Anda di halaman 1dari 10

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN LAYANG

(Decapterus sp) DI PERAIRAN PULAU TERNATE

Mujais B. Sangaji*, Umar Tangke**, Djabaludin Namsa**


*Alumni THP UMMU-Ternate, Email :
Staf Pengajar FAPERTA UMMU-Ternate, Email: khakafart@yahoo.com

ABSTRAK

Wilayah perairan Pulau Ternate memiliki sumberdaya ikan yang berlimpah dan
beraneka ragam, data statistik tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
produksi dan jumlah nelayan untuk melakukan penangkapan jenis ikan ekonomis
penting. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk serta kebutuhan pangan dan
gizi yang lebih baik akan sangat memacu tingkat permintaan ikan yang tentu akan
berpengaruh positif bagi peningkatan pendapatan nelayan, namun perlu disadari bahwa
peningkatan permintaan sumberdaya tersebut selalu diikuti tekanan untuk melakukan
eksploitasi. Sampai tahun 2015 hasil tangkapan khususnya ikan layang (Decapterus sp)
di Perairan Pulau Ternate telah mencapai 336,480.29 Ton. Melihat jumlah produksi
sumberdaya yang ada, maka tentunnya pengelolaan perikanan menjadi alat yang sangat
penting untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya ini. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis Potensi Lestari (Maximum Sustainable Yield) dan Upaya pemanfaatan
optimum, tingkat pemanfaatan serta produksi CPUE, dari tahun 2008 sampai 2015 dan
hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan
ikan layang (Decapterus sp) secara berkelanjutan di perairan PulauTernate, Provinsi
Maluku Utara. Hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya potensi lestari (MSY) ikan
layang (Decapterus sp) di perairan Pulau Ternate adalah sebesar 311,516.493 ton/tahun
dengan upaya maksimum (F-Opt) adalah 10,765.155 trip/tahun. Untuk tingkat
pemanfaatan maksimum yang di ijinkan adalah sebesar 80% dari MSY sehingga tingkat
pemanfaatan maksimumnya yang dianjurkan adalah sebesar 249,205.19 ton/tahun.

Kata Kunci : Decapterus sp, Perairan Pulau Ternate, MSY

I. PENDAHULUAN sumberdaya perikanan yang dapat memberi


1.1. Latar Belakang gambaran mengenai tingkat dan batas
Sumberdaya ikan perlu di kelola karena maksimal dalam pemanfaatan sumberdaya
merupakan sumberdaya hayati yang dapat perikanan di suatu wilayah.
diperbaharui (renewable), namun dapat Wilayah perairan Pulau Ternate (Gambar
mengalami kepunahan. Sumberdaya ikan 1) memiliki sumberdaya ikan yang berlimpah
memiliki kelimpahan yang terbatas, sesuai dan beraneka ragam, data statistik tahun 2013
dengan daya dukung (carryng capacity) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
habitatnya. Sumberdaya ikan dikenal sebagai produksi dan jumlah nelayan untuk
sumberdaya milik bersama (common property) melakukan penangkapan jenis ikan ekonomis
yang rawan terhadap tangkap lebih (over penting. Seiring dengan meningkatnya jumlah
fishing) (Monintja, 2001). Dengan demikian, penduduk serta kebutuhan pangan dan gizi
mengelola suatu sumberdaya ikan dengan cara yang lebih baik akan sangat memacu tingkat
yang benar dan tepat adalah suatu keharusan. permintaan ikan yang tentu akan berpengaruh
Tujuan utama pengelolaan sumberdaya positif bagi peningkatan pendapatan nelayan,
perikanan ditinjau dari segi biologi adalah namun perlu disadari bahwa peningkatan
upaya konservasi stok ikan untuk menghindari permintaan sumberdaya tersebut selalu diikuti
lebih tangkap (King & llgorm, 1989). Dalam tekanan untuk melakukan eksploitasi.
eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya Ikan layang (Gambar 2) atau lebih
perikanan, diperlukan dugaan potensi dikenal dengan nama ilmiah Decapterus sp
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

merupakan salah satu komunitas perikanan centimeter. Ciri khas yang sering dijumpai
pelagis kecil yang penting di Indonesia pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil
khususnya di perairan Pulau Ternate. Ikan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip
termasuk suku Carangidae ini biasa hidup dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal
bergerombol. Ukurannya sekitar 15 centimeter (lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral
meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 line) (Nontji, 2002).

Gambar 1. Peraiarn Pulau Ternate

Gambar 2. Ikan Layang Biasa (Decapterus sp)

Besarnya potensi sumber daya kelautan membutuhkan peran Pemerintah untuk


dan perikanan tidak serta merta tanpa menentukan kebijakan dalam pemanfataan
persoalan. Isu kemiskinan nelayan, misalnya, sumberdaya perikanan dan kelautan yang
telah menjadi isu struktural sejak lama bagi ramah lingkungan dan berkelanjutan.
pengelolaan (governance) sektor kelautan dan Sampai saat ini penangkapan ikan layang
perikanan. Pada saat yang sama, isu rusaknnya di Pulau Ternate masih bersifat open access
sumberdaya alam perikanan dan kelautan pula (terbuka bagi setiap nelayan) atau jumlah
pun telah lama diketahui, misalnya gejala upaya (purse seine) belum dikendalikan dan
overfishing di perairan Indonesia. Meski aturan sistim perizinan. Salah satu faktor yang
demikian, potensi sumber daya kelautan dan perlu dimonitoring terhadap alat ini adalah
perikanan dalam pemanfaatan dan hasil tangkapan per unit upaya atau Catch Per
pengelolaannya tidak terlepas dari Unit Effort.
permasalahan. Isu-isu trend yang sering terjadi Jaring lingkar (purse seine), gill net
seperti konflik antar wilayah, hal ini sering hanyut, gill net tetap dan pukat pantai
dipicu oleh perebutan zona fishing ground, merupakan alat tangkap yang digunakan oleh
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah masyarakat di perairan Pulau Ternate untuk
lingkungan, daerah penangkapan yang mengeksplotasi jenis ikan layang (Decapterus
semakin jauh, tingginya biaya operasional sp). Studi CPUE sumberdaya ikan pelagis yang
bahkan cenderung terjadi penangkapan yang tertangkap dengan menggunakan empat jenis
berlebih (over fishing). Hal ini tentu alat tangkap yang beroperasi di Perairan Pulau

2
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Ternate perlu dilakukan sebagai pengaturan penangkapan dari tahun 2008 sampai
aktivitas pengelolaan sumberdaya ikan, dan dengan tahun 2015 di perairan Pulau
merupakan suatu keharusan agar tersedia dasar Ternate. Pengumpulan data sekunder
kuat dalam menyusun kebijakan perikanan dilakukan penelusuran pustaka dan hasil-
tangkap. Sampai saat ini juga diperlukan hasil hasil penelitian yang dilakukan pada
tingkat pemanfaatan Catch Per unit Effort, berbagai instansi pemerintah.
penentuan Tingkat Potensi Lestari, Upaya
optimum, dan Tingkat pemanfaatan 2.3. Analisis Data
sumberdaya ikan layang (Decapterus sp) di Data yang diperoleh berupa data jumlah
Ternate, dimana sampai saat ini belum. pernah effort per kecamatan, data produksi tahunan
diteliti, sementara informasi tersebut sangat (catch) menurut jenis alat tangkap per
dibutuhkan didalam pengelolaan perikanan kecamatan (ton), data produksi menurut jenis
secara berkelanjutan. ikan per alat tangkap per tahun (untuk
kecamatan), data produksi (catch) tahunan
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian perjenis ikan per kecamatan. Data produksi
Penelitian ini bertujuan untuk yang diperoleh dijadikan sebagai bahan
menganalisis Potensi Lestari (Maximum informasi untuk menganalisa MSY dan F-Opt
Sustainable Yield) dan Upaya pemanfaatan (Effort/Upaya Maksimum) untuk jenis Ikan
optimum, tingkat pemanfaatan serta produksi layang (Decapterus sp) di perairan Pulau
CPUE, dari tahun 2008 sampai 2015 (8 tahun Ternate, dimana analisis data melalui beberapa
terakhir). Hasil penelitian diharapkan dapat tahap yaitu :
dijadikan bahan pertimbangan dalam 2.3.1. Analisis Produksi Per Alat Tangkap per
pengelolaan ikan layang (Decapterus sp) secara Kecamatan
berkelanjutan di perairan Pulau Ternate, Data yang didapat dari Dinas Kelautan
Provinsi Maluku Utara, dan dapat menjadi dan Perikanan tidak menampilkan data
bahan informasi dalam rangka penelitian lebih produksi per alat tangkap per jenis ikan untuk
lanjut. kecamatan sehingga data tersebut perlu di olah
lagi untuk mendapatkan produksi per alat
II. METODE PENELITIAN tangkap per jenis ikan dengan rumus :
2.1. Waktu dan Tempat
Penellitian ini untuk melihat potensi dan
CPi [ ]
Ikan layang (Decapterus sp) di perairan Pulau
Dimana :
Ternate, waktu penelitian selama 1 bulan
Cpi = Produksi/alat tangkap/jenis ikan
dengan menggunakan data time series Dinas
Fi = Jumlah unit alat tangkap yang
Kelautan dan Perikanan Kota Ternate. Data
menangkap jenis ikan tertentu
yang dipakai untuk analisis adalah data times
pada tahun ke i (unit)
series dengan interval waktu 8 tahun (2008 -
F = Jumlah Total Alat Tangkap yang
2015).
menangkap jenis ikan tertentu
pada tahun ke i (unit)
2.2. Metode Pengambilan Data
Cti = Total produksi Kecamatan pada
Penelitian yang digunakan adalah
tahun ke i
metode survey dan observasi langsung
2.3.2. Analisis Produksi Per Alat Tangkap per
dilapangan, dimana data yang diperoleh
Jenis Ikan untuk perairan Pulau Ternate
meliputi data sekunder adalah sebagai berikut :
Pangkalan pendaratan ikan untuk
(1) Data Primer, merupakan data model
penangkapan di perairan Pulau Ternate
pengoperasian alat tangkap yang
umumnya berada pada beberapa kecamatan
digunakan untuk menangkap ikan layang
yang berada di wilayah Kota Ternate Provinsi
(Decapterus sp) yang diperoleh dari hasil
Maluku utara, sehingga untuk analisis
wawancara langsung dilapangan.
produksi per alat tangkap untuk perairan
(2) Data Sekunder, merupakan data berkala
dibutuhkan data produksi beberapa kecamatan
(Time Series) hasil tangkapan dan upaya
diantaranya Kec. Ternate Tengah, Kec. Ternate

3
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Utara, Kec. Ternate Selatan, Kec. Pulau Hiri,


Kec. Moti dan Kec. Batang Dua. Data ini
dianalisis dengan rumus (Gulland, 1983):

dimana :

CPUEr = total hasil tangkapan (catch)
per upaya tangkap (effort) dari
alat tangkap r yang akan
Dimana : distandarisasi (ton/trip).
Ct/Ft = Produksi/alattangkap/jenis CPUEs = total hasil tangkapan (catch)
ikan untuk kecamatan Pulau per upaya tangkap (effort) dari
Ternate alat tangkap s yang dijadikan
Ct1/Ft1 = Produksi/alat tangkap/jenis standar (ton/trip).
ikan kecamatan Pulau hiri FPIi = fishing power index dari alat
Ct2/Ft2 = Produksi/alattangkap/jenis tangkap i (yang distandarisasi
ikan kecamatan Ternate tenggah dan alat tangkap standar)
Ct3/Ft3 = Prodtfksi/aJat tangkap/jenis
ikan kecamatan Ternate utara 2.3.4. Analisis Effort Standart
Ct4/Ft4 = Produksi/alattangkap/jenis Nilai FPIi digunakan untuk menghitung total
ikan kecamatan Ternate selatan upaya standar dengan persamaan (Gulland,
Ct5/Ft5 = Produksi/alat tangkap/jenis 1983) :
ikan kecamatan moti
Ct6/Ft6 = Produksi/alat tangkap/jenis
ikan kecamatan batang dua

3.3.3. Analisis Fishing Power Indeks (FPI)


Unit effort sejumlah armada dimana :
penangkapan ikan dengan alat tangkap dan E = total effort atau jumlah upaya
waktu tertentu dikonversi ke dalam satuan tangkap dari atat tangkap yang
"boat-days" (trip). Pertimbangan yang distandarisasi dan alat tangkap
digunakan adalah : standar (trip)
(1) Respon stock terhadap alat tangkap standar Ei = effort dari alat tangkap yang
akan menentukan status sumberdaya distandarisasi dan alat tangkap
selanjutnya berdampak pada status standar (trip)
perikanan alat tangkap lain, 2.3.5. Analisis MSY dan F-Opt
(2) Total hasil tangkap ikan per unit effort alat Estimasi potensi sumberdaya perikanan
tangkap standar lebih dominan dibanding tangkap didasarkan atas jumlah hasil
alat tangkap lain, dan tangkapan ikan yang didaratkan pada suatu
(3) Daerah penangkapan alat tangkap standar wilayah dan variasi alat tangkap per trip.
meliputi dan atau berhubungan dengan Prosedur estimasi dilakukan dengan model
daerah penangkapan alat tangkap lain. Scheafer (1954) dan Fox (1970), dimana
Prosedur standarisasi alat tangkap ke persamaan hasil tangkapan per upaya tangkap
dalam satuan baku unit alat tangkap standar, (CPUE), dianalisis dengan rumus :
dapat dilakukan sebagai berikut alat tangkap
standar yang digunakan mempunyai CPUE
terbesar dan memiliki nilai faktor daya tangkap
dimana :
(fishing power index, FP1) sama dengan 1. Nilai
CPUEn = total hasil tangkapan per
FPI dapat diperoleh melalui persamaan
upaya penangkapan yang
(Gulland, 1983):
telah distandarisasi dalam
tahun n (ton/trip)

4
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Catchn = total hasil tangkapan dari b = Slope


seluruh alat dalam tahun n Nilai a dan b didapat dengan menganalisis
(ton) Effort-Standar sebagai variable bebas (X) dan
En = total effort atau jumlah upaya nilai CPUEi = Yi/Fi sebagai varibel tak bebas (Y)
tangkap dari alat tangkap yang sehingga didapat persamaan (Scheafer, 1954):
distandarisasi dengan alat Y = a + bx atau = a + b*f(i), bila f(i) -
tangkap standar dalam tahun
n (trip). III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Produksi Ikan Layang (Decapterus sp)
Hasil tangakapan Maksimum Lestari (MSY) Data Produksi perikanan tangkap Kota Ternate
dapat diduga dari data masukan berikut : menunjukkan bahwa produksi ikan layang
f(i) = upaya tahun i, i = 1, 2,..., n (Decapterus sp) selama 8 tahun terakhir (2008-
Y/f = hasil tangkapan (dalam bobot) per 2015) cenderung mengalami perubahan secara
unit upaya pada tahun i fluktuatif. Untuk analisis jumlah produksi ikan
Cara yang paling sederhana untuk layang (Decapterus sp) di Perairan Pulau
mengekspresikan hasil tangkapan per unit Ternate digunakan data laporan Dinas
upaya (Y/f) sebagai fungsi daripada upaya (f) Kelautan dan Perikanan Kota Ternate dan
adalah model linier yang disarankan oleh Kantor Badan Pusat Statistik dari Tahun 2008
Scheafer (1954). MSY dan F-Opt untuk model sampai tahun 2015 yang merupakan akumulasi
Scheafer (1954) adalah : dari 7 kecamatan. Gambar 3 menunjukan
MSY = a2/4b produksi ikan layang (Decapterus sp) selama
F-opt/FM5y = -a/2b. tahun 2008 sampai 2015.
Dimana : a = intercept

428,740.98 413,524.98
450,000 383,176.87
400,000 333,195.47 336,480.29
Produksi (Ton)

350,000
300,000
250,000
200,000
150,000 83,867.00 75,971.00
100,000
25,029.00
50,000
-

Tahun

Gambar 3. Produksi Ikan Layang (Decapterus sp) di Perairan Pulau Ternate

Grafik pada Gambar 3 menunjukan produksi (427.740,98 ton/tahun) disebabkan


fluktuasi produksi ikan Layang (Decapterus sp) meningkatnya upaya penangkapan. Tahun 2014
diperairan Pulau Ternate. Secara umum sampai 2015 Produksi menurun dengan laju
nampak bahwa terdapat dua pola produksi, penurunan yang lambat disebabkan upaya
yakni pada tahun 2008 - 2010, dimana jumlah penangkapan menurun.
produksi pada 3 tahun tersebut produksi ikan Apabila penangkapan berlangsung
layang (Decapterus sp) sangat kecil dan secara terus menerus tanpa pengaturan dan
mengalami penurunan bila dibandingkan pengendalian maka kapasitas pertumbuhan
dengan produksi 5 tahun sesudahnya. Pada populasi suatu saat nanti tetap akan menurun
tahun 2011 terjadi peningkatan produksi secara sehingga akan berbahaya terhadap kelestarian
terus menerus sampai tahun 2013, produksi populasi ikan layang (Decapterus sp).
tertinggi terdapat pada tahun 2013 dengan nilai Kecenderungan terjadinya fluktuasi terhadap

5
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

tingkat produksi ikan layang (Decapterus spp) Pulau Ternate tercatat dalam data produksi
(Decapterus sp) dari tahun 2008 sampai tahun ikan layang di Dinas Kelautan dan Perikanan
2015 merupakan salah satu gejala perubahan dan Badan Pusat Statistik Kota Ternate. Trip
tingkat populasi ikan layang yang disebabkan penangkapan ikan merupakan kegiatan operasi
oleh banyaknya upaya penangkapan. Adapun penangkapan ikan sejak unit penangkapan
analisis produksi sumberdaya ikan layang di ikan meninggalkan pangkalan menuju daerah
dalam penelitian ini, difokuskan pada produksi operasi, mencari daerah penangkapan ikan,
ikan layang dengan upaya penangkapannya melakukan penangkapan ikan, sampai kembali
adalah jumlah alat tangkap. Dengan asumsi lagi ke tempat pangkalan asal atau ke tempat
bahwa seluruh hasil tangkapan di perairan pendaratan yang sama.

250,000 Pukat Cincin


Jaring Insang Hanyut
200,000 Jaring Insang Tetap
Produksi (Ton)

Pukat Pantai

150,000

100,000

50,000

-
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Gambar 4. Produksi Ikan layang Per Jenis Alat Tangkap Tahun 2008 - 2015

Gambar 4, menunjukan produksi ikan Perairan Pulau Ternate umumnya merupakan alat
layang (Decapterus sp) per jenis alat tangkap tangkap yang bersifat aktif, dimana jenis alat
tangkap keseluruhan yang digunakan adalah 4
yang dioperasikan oleh nelayan di perairan
jenis alat dengan alat tangkap jaring lingkar/purse
pulau Ternate, dimana terlihat bahwa jenis alat seine merupakan alat tangkap yang mobilitasnya
tangkap dengan produksi terbanyak adalah lebih besar, kemudian diikuti oleh jenis alat
jenis alat tangkap pukat cincin atau purse seine tangkap pukat pantai, jaring insang tetap dan
sehingga untuk analisis tingkat pemanfaatan jaring insang hanyut, sehingga sesuai Gambar 7,
alat tangkap pukat cincin inilah yang dijadikan maka jenis alat tangkap yang digunakan sebagai
alat tangkap standar dalam Fishing Power indeks
sebagai alat tangkap standar.
(FPI) untuk prosedur analisis estimasi MSY dan
Unit penangkapan ikan merupakan satu FMSY/FOpt di Perairan Pulau Ternate adalah alat
kesatuan teknis dalam operasi penangkapan tangkap purse seine karena alat ini sifatnya yang
ikan. Unit penangkapan ikan terdiri atas aktif dalam menangkap ikan layang (Decapterus
perahu atau kapal penangkap ikan, alat sp).
penangkap ikan dan nelayan, dimana ketiganya
saling berkaitan dan saling menunjang. 3.2. Upaya Penangkapan
Penangkapan ikan layang (Decapterus sp) di Faktor berpengaruh terhadap penurunan
perairan Pulau Ternate yang menggunakan populasi ikan layang (Decapterus sp) adalah
beberapa jenis unit alat tangkap diantaranya pertambahan jumlah upaya penangkapan (trip).
pukat cincin/purse seine, jaring insang hanyut, Upaya penangkapan (trip) di perairan Pulau
jaring insang tetap dan pukat pantai, dengan Ternate dari tahun 2008 sampai 2015 dapat
tingkat produksi masing-masing alat tangkap dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6, dapat dilihat fluktuasi upaya
dapat dilihat pada Gambar 4 .
Gambar 5, menunjukan bahwa dapat dilihat penangkapan ikan layang di Perairan Pulau
bahwa jenis alat tangkap yang digunakan untuk Ternate. Upaya penangkapan ikan layang di
menangkap ikan layang (Decapterus sp) di perairan Pulau Ternate umumnya di lakukan

6
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

dengan empat jenis alat tangkap yakni pukat sangat fluktuatif, dimana upaya penangkapan
cincin, jaring insang tetap, jaring insang hanyut tertinggi dari ke empat jenis alat
dan pukat pantai. Upaya penangkapan dari tangkapterdapat pada jenis alat tangkap pukat
empat jenis alat tangkap yang digunakan untuk cincin, kemudian jaring insang hanyut, jaring
menangkap ikan layang (Decapterus sp) terlihat insang tetap dan pukat pantai.
1,195,861.41
1,200,000
1,000,000
Catch (Kg) 800,000
600,000
400,000
150,064.20 259,462.74 369,011.79
200,000
-
Pukat
Jaring
Cincing Jaring
insang Pukat
insang
Hanyut Pantai
Tetap

Jenis Alat Tangkap

Gambar 5. Produksi Per Jenis Alat Tangkap Yang Di Gunakan Untuk Menangkap Ikan Layang
(Decapterus sp) di Perairan Pulau Ternate

80,000
70,000 Pukat Cincing
60,000
Upaya (Trip)

50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Gambar 6. Upaya (trip) Per Jenis Alat Tangkap Tahun 2008-2015

3.3. Hasil Tangkapan Per Unit Upaya (CPUE) Perubahan CPUE setiap tahun
Perubahan hasil tangkapan per unit disebabkan karena fluktuasi hasil tangkapan
upaya atau Catch Per Unit Effort (CPUE) sangat dan besarnya beban biaya produksi dibanding
penting dalam pengawasan dan pengendalian keuntungan yang diperoleh. Hasil analisis ini
penangkapan sumberdaya perikanan. Hasil sesuai dengan pernyataan Ali (2005), bahwa
tangkapan per unit upaya di perairan Pulau penambahan upaya penangkapan tidak dapat
Ternate dari Tahun 2008 sampai 2015 dapat lagi meningkatkan CPUE atau penambahan
dilihat pada Gambar 7. upaya selalu diikuti dengan penurunan CPUE.
Gambar 7, dapat dilihat bahwa hasil Apabila penambahan upaya terus berlanjut,
tangkapan per unit upaya tertinggi terjadi pada maka secara biologis berbahaya terhadap
tahun 2015 dengan 38.74 ton per trip. populasi dan akan menimbulkan kerugian
Sedangkan hasil tangkapan per unit upaya ekonomi. Untuk itu pengaturan dan
terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 0.04 pengendalian upaya penangkapan sesuai
ton per trip. Secara umum nampak bahwa dengan standar upaya optimum perlu
terdapat dua pola hasil tangkapan per unit dilakukan untuk menjaga keseimbangan
upaya (CPUE), pada tahun 2008 sampai tahun biologis dan mencegah terjadinya kerugian
2010 CPUE relatif kecil, tahun 2011 sampai 2015 usaha nelayan ikan layang.
CPUE relatif meningkat.

7
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Catch Per Unit Effort (CPUE)


38.04 38.81
40
35 31.32

CPUE (Ton/Trip)
27.24 26.92
30
25
20
15
10
2.95 2.35
5 0.04
-
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun

Gambar 7. Hasil tangkapan per unit upaya di tahun 2008 sampai 2015

3.4. Hasil Maksimum Lestari (MSY) tahun 2011 sesaui dengan hasil analisis
Hasil analisis maksimum lestari umumnya telah melebihi potensi lestari atau
(Maksimum Sustainable Yield) adalah salah satu MSY.
standar biologis yang digunakan dalam
pengelolaan dan konservasi sumberdaya 3.5. Tingkat Pemanfaatan
perikanan berkelanjutan. Penentuan standar Fluktuasi tingkat pemanfaatan ikan
biologis dalam penangkapan dapat digunakan layang (Decapterus sp) dapat disebabkan oleh
pendekatan surplus produksi dengan metode berbagai factor, penurunan hasil tangkapan
Schaefer. Fluktuasi potensi lestari dan tingkat mungkin disebabkan karena menurunnya
eksploitasi ikan layang di perairan Pulau ukuran populasi akibat tingginya upaya
Ternate dari tahun 2008 sampai 2015 (Gambar penangkapan di tahun-tahun sebelumnya.
3). Jumlah upaya penangkapan terlihat tidak Sebaliknya hasil tangkapan meningkat dapat
tetap, untuk jumlah trip berkisar antara 8,685.38 disebabkan karena meningkatnya ukuran
sampai 18,929.46 trip. Dalam hal ini perubahan populasi akibat rendahnya upaya penangkapan
upaya penangkapan setiap tahunnya ditahun sebelumnya, atau meningkatnya upaya
menunjukkan nilai yang begitu besar, sehingga itu sendiri akibat dorongan harga. Kurva hasil
bila terjadi penambahan upaya penangkapan maksimum lestari ikan layang berdasarkan
yang tidak terkendali di tahun-tahun model Schaefer dengan persamaan sebagai
mendatang yang tentu sangat berpengaruh berikut :
terhadap produksi per unit usaha (CPUE)
sehingga dengan demikian penambahan upaya Yi = 58.065f 0.0027f 2
penangkapan harus dibatasi sesuai jumlah
maksimal yang diperbolehkan. Nilai MSY Dimana Yi adalah hasil maksimum
sumberdaya perikanan dengan menggunakan lestari dan f adalah upaya penangkapan. Model
model Schaefer adalah sebesar 311,506.493 ton Schaefer menghasilkan hasil tangkapan
dengan upaya penangkapan atau tingkat maksimum lestari (MSY) sebesar 311,506.493
eksploitasi optimum (F-optimum) setara ton dengan upaya optimal (Fmsy) setara dengan
dengan 10,765.155 trip. 10,765.155 trip penangkapan dari tahun 2008
Gambar 3, dapat dilihat fluktuasi tingkat sampai 2015 yang diobservasi (Gambar 10).
pemanfaatan ikan layang di Perairan Pulau Gambar 11. dapat dilihat fluktuasi hasil
Ternate dari tahun 2008 sampai 2015. Tingkat tangkapan maksimum lestari (MSY) model
pemanfaatan ikan layang terendah terjadi pada Schaefer di perairan Pulau Ternate. Implikasi
tahun 2008 dan 2010, sedangkan tingkat dari model tersebut diatas adalah jika standar
pemanfaatan tertinggi terjadi pada tahun 2011 acuan biologis MSY 311,506.493 ton dapat
sampai 2015. Pada tingkat pemanfaatan sejak dicapai oleh standar upaya optimal (Fmsy)

8
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

10,765.155 trip penangkapan. Berdasarkan data pengurangan dan penambahan upaya


produksi ikan layang sejak tahun 2011 - 2015 bergantung pada potensi lestari dan tingkat
upaya penangkapan (Ftrip) sudah melampaui pemanfaatan tahun sebelumnya.
upaya penangkapan optimum (Fmsy), ini Kesinambungan data dalam waktu yang tepat
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 - 2015 pada akhir periode dapat membantu dalam
telah terjadi kelebihan penangkapan (Over menetapkan dan mengatur upaya yang akan
exploitation). Hal ini sesuai dengan pendapat beroperasi pada tahun berikutnya.
Ali (2005) yang menyatakan bahwa

Gambar 8. Kurva Hasil Maksimum Lestari Model Schaefer

Salah satu tangung jawab utama membatasi atau mengembangkan upaya


khususnya bagi pengelola sumberdaya penangkapan.
perikanan di perairan Pulau Ternate yaitu
harus menentukan tingkat eksploitasi alat IV. PENUTUP
tangkap, dimana tingkat eksploitasi alat Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa
tangkap tersebut berhubungan langsung besarnya potensi lestari (MSY) ikan layang
dengan potensi lestari (MSY) sumberdaya (Decapterus sp) di perairan Pulau Ternate
perikanan. Dengan mengetahui tingkat adalah sebesar 311,516.493 ton/tahun dengan
eksploitasi alat tangkap, diharapkan upaya optimum (F-Opt) adalah 10,765.155
terwujudnya suatu keseimbangan antara trip/tahun, tingkat pemanfaatan maksimum
potensi lestari (MSY) sumberdaya perikanan yang di ijinkan adalah sebesar 80% dari MSY
dengan pemanfaatannya sehingga kelestarian sehingga tingkat pemanfaatan maksimumnya
sumberdaya perikanan dapat terjamin. Hingga adalah sebesar 249,205.19 ton/tahun. tingkat
saat ini, pengelolaan sumberdaya perikanan pemanfaatan potensi ikan layang (Decapterus
yang berhubungan dengan tingkat eksploitasi sp) di Perairan Pulau Ternate sejak tahun 2011
alat tangkap di Negara-negara maju dilakukan sampai 2015 telah melebihi dari potensi lestari
melalui suatu kebijakan diantaranya penentuan ikan tersebut sehingga perlu adanya
kuota penangkapan, pembatasan jumlah alat pembatasan jumlah upaya pemanfaatan agar
tangkap, penetapan daerah penangkapan dapat menjaga kelestarian ikan layang
(fishing ground) yang bertujuan untuk (Decapterus sp) di Perairan Pulau Ternate.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S. A. 2005, Kondisi Sediaan dan Keragaman Populasi Ikan Terbang (Hirundichtys oxychepalus
Bleeker, 1852) di Laut Flores dan Selat Makassar. Disertasi. Program Pascasarjana Unhas.
282 p.
Baskoro, M. S dan Effendy, A., 2005. Tingkah Laku Ikan : Hubungannya dengan Metode
Pengoperasian Alat Tangkap Ikan. Departemen Pemanfaatan Suberdaya Perikanan. IPB.

9
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Bogor.Saanin, H. 1984. Takonomi dan kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta.
Bogor.
Coleman, F. C. And Williams, S.L. 2002. Overexploiting marine ecosystem enginers : Potential
Consequences for Biodiversity : Trends in ecology and Evolution 17: 40-44.
Dahuri R., Jacub Rais., Sapta Putra Gading., M. J. Sitepu., 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Edisi Revisi. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
FAO, 1983. FAO Species Cataloque Vol. 2 Scombrids of The World An Annotated And llustratted
Cataloque of Tunas, Mackerel, Bonitas and Related Species Known to Date. Rome. UN.
Genisa, A. S., 1999. Pengenalan Jenis-Jenis Ikan Laut Ekonomis Renting di Indonesia. Jurnal
Oseana ISSN 0216-1877. No 1 Hal: 17 - 38.
Gulland, J. A. 1971. Fishing and The Stock of Fish at Iceland. U.K. Min. Af:ric. Fish., Fish. Invest,
(ser. 2), 23 (4): 52 pp.
Gulland, J. A. 1983. Fish Stock Assessment : Manual of Basic Methods. Food and Agriculture
Organization of The United Nation. Rome. John Wiley & Sons, Singapore, 223 pp.
Gunarso, W. 1985. Tingkat Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metoda dan Teknik
Penangkapan. Diktat Kuliah Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hela, L dan Laevestu, T. 1970. Fisheries Oceanograhy. Fishing News (Books) LTD. London.
Iversen, E.S. 1996. Living marine resources, their utilitation andmanagement. Champman and Hall
Newyork
King, M and A. Me flgorm., 1989. Fisheries Biology and Management of Pasific Island Student-
International DEVELOPMENT Program of Australian Universities and Collages. 67 p.
Monintja, D. R, R. Yusfiandayani., 2001. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Dalam Bidang
Perikanan Tangkap. Presiding Pelatrhan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. IPS.
Bogor.
Nontji. A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Saanin, H. 1984. Takonomi dan kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bogor.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa. Bandung.
Sudirman, H. dan Mallawa, A., 2004. Teknik Penangkapn Ikan. Cetakan Pertama. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai