OLEH :
NIM : 1913020045
SEMESTER/KELAS : VI/B
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini perikanan Indonesia terancam oleh tiga masalah utama, yaitu
overfishing, kemiskinan nelayan, dan kerusakan ekosistem laut. Kondisi overfished
terjadi di semua Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) baik pada saat estimasi stok
ikan sebesar 6,5 juta ton per tahun (Kepmen 45/2011 tentang estimasi potensi sumber
daya ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia), saat stok
sebesar 9,9 juta ton per tahun (Kepmen 47/2016 tentang estimasi potensi, jumlah
tangkapan yang diperbolehkan, dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia), maupun saat stok ikan sebesar
12,5 juta ton per tahun (Kepmen 50/2017 tentang estimasi potensi, jumlah tangkapan
yang diperbolehkan, dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia).
Sementara kemiskinan nelayan terlihat dari hasil penelitian Sutomo & Marhaeni
(2015) yang menunjukkan bahwa persentase rumah tangga miskin dengan usaha
penangkapan ikan di laut mencapai 23,79%, sedangkan persentasi penduduk miskin
Indonesia pada tahun yang sama sebesar 11,25%. KKP (2015) menjelaskan bahwa
berdasarkan data series 2004-2014, jumlah nelayan di laut didominasi oleh nelayan
penuh, yaitu nelayan yang menggantungkan seluruh nafkah hidupnya pada kegiatan
penangkapan ikan. Jumlah nelayan penuh pada 2004-2014 mengalami kenaikan rata-
rata sebesar 1,84% per tahun. Sedangkan, nelayan sambilan utama dan nelayan
sambilan tambahan mengalami penurunan rata-rata masing-masing sebesar 2,22% dan
0,23% per tahun.
Di sisi lain, kondisi kerusakan ekosistem laut dilaporkan pada kondisi yang
kurang menggembirakan: i) Terumbu karang dengan kondisi sangat baik sebesar
6,39%, baik 23,40%, sedang 35,06%, dan jelek 35,15% (Suharsono, 2017); ii) Padang
lamun dalam kondisi sehat hanya sebesar 5%, kurang sehat 80%, dan tidak
sehat/miskin 15% (Hernawan et al., 2017).
Lingkaran setan antara overfishing, kemiskinan nelayan, dan kerusakan
ekosistem laut dapat dijelaskan secara teoritis melalui teori Malthusian overfishing.
Pauly (1994) menjelaskan bahwa perikanan skala kecil di negara berkembang tropis
umumnya miskin dan kurang alternatif pekerjaan lain, sehingga ketika mereka mulai
menangkap ikan akan sulit berhenti meskipun sumberdaya ikan menurun dengan
cepat sepanjang waktu. Fauzi (2005) lebih lanjut menguraikan bahwa Malthusian
overfishing terjadi manakala nelayan skala kecil yang biasanya miskin dan tidak
memiliki alternatif pekerjaan memasuki industri perikanan namun menghadapi hasil
tangkap yang menurun.
Kondisi ini, nelayan terpaksa melakukan penangkapan ikan yang merusak sebagai
upaya untuk mempertahankan pendapatan. Analisis terhadap kompleksitas hubungan
antara overfishing, kemiskinan nelayan, dan kerusakan ekosistem laut dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan sistem, yaitu suatu pendekatan analisis
organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak (Marimin &
Maghfiroh, 2010). Terdapat dua ciri penting dalam suatu sistem, yaitu: a) Setiap
perubahan dalam suatu bagian dari sistem memengaruhi seluruh sistem; dan b) Sistem
bekerja dalam suatu lingkungan yang lebih luas dan bahwa ada perbatasan antara
sistem dengan lingkungannya (Budiardjo, 2012).
Sementara Marimin & Maghfiroh (2010) menekankan bahwa terdapat dua hal
umum dalam pendekatan sistem, yaitu; a) Semua faktor penting mendapatkan solusi
yang baik untuk menyelesaikan masalah; dan b) Pembuatan model kuantitatif untuk
membantu keputusan secara rasional. Secara umum, Charles (2008) menguraikan
bahwa struktur sistem perikanan terdiri dari beberapa komponen, yaitu sistem alam
(natural system), sistem manusia (human system), dan sistem pengelolaan perikanan
(fishery management system). Sementara Fauzi (2010) membagi struktur perikanan
ke dalam tiga komponen utama, yaitu basis sumber daya (resource base), industri
perikanan primer, dan industri pengolahan dan perdagangan. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan variabel/peubah yang berperan penting pada struktur sistem
perikanan tangkap nasional guna membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan
perikanan tangkap secara lebih efektif. Dalam kerangka yang lebih sederhana,
Adrianto (2018) menjelaskan bahwa perikanan merupakan sistem ekonomi yang
menjamin ekosistem harus sehat karena tanpa ekosistem sehat maka tidak ada sumber
daya ikan yang sehat.
Pola sebaran ikan tidak bergeser secara acak; sebaliknya, mereka dipengaruhi
oleh oseanografi parameter dan variabilitas faktor iklim. Parameter oseanografi
seperti Permukaan Laut Suhu (SST) dan klorofil-a (chl-a) dapat menjadi faktor
pembatas distribusi ikan dan bahkan kelangsungan hidup mereka, sedangkan
fenomena iklim seperti El Nino dan La Nina juga bisa berdampak negatif atau
dampak positif pada ikan. Di perairan Indonesia, perubahan iklim telah terbukti
berdampak pada hasil tangkapan ikan pelagis di Selat Bali dan Teluk Bone.
Perubahan iklim antropogenik kini terjadi dengan konsekuensi yang tidak terduga di
berbagai bidang termasuk perikanan. Dampak pada sektor perikanan antara lain
perubahan persebaran ikan (baik yang menetap, dan pola migrasi) dan kelimpahan
ikan, yang diperkirakan sebagian disebabkan oleh perubahan produktivitas primer dan
sekunder. Fenomena oseanografi global yang berasal dari Pasifik
Samudra (misalnya El Nino) dan di Samudra Hindia (misalnya Dipol Samudra
Hindia, IOD) adalah pendorong variabilitas iklim. Terjadinya peristiwa El-Nino dan
La-Nina telah terbukti menyebabkan apergeseran pola distribusi dan kelimpahan ikan
cakalang di Samudera Pasifik Barat, sedangkanpenelitian lain juga menunjukkan
bahwa perubahan iklim dapat (dan memang telah) mempengaruhi volume tangkapan
dan ukuran ikan individu.
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder didapatkan dari studi literatur seperti jurnal, artikel dan
semacamnya.
b. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi eksperimental
DAFTAR PUSTAKA
Reid, Christopher, Dale Squires, Yongil Jeon, Len Rodwell, dan Raymond Clarke. “An
Analysis of Fishing Capacity in the Western and Central Pacific Ocean Tuna
Fishery and Management Implications.” Marine Policy 27, no. 6 (November
2003): 449–69. https://doi.org/10.1016/S0308-597X(03)00065-4.
Aji, Ismail Nugroho, dan Bambang Argo Wibowo. “ANALISIS FAKTOR PRODUKSI
HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP CANTRANG DI PANGKALAN
PENDARATAN IKAN BULU KABUPATEN TUBAN” 2 (2013): 9.
Septiana, Eki, Suradi Wijaya Saputra, dan Abdul Ghofar. “ANALISIS HASIL
TANGKAPAN JARING ARAD DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)
TAMBAK LOROK, SEMARANG (Catch Analysis Of Arad Net at The Fish
Landing Base Tambak Lorok, Semarang).” SAINTEK PERIKANAN : Indonesian
Journal of Fisheries Science and Technology 14, no. 2 (14 Februari 2019): 100.
https://doi.org/10.14710/ijfst.14.2.100-105.
Nabutaek, Maria A L, Fonny J L Risamasu, dan Cresca B Eoh. “ANALISIS HASIL
TANGKAPAN PANCING ULUR PADA ARMADA PENANGKAPAN
BERBEDA YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN LAUT TIMOR,” 2020, 9.
Husnul Khatimah, Berza, Harmoko, dan Uray Dian Novita. “ANALISIS PRODUKSI IKAN
TAHUN 2015 – 2018 (Studi Kasus: Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pemangkat).” NEKTON: Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan 1, no. 1 (29 Maret
2021): 44–51. https://doi.org/10.47767/nekton.v1i1.269.
Auliyah, N, F Rumagia, A Sinohaji, dan U Muawanah. “Bioeconomic Analysis of Skipjack
Tuna Fisheries in North Gorontalo Regency, Indonesia.” IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science 890, no. 1 (1 Oktober 2021): 012051.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/890/1/012051.
Kumar, Palanisamy Satheesh, Gopalakrishna N Pillai, dan Ushadevi Manjusha. “El Nino
Southern Oscillation (ENSO) Impact on Tuna Fisheries in Indian Ocean.”
SpringerPlus 3, no. 1 (Desember 2014): 591. https://doi.org/10.1186/2193-1801-
3-591.
Maunder, Mark N, dan Shelton J Harley. “Evaluating Tuna Management in the Eastern
Pacific Ocean.” BULLETIN OF MARINE SCIENCE 78, no. 3 (2006): 14.
Siahainenia, S M, Y M T N Apituley, dan D Bawole. “Financial Feasibility of Hand Line
Fisheries and Determination of Tuna Production in Ambon Island.” IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science 797, no. 1 (1 Juni 2021):
012011. https://doi.org/10.1088/1755-1315/797/1/012011.
Khan, Alexander M.A., Tim S. Gray, Aileen C. Mill, dan Nicholas V.C. Polunin. “Impact of
a Fishing Moratorium on a Tuna Pole-and-Line Fishery in Eastern Indonesia.”
Marine Policy 94 (Agustus 2018): 143–49.
https://doi.org/10.1016/j.marpol.2018.05.014
Putri, A R S, dan M Zainuddin. “Impact of Climate Changes on Skipjack Tuna
( Katsuwonus Pelamis ) Catch during May-July in the Makassar Strait.” IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science 253 (9 April 2019): 012046.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/253/1/012046.
Irnawati, Ririn, Domu Simbolon, Budi Wiryawan, Bambang Murdianto, dan Tri Wiji
Nurani. “Leading commodity analysis of capture fisheries in Karimunjawa
National Park.” Jurnal Perikanan dan Kelautan 1, no. 1 (18 Desember 2011).
https://doi.org/10.33512/jpk.v1i1.840
Gumilang, Andi Perdana, Iin Solihin, dan Sugeng Hari Wisudo. “POLA DISTRIBUSI DAN
TEKNOLOGI PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN PELABUHAN
PERIKANAN DI WILAYAH PANTURA JAWA.” Jurnal Teknologi Perikanan
dan Kelautan 7, no. 1 (20 Februari 2017): 67–76.
https://doi.org/10.24319/jtpk.7.67-76.
Loukos, Harilaos, Patrick Monfray, Laurent Bopp, dan Patrick Lehodey. “Potential Changes
in Skipjack Tuna ( Katsuwonus Pelamis ) Habitat from a Global Warming
Scenario: Modelling Approach and Preliminary Results: Potential Changes in
Skipjack Tuna Habitat.” Fisheries Oceanography 12, no. 4–5 (September 2003):
474–82. https://doi.org/10.1046/j.1365-2419.2003.00241.x
Lee, Ying-Chou, Tom Nishida, dan Masahiko Mohri. “Separation of the Taiwanese Regular
and Deep Tuna Longliners in the Indian Ocean Using Bigeye Tuna Catch Ratios.”
Fisheries Science 71, no. 6 (Desember 2005): 1256–63.
https://doi.org/10.1111/j.1444-2906.2005.01091.x.
Garibaldi, Luca. “The FAO Global Capture Production Database: A Six-Decade Effort to
Catch the Trend.” Marine Policy 36, no. 3 (Mei 2012): 760–68.
https://doi.org/10.1016/j.marpol.2011.10.024.
Ménard, F., F. Marsac, E. Bellier, dan B. Cazelles. “Climatic Oscillations and Tuna Catch
Rates in the Indian Ocean: A Wavelet Approach to Time Series Analysis.”
Fisheries Oceanography 16, no. 1 (Januari 2007): 95–104.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2419.2006.00415.x.
Alvi Rahmah, Junaidi. “ANALISIS FAKTOR PRODUKSI ALAT TANGKAP PAYANG
DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN
KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT.” Jurnal Sosial
Humaniora Sigli 1, no. 2 (15 Januari 2020): 25–30.
https://doi.org/10.47647/jsh.v1i2.121.
Garibaldi, Luca. “The FAO Global Capture Production Database: A Six-Decade Effort to
Catch the Trend.” Marine Policy 36, no. 3 (Mei 2012): 760–68.
https://doi.org/10.1016/j.marpol.2011.10.024.
Nugraheni, Hestyavida, dan Abdul Rosyid. “ANALISIS PENGELOLAAN PELABUHAN
PERIKANAN PANTAI TASIKAGUNG KABUPATEN REMBANG UNTUK
PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP” 2 (2013): 10.
Rahman, Dhiya Rifqi, dan Imam Triarso. “ANALISIS BIOEKONOMI IKAN PELAGIS
PADA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN
PANTAI TAWANG KABUPATEN KENDAL” 2 (2013): 10.
Antika, Melina, Abdul Kohar, dan Herry Boesono. “ANALISIS KELAYAKAN
FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP DOGOL DI PANGKALAN
PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BATU JEPARA” 3 (2014): 8.
Karningsih, Fitri, Abdul Rosyid, dan Bambang Argo Wibowo. “ANALISIS TEKNIS DAN
FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP CANTRANG DAN PAYANG
DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI ASEMDOYONG KABUPATEN
PEMALANG” 3 (2014): 10.
Arrizabalaga, Haritz, Paul de Bruyn, Guillermo A. Diaz, Hilario Murua, Pierre Chavance,
Alicia Delgado de Molina, Daniel Gaertner, Javier Ariz, Jon Ruiz, dan Laurence
T. Kell. “Productivity and Susceptibility Analysis for Species Caught in Atlantic
Tuna Fisheries.” Aquatic Living Resources 24, no. 1 (Januari 2011): 1–12.
https://doi.org/10.1051/alr/2011007.
Alvi Rahmah, Junaidi. “ANALISIS FAKTOR PRODUKSI ALAT TANGKAP PAYANG
DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN
KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT.” Jurnal Sosial
Humaniora Sigli 1, no. 2 (15 Januari 2020): 25–30.
https://doi.org/10.47647/jsh.v1i2.121.