap orang bisa berbeda meski
sedang menilai barang yang sama. Teori subjektif ini, terkenal berasal dari
pemikiran Herman Heinrich Gossen dan Carl Menger.
a. Hukum Gossen I
Hukum Gossen I berbunyi, “Jika pemuasan kebutuhan dilakukan
terus menerus, maka kenikmatan semakin lama semakin berkurang
dan pada suatu saat akan tercapai titik kepuasan”.
Hukum ini menjelaskan terkait penggunaan satu macam barang yang
sama, padahal pada umumnya, manusia menggunakan berbagai
macam barang. Untuk itu muncul lah hukum Gossen II.
b. Hukum Gossen II
Hukum Gossen II berbunyi, “Manusia berusaha memuaskan
kebutuhannya yang beraneka ragam hingga mencapai tingkat
intensitas yang sama (harmonis)”.
Jadi disini dijelaskan bahwa manusia akan membagi-bagi pengeluaran
uangnya sedemikian rupa sehingga kebutuhannya terpenuhi secara
seimbang.
c. Teori Nilai Subjektif Carl Menger
Menurut Menger, nilai ditentukan oleh faktor subjektif dibandingkan
faktor objektif. Nilai berasal dari kepuasan manusia. Carl Menger juga
menggunakan Hukum Gossen II untuk menyelidiki bagaimana orang
membagi penghasilannya guna memenuhi kebutuhannya yang
bermacam-macam. Nah, pada umumnya manusia akan membagi-bagi
penghasilannya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup
dimana kebutuhan yang palng penting dan mendesak akan
mendapatkan prioritas utama.
5
Contoh lain:
Tabel Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marginal dalam Mengkonsusmi
Mangga
Jumlah buah mangga Nilai guna total Niali guna marginal
yang dimakan
0 0 -
1 30 30
2 50 20
3 66 15
4 75 10
5 83 8
6 87 4
7 89 2
8 90 1
9 89 -1
10 85 -4
11 78 -7
6
Grafik tersebut menunjukkan adanya nilai guna total dalam mengonsumsi
mangga. Sumbu tegak menunjukkan nilai guna total dan sumbu datar
menunjukkan jumlah barang (mangga) yang dikonsumsi. Kurva nilai guna total
(TU) ini bermula dari titik nol, yang berarti bahwa pada waktu tidak ada
konsumsi, maka nilai guna total juga akan bernilai nol. Pada mulanya nilai guna
total mengalami kenaikan mulai dari 0,30,50,66,75 dan seterusnya. Hal ini
menunjukkan bahwa jika jumlah konsumsi buah mangga ditambah, maka tingkat
kepuasan total (nilai guna total) juga akan semakin tinggi, akan tetapi dengan
semakin banyaknya mangga yang dikonsumsi mengakibatkan nilai guna total
(tingkat kepuasan yang dirasakan) akan semakin menurun (negatif). Pada grafik
tersebut, kurva nilai guna total mulai mengalami penurunan pada saat
mengonsumsi mangga sebanyak 9 buah atau pada waktu konsumsi mangga lebih
dari 8 buah, sementara kepuasan maksimum dicapai pada saat mengonsumsi
mangga sebanyak 8 buah.
Sementara kurva nilai guna marginal memotong sumbu datar (garis
horizontal) setelah mengonsumsi mangga yang kedelapan. Adanya perpotongan
ini menunjukkan bahwa nilai guna marginal bernilai negatif atau tingkat tambahan
kepuasan yang semakin menurun.
7
menurun “ketika jumlah suatu barang yang dikonsumsi meningkat, maka utilitas
marginal dari barang tersebut akan cenderung semakin berkurang”
8
2. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang0barang yang
dikonsumsinya apabila nilai guna dari setiap rupiah yang dikeluarkan adalah
sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan. Dari contoh tadi diketahui,
nilai guna marginal per rupiah dari tambahan makanan adalah nilai guna
marginal/harga yaitu 5/5.000 atau 1/1000, dan dengan nilai guna marginal
per rupiah dari tambahan pakaian adalah nilai guna marginal/harga yaitu
50/50.000 atau 1/1000
Secara aljabar syarat pemaksimuman nilai guna dapat dirumuskan sebagai
berikut:
D. Keseimbangan Konsumen
Kondisi Keseimbangan konsumen adalah kondisi dimana konsumen telah
mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada
(jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi
(maksimalisasi kegunaaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan
anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi keseimbangan
tercapai pada saat kurva garis anggaran (manggambarkan tingkat kemampuan)
bersinggungan dengan kurva indiferensi (menggambarkan tingkat kepuasan).
Keseimbangan konsumen merupakan suatu pencapaian kepuasan konsumen
yang maksimum yang menyebabkan konsumen tidak lagi berusaha untuk
menentukan gabungan barang lain yang akan digunakannya. Kurva keseimbangan
konsumen merupakan kombinasai dari 2 hal yang telah dijelaskan diatas, yaitu:
Garis anggaran menunjukkan kemungkinan-kemungkinan ynag dapat
dicapai dengan tingkat pendapatan ynag tersedia dalam harga tertentu
Kurve indeferensi menunjukkan apa yang diinginkan konsumen atau
kesukaannya.
9
Gambar 7. Kurva keseimbangan konsumen
Keseimbangan konsumen terjadi pada titik pertemuan antara garis
konsumen dengan kurva indeferensi. Jika melihat pada gambar diatas, titik
keseimbangan konsumen terletak pada titik pertemuan garis konsumen dengan
kurva indeferensi yang kedua (IC2)
Pembahasan tentang keseimbangan konsumen berkisar pada
penggabungan tentang kemauan dan kemampuan konsumen dengan tujuan usaha
memaksimumkan daya guna /utilitas. Setiap konsumen dianggap menghadapi
berbagai kemungkinan kombinasi barang yang akan dikombinasinya, masing-
masing kombinasi tersebut memberikan kepadanya sejumlah daya guna yang
berbeda-beda, kombinasi barang yang mampu memberikan tingkat daya guna
/kepuasan yang tertinggi akan dipilih dan tidak akan dirobahnya lagi, maka saat
itu konsumen berada dalam keseimbangan.
Berarti keseimbangan konsumen akan muncul apabila seorang konsumer
telah membelanjakan seluruh pendapatan sama dengan pertambahan daya guna
/utilitas per rupiah dari masing-masing barang, atau MUx/Px = MUy/Py
a. Pengaruh Perubahan Pendapatan Konsumen
Income Consumption Curve (ICC), kombinasi produk yang dikonsumsi
untuk memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada
10
berbagai tingkat pendapatan. Apabila pendapatan konsumen berubah naik
atau turun, sedangkan harga kedua barang tetap, maka akan berakibat
berubahnya jumlah barang yang diminta seperti yang tampak pada gambar
berikut:
11
Gambar 9. Kurve PCC (price consumption price)
Dari gambar kurva diatas dapat disimpulkan bahwa:
Dengan adanya perubahan harga, kondisi konsumen mungkin lebih baik atau
bahkan lebih buruk
Konsumen selalu bertindak rasional (memaksimumkan kepuasan)
Setiap terjadi perubahan harga, akan selalu merubah slope dari garis anggaran
Jika harga turun, maka REAL INCOME konsumen akan naik.
Perubahan harga menyababkan berubahnya perbandingan harga (harga
relatif) dan memungkinkan terjadi efek subtitusi.
12
E. Surplus Konsumen
Surplus konsumen merupakan istilah yang dipergunakan oleh para ekonom
untuk menjabarkan perbedaan antara jumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh
konsumen untuk barang dan jasa dengan harga pasar yang sebenarnya. Secara
spesifik, surplus konsumen terjadi ketika konsumen bersedia membayar "lebih"
untuk suatu barang atau jasa dari yang mereka bayar saat ini.
Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan
yang diperoleh seseorang didalam mengkonsumsikan sejumlah barang dengan
pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan yang
diperoleh selalu lebih besar daripada pembayaran yang dibuat. Perhatikan contoh
sederhana berikut. Seorang konsumen pergi ke pasar membeli mangga dan
bertekad membeli satu buah yang cukup besar apabila harganya Rp 1500.
Sesampainya dipasar dia mendapati bahwa mangga yang diinginkannya berharga
Rp 1000. Jadi ia dapat memperoleh mangga yang diinginkannya dengan harga Rp
500 lebih murah daripada harga yang tersedia dibayarkannya. Nilai Rp 500 ini
dinamakan surplus konsumen.
Surplus Konsumen adalah kelebihan atau perbedaan antara kepuasaan total
atau total utility (yang dinilai dengan uang) yang dinikmati konsumen dari
mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya (yang
dinilai dengan uang) untuk memperoleh atau mengkonsumsikan jumlah barang
tersebut. (Dr.Boediono, 1999). Atau pengertian yang lebih sederhana yaitu :
Surplus konsumen adalah kerelaan pembeli untuk membayar dikurangi dengan
jumlah yang sebenarnnya dibeli pembeli. (N.Gregory Mankiw, 2014).
13
Perhatikan gambar berikut :
Gambar 1
Gambar 1 diatas menunjukan kurva permintaan. Surplus konsumen berada
dibawah kurva permintaan, dari gambar diatas yaitu terdapat pada luas wilayah
ABC. Surplus konsumen menunjukan keuntungan yang diperoleh konsumen
karena mendapatkan harga yang lebih rendah dari pada nilai barang tersebut
untuknya.
Misalnya : Anda adalah seorang konsumen yang ingin membeli sebuah PC
baru. Harga PC yang anda inginkan pada umumya dijual seharga Rp. 4.500.000.
Uang yang anda miliki untuk membeli laptop sama dengan harga tersebut yaitu
Rp. 4.500.000. Setelah mencari info, anda mengetahui bahwa teman masa kecil
anda menjual PC seperti yang anda inginkan, kemudian anda memutuskan untuk
membeli PC kepada teman masa kecil anda tersebut. Ketika anda datang ketempat
teman anda, teman anda bersedia menjual lebih murah keada anda yaitu seharga
Rp. 4.000.000,- . Maka dalam kasus ini surplus konsumennya adalah = Rp.
4.500.000,- - Rp. 4.000.000,- = Rp. 500.000,- . Seperti yang ditunjukan gambar 2
berikut :
14
Gambar 2
Gambar 3
15
Gambar 3 diatas menunjukan penurunan harga dari P1 ke P2 yang
mengakibatkan terjadinya kenaikan permintaan dari Q1 menjadi Q2, dan surplus
konsumen meningkat yang ditunjukan pada luas wilayah ADF. Kenaikan surplus
terjadi karena konsumen awal yang sekarang membayar lebih murah yaitu
ditunjukan wilayah BCDE (berwarna hijau muda) serta ditambah karena adanya
konsumen baru yang membeli dengan harga murah yang ditunjukan pada luas
wilayah CEF.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori nilai guna yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau
kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-
barang tertentu.
Dalam teori nilai guna dibedakan menjadi dua pengertian : Nilai guna total
dan nilai guna marjinal
Hipotesis utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai hukum nilai
guna marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna
yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi
semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke
atas barang tersebut.
Salah satu pemisalan penting dalam teori ekonomi adalah setiap orang akan
berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya.dengan
perkataan lain, setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan nilai guna dari
barang-barang yang dikonsumsikannya.
Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan
kepuasan yang dinikmati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini, dalam
analisis ekonomi, dikenal sebagai surplus konsumen. Surplus konsumen pada
hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh seseorang didalam
mengkonsumsikan sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat untuk
memperoleh barang tersebut.
B. Saran
Untuk mewujudkan prinsip pemaksimuman kepuasan konsumen terhadap
suatu barang, diperlukan analisis kepuasan sama. Dalam memaksimuman
kepuasan, konsumen harus bertindak rasional.
17
DAFTAR PUSTAKA
18