Anda di halaman 1dari 8

PENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN PELAGIS

BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT


DAN KLOROFIL-A DI LAUT MALUKU

Umar Tangke
Staf Pengajar FAPERTA UMMU-Ternate, e-mail : khakafart@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai April 2014 di laut
Maluku Propinsi Maluku Utara dengan tujuan mengeksplorasi dan memetakan
daerah penangkapan ikan pelagis melalui wawanacara, analisis statistik dan
analisis citra (SIG) terhadap sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a. Hasil
penelitian menunjukan bahwa sebaran suhu permukaan laut selama bulan
Desember 2013 sampai dengan bulan April 2014 adalah 25.87 - 30.6 oC, dan sebaran
konsentrasi klorofil-a pada bulan yang sama adalah 0.042 - 0.78 mg/m3, nilai
faktor oseanografi tersebut masih merupakan nilai yang disukai oleh jenis ikan
pelagis besar dan ikan pelagis kecil, sedangkan hasil ekplorasi sumberdaya
perikanan pelagis besar dan kecil sesuai analisis statistik dan analisis citra suhu
permukaan laut dan klorofil-a serta wawancara dengan masyarakat menunjukan
bahwa jenis ikan pelagis besar lebih dipengaruhi oleh suhu permukaan laut
sehingga cenderung berada di perairan terbuka sedangkan ikan pelagis kecil lebih
cenderung dipengaruhi oleh klorofil-a sehingga penyebarannya lebih ke daerah
pesisir pantai di perairan Laut Maluku.
.
Kata Kunci: SPL, Klorofil-a, Laut Maluku

I. PENDAHULUAN Potensi sumberdaya ikan khususnya ikan pelagis


1.1. Latar Belakang di Laut Maluku cukup besar dan ikan tersebut
Wilayah pesisir/pantai dan laut merupakan menjadikan daerah perairan Laut Maluku
wilayah yang potensial untuk dikembangkan merupakan wilayah lintasan migrasinya. Oleh
sebagai sumber pendapatan daerah melalui karena itu perairan Laut Maluku termasuk salah
kegiatan usaha perikanan. Untuk lebih satu dari tiga daerah penangkapan ikan terbaik di
mengoptimalkan wilayah pantai dan laut sebagai perairan bagian timur Indonesia.
sumber pendapatan asli daerah khususnya pada Adanya kekayaan laut yang melimpah di
sumberdaya hayati laut (ikan dan biota laut Luat Maluku ini ternyata belum bisa
lainnya), maka sangat diperlukan suatu studi dimanfaatkan secara optimal. Kegiatan
tentang potensi sumberdaya ikan yang ada di pemanfaatan sumber daya laut yang sering
daerah tersebut. Data ini sangat bermanfaat dalam dilakukan kurang profesional sehingga sangat
rangka pengembangan sub sektor perikanan, hal tergantung kepada pengalaman dan insting
ini sesuai dengan pelaksanaan pembangunan nelayan yang akhirnya berdampak pada
perikanan dalam rangka konsepsi benua maritim pemanfaatan sumberdaya yang kurang optimal
yaitu bahwa pembangunan perikanan atau lebih kecil dari MSY yang tersedia. Ilmu
memerlukan dukungan IPTEK yang meliputi pengetahuan dan keterbatasan teknologi yang
bidang sumberdaya, penangkapan ikan, dimiliki nelayan menjadi faktor utama
marikultur, pasca panen dan pariwisata laut.. pemanfaatan sumber daya laut yang kurang
Sumberdaya perikanan Indonesia, optimal. Nelayan selama ini hanya mengandalkan
khususnya yang terletak di wilayah Laut Maluku pada pengamatan gejala-gejala alam secara visual
Utara, merupakan aset strategis untuk dan tidak menggunakan teknologi yang sedikit
dikembangkan dengan basis kegiatan ekonomi lebih canggih sehingga banyak bahan bakar yang
pada tujuan pemakmuran masyarakat pesisir dan terbuang percuma dalam pencarian lokasi
peningkatan perolehan pendapatan asli daerah. penangkapan ikan tersebut. Dilihat dari
permasalahan yang muncul maka diperlukan
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)

sistem informasi spasial mengenai lokasi II. METODOLOGI PENELITIAN


penangkapan sehingga diharapkan bisa membuat 2.1. Alat dan Bahan
pekerjaan nelayan lebih mudah tetapi dengan hasil
Peralatan yang digunakan dalam
yang maksimal. Salah satu cara penentuan lokasi
penangkapan ikan (Fishing Ground) dapat penelitian ini adalah 1 unit Komputer dengan
dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit yang spesifikasi terbaik untuk mengolah gambar
merupakan aplikasi dari ilmu penginderaan jauh, dan Sistem Operasi Windows XP Profesional,
yang menduga lokasi penangkapan ikan ER Mapper 6.4, ENVI 4.0, Microsoft Word 2003.
diantaranya dengan memanfaatkan sebaran faktor Sedangkan bahan yang digunakan adalah Citra
oseanografi dinataranya suhu permukaan laut
satelit NOAA-AVHRR bulan Desember
(SPL) dan klorofil-a.
Dewasa ini pendugaan daerah 2013 sampai April 2014 serta peta topografi
penangkapan ikan dapat didekati dengan Indonesia skala 1:1.000.000 Bakosurtanal (peta
mencari indikator-indikator yang dapat digital) sebagai acuan koreksi geometrik.
mempengaruhi daerah penangkapan ikan.
Indikator tersebut antara lain adalah SPL dan 2.2. Prosedur Penelitian
kesuburan perairan (yang diamati dari
1. Merumuskan dan menentukan masalah
kandungan klorofil di laut). SPL dan
konsentrasi klorofil-a dapat diestimasi dengan yang timbul dan harus dipecahkan melalui
teknik penginderaan jauh, dimana saat ini penelitian.
akurasi estimasi konsentrasi klorofil-a dengan 2. Studi Literatur yakni mempelajari secara
menggunakan algoritma global untuk perairan mendalam tentang arti dan konsep SIG,
lepas pantai adalah 70%, sedangkan untuk SPL penginderaan jauh terutama aplikasinya
lebih tinggi tingkat akurasinya.
Parameter-parameter laut tersebut pada SPL dan persebaran klorofil serta
dapat diperoleh dengan pengukuran langsung hubungannya dengan sebaran ikan pelagis.
atau survey lapangan atau dengan menggunakan 3 Pengumpulan data hasil tangkapan yang
satelit penginderaan jauh. Dengan mengetahui diperoleh dari hasil tangkapan nelayan dan
parameter tersebut, maka pada saat satelit data spasial adalah data yang mempunyai
melewati perairan Indonesia, informasi daerah- referensi geografis (sistem koordinat) yang
daerah yang diduga terdapat ikan dapat
diketahui dengan cepat dan Informasi tersebut mengacu bumi (georeference). Data lain
dapat digunakan oleh nelayan dalam kegiatan yang dibutuhkan adalah wawancara dengan
penangkapan ikan, sehingga penangkapan ikan nelayan serta hasil penelitian yang
menjadi lebih efesien dan efektif apabila tujuannya untuk membantu menganalisis
daerah gerombolan ikan dapat diduga terlebih dan mendiskripsikan hasil penelitian
dahulu.
4. Pengolahan data
Koreksi Geometrik dilakukan untuk
1.2. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
menghilangkan kesalahan spasial citra
Penelitian ini bertujuan untuk melihat
sebaran suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a yang disebabkan oleh beberapa faktor
dengan menggunakan data citra NOAA-AVHRR pada saat perekaman oleh sensor satelit.
untuk menduga daerah penangkapan ikan pelagis Koreksi radiometric yaitu (1) melakukan
selanjutnya dapat membantu nelayan dengan rektifikasi (pembetulan) atau restorasi
mengeksplorasi hasil tangkapan ikan di perairan (pemulihan) citra agar koordinat citra
laut Maluku. Manfaat dari penelitian ini adalah
sesuai dengan koordinat geografi; (2)
mendapatkan informasi kondisi suhu permukaan
laut dan konsentrasi klorofil yang tinggi di registrasi (mencocokkan) posisi citra
perairan laut Maluku menggunakan citra NOAA- dengan citra lain atau
AVHRR yang diharapkan dapat digunakan untuk mentransformasikan sistem koordinat
prediksi daerah tangkapan ikan serta citra multispektral atau citra multi-
mempermudah nelayan dalam mengeksploitasi temporal; (3) registrasi citra ke peta atau
sumberdaya ikan secara cepat, tepat, dan efisien
transformasi sistem koordinat citra ke
sehingga diharapkan dapat meningkatkan taraf
hidup para nelayan. peta, yang menghasilkan citra dengan
sistem proyeksi tertentu.
Menentukan suhu permukaan laut dan
klorofil-a.

75
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)

Menentukan daerah prediksi III. HASIL DAN PEMBAHASAN


penangkapan ikan pelagis sesuai dengan 3.1. Produksi Ikan Pelagis
hasil analisis citra SPL dan Klorofil-a Produksi ikan di perairan laut Maluku
serta hasil wawancara dan data Provinsi Maluku Utara lebih disominasi oleh
pendukung lainnya. ikan pelagis besar dan kecil diantaranya ikan
5. Analisa, Analisa kesalahan geometrik dan cakalang (K. pelamis), ikan madidihang
analisa SPL, klorofil-a dan pendugaan (Thunnus albacares) dan ikan tongkol
daerah penangkapan ikan pelagis dengan (Euthynnus afinini dan Auxis thazard), ikan
analisis statistik dari data yang telah layang (Decapterus spp) dan ikan Kembung
didapatkan. (rastreligger sp). Jumlah produksi perikanan
6. Hasil, Hasil yang di peroleh dari penelitian pelagis selama penelitian sangat fluktuatif
ini berupa peta predikasi daerah tangkapan dimana produksi tertinggi terdapat pada bulan
ikan. Januari 2014 (12.5 Ton) dan terendah terdapat
pada bulan April 2014 (9.4 Ton). Jumlah
produksi ikan pelagis selama penelitian
berlangsung dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Produksi Ikan Pelagis di Laut Maluku (Prov. Maluku Utara)

3.2. Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a lebih di dominasi oleh nilai SPL yang rendah yaitu
Selama Penelitian 25.87 - 28.50 oC dibagian barat pulau Hamahera.
3.2.1. Suhu Permukaan Laut SPL dengan nilai diatas 28.50 oC terdapat pada
Profil suhu permukaan laut (SPL) perairan bagian utara dan selatan laut Maluku. Citra pada
laut Maluku dari bulan Desember 2013 sampai bulan Februari 2014 (Gambar 2c) memperlihatkan
dengan bulan April 2014 disajikan pada Gambar sebaran suhu permukaan laut hampir merata pada
2. Hasil analisis suhu permukaan laut (SPL) kisran suhu 29.56 - 30.08 oC dan terdapat beberapa
diperairan laut Maluku selama bulan Desember daerah dengan kisaran suhu 27.97 - 28.50 oC
2013 sampai April 2014 berkisar antara 25.87 oC - dibagian barat dan agak ke selatan pulau Ternate.
30.6 oC. Citra SPL pada bulan Maret (Gambar 2d)
Citra Sebaran suhu permukaan laut selama memperlihatkan sebaran suhu yang lebih dominan
penelitian (Bulan Desember 2013 - April 2014) pada kisaran 27.97 - 28.50 oC terdapat di bagian
dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2a barat agak ke utara laut Maluku sampai di bagian
memperlihatkan Citra suhu permukaan laut di utara kepulauan Bacan. Kisaran suhu diatas 28.50
perairan laut Maluku lebih didominasi oleh SPL terdapat pada bagian barat pulau Halmahera agak
antara 29.56 - 30.08 oC. Terdapat 5 daerah dengan ke selatan. Citra SPL pada bulan April lebih
SPL berkisar antara 26.92 - 27.45 oC yakni didominasi oleh suhu dengan kisaran 29.56 - 30.08
o
dibagian barat pulau Ternate, selatan pulau C dan terdapat beberapa daerah dengan kisaran
Makian dan pada daerah Bacan, sedangkan suhu diatas 30.08 oC yang terdapat pada bagian
daerah dengan SPL 27.97 - 28.50 oC tersebsar barat pulau Ternate.
hampir merata pada bagian barat pulau Fluktuasi nilai suhu permukaan laut
Halmahera. Citra suhu permukaan laut pada diperairan laut Maluku dipengaruhi oleh berbagai
bulan Januari 2014 (Gambar 2b) faktor diantaranya kondisi oseanografi perairan
memperlihatkan SPL di perairan laut Maluku seperti angin dan arus serta kondisi meteorologi.

76
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)

Laevestu dan Hayes (1981) menyatakan bahwa, dalam hal ini adalah curah hujan, penguapan,
faktor-faktor yang mempengaruhi suhu kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin
permukaan laut adalah diantaranya kondisi dan intensitas matahari sehingga SPL biasanya
meteorologi yang mempunyai peranan penting mengikuti pola musiman.

a. Desember 2013 b. Januari 2014

c. Februari 2014 d. Maret 2014

Legenda :
Daratan

Labratorium Komputer FAPERTA


UMMU - Ternate
Umar Tangke, S.Pi. M,Si
e. April 2014
Gambar 2. Peta Sebaran SPL di Laut Maluku Provinsi Maluku Utara Selama Bulan Desember 2013 -
Bulan April 2014

4.3.2. Klorofil-a Desember 2013 - April 2014 dapat dlihat pada


Klorofil-a pada perairan berkaitan erat Gambar 3. Nilai konsentrasi klorofil-a selama
dengan produktivitas primer perairan yang bulan Desember 2013 sampai April 2014 bervariasi
ditunjukan dengan besarnya biomassa dimana nilai konsentrasi klorofil-a terendah
fitoplankton yang menjadi rantai pertama adalah 0.042 mg/m3 dan tertinggi 0.78 mg/m3.
makanan ikan pelagis. Sebaran klorofil-a selama

77
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)

a. Desember 2013 b. Januari 2014

c. Februari 2014 d. Maret 2014

Legenda :

Daratan

Labratorium Komputer FAPERTA


e. April 2014 UMMU - Ternate
Umar Tangke, S.Pi. M,Si
Gambar 4. Peta Sebaran Klorofil-a di Laut Maluku Provinsi Maluku Utara Selama Bulan Desember
2013 - Bulan April 2014

Citra konsentrasi klorofil-a pada bulan mg/m3. Nilai konsentrasi klorofil-a yang cenderung
Desember 2013 (Gambar 3a) lebih didominasi oleh tinggi mendekati kisaran 0.5 mg/m3 berada
nilai klorofil-a pada kisaran 0.12 - 0.287 mg/m3. didaerah pesisir pulau Halmahera. Citra klorofil-a
Pada bulan Januari 2014 (Gambar 3b) nilai bulan April 2014 (Gambar 3e) memperlihatkan
konsentrasi klorofil-a lebih heterogen dengan nilai nilai konsentrasi cenderung berbeda dengan empat
konsentrasi klorofil-a cenderung mendekati bulan sebelumnya (Desember 2013, Januari,
kisaran 0.5 mg/m3 pada bagian utara laut Maluku Februari dan Maret 2014), dimana nilai
dan beberapa wilayah dekat dengan pesisir pulau konsentrasi klorofil-a pada bulan April lebih kecil
Halmahera. Citra konsentrasi klorofil-a pada dan berada pada kisaran 0.042 - 0.124 mg/m3.
bulan Februari dan Maret 2014 (Gambar 3c dan Fluktuasi nilai yang terjadi pada
3d) hampir sama dimana kondisi konsentrasi konsentrasi klorofil-a selama bulan Desember 2013
klorofil-a masih tetap di pada nilai konsentrasi sampai dengan April 2014 diakibatkan karena
yang sama dengan bulan Desember 2013 dan adanya pengaruh angin muson yang menyebabkan
Januari 2014 yaitu pada kisaran 0.12 - 0.287 pola sirkulasi massa air Lautan Pasifik yang

78
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)

melewati laut Maluku menuju ke Lautan Hindia analisis citra, analisis statistik juga informasi hasil
melalui sistem arus lintas Indonesia, selain itu penelitian sebelumnya serta menggunakan hasil
faktor musim juga mempengaruhi konsentrasi wawancara dengan nelayan untuk mengetahui
klorofil-a dimana pada bulan Desember 2013 daerah penangkapan serta musim penangkapan di
sampai dengan Februari 2014 cenderung lebih perairan laut Maluku. Pendugaan daerah
tinggi dari bulan Maret dan April 2014, hal ini penangkapan ikan pelagis selama bulan Desember
disebabkan pada bulan Desember 2013 sampai 2013 - April 2014 di laut Maluku dapat dilihat
Februari 2014 terjadi musim barat dengan kondisi pada Gambar 4.
perairan yang cenderung bergelombang disertai Gambar 4 dapat dilihat bahwa sebaran jenis
kuatnya tiupan angin sehingga memungkinkan ikan pelagis besar (tuna dan cakalang) lebih
terjadinya turbulensi dari bawah lapisan dipengaruhi oleh suhu permukaan laut sehingga
permukaan. Pada bulan Maret dan April 2014 distribusinya berada pada perairan lepas pantai,
terjadi musim peralihan dimana kondisi perairan prediksi daerah penangkapan ikan pelagis pada
mendekati tenang serta berkurangnya tiupan Nilai SPL laut Maluku ini merupakan nilai SPL
angin munson sehingga menyebabkan konsentrasi yang masih disukai oleh jenis ikan pelagis besar
klorofil-a cenderung menurun dari bulan Maret untuk pertumbuhan, aktifitas dan mobilitas
ke Bulan April 2014. Nontji (1993) menyatakan gerakan, ruaya, penyebaran, kelimpahan,
bahwa sistem angin munson mempengaruhi laju penggerombolan, maturasi, fekunditas, pemijahan
produktifitas primer di perairan Indonesia. Hal masa inkubasi dan penetesan telur serta keluluean
ini berhubungan erat daerah asal dimana massa hidup larva ikan. Gambar 4 petakan melalui
air diperoleh dengan adanya pengaruh angin analisis statistik dan citra terhadap sebaran suhu
pada lapisan permukaan sampai kedalaman permukaan laut serta hasil wawancara dengan
termoklin 50 - 70 meter, maka akan terjadi nelayan dan juga dengan menggunakan informasi
pengadukan. penyebaran dan bioekologi ikan pelagis dari
Nilai konsentrasi klorofil-a pada Gambar 3 sumberdaya ikan pelagis sesuai dengan hasil
juga memperlihatkan bahwa pada perairan lepas penelitian antara lain Syahdan et. al. (2007) dan
pantai konsentrasi klorofil-a lebih rendah dari Simbolon (2003), bahwa jumlah hasil tangkapan
perairan pesisir pantai, hal ini diduda diakibatkan cakalang umumnya dipengaruhi oleh suhu
masuknya zat hara dari daratan melalui run off permukaan laut, selain itu hubungan antara SPL
oleh beberapa sungai besar yang berada di pulau dan hasil tangkapan ikan cakalang dan ikan
Halmahera dan pulau-pula yang berada dipesisir madidihang juga diduga disebabkan karena ikan
laut Maluku dan bermuara ke laut Maluku cakalang dan ikan madidihang pada umumnya
tersebut. Nybaken (1992), menyatakan bahwa merupakan predator yang selalu berada di lapisan
produktivtas primer perairan pantai sepuluh kali permukaan pada siang hari untuk berburu
lipat produktivitas primer perairan lepas pantai, mangsanya (Gradieff, 2003). Menurut Leavsetu
hal ini disebabkan karena perairan pantai dan Hela (1970), menyatakan bahwa ikan cakalang
menerima sejumlah besar unsur-unsur P, N dan dan ikan madidihang merupakan jenis ikan pelagis
Bentuk PO4 dan NO3 melalui run off dari daratan. yang dalam kelompok ruayanya akan muncul
sedikit diatas lapisan termoklin pada siang hari
4.3. Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Pelagis dan akan beruaya ke lapisan permukaan pada sore
Kondisi parameter oseanografi seperti suhu hari.
permukaan dan konsentrasi klorofil-a dalam Distribusi ikan pelagis kecil (ikan komo,
beberapa penelitian sangat berperan terhadap layang, kembung dan selar) pada Gambar 4,
dalam menentukan variabilitas hasil tangkapan cenderung berada pada wilayah peisir perairan hal
ikan terutama ikan pelagis, sehingga dalam ini diduga dipengaruhi oleh klorofil-a, dimana
pendugaan daerah penangkapan ikan sangat sebaran klorofil-a tertinggi selam penelitian
penting untuk memperhatikan kedua faktor umumnya berada pada wilayah pesisir, hal ini
oseanografi tersebut. sesuai dengan pendapat beberapa peneliti
Pendugaan daerah penangkapan ikan sebelumnya yaitu Nybaken (1992), menyatakan
merupakan kegiatan eksplorasi yang sangat bahwa produktivtas primer perairan pantai
penting dalam kegiatan eksploitasi sumberdaya sepuluh kali lipat produktivitas primer perairan
perikanan. Ekplorasi Sumberdaya perikanan lepas pantai, hal ini disebabkan karena perairan
sangat membantu dalam tersedianya informasi pantai menerima sejumlah besar unsur-unsur P, N
daerah penangkapan ikan yang dapat memberikan dan Bentuk PO4 dan NO3 melalui run off dari
hasil optimal dalam kegiatan penangkapan. Dalam daratan. Gower dalam Zainuddin et al (2007),
pendugaan daerah penangkapan ikan diperlukan keberadaan konsentrasi klorofil-a di atas 0,2
pengetahuan dan informasi mengenai penyebaran mg/m3 dapat mengindikasikan keberadaan
dan bioekologi sumberdaya ikan pelagis sangat plankton yang cukup untuk menjaga kelangsungan
penting. Pendugaan daerah penangkapan ikan hidup ikan ekonomis penting; Suhartono (2013), di
selama penelitian selain menggunakan data hasil Perairan Kabupaten Pangkep hasil tangkapan

79
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)

ikan kembung tertinggi pada kisaran konsentrasi tangkapan tertinggi untuk jenis ikan kembung
klorofil-a 0.208 - 7.465 mg/m3. Isnawarti (2008) berada pada kisaran klorofil 0,20 - 0,4 mg/m3.
pada perairan yang sama didapatkan bahwa hasil

Desember 2013 Januari 2014

Februari 2014 Maret 2014

Legenda :

Daratan
Ikan pelagis besar
Ikan pelagis kecil

Labratorium Komputer FAPERTA


UMMU - Ternate
Umar Tangke, S.Pi. M,Si

April 2014
Gambar 5. Peta Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Pelagis Besar dan Ikan Pelagis Kecil di Laut
Maluku Selama Bulan Desember 2013 - Bulan April 2014

IV. P E N U T U P konsentrasi klorofil-a pada bulan yang sama


adalah 0.042 - 0.78 mg/m3, kedua ranges nilai
Nilai citra suhu permukaan laut selama faktor oseanografi tersebut masih merupakan nilai
bulan Desember 2013 sampai dengan bulan April yang disukai oleh jenis ikan pelagis besar dan ikan
2014 adalah 25.87 - 30.6 oC, sedangkan nilai pelagis kecil. Hasil ekplorasi sumberdaya

80
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)

perikanan pelagis besar dan kecil sesuai analisis cenderung berada di perairan terbuka serta ikan
statistik dan citra suhu permukaan laut dan pelagis kecil cenderung dipengaruhi oleh klorofil-a
klorofil-a serta wawancara dengan masyarakat sehingga penyebarannya lebih ke daerah pesisir
menunjukan bahwa jenis ikan pelagis besar lebih pantai.
dipengaruhi oleh suhu permukaan laut sehingga

DAFTAR PUSTAKA

Gazali, I dan Manan, A., 2012. Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Di Selat Bali Berdasarkan Data
Citra Satelit. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 1. 87-91.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan: Hubungannya Dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan.
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Handani, L. 2008. Studi Perbandingan Suhu Permukaan Laut dari Data Citra Modis dengan Data Argo
Float di Selatan Jawa Bali. Surabaya : Teknik Geomatika FTSP ITS.
Irawan, F. 2008. Studi Perbandingan Suhu Permukaan Laut Menggunakan Citra Satelit NOAA-AVHRR
dengan Data Argo Float di Perairan Selatan Jawa, Bali, Dan Nusa Tenggara. Surabaya : Teknik
Geomatika FTSP ITS.
Isnawarti. 2008. Eksplorasi Potensi dan Pemetaan Zona Penangkapan Ikan Kembung
(Rastrelliger kanagurta) Berbasis SIG di Perairan Kecamatan Liukang Tupabbiring
Kabupaten
Laevastu, T., And Hayes, M.L. 1981. Fiheries Oseanography and Echology. Fishing News Book.
London.
Monk, K. Y., Y. De Fretes and G. Reksodihardjo-Lily. 1997. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku.
The Ecology of Indonesia Series. No. V. Periplus Edition.
Mujib, Z., Boesono, Fitri, A. D. P., 2013. Pemetaan Sebaran Ikan Tongkol (Euthynnus sp.) Dengan Data
Klorofil-a Citra Modis Pada Alat Tangkap Payang (Danish-Seine) di Perairan Teluk
Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa barat. Journal of Fisheries Resources Utilization Management
and Technology Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 150-160
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Cetakan kedua. Jakarta: Djambatan. 368 hal.
Nybaken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta.
Parson, R. T, M. Takeshi and B. Hargrave. 1984 Biological Oceanography Process. 2nd Edition. Prgamon
Press. Oxford. England.
Reddy MP. 1993. Influence of the Various Oceanographic Parameters on the Abundance of Fish
Catch. Proceeding of International Workshop on Application of Satellite Remote Sensing for
Identifying and Forecasting Potential Fishing Zones in Developing Countries. India, 7-11
December 1993.
Safruddin, 2013. Distribusi Ikan Layang (Decapterus Sp) Hubungannya Dengan Kondisi Oseanografi Di
Perairan Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Jurnal Torani Vol. 23 (3) Des 2013, Hal 150-
156. ISSN: 0853-4489.
Simbolon, D. 2010. Eksplorasi Daerah Penangkapan Ikan Cakalang Melalui Analisis Suhu Permukaan
Laut dan Hasil Tangkapan di Perairan Teluk Palabuharatu, Jurnal Mangrove dan Pesisir X (1),
Februari 2010: 42-49. ISSN: 1411-0679
Suhartono., Haruna dan Pailin, J. B., 2013. Identifikasi Daerah Penangkapan Ikan Kembung (Rastreliger
spp) Di Perairan Kabupaten Pangkep. Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol 2 No. 2
November 2013.
Syahdan, M., M.F.A. Sondita, A. Atmadipoera, dan D. Simbolon. 2007. Hubungan suhu
permukaan laut dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan ikan cakalang (Katsuwanus
pelamis) di perairan bagian timur Sulawesi Tenggara. Buletin PSP. Departemen PSP,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. Vol. XVI No. 2: 246-259.
Zainuddin, M., Safruddin, dan Ismail. 2007. Pendugaan Potensi Sumberdaya Laut dan Migrasi
Ikan Pelagis Kecil di Sekitar Perairan Jeneponto. Laporan Hasil Penelitian. Laboratorium
Sistem Informasi Perikanan Tangkap. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.

81

Anda mungkin juga menyukai