UNIVERSITAS PADJADJARAN
Ged. Dekanat FPIK-UNPAD Kampus Jatinangor Jawa Barat UBR 40600
http://fpik.unpad.ac.id; fpik@unpad.ac.id; Telp/fax : 02287701519/518
FORM A
: 230110120121
3
Nama-nama yang diajukan akan disesuaikan dengan beban dosen
:
:
:
No HP
Email
Pembimbing 1*
Pembimbing 2*
Pembimbing 3*
Penguji 1*
:
:
Pa Noir
1.
Latar Belakang
Perairan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan non hayati yang beragam. Kondisi geografis
yang meliputi pertemuan dua perairan samudera terbesar di dunia, yakni Samudera Pasifik dan Samudera
Hindia, dan pertemuan dua lempeng paparan, yakni Paparan Sunda dan Paparan Sahul, hal ini menempatkan
Indonesia sebagai zona eksklusif yang menjadi pusat eksplorasi sumberdaya hayati dan non hayati.
Potensi hasil perikanan Indonesia yang berasal dari laut, berasal dari ikan pelagis besar, pelagis kecil,
demersal dan tumbuh-tumbuhan laut. Berdasarkan data statistik perikanan tangkap Indonesia tahun 2012,
potensi perikanan di Indonesia sebesar 6,4 juta ton/tahun belum termanfaatkan secara optimal, masih berada
di bawah 80% pemanfaatannya dan tersebar di seluruh perairan Indonesia (Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2013). Komoditi tangkapan ikan yang menjadi unggulan didominasi oleh ikan pelagis-pelagis
kecil seperti salah satunya Ikan Lemuru yang tersebar di Selat Bali.
Perairan Selat Bali memiliki bentuk seperti corong dan terletak di antara Pulau Jawa di sebelah
barat dan Pulau Bali di sebelah timur. Di sebelah utara dibatasi oleh Laut Bali dan di sebelah selatan
oleh Samudera Hindia. Karena bentuknya seperti corong yang menghadap ke selatan, maka perairan Selat
Bali cenderung untuk dipengaruhi oleh massa air dari Samudra Indonesia dibanding oleh massa air dari Laut
Flores (Burhanuddin & Prasetyo, 1982). Luas perairan Selat Bali berkisar 2500 km 2 dengan bagian utara
merupakan bagian yang sempit dengan lebar sekitar 2,5 km sedangkan lebar di bagian selatan sekitar 55 km.
kedalaman di bagian tengah selat sekitar 300 meter dan semakin dalam dibagian selatan selat, yaitu sekitar
1300 meter, di bagian tengah terdapat gosong (wilayah yang dangkal) yang disebut gosong ratu
(Merta&badrudin, 1992 dalam Wujudi. Dkk, 2012). Dengan topografi yang demikian ini membuat Selat Bali
menjadi subur sehingga mampu menyediakan makanan bagi ikan dan biota lainnya. Ikan Lemuru merupakan
ikan pelagis kecil yang mendiami perairan laut dangkal, hidup bergerombol serta merupakan spesies
permukaan.
Sumberdaya perikanan Ikan Lemuru merupakan sumberdaya perikanan yang paling dominan dan
bernilai ekonomis penting di Selat Bali sehingga komoditi tersebut paling banyak dieksploitasi oleh nelayan
yang bermukim di sekitar Selat Bali (Joesdawati. Dkk, 2004). Selain itu perikanan lemuru juga memberikan
pernanan penting bagi penduduk setempat salah satunya sebagai sumber pendapatan daerah, penunjang
industri lokal, dan menambah penyediaan lapangan kerja, baik di laut maupun di darat. Seperti salah satunya
menurut Purwaningsih, R (2015). Jenis ikan yang diolah industri modern adalah lemuru Industri pengolahan
ikan terbesar di Muncar adalah pengalengan ikan sardine dan estimasi serapan ikan segar 38% dari produksi
PPP Muncar atau 54% dari total produksi lemuru Muncar.
Tingkah laku ikan lemuru mempunyai keunikan, menurut Setyohati, Daduk (2009) ikan lemuru ini
biasanya mendiami daerah-daerah dimana terjadi proses penaikan air, sehingga dapat mencapai biomassa
yang tinggi. Oleh karena itu akan tergantung pada perubahan-perubahan lingkungan perairan. Climate
change merupakan perubahan iklim yang disebabkan oleh aktifitas manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung yang merubah komposisi dari atmosfer global termasuk variabilitas iklim alami. Perubahan
iklim dan pemanasan global akan berdampak pada industri perikanan dunia termasuk salah satunya di Selat
kurun waktu 30 tahun, kontribusi hasil tangkapan ikan lemuru rata-rata sekitar 85%, sedangkan dari
nilai produksi 70% dari total hasil tangkapan Selat Bali (Anonim, 1977-2007 dalam Setyohadi,
Daduk 2009). Produksi tangkapan lemuru pada setiap tahunnya bervariasi namun pada tahun 2010
produksi hasil tangkapan lemuru mengalami penurunan, hal ini disebabkan perubahan kondisi
oseanografi perairan akibat pengaruh perubahan iklim. Keberadaan lemuru di Selat Bali erat
kaitanya dengan kondisi oseanografi perairan. Suhu dan ketersediaan makanan merupakan faktor
lingkungan yang membatasi distribusi ikan pelagis kecil, termasuk lemuru. Hendiarti et al. (2004)
2.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui parameter perubahan iklim yang berpengaruh terhadap produksi hasil tangkapan Ikan
Lemuru di Perairan Selat Bali.
2. Mengetahui hubungan antara pengaruh perubahan iklim terhadap produksi hasil tangkapan Ikan
Lemuru di Perairan Selat Bali.
3. Rancangan Penelitian
Lokasi penelitian berada di Perairan Selat Bali. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September
2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu data pendaratan ikan setiap bulan yang
diperoleh dari perusahaan-perusahaan pengumpul dan pengolah Lemuru di Kabupaten Perancak dan data
sekunder kondisi oseanografi Perairan Selat Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
descriptive survey dan explanatory survey, yaitu suatu metode yang tidak hanya melihat gambaran umum
dari variabel atau hubungan antar variabel saja, tetapi juga untuk melihat apakah terdapat pengaruh antar
variabel dan sejauh mana pengaruh tersebut ada (Irawan, 1999).
Penelitian ini memiliki beberapa definisi operasional variabel sebagai berikut :
Variabel
Indikator Variabel
Pengukuran
Gejala Perubahan
Iklim
Produksi
Tangkapan
Dampak
Perubahan Iklim
Mahasiswa ybs,
Mengetahui,
Dosen Wali
Catatan :
1. File dalam bentuk .doc atau .docx maksimal 3 hal
2. Besar file maksimum 180 kb
3. Softcopy tanpa tandatangan
4. Dikirimkan dengan nama file : NPM(spasi)NAMA ke :
Untuk Prodi Perikanan
: unpadperikanan@yahoo.com
Untuk Prodi Ilmu Kelautan
: kelautan@unpad.ac.id
Cc
: wd1fpik@gmail.com