ABSTRAK
Wilayah perairan Pulau Ternate memiliki sumberdaya ikan yang berlimpah dan
beraneka ragam, data statistik tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
produksi dan jumlah nelayan untuk melakukan penangkapan jenis ikan ekonomis
penting. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk serta kebutuhan pangan dan
gizi yang lebih baik akan sangat memacu tingkat permintaan ikan yang tentu akan
berpengaruh positif bagi peningkatan pendapatan nelayan, namun perlu disadari bahwa
peningkatan permintaan sumberdaya tersebut selalu diikuti tekanan untuk melakukan
eksploitasi. Sampai tahun 2015 hasil tangkapan khususnya ikan layang (Decapterus sp)
di Perairan Pulau Ternate telah mencapai 336,480.29 Ton. Melihat jumlah produksi
sumberdaya yang ada, maka tentunnya pengelolaan perikanan menjadi alat yang sangat
penting untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya ini. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis Potensi Lestari (Maximum Sustainable Yield) dan Upaya pemanfaatan
optimum, tingkat pemanfaatan serta produksi CPUE, dari tahun 2008 sampai 2015 dan
hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan
ikan layang (Decapterus sp) secara berkelanjutan di perairan PulauTernate, Provinsi
Maluku Utara. Hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya potensi lestari (MSY) ikan
layang (Decapterus sp) di perairan Pulau Ternate adalah sebesar 311,516.493 ton/tahun
dengan upaya maksimum (F-Opt) adalah 10,765.155 trip/tahun. Untuk tingkat
pemanfaatan maksimum yang di ijinkan adalah sebesar 80% dari MSY sehingga tingkat
pemanfaatan maksimumnya yang dianjurkan adalah sebesar 249,205.19 ton/tahun.
merupakan salah satu komunitas perikanan centimeter. Ciri khas yang sering dijumpai
pelagis kecil yang penting di Indonesia pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil
khususnya di perairan Pulau Ternate. Ikan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip
termasuk suku Carangidae ini biasa hidup dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal
bergerombol. Ukurannya sekitar 15 centimeter (lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral
meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 line) (Nontji, 2002).
2
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
Ternate perlu dilakukan sebagai pengaturan penangkapan dari tahun 2008 sampai
aktivitas pengelolaan sumberdaya ikan, dan dengan tahun 2015 di perairan Pulau
merupakan suatu keharusan agar tersedia dasar Ternate. Pengumpulan data sekunder
kuat dalam menyusun kebijakan perikanan dilakukan penelusuran pustaka dan hasil-
tangkap. Sampai saat ini juga diperlukan hasil hasil penelitian yang dilakukan pada
tingkat pemanfaatan Catch Per unit Effort, berbagai instansi pemerintah.
penentuan Tingkat Potensi Lestari, Upaya
optimum, dan Tingkat pemanfaatan 2.3. Analisis Data
sumberdaya ikan layang (Decapterus sp) di Data yang diperoleh berupa data jumlah
Ternate, dimana sampai saat ini belum. pernah effort per kecamatan, data produksi tahunan
diteliti, sementara informasi tersebut sangat (catch) menurut jenis alat tangkap per
dibutuhkan didalam pengelolaan perikanan kecamatan (ton), data produksi menurut jenis
secara berkelanjutan. ikan per alat tangkap per tahun (untuk
kecamatan), data produksi (catch) tahunan
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian perjenis ikan per kecamatan. Data produksi
Penelitian ini bertujuan untuk yang diperoleh dijadikan sebagai bahan
menganalisis Potensi Lestari (Maximum informasi untuk menganalisa MSY dan F-Opt
Sustainable Yield) dan Upaya pemanfaatan (Effort/Upaya Maksimum) untuk jenis Ikan
optimum, tingkat pemanfaatan serta produksi layang (Decapterus sp) di perairan Pulau
CPUE, dari tahun 2008 sampai 2015 (8 tahun Ternate, dimana analisis data melalui beberapa
terakhir). Hasil penelitian diharapkan dapat tahap yaitu :
dijadikan bahan pertimbangan dalam 2.3.1. Analisis Produksi Per Alat Tangkap per
pengelolaan ikan layang (Decapterus sp) secara Kecamatan
berkelanjutan di perairan Pulau Ternate, Data yang didapat dari Dinas Kelautan
Provinsi Maluku Utara, dan dapat menjadi dan Perikanan tidak menampilkan data
bahan informasi dalam rangka penelitian lebih produksi per alat tangkap per jenis ikan untuk
lanjut. kecamatan sehingga data tersebut perlu di olah
lagi untuk mendapatkan produksi per alat
II. METODE PENELITIAN tangkap per jenis ikan dengan rumus :
2.1. Waktu dan Tempat
Penellitian ini untuk melihat potensi dan
CPi [ ]
Ikan layang (Decapterus sp) di perairan Pulau
Dimana :
Ternate, waktu penelitian selama 1 bulan
Cpi = Produksi/alat tangkap/jenis ikan
dengan menggunakan data time series Dinas
Fi = Jumlah unit alat tangkap yang
Kelautan dan Perikanan Kota Ternate. Data
menangkap jenis ikan tertentu
yang dipakai untuk analisis adalah data times
pada tahun ke i (unit)
series dengan interval waktu 8 tahun (2008 -
F = Jumlah Total Alat Tangkap yang
2015).
menangkap jenis ikan tertentu
pada tahun ke i (unit)
2.2. Metode Pengambilan Data
Cti = Total produksi Kecamatan pada
Penelitian yang digunakan adalah
tahun ke i
metode survey dan observasi langsung
2.3.2. Analisis Produksi Per Alat Tangkap per
dilapangan, dimana data yang diperoleh
Jenis Ikan untuk perairan Pulau Ternate
meliputi data sekunder adalah sebagai berikut :
Pangkalan pendaratan ikan untuk
(1) Data Primer, merupakan data model
penangkapan di perairan Pulau Ternate
pengoperasian alat tangkap yang
umumnya berada pada beberapa kecamatan
digunakan untuk menangkap ikan layang
yang berada di wilayah Kota Ternate Provinsi
(Decapterus sp) yang diperoleh dari hasil
Maluku utara, sehingga untuk analisis
wawancara langsung dilapangan.
produksi per alat tangkap untuk perairan
(2) Data Sekunder, merupakan data berkala
dibutuhkan data produksi beberapa kecamatan
(Time Series) hasil tangkapan dan upaya
diantaranya Kec. Ternate Tengah, Kec. Ternate
3
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
dimana :
CPUEr = total hasil tangkapan (catch)
per upaya tangkap (effort) dari
alat tangkap r yang akan
Dimana : distandarisasi (ton/trip).
Ct/Ft = Produksi/alattangkap/jenis CPUEs = total hasil tangkapan (catch)
ikan untuk kecamatan Pulau per upaya tangkap (effort) dari
Ternate alat tangkap s yang dijadikan
Ct1/Ft1 = Produksi/alat tangkap/jenis standar (ton/trip).
ikan kecamatan Pulau hiri FPIi = fishing power index dari alat
Ct2/Ft2 = Produksi/alattangkap/jenis tangkap i (yang distandarisasi
ikan kecamatan Ternate tenggah dan alat tangkap standar)
Ct3/Ft3 = Prodtfksi/aJat tangkap/jenis
ikan kecamatan Ternate utara 2.3.4. Analisis Effort Standart
Ct4/Ft4 = Produksi/alattangkap/jenis Nilai FPIi digunakan untuk menghitung total
ikan kecamatan Ternate selatan upaya standar dengan persamaan (Gulland,
Ct5/Ft5 = Produksi/alat tangkap/jenis 1983) :
ikan kecamatan moti
Ct6/Ft6 = Produksi/alat tangkap/jenis
ikan kecamatan batang dua
4
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
428,740.98 413,524.98
450,000 383,176.87
400,000 333,195.47 336,480.29
Produksi (Ton)
350,000
300,000
250,000
200,000
150,000 83,867.00 75,971.00
100,000
25,029.00
50,000
-
Tahun
5
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
tingkat produksi ikan layang (Decapterus spp) Pulau Ternate tercatat dalam data produksi
(Decapterus sp) dari tahun 2008 sampai tahun ikan layang di Dinas Kelautan dan Perikanan
2015 merupakan salah satu gejala perubahan dan Badan Pusat Statistik Kota Ternate. Trip
tingkat populasi ikan layang yang disebabkan penangkapan ikan merupakan kegiatan operasi
oleh banyaknya upaya penangkapan. Adapun penangkapan ikan sejak unit penangkapan
analisis produksi sumberdaya ikan layang di ikan meninggalkan pangkalan menuju daerah
dalam penelitian ini, difokuskan pada produksi operasi, mencari daerah penangkapan ikan,
ikan layang dengan upaya penangkapannya melakukan penangkapan ikan, sampai kembali
adalah jumlah alat tangkap. Dengan asumsi lagi ke tempat pangkalan asal atau ke tempat
bahwa seluruh hasil tangkapan di perairan pendaratan yang sama.
Pukat Pantai
150,000
100,000
50,000
-
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Gambar 4. Produksi Ikan layang Per Jenis Alat Tangkap Tahun 2008 - 2015
Gambar 4, menunjukan produksi ikan Perairan Pulau Ternate umumnya merupakan alat
layang (Decapterus sp) per jenis alat tangkap tangkap yang bersifat aktif, dimana jenis alat
tangkap keseluruhan yang digunakan adalah 4
yang dioperasikan oleh nelayan di perairan
jenis alat dengan alat tangkap jaring lingkar/purse
pulau Ternate, dimana terlihat bahwa jenis alat seine merupakan alat tangkap yang mobilitasnya
tangkap dengan produksi terbanyak adalah lebih besar, kemudian diikuti oleh jenis alat
jenis alat tangkap pukat cincin atau purse seine tangkap pukat pantai, jaring insang tetap dan
sehingga untuk analisis tingkat pemanfaatan jaring insang hanyut, sehingga sesuai Gambar 7,
alat tangkap pukat cincin inilah yang dijadikan maka jenis alat tangkap yang digunakan sebagai
alat tangkap standar dalam Fishing Power indeks
sebagai alat tangkap standar.
(FPI) untuk prosedur analisis estimasi MSY dan
Unit penangkapan ikan merupakan satu FMSY/FOpt di Perairan Pulau Ternate adalah alat
kesatuan teknis dalam operasi penangkapan tangkap purse seine karena alat ini sifatnya yang
ikan. Unit penangkapan ikan terdiri atas aktif dalam menangkap ikan layang (Decapterus
perahu atau kapal penangkap ikan, alat sp).
penangkap ikan dan nelayan, dimana ketiganya
saling berkaitan dan saling menunjang. 3.2. Upaya Penangkapan
Penangkapan ikan layang (Decapterus sp) di Faktor berpengaruh terhadap penurunan
perairan Pulau Ternate yang menggunakan populasi ikan layang (Decapterus sp) adalah
beberapa jenis unit alat tangkap diantaranya pertambahan jumlah upaya penangkapan (trip).
pukat cincin/purse seine, jaring insang hanyut, Upaya penangkapan (trip) di perairan Pulau
jaring insang tetap dan pukat pantai, dengan Ternate dari tahun 2008 sampai 2015 dapat
tingkat produksi masing-masing alat tangkap dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6, dapat dilihat fluktuasi upaya
dapat dilihat pada Gambar 4 .
Gambar 5, menunjukan bahwa dapat dilihat penangkapan ikan layang di Perairan Pulau
bahwa jenis alat tangkap yang digunakan untuk Ternate. Upaya penangkapan ikan layang di
menangkap ikan layang (Decapterus sp) di perairan Pulau Ternate umumnya di lakukan
6
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
dengan empat jenis alat tangkap yakni pukat sangat fluktuatif, dimana upaya penangkapan
cincin, jaring insang tetap, jaring insang hanyut tertinggi dari ke empat jenis alat
dan pukat pantai. Upaya penangkapan dari tangkapterdapat pada jenis alat tangkap pukat
empat jenis alat tangkap yang digunakan untuk cincin, kemudian jaring insang hanyut, jaring
menangkap ikan layang (Decapterus sp) terlihat insang tetap dan pukat pantai.
1,195,861.41
1,200,000
1,000,000
Catch (Kg) 800,000
600,000
400,000
150,064.20 259,462.74 369,011.79
200,000
-
Pukat
Jaring
Cincing Jaring
insang Pukat
insang
Hanyut Pantai
Tetap
Gambar 5. Produksi Per Jenis Alat Tangkap Yang Di Gunakan Untuk Menangkap Ikan Layang
(Decapterus sp) di Perairan Pulau Ternate
80,000
70,000 Pukat Cincing
60,000
Upaya (Trip)
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Gambar 6. Upaya (trip) Per Jenis Alat Tangkap Tahun 2008-2015
3.3. Hasil Tangkapan Per Unit Upaya (CPUE) Perubahan CPUE setiap tahun
Perubahan hasil tangkapan per unit disebabkan karena fluktuasi hasil tangkapan
upaya atau Catch Per Unit Effort (CPUE) sangat dan besarnya beban biaya produksi dibanding
penting dalam pengawasan dan pengendalian keuntungan yang diperoleh. Hasil analisis ini
penangkapan sumberdaya perikanan. Hasil sesuai dengan pernyataan Ali (2005), bahwa
tangkapan per unit upaya di perairan Pulau penambahan upaya penangkapan tidak dapat
Ternate dari Tahun 2008 sampai 2015 dapat lagi meningkatkan CPUE atau penambahan
dilihat pada Gambar 7. upaya selalu diikuti dengan penurunan CPUE.
Gambar 7, dapat dilihat bahwa hasil Apabila penambahan upaya terus berlanjut,
tangkapan per unit upaya tertinggi terjadi pada maka secara biologis berbahaya terhadap
tahun 2015 dengan 38.74 ton per trip. populasi dan akan menimbulkan kerugian
Sedangkan hasil tangkapan per unit upaya ekonomi. Untuk itu pengaturan dan
terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 0.04 pengendalian upaya penangkapan sesuai
ton per trip. Secara umum nampak bahwa dengan standar upaya optimum perlu
terdapat dua pola hasil tangkapan per unit dilakukan untuk menjaga keseimbangan
upaya (CPUE), pada tahun 2008 sampai tahun biologis dan mencegah terjadinya kerugian
2010 CPUE relatif kecil, tahun 2011 sampai 2015 usaha nelayan ikan layang.
CPUE relatif meningkat.
7
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
CPUE (Ton/Trip)
27.24 26.92
30
25
20
15
10
2.95 2.35
5 0.04
-
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Gambar 7. Hasil tangkapan per unit upaya di tahun 2008 sampai 2015
3.4. Hasil Maksimum Lestari (MSY) tahun 2011 sesaui dengan hasil analisis
Hasil analisis maksimum lestari umumnya telah melebihi potensi lestari atau
(Maksimum Sustainable Yield) adalah salah satu MSY.
standar biologis yang digunakan dalam
pengelolaan dan konservasi sumberdaya 3.5. Tingkat Pemanfaatan
perikanan berkelanjutan. Penentuan standar Fluktuasi tingkat pemanfaatan ikan
biologis dalam penangkapan dapat digunakan layang (Decapterus sp) dapat disebabkan oleh
pendekatan surplus produksi dengan metode berbagai factor, penurunan hasil tangkapan
Schaefer. Fluktuasi potensi lestari dan tingkat mungkin disebabkan karena menurunnya
eksploitasi ikan layang di perairan Pulau ukuran populasi akibat tingginya upaya
Ternate dari tahun 2008 sampai 2015 (Gambar penangkapan di tahun-tahun sebelumnya.
3). Jumlah upaya penangkapan terlihat tidak Sebaliknya hasil tangkapan meningkat dapat
tetap, untuk jumlah trip berkisar antara 8,685.38 disebabkan karena meningkatnya ukuran
sampai 18,929.46 trip. Dalam hal ini perubahan populasi akibat rendahnya upaya penangkapan
upaya penangkapan setiap tahunnya ditahun sebelumnya, atau meningkatnya upaya
menunjukkan nilai yang begitu besar, sehingga itu sendiri akibat dorongan harga. Kurva hasil
bila terjadi penambahan upaya penangkapan maksimum lestari ikan layang berdasarkan
yang tidak terkendali di tahun-tahun model Schaefer dengan persamaan sebagai
mendatang yang tentu sangat berpengaruh berikut :
terhadap produksi per unit usaha (CPUE)
sehingga dengan demikian penambahan upaya Yi = 58.065f 0.0027f 2
penangkapan harus dibatasi sesuai jumlah
maksimal yang diperbolehkan. Nilai MSY Dimana Yi adalah hasil maksimum
sumberdaya perikanan dengan menggunakan lestari dan f adalah upaya penangkapan. Model
model Schaefer adalah sebesar 311,506.493 ton Schaefer menghasilkan hasil tangkapan
dengan upaya penangkapan atau tingkat maksimum lestari (MSY) sebesar 311,506.493
eksploitasi optimum (F-optimum) setara ton dengan upaya optimal (Fmsy) setara dengan
dengan 10,765.155 trip. 10,765.155 trip penangkapan dari tahun 2008
Gambar 3, dapat dilihat fluktuasi tingkat sampai 2015 yang diobservasi (Gambar 10).
pemanfaatan ikan layang di Perairan Pulau Gambar 11. dapat dilihat fluktuasi hasil
Ternate dari tahun 2008 sampai 2015. Tingkat tangkapan maksimum lestari (MSY) model
pemanfaatan ikan layang terendah terjadi pada Schaefer di perairan Pulau Ternate. Implikasi
tahun 2008 dan 2010, sedangkan tingkat dari model tersebut diatas adalah jika standar
pemanfaatan tertinggi terjadi pada tahun 2011 acuan biologis MSY 311,506.493 ton dapat
sampai 2015. Pada tingkat pemanfaatan sejak dicapai oleh standar upaya optimal (Fmsy)
8
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S. A. 2005, Kondisi Sediaan dan Keragaman Populasi Ikan Terbang (Hirundichtys oxychepalus
Bleeker, 1852) di Laut Flores dan Selat Makassar. Disertasi. Program Pascasarjana Unhas.
282 p.
Baskoro, M. S dan Effendy, A., 2005. Tingkah Laku Ikan : Hubungannya dengan Metode
Pengoperasian Alat Tangkap Ikan. Departemen Pemanfaatan Suberdaya Perikanan. IPB.
9
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
Bogor.Saanin, H. 1984. Takonomi dan kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta.
Bogor.
Coleman, F. C. And Williams, S.L. 2002. Overexploiting marine ecosystem enginers : Potential
Consequences for Biodiversity : Trends in ecology and Evolution 17: 40-44.
Dahuri R., Jacub Rais., Sapta Putra Gading., M. J. Sitepu., 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Edisi Revisi. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
FAO, 1983. FAO Species Cataloque Vol. 2 Scombrids of The World An Annotated And llustratted
Cataloque of Tunas, Mackerel, Bonitas and Related Species Known to Date. Rome. UN.
Genisa, A. S., 1999. Pengenalan Jenis-Jenis Ikan Laut Ekonomis Renting di Indonesia. Jurnal
Oseana ISSN 0216-1877. No 1 Hal: 17 - 38.
Gulland, J. A. 1971. Fishing and The Stock of Fish at Iceland. U.K. Min. Af:ric. Fish., Fish. Invest,
(ser. 2), 23 (4): 52 pp.
Gulland, J. A. 1983. Fish Stock Assessment : Manual of Basic Methods. Food and Agriculture
Organization of The United Nation. Rome. John Wiley & Sons, Singapore, 223 pp.
Gunarso, W. 1985. Tingkat Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metoda dan Teknik
Penangkapan. Diktat Kuliah Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hela, L dan Laevestu, T. 1970. Fisheries Oceanograhy. Fishing News (Books) LTD. London.
Iversen, E.S. 1996. Living marine resources, their utilitation andmanagement. Champman and Hall
Newyork
King, M and A. Me flgorm., 1989. Fisheries Biology and Management of Pasific Island Student-
International DEVELOPMENT Program of Australian Universities and Collages. 67 p.
Monintja, D. R, R. Yusfiandayani., 2001. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Dalam Bidang
Perikanan Tangkap. Presiding Pelatrhan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. IPS.
Bogor.
Nontji. A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Saanin, H. 1984. Takonomi dan kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bogor.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa. Bandung.
Sudirman, H. dan Mallawa, A., 2004. Teknik Penangkapn Ikan. Cetakan Pertama. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
10