Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KETERKAITAN PARAMETER OSEANOGRAFI

PENANGKAPAN IKAN TERHADAP UPAYA PENANGKAPAN


IKAN PELAGIS
DI PERAIRAN CIREBON

USULAN RISET

TEGUH SATRIO NUGRAHA


NPM 230110120156

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
ANALISIS KETERKAITAN PARAMETER OSEANOGRAFI
PENANGKAPAN IKAN TERHADAP UPAYA PENANGKAPAN
IKAN PELAGIS
DI PERAIRAN CIREBON

USULAN RISET
Diajukan untuk Menempuh Seminar Usulan Riset

TEGUH SATRIO NUGRAHA


NPM 230110120156

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat
dan karunia-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang “Analisis
Keterkaitan Parameter Oseanografi Penangkapan Ikan Terhadap Upaya Penangkapan
Ikan Pelagis Di Perairan Cirebon”. Penulis membuat skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran yang diharapkan dapat
memberi manfaat bagi banyak pihak.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Alexander M.A. Khan, S.Pi., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah
mebimbing penulis dalam penulisan.
2. Rusky Intan Pratama S.T.P.,M.Si. sebagai dosen pembimbing sekaligus wali
dosen yang telah mebimbing penulis dalam penulisan.
3. Izza Mahdiana Apriliani, S.Pi., M.Si selaku dosen penelaah.
4. Dr. Sc.agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi M.Si selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
5. Dr. A A. Handaka Suryana, MT Selaku Ketua Program Studi Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
6. Keluarga besar bapak H. Ono Darsono dan Hj N Amanah yang senantiasa
memberikan doa dan dukungannya selama ini.
7. Rusky Intan Pratama S.T.P.,M.Si. yang sudah membimbing dan menjadi
orang tua di kampus.
8. Seluruh rekan, teman, sahabat di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang
telah memberikan masukan dan dukungan.
9. MTC PADJADJARAN BANDUNG yang sudah mensupport untuk
menyelesaikan skripsi ini
10. Seluruh teman-teman FPIK 2012 khusnya Perikanan 2012,Penangkapan
mancing mania, serta teman-teman senior maupun junior FPIK Unpad yang
sudah banyak berjasa kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

Serta semua pihak yang tidak bisa dituliskan satu persatu yang telah
membantu dari awal hingga selesainya skripsi ini. Semoga amal dan kebaikannya
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat.

Jatinangor, Januari 2019

Teguh Satrio Nugraha


DAFTAR ISI
BAB Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii


DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ x
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... x
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. xi
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... xii
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................... xii
1.5 Kerangka Pemikiran................................................................................ xii
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... xiv
2.1 Karakteristik Perairan Cirebon .............................................................. xiv
2.2 Kegiatan Perikanan Tangkap ................................................................. xiv
2.3 Perikanan Pelagis ................................................................................... xiv
2.4 Faktor - Faktor Oseanografis .................................................................. xv
2.4.1 Suhu Permukaan Laut ............................................................................. xv

2.4.2 Distribusi Klorofil-a ............................................................................... xvi

2.5 Aplikasi Citra Satelit Untuk Pendeteksian Parameter Oseanografi ....... xvi
2.5.1 Satelit Aqua MODIS ............................................................................. xvii

2.6 CPUE ..................................................................................................... xix


2.7 Regresi Linear Berganda.......................... Error! Bookmark not defined.
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................ xxi
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. xxi
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... xxi
3.2.1 Alat Penelitian ........................................................................................ xxi

3.2.2 Bahan Penelitian ................................................................................... xxii

3.3 Metode Penelitian .................................... Error! Bookmark not defined.


3.4 Prosedur Penelitian .............................................................................. xxiii
3.4.1 Tahap Persiapan ................................................................................... xxiii

3.4.2 Tahap Pengolahan Data ....................................................................... xxiii

3.5 Parameter Penelitian dan Metode Pengumpulan Data ......................... xxiii


3.6 Metode Analisis Data ........................................................................... xxiv
3.6.1 Analisis Faktor Oseanografi Perubahan Iklim ..................................... xxiv

3.6.2 Analisis Catch Per Unit Effort (CPUE) ............................................... xxiv

3.6.3 Analisis Hubungan Parameter Oseanografi dengan CPUE .................. xxv

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xxvi


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 2. Spesifikasi Satelit Aqua MODIS ......................................................... xviii
Tabel 4. Alat-alat yang digunakan dalam penelitan ............................................ xxii
Tabel 5. Bahan yang digunakan dalam penelitan................................................ xxii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar 1 Bagan Alir Penelitian ............................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Satelit Aqua MODIS ............................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 9. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ xxi
Gambar 10. Bagan Alir Pengolahan Data Identifikasi Perubahan Iklim ....... Error!
Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1. Peta Lokasi Sampling Daerah Penangkapan IkanError! Bookmark not
defined.
2. Tabel Perubahan Nilai Suhu Permukaan Laut Selama 15 Tahun ......... Error!
Bookmark not defined.
3. Tabel Perubahan Nilai Klorofil-a Selama 15 TahunError! Bookmark not
defined.
4. Tabel Perubahan Nilai Kecepatan Arus Selama 15 TahunError! Bookmark
not defined.
5. Tabel Perubahan Nilai Tinggi Gelombang Selama 15 TahunError! Bookmark
not defined.
6. Tabel Perubahan Nilai Tinggi Gelombang Selama 15 TahunError! Bookmark
not defined.
7. Tabel Produksi Hasil Tangkapan Ikan LemuruError! Bookmark not defined.
8. Uji Regresi Linear Berganda ........................ Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan penangkapan ikan semakin hari semakin berkembang seiring dengan
perkembangan teknologi penangkapan. Teknologi pendugaan daerah penangkapan
ikan menjadi suatu alternatif untuk melakukan kegiatan penangkapan. Usaha untuk
memprediksi daerah penangkapan ikan dapat dilakukan dengan pendekatan kondisi
parameter oseanografi. Dengan mengetahui kondisi oseanografi terutama suhu dan
klorofil-a yang optimum dari suatu spesies ikan dalam suatu perairan mak dapat
diduga keberadaan ikan dan dapat digunakan untuk tujuan penangkapan (Tangke et al
2015)
Parameter oseanografi dapat diketahui kondisinya melalui data citra satelit.
Informasi lingkungan perairan tersebut telah banyak digunakan untuk keperluan
pendugaan fishing ground antara lain Suhu Permukaan Laut (SPL) dan konsentrasi
Klorofil-a yang merupakan pigmen penting dalam proses fotosintesis fitoplankton
sebagai indicator kesuburan perairan. Berdasarkan hal tersebut sebaran klorofil-a
dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat keberadaan ikan, karena klorofil-a
dianggap sebagai produsen primer (Nontji 2005).
Suhu Permukaan Laut (SPL) merupakan salah satu factor oseanografi yang
mempengaruhi kehidupan organisme air dan hewan lainnya. SPL juga sangat
menentukan pola distribusi dan kelimpahan ikan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung, SPL mempengarui kondisi dfisiologis ikan dan secara
tidak langsung mempengaruhi kelimpahan fitoplankton yang diidentifikasi melaui
kelimpahan klorofil-a sebagai makanan ikan (Andriyeni 2013). Klorofil-a merupakn
parameter yang sangat menentukan produktifitas primer lautan. Sebaran dan tinggi
rendahnya konsentrasi fitoplankton berkaitan langsung dengan fluktuasi konsentrasi
klorofil-a dalam perairan (Nuriya et al 2010). Klorofil-a merupakan pigmen hijau
yang berasal dari fitoplankton dalam perairan yang memanfaatkan cahay matahari
untuk fotosintesis. Klorofil-a tinggi dapat ditemukan di wilayah pesisir pantai yang
dipengaruhi masukan unsur hara dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai. Dengan
mengetahui kondisi perairan tersebut maka dapat diduga daerah penangkapan ikan
yang optimum untuk dilakukan kegiatan penangkapan.
Kegiatan perikanan tangkap adalah kegiatn ekonomi yang mencakup
penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanamn air yang hidup di laut atau
perairan umum secara bebas (Monintja 1993). Salah satu daerah sentra perikanan
tangkap adalah Cirebon. Produksi perikanan yang cukup tinggi yang di dominasi oleh
perikanan tangkap dilaut, baik dari segi hasil tangkapan, jumlah tangkapan dan jenis
alat tangkapnya. Kegiatan penangkapan di Cirebon masih didominasi oleh nelayan
tradisional, salah satu alat tangkap yang tersebar yaitu jenis alat tangkap sederhana
seperti alat tangkap pancing ulur atau hand line dan masih mengunakan rumpon
untuk mempertahankan daerah penangkapan ikan.
Teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis menjadi salah
satu alternatif dalam bidang kelautan. Dengan teknologi inderaja, factor-faktor
lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat
diperolej secara berkala pada siati cakupan area tertentu. Sedangkan SIG dapat
digunakan untuk memvisualisasikan data yang dalam bentuk tabular secara spasial
dan temporal. Seiring perkembangan jamannya, SIG digunakan dalam bidang
perikanan tangkap untuk mengolah data perikanan dalam bentuk tabular yang
divisualisasikan dalam bentuk spasial dan temporal, sehingga bisa memberikan
informasi kawasan daerah penangkapan ikan.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka masalah
yang dapat diidentifikasi yaitu bagaimana pengaruh parameter oseanografi terhadap
upaya penangkapan ikan pelagis di perairan Cirebon.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui variabilitas spasial dan temporal Suhu Permukaan Laut (SPL) dan
Klorofil-a
2. Mengetahui karakteristik temporal dan spasial ikan pelagis dalam bulan pada
tahun 2017-2018 berdasarkan data SPL dan Klorofil-a di perairan Cirebon
3. Mengetahui hubungan parameter oseanografi terhadap upaya penangkapan
ikan.

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh parameter oseanografi terhadap upaya penangkapan ikan pelagis di perairan
Cirebon sebagai dasar bagi nelayan melakukan kegiatan penangkapan

1.5 Kerangka Pemikiran


Pola kehidupan ikan tidak bisa dipisahkan dari adanya berbagai kondisi
lingkungan. Parameter oseanografis seperti suhu permukaan laut, salinitas,
konsentrasi klorofil laut, cuaca dan sebagainya serta perubahannya akan
mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan ikan, seperti kecepatan makan ikan,
metabolisme, pemijahan, dan aktifitas lainnya. Hal ini berarti bahwa perubahan
parameter oseanografis akan berpengaruh terhadap keberadaan ikan dan
pembentukan daerah penangkapan yang potensial. Usaha memprediksi daerah
penangkapan ikan (fishing ground) dapat dilakukan melalui pendekatan kondisi fisika
oseanografis.
Hela dan Laevastu (1970) menyatakan bahwa hampir semua populasi ikan
yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan
mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan
kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan penangkapan
(eksploitasi).Perubahan suhu akan mempengaruhi aktivitas ikan, perilaku ikan, dan
distribusi juvenil maupun distribusi ikan dewasa. Setiap spesies ikan mempunyai
suhu optimum yang sesuai dengan kondisi fisik dan biologi lingkungannya.
Daerah penangkapan ikan salah satunya dapat diduga dengan memperhatikan
sebaran suhu permukaan laut. Gunarso (1985) mencatat beberapa hal mengenai
pengaruh suhu terhadap ikan, umumnya suhu digunakan sebagai indikator dalam
menentukan perubahan ekologis, aktivitas metabolisme serta penyebaran ikan. Hal
lain yang berkaitan dengan suhu permukaan laut, dinyatakan bahwa ikan sangat peka
terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 C. Pengaruh suhu permukaan
terhadap tingkah laku ikan terlihat jelas ketika ikan akan melakukan pemijahan,
bahkan mungkin dengan suatu siklus musiman tertentu pula. Pengetahuan mengenai
suhu optimum (suhu yang sesuai dengan kehidupan suatu jenis ikan) dapat digunakan
untuk meramalkan daerah konsentrasi ikan, kelimpahan musiman dan ruaya ikan.
Klorofil-a merupakan salah satu pigmen fotosintesis yang paling penting bagi
tumbuhan yang ada di perairan. Klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum
terdapat pada fitoplankton sehingga hasil pengukuran kandungan klorofil-a sering
digunakan untuk menduga biomassa fitoplankton suatu perairan.Menurut Gaol
(2003), sebaran konsentrasi klorofil-a mempunyai korelasi silang dengan hasil
tangkapan ikan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Perairan Cirebon


Perairan pantai Cirebon adalah perairan yang berada pada posisi 6,6° - 6,8°
LS dan 108,5° - 108,8° BT. Pemilihan lokasi penelitian di Perairan Cirebon
dikarenakan pada daerah tersebut terdapat pelabuhan, pertambakan dan perumahan
pinggir pantai yang memerlukan kajian analisis oseanografi khususnya pasang surut
dan arus pasang surut. Untuk memenuhi kebutuhan informasi pasang surut dan arus
pasang surut di Perairan Cirebon, Arus pasang surut sangat dominan dalam proses
sirkulasi air laut di perairan pantai. Arus pasang surut pada saat pasang
mentransporkan air dari laut menuju perairan pantai, dan pada saat surut
mentransporkan air dari perairan pantai ke laut lepas (Hatayama etal., 1996).

2.2 Kegiatan Perikanan Tangkap


Perikanan Tangkapmerupakan bentuk kelembagaan perikanan yang bergerak
dalam bidang usaha penangkapan ikan, penanganan dan pengolahan produk
perikanan, pemasaran hasil perikanan maupun usaha pendukung kegiatan perikanan
tangkap (Kusnadi, 2009).

2.3 Perikanan Pelagis


Ikan pelagis kecil adalah kelompok besar ikan yang membentuk schooling di
dalam kehidupannya dan mempunyai sifat berenang bebas dengan melakukan migrasi
secara vertikal maupun horizontal mendekati permukaan dengan ukuran tubuh relatif
kecil (Widodo, 1997; Fréon et al. 2005). Beberapa contoh ikan pelagis kecil
antara lain layang (Decapterus spp), kembung (Rastrelliger sp), siro (Amblygaster
sirm), selar (Selaroides sp), tembang (Sardinella fi mbriata), dan teri (Stolephorus
spp) (Gafa et al. 1993; Widodo
2.4 Faktor - Faktor Oseanografis
Menurut Himelda (2013) Fenomena oseanografis yang terjadi di perairan laut
sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota laut. Faktor oseanografis tersebut
adalah arus, suhu terutama suhu permukaan laut, Distribusi klorofil-a salinitas (kadar
garam), zat hara (nutrient) dan kandungan kimiawi air lainnya yang mempengaruhi
kualitas perairan laut. Arus yang terjadi di laut, merupakan salah satu faktor
oseanografi yang berpengaruh terhadap lingkungan perairan, dan selalu mendapat
perhatian karena berkaitan erat dengan cuaca dan iklim.
Perubahan iklim merupakan perubahan pola dan intensitas unsur iklim pada
periode waktu yang dapat dibandingkan, dan biasa terjadi rata-rata 30 tahunan.
Perubahan iklim dapat berupa perubahan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi
cuaca terhadap kondisi rata-rata (BMKG 2011) dalam (Himelda 2013).

2.4.1 Suhu Permukaan Laut


Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antar 260C - 290C, Pada
musim Barat, suhu permukaan laut di Kawasan Barat Indonesia pada umumnya
relatif lebih rendah daripada musim timur. Suhu permukaan laut di dekat Laut Cina
Selatan pada waktu musim barat berkisar antara 260C - 280C sedangkan di kawasan
timur Indonesia berkisar antara 280C - 290C, sebaliknya terjadi pada musim yang
lainnya, yaitu suhu permukaan laut diperairan kawasan timur Indonesia berkisar
antara 260C - 280C, sedangkan di perairan kawasan barat Indonesia antara 280C- 290C
(Ilahude dan Birowo 1987)dalam (Suardana 2016). Menurut Susilo (2011) Analisis
data harian satelit MODIS di lokasi penangkapan lemuru di Selat Bali menunjukkan
bahwa sekitar 70% kegiatan penangkapan lemuru terjadi pada 25-29,50C.
Suhu permukaan laut di Indonesia, sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu
musiman yang terjadi antara Asia dan Australia. Perubahan ini menyebabkan
perubahan arah angin terjadi dua kali dalam satu tahun (Himelda 2013). Di Selat Bali,
perubahan suhu musiman yang terjadi antara Asia dan Australia, pada bulan
Desember – Maret, angin bertiup dari daratan Asia menuju utara Australia, yang
disebut dengan musim barat. Pada bulan Juni – September, angin bertiup dari daratan
Australia menuju daratan Asia yang disebut dengan musim Timur. Perubahan suhu
musiman tersebut menyebabkan arah angin berubah dua kali dalam satu tahun.

2.4.2 Distribusi Klorofil-a


Klorofil-a merupakan salah satu pigmen fotosintesis yang paling penting bagi
tumbuhan yang ada di perairan. Klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum
terdapat pada fitoplankton sehingga hasil pengukuran kandungan klorofil-a sering
digunakan untuk menduga biomassa fitoplankton suatu perairan.Menurut Gaol
(2003), sebaran konsentrasi klorofil-a mempunyai korelasi silang dengan hasil
tangkapan lemuru.
Distribusi klorofil-a erat kaitannya dengan kesuburan perairan. Berdasarkan
hasil penelitian Susilo (2011) menyatakan di lokasi penangkapan lemuru
menunjukkan bahwa sekitar 65% kegiatan penangkapan lemuru terjadi pada
kisarankonsentrasi klorofil–a antara 0,25-0,65 mg/m3. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian Siregar (2011) yang menyatakan bahwa lemuru tertangkap pada kisaran
konsentrasi klorofil–a antara 0,10 -3,76 mg/m3. Kelimpahan konsentrasi klorofil-a ini
disebabkan oleh pengaruh upwelling yang terjadi di perairan Selat Bali atau bagian
selatan Selat Bali.

2.5 Aplikasi Citra Satelit Untuk Pendeteksian Parameter Oseanografi


Sebelum awal tahun 70-an, pendeteksian parameter oseanografi pada
umumnya dilakukan melalui survei lapangan secara langsung (insitu) dengan
menggunakan kapal atau buoy di laut (Gaol 2003). Namun setelah tahun 70-an,
sejalan dengan kemajuan teknologi penginderaan jarak jauh (inderaja) di bidang
kelautan, penelitian parameter oseanografi khususnya untuk yang berskala global
menjadi lebih mudah. Hal ini disebabkan kemampuan teknik inderaja yang bersifat
sinoptik atau mencakup daerah yang luas dalam waktu yang bersamaan.
Beberapa satelit telah dilengkapi sensor yang dapat mendapatkan data-data
mengenai parameter oseanografi di permukaan laut. Sebagai contohnya data
parameter SPL yang dapat dihasilkan dari berbagai sensor termal yang dibawa oleh
berbagai satelit penginderaan jauh, seperti NOAA-AVHRR, Landsat, Feng yun, dan
MODIS. Citra suhu permukaan laut dari suatu perairan yang luas dapat digunakan
untuk mengetahui pola distribusi SPL, arus di suatu perairan, dan interaksinya dengan
perairan lain serta fenomena upwelling dan front di perairan tersebut yang merupakan
daerah potensi penangkapan ikan (Hasyim dan Priyanti 1999).Contoh lainnya adalah
untuk pendeteksian sebaran klorofil-a di permukaan laut. Dengan menggunakan
sensor MODIS dan citra satelit SeaWifs (Sead Viewing Wide Field of View Sensor).

2.5.1 Satelit Aqua MODIS


Satelit Moderate Resolution Imaging Spectroradiom (MODIS) merupakan
sensor utama pada satelit Terra (EOS AM) dan Aqua (EOS PM) merupakan bagian
dari program antariksa Amerika Serikat, yaitu NASA (National Aeronautics and
Space Administration). Sensor MODIS pertama kali diluncurkan bersama satelit
Terra pada tanggal 18 Desember 1999 dengan spesifikasi lebih fokus untuk daerah
daratan. Pada tanggal 4 Mei 2002, diluncurkan satelit Aqua yang membawa sensor
MODIS dengan spesifikasi daerah laut. Adapun tampilan dari Satelit Aqua MODIS
dapat dilihat pada Gambar 7. di bawah ini.

Gambar 7.Satelit Aqua MODIS


(Sumber : http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov)
Satelit Aqua MODIS merupakan satelit ilmu pengetahuan tentang bumi milik
NASA, yang memiliki misi untuk mengumpulkan informasi tentang siklus air di
bumi, termasuk penguapan dari samudera, uap air di atmosfer, awan, presipitasi,
kelembaban tanah, es yang ada di darat, serta salju yang menutupi daratan. Variabel
yang diukur oleh satelit Aqua antara lain aeserol, tumbuhan yang menutupi daratan,
fitoplankton dan bahan organik terlarut di lautan, serta suhu udara, daratan dan air.
Satelit Aqua MODIS mempunyai orbit near-polar sun-synchronus, yaitu: orbit
yang melewati daerah kutup dan satelit yang mengelilingi bumi dari kutub utara ke
kutub selatan atau sebaliknya. Spesifikasi satelit Aqua MODIS dapat dilihat pada
Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 1. Spesifikasi Satelit Aqua MODIS
Spesifikasi Keterangan
Orbit 705 km, 1:30 p.m, node ascending (Aqua),
sunsynchronous, near-polar, sirkular
Rataan Scan 20,3 rpm
Luas sapuan 2330 km (jalur yang bersinggungan) dengan lintang 10
derajat lintasan pada nadir
Dimensi teleskop 17,78 cm

Ukuran satelit 1,0 x 1,6 x 1,0 m


Daya 162,5 Watt (rata-rata satu orbit)
Data 10,6 Mbps (per hari); 6,1 Mbps (per orbit)
Resolusi radiometrik 12 bit = 4096
Resolusi spasial 250 m (band 1-2), 500 m (band 3-7), 1000 m (band 8-36)
Umur 6 tahun
Sumber: http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov
Sensor MODIS memiliki 36 kanal. Kanal-kanal tersebut bekerja pada kisaran panjang
gelombang sinar tampak dan inframerah dengan selang panjang gelombang pada
masing-masing kanal yang relatif sempit.
Sensor MODIS memiliki 36 kanal. Kanal-kanal tersebut bekerja pada kisaran
panjang gelombang sinar tampak dan inframerah dengan selang panjang gelombang
pada masing-masing kanal yang relatif sempit.

2.6 CPUE
Sebelum dilakukan perhitungan CPUE terlebih dahulu dilakukan perhitungan
standarisasi alat tangkap. Sumberdaya lemuru ditangkap dengan menggunakan empat
alat tangkap, yaitu purse seine, gill net, bagan, payang. Masing-masing alat tangkap
memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangkap suatu jenis ikan, oleh karena
itu, perlu adanya standarisasi upaya penangkapan terlebih dahulu

2.7 Regresi Linear Berganda


Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika
yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan
meramal suatu variabel (Kutner, Nachtsheim dan Neter, 2004). Istilah “regresi”
pertama kali dikemukakan oleh Sir Francis Galton (1822-1911), seorang antropolog
dan ahli meteorologi terkenal dari Inggris. Dalam makalahnya yang berjudul
“Regression towards mediocrity in hereditary stature”, yang dimuat dalam Journal of
the Anthropological Institute, volume 15, hal. 246-263, tahun 1885. Galton
menjelaskan bahwa biji keturunan tidak cenderung menyerupai biji induknya dalam
hal besarnya, namun lebih medioker (lebih mendekati rata-rata) lebih kecil daripada
induknya kalau induknya besar dan lebih besar daripada induknya kalau induknya
sangat kecil (Draper dan Smith, 1992).
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2019, di perairan
Cirebon dan Pelabuhan Perikanan setempat wilayah Cirebon (Gambar 9.).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa perairan Cirebon merupakan sentra perikanan tangkap yang
berada di Jawa Barat.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat Penelitian


Alat-alat yang digunakan pada penelitian akan disajikan pada Tabel 4 berikut
ini :
Tabel 2. Alat-alat yang digunakan dalam penelitan
No. Alat Kegunaan
1. Laptop Pengerjaan peseluruhan peneltian
2. Software ArcGIS 10.2.2 Pengolahan dan visualisasi data
3. Software Seadass 7.3.1 Pemotongan dan delineasi wilayah
kajian
4. Software Ms. Excel 2010 Pembuatan grafik, menyeleksi dan
mengolah data

3.2.2 Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan berupa data oseangrafi selama 15 tahun ke belakang
dan data pendaratan ikan lemuru tahunan, yang dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut
ini.
Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitan
No. Data Sumber Keterangan
1. Suhu Permukaan http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/c Resolusi spasial 4 km
Laut (SPL) ms/

2. Klorofil-a http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/c Resolusi spasial 4 km


ms/

3. Data Pendaratan Pelabuhan Perikanan Data Bulanan Selama


Ikan setempat 1 Tahun

3.3 Metode Penelitian


Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode
survey adalah penyidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta fakta dari gejala
gejala yang ada dan mencari keterangan keterangan secara factual (Nazir 2003).
Penyidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individ atau
unit, baik secara sensus maupun dengan menggunakan sample. Pemilihan metode
survey ini didasarkan dari penelitian yang ingin mengkaji bagaimana pengaruh SPL
dan Klorofil-a terhadap upaya penangkapan ikan di perairan Cirebon
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Tahap Persiapan
Tahap awal yang dilakukan adalah membuat peta dasar wilayah kajian
penelitian dengan menggunakan software ArcGIS 10.2.2, lalu mengunduh data-data
yang diperlukan, yaitu data SPL dan klorofil-a. Dataset berupa data bulanan tahun
2017 dan 2018 yang diunduh dalam format .nc dan dikonversi ke dalam format .xls
atau format .txt, sedangkan data pendaratan ikan diperoleh dari pelabuhan perikanan
setempat yang meliputi data informasi nama kapal, nama perusahaan, nomor SIPI
(Surat Izin Penangkapan Ikan), Jenis Alat Tangkap yang digunakan, ukuran kapal,
tanda selar, waktu keberangkatan, posisi penangkapan, jumlah ikan, berat ikan, dan
nama ikan.

3.4.2 Tahap Pengolahan Data


Data SPL dan klorofil-a yang telah diunduh dari masing-masing website,
selanjutnya diolah dengan menggunakan software ArcGIS 10.2.2untuk memperoleh
sebaran spasial dari masing-masing parameter. Selanjutnya dilakukan pembuatan
grafik untuk memudahkan analisis data. Selain itu, datapendaratan ikan dilakukan
analysis CPUE (Catch per Unit Effort) dari data informasi nama kapal, nama
perusahaan, nomor SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan), Jenis Alat Tangkap yang
digunakan, ukuran kapal, tanda selar, waktu keberangkatan, posisi penangkapan,
jumlah ikan, berat ikan, dan nama ikan. Secara garis besar pengolahan data
digambarkan dalam bagan alir pada Gambar 10. berikut ini.

3.5 Parameter Penelitian dan Metode Pengumpulan Data


Parameter yang diambil dalam penelitian ini yaitu meliputi data
SPLdan Klorofil-a.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu data
sekunder. Data sekunder ini berupa data-data citra satelit untuk kondisi oseanografi
dan pendaratan ikan 1tahun ke belakang yang berasal dari pelabuhan perikanan
setempat yang meliputi data informasi nama kapal, nama perusahaan, nomor SIPI
(Surat Izin Penangkapan Ikan), Jenis Alat Tangkap yang digunakan, ukuran kapal,
tanda selar, waktu keberangkatan, posisi penangkapan, jumlah ikan, berat ikan, dan
nama ikan. Selain kedua data tersebut diperlukan juga data-data tambahan yang dapat
mendukung penelitian serta literatur-literatur yang relevan dalam penelitian.

3.6 Metode Analisis Data


Analisis data yang dilakukan tidak terlepas dari telah dilakukannya
pengumpulan data yaitu data sekunder yang dibutuhkan. Langkah selanjutnya
dilakukan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Parameter oseanografi
disajikan dengan menggunakan metode analisis spasial yang di perkuat melalui grafik
dan tabulasi. Data CPUE dihubungkan dengan parameter oseanografi melalui analisis
regresi linear berganda.

3.6.1 Analisis Faktor Oseanografi


Faktor-faktor oseanografi yang akan dianalisis, adalah yang berpengaruh
terhadap keberadaan sumberdaya ikan di perairn Cirebon. Faktor oseanografi tersebut
mencakup analisis sebaran klorofil-a dan analisis sebaran suhu permukaan laut. Data
deret waktu (2017-2018) yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rerata
bulanan suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a yang diturunkan dari
citra satelit dari MODIS melalui (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/cms/).Selanjutnya
kelima data tersebut di analisis secara spasial sehingga mendapatkan penggambaran
kondisi oseanografi. Selain itu penggambaran secara grafik dan tabulasi pun
ditampilkan dalam menganalisis data.

3.6.2 Analisis Catch Per Unit Effort (CPUE)


Analisis data untuk upaya penangkapan ikan digunakan CPUE dengan
mengikuti petunjuk Schaefer (1957) yang dikemukakan oleh Gulland (1983) dengan
rumus:

𝑞=
𝑓
Dimana :
q = CPUE (Kg/Trip)
h = Catch atau hasil tangkapan (kg)
f = Effort atau Upaya penangkapan (trip)

3.6.3 Analisis Hubungan Parameter Oseanografi dengan CPUE


Hubungan faktor oseanografi dengan CPUE secara kuantitas diketahui
menggunakan analisis regresi linear berganda. Menurut Sugiyono (2009) Analisis
regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik
turunnya) variable dependen (kriterium), bila dua atau lebih variable independen
sebagai faktor prediktor, secara umum regresi linear berganda digunakan untuk
mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap
variabel terikat. Perhitungan tersebut dapat di bahas dalam persamaan sebagai berikut
:
Y = a + b1x1+b2x2+e
Dimana :
Y = variabel terikat
a = konstanta
b1-b5 = koefisien regresi
x1 = Suhu
x2 = Klorofil-a
e =
DAFTAR PUSTAKA

Gaol J.H. 2003. Kajian Karakteristik Oseanografi Samudra Hindia Bagian Timur
Dengan Menggunakan Multi Sensor Citra Satelit Dan Hubungannya Dengan
88 Hasil Tangkapan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) [Disertasi]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hatayama, T., Awaji, T., dan Akitomo, K. 1996. Tidal Currents in the Indonesian
Seas and Their Effect on Transport and Mixing. Journal of Geophysical
Research 101 - C5, 12353-12373.

Kusnadi. (2009). Perempuan pesisir. Yogyakarta: Lkis

Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression
Models. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Laevastu, T. dan Hayes, M.L. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. New
York: Fishering News Book Ltd

Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. 372 hal

Tangke U., John C., K., Mukti Z., Achmar M. 2015. "Sebaran Suhu Permukaan Laut
Dan Klorofil-a Pengaruhnya Terhadap Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna
(Thunnus albacares) Di Perairan Laut Halmahera Bagian Selatan." Jurnal
IPTEKS PSP 2(3): 248-260.

Widodo J. 1997. Review of The Small Pelagic Fisheries of Indonesia. Di dalam:


Devaraj M, Martosubroto P, editor. Small Pelagic Resources and Their
Fisheries in The Asia-Pacifi c region. Proceeding of The APFIC Working
Party on Marine Fisheries, First Session, 13-16 May 1997, Bangkok,
Thailand. RAP Publication 1997/31. p199-226

Anda mungkin juga menyukai