PERKONOMIAN INDONESIA
C/7
JACLINE INDRIANY
SUMUAL
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
Laut adalah salah satu bagian terpenting ekosistem bumi, yang mana ekosistem baharinya
dimanfaatkan sebagai kebutuhan primer (pangan) oleh umat manusia yang ada diseluruh penjuru
dunia. Sebagai salah satu kekayaan alam, laut sejatinya harus dijaga serta dilestarikan untuk
pemenuhan kebutuhan manusia, hal ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu, sejak masa
peradaban, karena keinginan dasar manusia yang selalu berusaha meningkatkan kualitas hidupnya.
Wilayah perairan Indonesia merupakan suatu wilayah perairan yang mempunyai kekayaan
alam berupa sumber daya perairan yang melimpah. Baik sumber daya alam yang dapat
diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Kepemilikan Indonesia atas sumber daya
perairan, merupakan hal yang sangat strategis bagi perekonomian dan keberlangsungan hidup
masyarakat. Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai wilayah laut yang luas, dan
mempunyai julukan sebagai negara maritim. Indonesia juga memiliki pantai yang terpanjang
kedua di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 104.000 km yang terdiri dari 17.504 buah
pulau. Dengan adanya wilayah perairan Indonesia yang sangat luas tersebut, menjadikan Indonesia
sebagai suatu negara yang mempunyai sumber daya alam laut yang berlimpah dan didukung
dengan adanya daya dukung lingkungan yang tinggi. Dengan adanya potensi tersebut, memberikan
manfaat yang sangat besar bagi masyarakat. Manfaat yang diberikan oleh sumber daya laut
tersebut merupakan kegiatan eksploitasi oleh manusia atas sumber daya laut untuk mendapatkan
suatu keuntungan secara ekonomi, termasuk sebagai sumber makanan dan sumber energi. Tidak
dapat dipungkiri bahwa potensi sumber daya perikanan diwilayah perairan Indonesia menjadi daya
tarik tersendiri.
Wilaya laut yang luas, potensi perikanan yang besar, tingginya biodiversitas laut, dan posisi
secara geografis wilayah perairan Indonesia yang menjadi pintu masuk arus dari Samudera Pasifik
ke Samudera Hindia mendorong adanya eksploitasi besar besaran pada sumber daya perikanan
yang ada. Hal tersebut bukan hanya diakibatkan eksploitasi dari warga negara Indonesia sendiri,
melainkan beberapa tindak pencurian ikan dari negara lain juga kerap terjadi. Selain itu, tindak
penangkapan ikan dengan menggunakan alat penangkap ikan yang dilarang. Sampai dengan saat
ini, kasus illegal fishing masih kerap terjadi. Telah terdapat bebrapa jenis ikan yang diketahui telah
berada pada kondisi jenuh bahkan over exploited. Sebagaiman jenis udang panaeid, hampir pada
seluruh WPP telah berada pada kondisi over fishing. Hal tersebut juga menunjukan bahwa telah
terjadi tekanan pada eksploitasi pada sumber daya perikanan yang pasif. Kondisi ini juga bisa jadi
indikator bahwa terdapat permasalahan dari sisi lingkungan, artinya dengan adanya penurunan
jumlah potensi sumber daya ikan berarti juga ada permasalahan pada lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyusun makalah bertemakan ekosistem laut untuk
menambah pemahaman mengenai ekosistem laut, pembagian ekosistem laut, ciri- ciri ekosistem,
penyebab kurusakan ekosistem laut serta cara untuk menanggulanginya
RUMUSAN SPESIFIK:
METODE PENELITIAN:
Penulis makalah iini menggunakan metode penelusuran literatur – literatur yang terkait
keanekaragaman laut serta yang mendukungnya. Yang dimana penelitian ini dilakukan dengan
menjelaskan suatu situasi yg hendak di teliti dengan dukungan studi kepustakaan yang ada
sehingga dpat memperkuat analisa penilitian dan memperkuat suatu kesimpulan yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KAJIAN PUSTAKA
Variasi perilaku eksploitasi sumber day taka dan konsekuensi lingkungan dan sumber daya
ditimbulkan
Digunakannya tabung gas memungkinkan nelayan yang beroperasi dalam
kelompok-kelompok besar dapat bekerja secara intensif dan memperoleh tangkapan secara
berlipat ganda. Akibatnya, hanya beberapa tahun kemudian populasi dari semua jenis
teripang yang mempunyai nilai tukar tinggi mengalami kemerosotan drastis dalam dan
sekitar taka-taka Pulau Sembilan. Demikianlah, sejak tahun 1980-an kelompok-kelompok
nelayan teripang mulai mencari daerah-daerah penangkapan yang baru, terutama daerah-
daerah karang di bagian timur Indonesia. Seperti yang terjadi di tempat-tempat lainnya,
pengaruh paling mencolok dari penggunaan sarana selam modern tersebut ialah
kemerosotan populasi teripang di taka-taka, bukan terhadap perubahan perubahan kondisi
terumbu karang.
Bom merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan nelayan Pulau Sembilan,
khususnya yang dari Kambuno dan Kodingare, sejak dahulu hingga sekarang. Lokasi-
lokasi pemboman ialah taka-taka dalam atau yang agak dangkal. Tangkapan bom ialah
ikan-ikan permukaan yang hidup berkelompok, terutama rappo-rappo (ekor kuning),
sinrili, banjarai, layang, dan ikan-ikan dasar seperti kerapu, sunu, laccukang (napoleon),
dan katamba. Ketika sasaran sudah ditemukan, nelayan kemudian melemparkan bom ke
situ. Ledakan yang sangat berpengaruh terhadap karang ialah ledakan yang terjadi di dasar.
Ledakan yang dahsyat dapat mengakibatkan hancurnya karang minimal seluas satu meter
keliling. Karena akhir-akhir ini kebanyakan nelayan meledakkan bomnya di dasar dengan
maksud agar bunyi ledakan tidak terdengan oleh pihak keamanan yang sedang berpatroli,
secara otomatis penggunaan bom yang intensif mempercepat kerusakan terumbu karang di
taka-taka. Gejala kerusakan karang yang diakibatkan oleh bom berupa kehan-curan dan
patah-patah.
Bukti-bukti dampak perilaku nelayan terhadap perubahan kondisi terumbu karang
dalam taka-taka Pulau Sembilan ditunjukkan dan diinformasikan oleh berbagai pihak,
antara lain oleh Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin yang menunjukkan
tiga ciri kerusakan, yakni berupa pecahan dan patahan (ruble), perubahan warna
(bleaching), dan kematian (dead) yang ditemukannya pada hampir semua taka. Ciri-ciri
perubahan karang seperti ini saya bersama nelayan (dengan saya ikut melakukan
pengamatan di laut) temukan juga di beberapa bagian taka-taka dangkal. Sumber informasi
lainnya ialah berita dari pihak Pemerintah Daerah dan beberapa LSM yang seringkali
melakukan pemberdayaan bagi masyarakat nelayan, termasuk di Pulau Sembilan.
Perilaku nelayan dalam konteks sosialnya
Digunakannya tabung gas memungkinkan nelayan yang beroperasi dalam
kelompok-kelompok besar dapat bekerja secara intensif dan memperoleh tangkapan secara
berlipat ganda. Akibatnya, hanya beberapa tahun kemudian populasi dari semua jenis
teripang yang Seperti halnya pada masyarakat nelayan. Bugis dan Makassar lainnya, semua
bentuk aktivitas nelayan Pulau Sembilan terkait pemanfaatan sumberdaya perikanan,
kecuali menangkap ikan dan biota lainnya untuk kebutuhan laut pauk semata, juga
berlangsung dalam kerangka kelembagaan ekonomi perikanan tradisional, yang dikenal
dengan istilah ‘ponggawa-sawi’ kelembagaan ini diacukan kepada kelompok, norma,
praktik kerja-sama terpola. Dari hasil studi lapangan yang diperkuat dengan berbagai
sumber kepustakaan, terutama karya Arifin Sallatang (1984) dan Mattulada (1986),
diketahui adanya sekurang-kurangnya delapan komponen terkait sistem ekonomi
perikanan laut nelayan Pulau Sembilan yang berlangsung dan diatur dalam lembaga
ponggawa-sawi atau dapat dipa-hami sebagai fungsi utama dari lembaga ponggawa sawi
tersebut.
Konteks eksternal dari perilaku nelayan dan konsekuensinya
Sesuai dengan fenomena di lapangan, untuk memahami perilaku nelayan Pulau
Sembilan dan konskuensi lingkungan dan sumber daya taka yang ditimbulkannya, tidak
cukup hanya dijelaskan dalam konteks sosial budaya/internalnya, tetapi juga dalam
konteks eksternal. Untuk pencarian teripang (ter- masuk jenis kerang mutiara, japing) dan
penangkapan ikan-ikan karang utama (sunu, kerapu, napoleon) dan lobster/udang untuk
komoditi ekspor, konteks eksternalnya ialah permintaan pasar dan pihak-pihak terlibat di
dalamnya, adopsi teknologi tangkap, dan kebijakan pemeintah.
D. Abstraksi Permasalahan
Eksploitasi sumber daya alam adalah suatu tindakan pemanfaatan terhadap suatu
stok sumber daya alam yang ada di suatu wilayah. Eksploitasi terhadap sumber daya alam
harus dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan perekonomian
negara, meskipun tidak jarang ditemukan tindakan eksploitasi yang mengakibatkan suatu
kerugian bagi lingkungan maupun bagi masyarakat. Karena jika terjadi suatu kerusakan
terhadap salah satu sumber daya alam hayati, dapat memberikan dampak buruk
(kerusakan) terhadap sumber daya alam hayati lainnya atau terhadap ekosistem.
Sebagaimana tertuang dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya menjelaskan bahwa unsur-unsur sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya pada dasarnya saling tergantung antara satu dengan
yang lainnya dan saling mempengaruhi sehingga kerusakan dan kepunahan salah satu
unsur akan berakibat terganggunya ekosistem.
B. SARAN
Untuk menjaga laut kita dari pencemaran limbah dan lain sebagainya, yang dapat
merusak ekosistem laut, sebaiknya kita melakukan penanggulangan pencemaran laut
dengan cara membuat alat pengolah limbah, penimbunan (alokasi) bahan pencemar di
tempat yang aman, dan daur ulang limbah. Selain itu, alangkah baiknya menanggulangi
pencemaran laut dengan cara pencegahan, seperti tidak membuang limbah ke laut. Dalam
hal ini pemerintah berperan sebagai pengawas penanggulangan pencemaran laut.