Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

dan berada diantara daratan benua Asia dan Australia, serta Samudra Pasifik dan

Samudra Hindia. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang

terdiri dari 17.504 pulau besar dan kecil, memiliki panjang garis pantai terpanjang

kedua di dunia dan memiliki potensi sumber daya laut dan pesisir yang berlimpah.

Sumber daya laut dan pesisir secara umum terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu

sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resource) antara lain sumber

daya perikanan dan kehati seperti mangrove, terumbu karang, serta padang lamun

dan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable resource) antara

lain sumber daya mineral yang terkandung dalam laut seperti minyak bumi dan

gas alam termasuk bahan tambang lainnya; dan jasa-jasa lingkungan

(enviromental service) antara lain wisata maritim dan industri maritim. Potensi

tersebut tidak hanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, namun juga memiliki

nilai sosial yang dapat digunakan untuk mengembangkan wilayah pesisir di

Indonesia.

Indonesia sebagai produksi perikanan tangkap tertinggi memiliki

penyebaran daerah penangkapan ikan mencapai luas sekitar 5,8 juta km2 yang

terbagi menjadi 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

(WPPNRI 1) yaitu Selat Malaka, Samudera Hindia (WPPNRI 2), Laut Cina

Selatan, Laut Jawa, Selat Makassar-Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tomini-Laut

Seram, Laut Sulawesi, Samudera Pasifik dan Laut Arafura-Laut Timor. Potensi

1
lestari sumber daya ikan di Indonesia saat ini mencapai 9,9 juta ton yang tersebar

di sebelas WPPNRI. Potensi tersebut terdiri dari ikan pelagis kecil 3,52 juta ton,

ikan pelagis besar 2,49 juta ton, ikan demersal 2,32 juta ton, ikan karang 977 ribu

ton, udang penaeid 327 ribu ton, lobster 8,8 ribu ton, kepiting 44,5 ribu ton,

rajungan 48,7 ribu ton, dan cumi-cumi 197 ribu ton (Keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 tentang Estimasi

potensi, jumlah tangkapan yang diperbolehkan, dan tingkat pemanfaatan sumber

daya ikan di WPPNRI).

Disamping potensi perikanan tangkap, wilayah pesisir Indonesia juga

memiliki potensi perikanan budidaya laut seluas 12.123.383 hektar. Potensi

perikanan budidaya laut tersebut baru termanfaatkan sekitar 281.474 hektar atau

hanya sekitar 2,32 persen dari potensi perikanan budidaya laut yang dimiliki

Indonesia. Hal ini berarti sektor perikanan budidaya laut di Indonesia masih

memiliki peluang pengembangan hingga seluas 11.841.909 hektar. Ini merupakan

jumlah yang sangat besar. Jika mampu dikembangkan secara optimal akan bisa

memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan juga peningkatan penerimaan bagi negara (Ditjen Perikanan

Budidaya, 2015). Produksi perikanan tangkap di indonesia dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Perikanan Tangkap Indonesia (Ton), Tahun 2011-2015.


Pertumbuhan
Sub Sektor 2011 2012 2013 2014 2015
(%)
Perikanan
5.345.729 5.435.633 5.707.012 6.037.654 6.204.668 4,16
Laut
Perikanan
Perairan 5.714.271 5.829.194 6.105.225 6.358.487 6.677.802 3,63
Umum
Jumlah 11.060.000 11.264.827 11.812.237 12.396.141 12.882.470 3,88
Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2017 Indonesia dalam angka 2017

2
Pada periode 2011-2015, produksi perikanan tangkap mengalami

peningkatan rata-rata per tahun sebesar 5.345.729 ton pada tahun 2011 menjadi

6.204.668 ton pada tahun 2015. Konstribusinya masih didominasi oleh

penangkapan ikan di laut. Sedangkan dalam periode yang sama, produksi

perikanan perairan laut meningkat yakni dari 5.714.271 ton pada tahun 2011

menjadi 6.677.802 ton pada tahun 2015.dengan jumlah keseluruhan pada potensi

perikanan laut diidonesia pada tahun 2011 sebesar 11.060.000 ton menjadi

12.882.470 ton pada tahun 2015.

Di wilayah Indonesia subsektor perikanan tangkap menyebar di sebagian

besar Provinsi salah satunya adalah Provinsi Kepulauan Riau. Kepulauan Riau

adalah provinsi maritim yang dikelilingi oleh lautan sekitar 95 persen. Kondisi ini

membuat kegiatan ekonomi masyarakat lebih banyak berhubungan dengan

pemanfaatan laut dan potensinya. Potensi yang dimaksud adalah potensi

perikanan atau potensi kelautan lainnya misalnya pariwisata atau budidaya. Saat

ini masing-masing kabupaten/kota telah memiliki minimal satu wilayah yang

menjadi unggulan pariwisata.

Namun kesulitan masih ditemui masyarakat nelayan di Kepulauan Riau,

terutama dalam memasarkan produknya. Seperti nelayan di Natuna yang

memasarkan ikan hasil tangkapan atau budidaya mereka masih sangat tergantung

kapal-kapal asing (Hongkong) yang membeli hasil laut mereka. Bila kapal

Hongkong tidak datang maka mereka tidak bisa menjual ikan tangkapan mereka.

Oleh karena itu perlu dilakukan terobosan untuk membantu para nelayan

memasarkan produk mereka.

3
Namun perlu diperhatikan juga kondisi geografis Kepulauan Riau yang

berbatasan langsung dengan negara lain, membuat Provinsi Kepulauan Riau harus

seksama dalam menyikapi dan menjaga kekayaan lautnya. Karena pencurian hasil

laut di wilayah Indonesia pada umumnya dan Kepulauan Riau khususnya oleh

nelayan negara lain yang berdalih masih merupakan wilayah perairan

internasional tentunya perlu diwaspadai.

Selain produk perikanan budidaya, karena luasnya wilayah laut Kepulauan

Riau serta kayanya hasil laut yang dimiliki membuat produk perikanan tangkap

juga memberikan hasil yang cukup tinggi. Sepanjang tahun 2016 produk

perikanan tangkap mencapai 303.411,28 ton dengan nilai mencapai

10.165.975.090 juta rupiah.

Peningkatan produksi perikanan tangkap merupakan indikasi bahwa ada

upaya peningkatan usaha perikanan tangkap. Bukan tidak mungkin dengan

peningkatan usaha perikanan tangkap yang optimal akan memberikan hasil yang

tidak sedikit mengingat begitu banyaknya nelayan-nelayan negara lain yang masih

melakukan penangkapan di perairan Indonesia khususnya wilayah Kepulauan

Riau. Selengkapnya mengenai perikanan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.
Produksi Dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau (2016)
Perikanan Tangkap
No Kabupaten/Kota
Produksi (ton) Nilai Produksi(Rp)
1 Karimun 73.693,13 2.947.725.200
2 Bintan 51.870 1.556.100.000
3 Natuna 81.382,51 2.441.475.300
4 Lingga 33.647 1.009.410.000
5 Anambas 28.788,11 863.643.390
6 Batam 32.670,53 1.306.821.200
7 Tanjung Pinang 1.360 40.800.000
Kepulauan Riau 303.411,28 10.165.975.090
Sumber : Dinas kelautan dan perikanan provinsi kepulauan riau 2017

4
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau,

produksi perikanan tangkap pada tahun 2016 Kabupaten Natuna merupakan

produksi terbesar di Kepulauan Riau dengan produksi sebesar 81.382,51 ton

dengan nilai produksi sebesar Rp 2.441.475.300,- Dan pada tahun yang sama

produksi kedua di Kepulauan Riau terdapat pada Kabupaten Karimun dengan

hasil produksi sebesar 73.693,13 ton dengan nilai produksi Rp 2.947.725.200,-

sedangkan produksi terendah di Kepulauan Riau adalah Kota Tanjung Pinang

dengan produksi 1.360 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 40.800.000,-

Wilayah penghasil perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Riau, salah

satunya adalah Kabupaten Karimun yang menempati posisi kedua setelah

Kabupaten Natuna, namun Kabupaten Karimun memiliki nilai produksi yang

lebih tinggi dibanding dengan Kabupaten Natuna. Kabupaten Karimun merupakan

sebuah Kabupaten Kepulauan yang terdiri dari pulau besar dan kecil. Kabupaten

Karimun saat ini terdiri dari 250 buah pulau, dimana semua pulau sudah bernama

dan hanya sebanyak 57 pulau yang sudah berpenghuni. Dua pulau terbesar yang

menjadi pusat pemukiman dan sentra ekonomi adalah Pulau Karimun dan

Kundur.

Posisi strategis Kabupaten Karimun yang diapit oleh tiga negara, berimbas

pada pesatnya perkembangan Kabupaten ini. Status free trade zone (ftz) yang

disandang pulau Karimun cukup berpengaruh terutama terhadap kegiatan

perekonomian. Kabupaten Karimun memiliki potensi perikanan yang cukup

menjanjikan. Produksi subsektor perikanan yang ada di Kabupaten Karimun

berasal dari tiga tempat yaitu penangkapan ikan, budidaya ikan dan pengolahan.

Hingga saat ini hasil produksi perikanan lebih didominasi oleh hasil penangkapan

5
ikan. Terdapat dua belas komoditas unggulan perikanan di Kabupaten Karimun.

Komoditas tersebut antara lain ikan kurau, tenggiri, mayung, bawal, senangin,

kakap putih, selar, parang, lomei, belanak, mata besar, layur, kurisi, udang merah,

udang putih dan cumi-cumi.

Berdasarkan Tabel 3 volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten

Karimun pada tahun 2016 tercatat sebesar 55.170 ton dengan nilai sebesar Rp

1.640.030.000-, yang Identik dengan tahun - tahun sebelumnya, produksi

perikanan dari hasil penangkapan masih mendominasi, produksi perikanan

tangkap di Kabupaten Karimun Kepulauan Riau dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Volume Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap Menurut


Kecamatan di Kabupaten Karimun tahun 2016
No Kecamatan Volume Produksi (Ton) Nilai Produksi (Rp)
1 Moro 9.790 290.750.000
2 Durai 3.350 99.610.000
3 Kundur 3.820 91.990.000
4 Kundur Utara 2.430 92.060.000
5 Kundur Barat 3.090 72.210.000
6 Ungar 2.930 87.200.000
7 Belat 3.510 104.420.000
8 Karimun 4.470 133.000.000
9 Buru 3.100 113.760.000
10 Meral 11.300 335.570.000
11 Tebing 4.710 140.130.000
12 Meral Barat 2.670 79.330.000
Karimun 55.170 1.640.030.000
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Dalam Angka, 2017

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2016 produksi perikanan

tangkap di Kabupaten Karimun sebesar 55.170 ton dengan nilai produksi sebesar

Rp 1.640.030.000-, dan dapat dilihat produksi terbesar pada tahun 2016 adalah

Kecamatan Meral dengan hasil produksi perikanan tangkap sebesar 11.300 ton

dengan nilai produksi sebesar Rp 335.570.000-, dan produksi terendah pada tahun

6
2016 adalah Kecamatan Meral Barat dengan hasil produksi 2.670 ton dengan nilai

produksi Rp 79.330.00-, sehingga dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Meral

merupakan penghasil perikanan tangkap terbesar dari Kecamatan lainnya dengan

produksi perikanan yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan mayoritas

masyarakat setempat bekerja sebagai nelayan perikanan tangkap.

Wilayah Kecamatan Meral sebagai penghasilan perikanan tangkap terbesar

sama seperti Kecamatan-Kecamatan lainnya yang ada di daerah Kabupaten

Karimun, Kepulauan Riau yang pada umumnya, juga merupakan bagian dari

paparan kontinental Benua Asia hingga berujung pada Benua Australia. Pulau-

pulau yang tersebar di daerah ini adalah sisa-sisa erosi atau penyusutan daratan

pratersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia/Pulau Singapore di

bagian utara sampai dengan Pulau-pulau Moro dan Kundur di bagian selatan.

Wilayah Kecamatan Meral terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil dengan

penyebaran penduduk kurang merata, bahkan dari jumlah pulau yang ada,

sebagian besar masih merupakan pulau kosong/tidak berpenghuni. Jumlah

keseluruhan pulau di Kecamatan Meral ada 15 (lima belas) pulau. Dari pulau-

pulau tersebut hanya 4 (empat) pulau yang berpenghuni, sedangkan 11 (sebelas)

pulau lainnya tidak berpenghuni.

Pemerintah daerah no 2 tahun 2012 wilayah Kabupaten Karimun mekar

menjadi 12 Kecamatan. Wilayah Kecamatan Meral terdiri 6 (enam) Kelurahan

yaitu Kelurahan Meral Kota, Kelurahan Sungai Pasir, Kelurahan Baran Barat,

Kelurahan Baran Timur, Kelurahan Sungai Raya dan Kelurahan Parit Benut.

Kecamatan Meral memiliki luas 760 km2 dengan Kelurahan Sungai pasir dimana

7
kelurahan tersebut merupakan kelurahan yang memiliki wilayah terluas di

kecamatan Meral, Kabupaten Karimun.

Sungai Pasir merupakan desa di Kecamatan Meral sebagai wilayah terbesar

di Kecamatan Meral dan sebagai salah satu Desa penghasil produksi perikanan

tangkap di Kecamatan Meral. Sumber daya laut merupakan potensi utama yang

menggerakkan perekonomian desa di Kecamatan Meral. Secara umum, kegiatan

perekonomian desa bersifat fluktuatif karena sangat bergantung pada tinggi

rendahnya produktivitas perikanan. Jika produktivitasnya tinggi, tingkat

penghasilan nelayan akan meningkat, sehingga daya beli masyarakat yang

sebagian besar nelayan juga akan meningkat. Sebaliknya, jika produktivitas

rendah, tingkat penghasilan nelayan akan menurun sehingga tingkat daya beli

masyarakat rendah. Kondisi demikian sangat mempengaruhi kuat lemahnya

perekonomian desa.

Ketergantungan nelayan Desa Sungai Pasir terhadap laut menjadi salah satu

faktor yang menyebabkan perkembangan Sungai Pasir dan Desa pantai lainnya di

pesisir Kabupaten Karimun relatif sama. Dimana ketergantungan tersebut pada

akhirnya dapat menimbulkan dampak yang sampai saat ini masih menjadi

fenomena di Sungai Pasir, bahkan di desa-desa pantai lainnya di Indonesia yaitu

kemiskinan. Sumber daya pesisir atau laut dengan produktivitas yang tinggi pada

dasarnya diharapkan berperan penting dalam mengatasi kemiskinan yang

melingkupi sebagian besar masyarakat nelayan di Indonesia termasuk di Desa

Sungai Pasir. Oleh karena itu, perlu dipahami Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan nelayan perikanan di desa tersebut yang dapat berimbas ke

perekonomian masyarakat serta kemiskinan nelayan. Dengan mengetahui Faktor-

8
Faktor yang mempengaruhi Pendapatan Nelayan Perikanan maka masyarakat

mampu mengelola sumber daya laut yang berpotensial dan mampu berperan

dalam mendorong pembangunan ekonomi melalui penyediaan tenaga kerja,

peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah), peningkatan devisa dan perbaikan

kesejahteraan penduduk pesisir.

Produksi ikan yang meningkat diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

nelayan dan petani ikan, namun peningkatan produksi ikan tidak selamanya atau

tidak secara otomatis dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan.

Hal ini masih sangat tergantung pada pengolahan, penanganan serta pemasaran

ikan. Pendapatan yang meningkat selanjutnya diharapakan dapat meningkatkan

taraf hidup nelayan dan petani ikan, tetapi disinipun peningkatan pendapatan tidak

secara otomatis dapat meningkatkan taraf hidup. Hal ini masih dipengaruhi oleh

usaha melalui pengalokasian anggaran dan pendapatan, dimana alokasi anggaran

seharusnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui usaha perbaikan

gizi, kesehatan, pendidikan, perumahan, aspirasi, dan sebagainya. Faktor

permodalan sebagai prasarana penunjang usaha merupakan faktor terlemah yang

dimiliki oleh nelayan. Keadaan ini bertambah parah pada beberapa daerah dimana

sistem “ijon” dan “punggawa” masih berkembang, mengakibatkan nelayan berada

pada posisi yang sangat lemah dalam penentuan harga dan nampaknya sampai

saat ini koperasi-koperasi tersebut belum menunjukkan kemajuan dan hasil sesuai

dengan yang diharapkan. Penyebab ketidak berhasilan tersebut adalah pada

umumnya koperasi perikanan laut masih menghadapi kesulitan dalam hal

pengadaan modal dan tenaga terampil dalam manajemen dan administrasi, serta

koperasi belum berhasil menciptakan daya saing antar para nelayan.

9
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Nelayan Perikanan Tangkap Di Desa Sungai Pasir Kecamatan Meral Kabupaten

Karimun”.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karateristik nelayan perikanan tangkap di Desa Sungai Pasir

Kecamatan Meral Kabupaten Karimun ?

2. Bagaimana biaya produksi, produksi, dan pendapatan nelayan perikanan

tangkap di Desa Sungai Pasir Kecamatan Meral Kabupaten Karimun?

3. Faktor – Faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan nelayan

perikanan tangkap di Desa Sungai Pasir Kecamatan Meral Kabupaten

Karimun?

I.3. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui karakteristik nelayan perikanan tangkap di Desa Sungai Pasir

Kecamatan Meral Kabupaten Kaimun.

2. Mengetahui biaya produksi, produksi, dan pendapatan nelayan perikanan

tangkap di Desa Sungai Pasir Kecamatan Meral Kabupaten Kaimun.

3. Menganalisis faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan

nelayan perikanan tangkap di Desa Sungai Pasir Kecamatan Meral

Kabupaten Karimun.

10
I.4. Mamfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain :


1. Memberikan masukan bagi pihak Pemerintah Daerah dikecamatan meral

kabupaten karimun, himpunan nelayan dan pengusaha perikanan tangkap

dalam menentukan kebijakan terutama berkaitan dengan usaha penangkapan

ikan di laut.

2. Bahan masukan untuk merumuskan faktor - faktor yang mempengaruhi

produksi perikanan tangkap yang dihasilkan nelayan di Desa Sungai Pasir

Kecamatan Meral Kabupaten Karimun, sehingga dapat diambil

kebijaksanaan untuk mensejahterakan nelayan.

3. Menjadi referensi bagi penelitian yang sejenis.

I.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi perikanan tangkap di Desa

Sungai Pasir Kecamatan Meral Kabupaten Karimun. penelitian ini

mengkhususkan pada tiga aspek. yaitu aspek pertama untuk mengganalisis

karateristik nelayan perikanan tangkap di Desa Sungai Pasir Kecamatan Meral

Kabupaten Karimun, aspek kedua untuk menganalisis biaya produksi, produksi,

dan pendapatan nelayan di Desa Sungai Pasir Kecamatan Meral Kabupaten

Karimun dan aspek ketiga untuk mengganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan nelayan perikanan tangkap didaerah penelitian.

11

Anda mungkin juga menyukai