Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH WAKTU DAN SPL TERHADAP JUMLAH HASIL

TANGKAPAN IKAN JULUNG (Hemirhamphus far)

Umar Tangke
Staf Pengajar FAPERTA UMMU-Ternate, e-mail : khakafart@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian dengan tujuan untuk melihat pengaruh waktu penangkapan dan suhu
permukaan laut terhadap hasil tangkapan ikan julung (Hemiramphus far)
dilaksanakan pada bulan April Juni 2013 di perairan pesisir pulau Tidore dan
pulau Ternate dengan menggunakan metode survey untuk mendapatkan data hasil
tangkapan, suhu dan waktu operasi penangkapan. Data penelitian kemudian
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi non linier dan uji-t serta analisis
deskriptif untuk menjelaskan hasil dalam bentuk grafik. Hasil penelitian
menunjukan bahwa perbedaan waktu penangkapan antara pagi dan sore hari
cenderung memberikan pangaruh terhadap hasil tangkapan dimana waktu
penangkapan terbaik yaitu pada sore hari, hal ini lebih diperkuat dengan hasil
analisis regresi non-linier yang menunjukan bahwa suhu permukaan laut juga
memberikan pengaruh yang kuat (R2 = 0.7209) terhadap hasil tangkapan pada sore
hari dengan kisaran suhu terbaik untuk penangkapan adalah 28 -29 oC.
.
Kata Kunci: Ikan julung, Hemirhampus far

I. PENDAHULUAN albacores) dan ikan tongkol (Auxis thazard,


1.1. Latar Belakang Euthynnus affinis).
Perairan peisisir pulau Tidore dan pulau Ikan Julung merupakan jenis ikan
Ternate (Gambar 1), merupakan salah satu ekonomis penting yang terdapat hampir
bagian dari wilayah pengelolaan perikanan di diseluruh perairan pesisir pulau Tidore dan
Maluku Utara yang juga memberikan pulau Ternate. Ikan julung (Gambar 2),
kontribusi produksi perikanan terhadap merupakan ikan pelagis kecil dengan bentuk
produksi perikanan Propinsi Maluku Utara, badan sub selindris, memanjang dengan rahang
khususnya produksi perikanan tangkap. atas pendek membentuk paruh sedangkan
Perairan peisir pulau Tidore dan pulau Ternate rahang bawah panjang membentuk segitiga
masuk ke wilayah laut Maluku tepatnya kepala tidak bersisik mata besar badan dengan
dibagian barat pulau Halmahera. Jumlah sisik lingkaran yang relatif besar sirip-sirip
potensi ikan pelagis yang dapat dimanfaatkan tidak mempunyai jari-jari keras sirip punggung
pada perairan pesisir pulau Tiodre dan Ternate dan sirip dubur terletak jauh dibelakang sirip
diperkirakan sebesar 828.180,00 ton/tahun dada pendek garis rusuk terletak dibadan
terdiri dari ikan pelagis dan ikan demersal bagian bawah besar badan dibagian atas hijau
(DKP Prop. Malut, 2008). Pemanfaatan potensi kebiruan, bagian bawah biru muda keperakan.
perikanan tangkap di perairan pesisir pulau Badan dengan sitrip datar memanjang. Ujung
Tidore dan pulau Ternate diantaranya terdiri rahang bawah merah. bentuk ekor seperti
dari jenis ikan pelagis kecil yaitu ikan julung gagak Allen 1997; Isa et al 1998 ; Mohsin &
(Hemiramphus far) ikan cendro (Tylosurus Ambak, 1996; Munro, 1967.
crocodilus), kembung (Rastreliger sp), ikan Jenis ikan julung di tangkap dengan
layang (Decapterus sp) serta jenis ikan pelagis menggunakan alat tangkap mini purse seine
besar diantaranya jenis ikan cakalang yang oleh masyarakat pulau Tidore dan Ternate
(Katsowonus pelamis), madidihang (Thunnus lebih dikenal dengan nama soma giob. Alat
tangkap mini purse seine terbuat dari lembaran
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 6 Edisi 2 (Oktober 2013)

jaring berbentuk segi empat pada bagian atas diduga mempengaruhi penyebaran dan
dipasang pelampung dan bagian bawah distribusi ikan julung sehingga besarnya hasil
dipasang pemberat serta tali kerut yang tangkapan sangat tergantung pada waktu
berguna untuk menyatukan bagian bawah dari operasi penangkapan dan suhu permukaan laut
jaring sehingga ikan tidak dapat meloloskan oleh sebab itu penelitian dilakukan untuk
diri dari bawah (vartikal) dan samping melihat hubungan waktu penangkapan
(harizontal), biasanya besar mata jaring terhadap jumlah hasil tangkapan ikan julung
disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan Hemirhamphus far mengunakan alat tangkap
ditangkap. mini purse seine.
Pengoperasian alat tangkap soma giob
biasanya di lakukan pada waktu pagi dan siang 1.2. Tujuan Penilitian dan Manfaat
hari, hal ini dilakukan karena jenis ikan yang Penelitian ini bertujuan untuk melihat
menjadi tujuan penangkapannya adalah jenis pengaruh waktu penangkapan dan hubungan
ikan dengan sifat hidup yang membentuk suhu permukaan laut terhadap jumlah hasil
schooling di waktu tersebut sehingga operasi tangkapan ikan julung. Sedangkan manfaat
penangkapan umumnya dilakukan pada pagi penilitian ini agar nelayan dapat mengetahui
hari jam 6.00 - 11.00 WIT sedangkan pada sore informasi tentang waktu penangkapan dan
hari dari jam 3.00-7.00 WIT. Selain itu faktor hubungan suhu permukaan laut terhadap
oseanografi seperti suhu permukaan laut juga jumlah hasil tangkapan ikan julung.

Gambar 1. Perairan Pesisir Pulau Tidore dan Pulau Ternate (Lokasi Penelitian)

Gambar 2. Ikan Julung (Hemiramphus far)

II. METODE PENELITIAN 2.3. Metode Kerja


2.1. Waktu Penelitian Metode pengambilan data pada
Penelitian ini telah dilaksanakan pada penelitian yaitu dengan metode survei. Data
bulan April - Juni 2013 di Perairan Tidore yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis yaitu
Kepulauan dengan fishing base berada di desa data primer dan data sekunder. Data primer
Ome. yang diperoleh dari observasi langsung di
2.2. Alat dan Bahan lapangan meliputi pengukuran suhu, jumlah
Alat yang di gunakan dalam penelitian hasil tangkapan/per trip dan berat total hasil
adalah Kapal giob, Alat tangkap (mini purse tangkapan dan waktu pengoperasian alat
seine), kamera digital, thermometer, timbangan tangkap mini purse seine. Sedangkan data
dan alat tulis. Bahan penelitian adalah hasil sakunder dikumpulkan meliputi data produksi
tangkapan.

2
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 6 Edisi 2 (Oktober 2013)

ikan julung, pustaka dan hasil penelitian yang pulau Tidore dan pulau Ternate adalah jenis
sudah dilakukan sebelumnya. ikan julung (Hemirhamphus far). Ikan julung
merupakan jenis ikan pelagis kecil yang
2.4. Analisis Data hidupnya bergerombol di perairan.
Data hasil penelitian dianalisis Total hasil tangkapan selama penelitian
menggunakan analisis deskriptif yang berlangsung (16 trip) pada waktu operasi
kemudian disajikan dalam bentuk grafik. penangkapan pagi dan sore hari adalah 1.198,00
Selanjutnya dilakukan analisis statistic untuk kg dengan rata-rata hasil tangkapan per trip
melihat penagruh waktu dan suhu pemukaan adalah 37,44 kg/trip dan rata-rata hasil
laut terhadap hasil tangkapan. Untuk tangkapan per hari adalah 74,88 kg/hari.
pengaruh waktu dan hasil tangkapan Jumlah tangkapan tertinggi adalah pada trip 3
dilakukan uji t student. Uji t yang digunakan pada waktu sore hari dengan total hasil
adalah Independent sample t- student dimana tangkapan adalah 67 kg, sedangkan hasil
merupakan jenis uji t ini bertujuan tangkapan terendah pada trip 1 dengan jumlah
membandingkan rata-rata dua grup yang tidak hasil tangkapan adalah 20 kg.
saling berpasangan atau tidak saling berkaitan.
Prinsip pengujian uji ini adalah melihat 3.2. Pengaruh Waktu Terhadap Hasil
perbedaan variasi kedua kelompok data, Tangkapan
sehingga sebelum dilakukan uji t, terlebih dulu Perbandingan jumlah hasil tangkapan
harus diketahui apakah variannya sama atau ikan julung selama penelitian dapat dilihat
berbeda. Uji homogenitas varian diuji pada Gambar 3, dimana terdapat perbedaan
berdasarkan rumus: jumlah hasil terhadap waktu operasi
penangkapan pagi dan sore hari.

Dimana :
F = Nilai F hitung
S12 = Nilai Varian
S22 = Nilai Varian terkecil

Selanjutnya dilakukan uji t menggunakan


rumus Separated Varians:


Gambar 3. Perbandingan Jumlah Hasil
Tangkapan Ikan Julung Selama
Penelitian.

Dimana : Jumlah hasil tangkapan paling banyak


x1= Rata-rata kelompok 1 didapat pada waktu sore dengan hasil
x2= Rata-rata kelompok 2 tangkapan sebanyak 674 kg dan rata-rata hasil
n1 = Jumlah sampel kelompok 1
n2 = Jumlah sampel kelompok 2 tangkapan per trip adalah 42.13 kg/trip,
Analisis hubungan suhu permukaan laut sedangkan total jumlah hasil tangkapan pada
dengan hasil tangkapan ikan julung di pagi hari adalah 524 kg dengan rata-rata hasil
gunakan analisi regresi non-linier polynomial tangkapan per trip adalah 32.75 kg/trip.
dengan rumus y = a + b1x1 + b2x2 + , dengan y = Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh
hasil tangkapan ikan julung dan x adalah suhu perbedaan waktu penangkapan terhadap
permukaan laut. jumlah hasil tangkapan dengan probabilitas H0:
hasil tangkapan kedua perlakuan (pagi dan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN sore hari) tidak berbeda nyata dan H 1 : hasil
3.1. Jumlah Hasil Tangkapan Selama Penelitian tangkapan kedua perlakuan (pagi dan sore hari)
Jenis hasil tangkapan yang didapat berbeda nyata. Hasil sebaran varian data
selama penelitian dengan mengunakan alat dilakukan melalui uji F, dimana hasil uji F
tangkap mini purse seine di perairan pesisir menunjukan bahwa sebaran varians data tidak

3
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 6 Edisi 2 (Oktober 2013)

sama dimana nilai Fhit lebih besar dari Ftabel masalah yang umum dihadapi oleh nelayan.
(1.184 > 0.206) sehingga formula yang dipakai Ikan secara alami akan memilih habitat yang
untuk uji t adalah formula matematis separated sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat
varians. Hasil uji t dengan menggunakan dipengaruhi kondisi oseonografi perairan,
formula matematis separated varians didapat dengan demikian daerah potensial
nilai thit adalah 6.903 lebih besar dari nilai t tabel penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh
2.179 pada 0.05, sehingga H1 diterima yaitu faktor oseonografi perairan.
hasil tangkapan kedua perlakuan pagi dan sore Suhu permukaan merupakan salah satu
hari berbeda nyata, dimana hasil tangkapan faktor oseanografi yang sangat mempengaruhi
terbanyak cenderung pada waktu penangkapan schooling dari jenis ikan pelagis. Hasil
sore hari dengan jumlah hasil tangkapan pengukuran suhu selama penelitian
674 kg. berlangsung berada pada kisaran 27.0 - 31.2 oC.
Kisaran suhu ini diukur pada waktu
3.3. Pengaruh Suhu Permukaan Laut dan Hasil
pengoperasian pagi dan waktu pengoperasian
Tangkapan
pada sore hari saat setting. Suhu perairan pada
Kelimpahan serta distribusi ikan sangat
saat pengoperasian alat tangkap mini purse
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang
seine yang dilakukan pada waktu pagi hari
lebih dikenal dengan parameter oseanografi
(Gambar 4a) dengan kisaran suhu terendah
baik kondisi fisik, kimia dan biologi (Laevestu
adalah 27 oC dan tertinggi 29.0 oC, sedangkan
dan Hela, 1970). Salah satu cara untuk
waktu pengoperasian sore (Gambar 6b) suhu
mengetahui daerah potensial penangkapan
terendah adalah 28.2 oC sedangkan suhu
ikan adalah melalui studi daerah penangkapan
tertinggi 31.2 oC. Secara umum kisaran suhu
ikan dan hubungannya dengan fenomena
pada pengoperasian pagi hari lebih kecil
oseanografi secara berkelanjutan. Keberadaan
dibandingkan kisaran pada suhu
daerah penangkapan ikan yang bersifat
pengoperasian yang dilakukan sore hari.
dinamis atau selalu berubah/berpindah
mengikuti pergerakan ikan merupakan

Gambar 6. Grafik Hubungan Hasil Tangkapan dan Suhu Perairan

Gambar 4a dan 4b merupakan grafik Hasil analisis regresi non linier model
kisaran suhu dan hasil tangkapan ikan julung, polinomyal menunjukan bahwa hasil
dimana pada Gambar 4, dilihat bahwa tangkapan ikan julung pada waktu pagi hari
kirasaran suhu pada waktu pagi dan sore hari (Gambar 4a) kurang dipengaruhi oleh suhu
menunjukan kisaran yang berbeda, pada pagi permukaan laut hal ini terlihat dengan nilai
hari (Gambar 4a) ikan julung cenderung koefisien korealasi (R2) 0.2361, sedangkan hasil
tertangkap pada kisaran suhu 24.00 - 26.00 oC, tangkapan pada waktu sore hari (Gambar 4b)
sedangkan kisaran suhu pada sore hari dipengaruhi oleh suhu permukaan laut dengan
(Gambar 4b) menunjukan bahwa ikan julung nilai koefisien korelasi (R2) 0.7209 dan dilihat
cenderung tertangkap pada kisaran suhu 28 - 31 pula bahwa ikan julung cenderung tertangkap
oC dengan hasil tangkapan tertinggi cenderung pada kisaran suhu 28 - 29 oC. Kisaran suhu
berada pada suhu 28 - 29 oC. inimerupakan kisaran suhu optimum bagi ikan

4
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 6 Edisi 2 (Oktober 2013)

julung sesuai hasil penulusuran pada yang menunjukan bahwa waktu penangkapan
Encylopedia of life (eo.org/pages/206623/ovw) terbaik saat operasi penangkapan ikan julung
bahwa ikan julung jenis Hemiramphus far adalah pada sore hari.
umumnya hidup pada suhu perairan 28.95 oC.
Menurut Gunarso (1985) aktivitas metobolisme IV. PENUTUP
serta penyebaran ikan banyak dipengaruhi oleh Ikan julung (Hemiramphus far)
suhu walaupun hanya sebesar 0,03 oC merupakan jenis ikan pelagis yang hidup
sekalipun, selanjutnya di katakan bahwa bergerombol pada lapisan permukaan perairan
melalui pengatahuan tentang suhu optimum dan biasanya membentuk schooling pada
bagi suatu jenis ikan, kita akan dapat waktu pagi dan sore hari. Sesuai dengan hasil
meramalkan daerah konstrasi ikan, kelimpahan penelitian dapat disimpulkan bahwa
musimnya maupun ruaya suatu stok ikan. perbedaan waktu penangkapan antara pagi dan
Selain itu pengkonsetrasian makanan ikan itu sore hari cenderung memberikan pangaruh
sendiri pun sangat erat hubunganya dengan terhadap hasil tangkapan dimana waktu
suhu, selain berbagai faktor lainya yang juga penangkapan terbaik yaitu pada sore hari, hal
mempengaruhinya. Oleh kerena faktor musim ini lebih diperkuat dengan hasil analisis regresi
dengan perubahan suhu tahunan serta berbagai non-linier yang menunjukan bahwa suhu
keadaan lainnya akan mempengaruhi permukaan laut juga memberikan pengaruh
penyebaran serta kelimpahan suatu daerah yang kuat (R2 = 0.7209) terhadap hasil
penangkapan ikan (fishing ground). Pengaruh tangkapan pada sore hari dengan kisaran suhu
suhu ini cenderung sama dengan hasil uji t terbaik untuk penangkapan adalah 28 -29 oC.

DAFTAR PUSTAKA

Ardidja, S.2007. Metode Penangkapan Ikan. Skala Tinggi Perikanan Jakarta.


Arsyad, A.,1999. Perbandingan Hasil Tangkapan Purse Seine yang Menggunakan Lontar dan Daun
Kelapa di Perairan Kabupaten Jeneponto. Skripsi Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Unhas Ujung Pandang.
Baskoro. SM, A. Effendy. 2005. Tingkah Laku Ikan. Hubunganya Dengan Metode Pengoperasian
Alat Tangkap Ikan. Depertemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Bogor.
DKP Provinsi Maluku Utara, 2008. Laporan Tahunan Potensi Perikanan Laut di Maluku Utara
Kawimbing E, Isrojaty J. P dan Mariana E. K. 2012. Pendugaan Stok Dan Musim Penangkapan Ikan
Julung-Julung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap Vol 1 (1), Juni 2012, Hal 10-
17.
Muttaqin A, 2009. Operasi Penangkapan Ikan Pelagis Dengan Alat Tangkap Purse Seine. PPPPTK.
Cianjur Fyson, J 1985. Desigen Of Smal Fishing Vessel. FAO Fishing News Books Ltd.
England.
Naryo, Sadhari S. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbitan. Angkasa. Bandung.
Nedelec. C. 2002. Defenisi Dan Klasifikasi Alat Tangkap Ikan. Published by Arrangement with the
Food And Agriculture Organization of the United Nation. Diterjemahkan oleh Bagian
Proyek Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.
eo.org/pages/206623/overview diakses Pada Juli 2013
Subani, dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Depertemen Pertanian. Jakarta.
Wiyono E. S. 2010. Komposisi, Diversitas dan Produktivitas Sumberdaya Ikan Dasardi Perairan
Pantai Cirebon, Jawa Barat. Jurnal Ilmu Kelautan Vol 15 (4) hal 214-220, Desember 2010.
Wuaten J. F, Emil Reppie, Ivor L. Labaro. 2011. Kajian Perikanan Tangkap Ikan Julung-Julung
(Hyporhamphus Affinis) Di Perairan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Perikanan
dan Kelautan Tropis Vol 7 edisi 2. Agustus 2011.

Anda mungkin juga menyukai