Anda di halaman 1dari 65

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI

(Litopenaues Vannamei) DI BUMI DEPASENA MULYA KEC.


RAWAJITU TIMUR KAB. TULANG BAWANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

SITI JUMAIYAH
NPM : 15010001

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Menejemen (S.M) Program Studi Menejemen
Universitas Bandar Lampung

PROGRAM STUDI MANAGEMENT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir dan lautan mempunyai peran yang penting sebagai sumber

penghidupan bagi penduduk Indonesia. Diperkirakan kedua wilayah ini akan

menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Hal ini

disebabkan sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah pesisir dan laut

yang memiliki berbagai sumber daya alam serta jasa lingkungan yang beragam.

Ada beberapa sumber daya alam pesisir yang dapat dikelola dan dikembangkan,

diantaranya sumber daya perikanan yang mencakup sumber daya perikanan

tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan budidaya meliputi budidaya payau,

pantai dan laut. Semakin menurunnya produksi yang dihasilkan oleh perikanan

tangkap, maka usaha pemanfaatan lahan tambak, khususnya budidaya air payau

(tambak udang) diharapkan mampu menopang target produksi nasional perikanan

(Alikodra, H, S. 2005). Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (

Invertebrata ), yang tempat hidupnya adalah di dasar lautan atau danau. Jenis

udang ada lebih dari 2000 spesies. Jenis udang yang sering di budidayakan adalah

udang windu ( penaeus monodon ) dan udang Vanamei ( litopenaeus vannamei ).

Akhir-akhir ini sudah jarang yang membudidayakan udang windu. Karena udang

windu mudah terserang penyakit white spot ( bintik putih ). Yang banyak

dibudidayakan akhir-akhir ini adalah udang vannamei, karena udang ini bisa
ditebar dalam jumlah tinggi, dan SR atau tingkat kehidupannya tinggi, juga tahan

terhadap serangan penyakit. Seperti halnya di pertambakan eks PT. Dipasena Citra

Darmaja ( PT. DCD ), sekarang mayoritas membudidayakan udang jenis ini.

Dengan sistem budidaya udang yang mandiri, petambak di bumi dipasena

mengatur sendiri segala sesuatu yang dibutuhkan dalam budidaya udang. Seperti

kebutuhan air, pakan, dan obat-obatan semua diusahakan sendiri oleh petambak.

Tidak seperti dulu waktu bermitra dengan perusahaan, segala sesuatu kebutuhan

untuk budidaya disediakan oleh perusahaan. Dengan tebar mandiri, petambak

bebas menentukan kapan mau tebar, berapa jumlah tebar, dan waktu panen bebas

mau menjual udangnya kemana saja. Petambak bisa memilih jenis benur yang

mau dibeli, juga pakan dan obat-obatan yang mau dipakai. Bagi petambak yang

tidak mempunyai modal yang cukup, ada semacam bapak angkat yang bisa

mencukupi kebutuhan benur dan pakan yang dibutuhkan selama budidaya. Tapi

hal ini ada kesepakatan mengetahui harga pakan, dan udang yang di panen nanti

harus di jual sama bapak angkat.

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai

tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara

umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang, Udang

adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang

termasuk komoditas budidaya yang sudah dikenal dan sangat diminati oleh

masyarakat. Udang dikenal sebagai komoditas budidaya air payau. Walaupun

sebenamya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di tambak misalnya


ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan sebagainya. Pada umumnya

tambak lebih dominan digunakan untuk kegiatan budidaya udang. Udang

vannamei (Litopenaues vannamei) merupakan solusi alternatif dalam

memperkaya dan menambah produksi udang budidaya. Kelebihan jenis udang ini

adalah lebih resisten terhadap penyakit dan kualitas lingkungan yang rendah,

dengan padat tebar cukup tinggi, pakan yang diberikan kandungan proteinnya

lebih rendah dibanding dengan pakan udang windu sehingga harganya lebih

murah, produktivitasnya tinggi, lebih mudah dibudidayakan tidak serumit

budidaya udang windu, waktu pemeliharaannya lebih pendek, pertumbuhannya

cepat, tahan hidup pada salinitas yang luas dan tumbuh dengan baik pada salinitas

rendah.

Saat ini harga udang vannamei lumayan, dengan harga udang size standar 65

ribu rupiah per kilo gram, bahkan sebelumnya pernah mencapai harga 85 ribu per

kilo gram,”kata Misdi Woro salah seorang petambak udang di blok 8 jalur 50

nomer 7. Apabila pembudidayaan hasil udang yang lumayan bagus, dalam satu lot

tambak bisa mendapatkan 500 – 600 Kg. Sehingga pendapatan kami lumayan

banyak. Bisa mendapatkan hasil 20 juta per lotnya. Para petambak udang

vannamei di bumi dipasena mengharapkan agar harga udang bisa stabil, sehingga

mereka tetap mendapatkan keuntungan dari budidaya udang ini. Dengan hasil

yang mereka dapatkan mudah-mudahan bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka

dan bisa untuk modal budidaya udang lagi.


Pengembangan pemanfaatan lahan tambak selain untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat pesisir, diharapkan juga oleh pemerintah Kabupaten

Purworejo mampu menjadi sektor pengumpul devisa negara dalam jumlah besar

karena udang merupakan komoditas perikanan yang sangat diminati oleh negara-

negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Kusumastanto T (2002)

mengatakan, bahwa budidaya tambak udang merupakan target utama dalam

perolehan devisa dari ekspor komoditas hasil budidaya.

Tabel 1.1. Produksi Perikanan Budidaya Indonesia Tahun(2012-2016)


Nomor Tahun Jumlah Produksi
1 2012 9.675.553.00
2 2013 13.300.906.00
3 2014 14.359.129.00
4 2015 15.634.093.00
5 2016 16.675.031.00
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, 2017

Pada tabel 1.1 memperlihatkan bahwa produksi perikanan budidaya

Indonesia dari tahun 2012 terus mengalami peningkatan disetiap tahunnya,

dimulai dari tahun 2012 dengan jumlah produksi sebesar 9.675.553.00 (ton) terus

meningkat sampai pada tahun 2016 produksi perikanan budidaya Indonesia

mencapai 16.675.031.00 (ton). Hal ini menandakan Indonesia memiliki potensi

yang besar untuk mengembangkan sektor perikanan budidaya hal tersebut

dikarenakan 75% wilayah Indonesia dikelilingi oleh laut dan daerah pesisir yang

cocok untuk dikembangkannya usaha budidaya perairan, baik itu budidaya laut,

tambak, kolam maupun keramba. Sektor perikanan Provinsi Lampung juga

memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap PDRB Provinsi Lampung,

menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung,
sumbangan sektor perikanan mencapai angka 15.141.743.42 dalam jutaan rupiah.

Angka tersebut juga merupakan hasil dari perikanan budidaya yang pada tahun

2016 mengalami peningkatan sebesar 5% dari tahun sebelumnya, menandakan

bahwa sekotr perikananan budidaya di Provinsi Lampung memiliki potensi yang

besar untuk dikembangkan dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Tabel 1.2. Produksi Perikanan Budidaya Provinsi Lampung (Ton)


Nomor Tahun Jumlah Produksi
1 2013 153.539,39
2 2014 148.359,47
3 2015 116.774,38
4 2016 122.729,83
Sumber : Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi Lampung, 2016

Tabel 1.3. Jumlah Produksi Budidaya Tambak Provinsi Lampung


Tahun 2016 (Dalam Ton)
No. Wilayah Jumlah No. Wilayah Jumlah
Produksi Produksi
1 Lampung Barat - 9 Pesawaran 10.213,50
2 Tanggamus 2.508,50 10 Pringsewu
3 Lampung Selatan 11.224,37 11 Mesuji 809,07
4 Lampung Timur 6721.88 12 Tulang Bawang
Barat
5 Lampung Tengah - 13 Pesisir Barat 2908.50
6 Lampung Utara - 14 Bandar Lampung
7 Way Kanan - 15 Metro
8 Tulang Bawang 28.204.30
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017

Berdasarkan tabel 1.3, kabupaten Tulang bawang memiliki jumlah produksi

terbesar dan menjadi sentra dalam produksi perikanan budidaya dalam jenis

tambak di Provinsi Lampung. Permintaan yang tinggi terhadap benih udang

berkualitas menjadi salah satu alasan para petani tambak di Kabupaten Tulang

Bawang memilih pembenihan udang sebagai usahanya, selain karena permintaan


pasar yang tinggi letak geografis yang mendukung untuk usaha ini juga menjadi

salah satu pertimbangan warga memilih usaha tambak pembenihan udang.

Menurut Martosudarmo dan Ranoemihardjo (1995) tambak merupakan kolam

yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan untuk memelihara bandeng,

udang, dan hewan lainnya yang biasa hidup di air payau. Air yang masuk ke

dalam tambak sebagian besar berasal dari laut saat terjadi pasang, sehingga

pengelolaan air dalam tambak dilakukan dengan memanfaatkan pasang surut air

laut.

Tabel 1.4. Biaya operasional dan pemeliharaan usaha tambak udang per
tiga bulan untuk 2 lot tambak.

No Jenis Biaya Jumlah


1 Benur Vannamei Rp 8.800.000
2 Bentan Rp 240.000
3 Pembajakan Tanah Rp 1.200.000
4 Zat Kapur Rp 400.000
5 Pupuk Mutiara Rp 625.000
6 Solar Rp 2.350.000
7 Pakan Rp 16.357.300
8 Pemeliharaan dan Perawatan Rp 1.500.000
9 Telepon Rp 300.000
10 Listrik Rp 500.000
11 Tenaga Kerja Rp 4.500.000
12 Administrasi Rp 300.000
Biaya variabel Rp 37.072.300
Sumber : Data Primer Diolah

Pengeluaran biaya variabel tertinggi terletak pada pembelian pakan. Biaya paling

besar yang dikeluarkan sebesar Rp 16.357.300 Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Koeshendrajana (2001), pada budidaya udang galah di Kabupaten

Gianyar Bali, pengelolaan lahan skala besar (± 200 Ha) pengeluaran biaya
tertinggi terletak pada pembelian pakan. Hal ini karena pada pengelolaan lahan

skala besar, benur yang ditebar relatif lebih banyak sehingga biaya untuk

pengeluaran pakan menjadi besar.

Tabel 1.5. Biaya Tetap Usaha tambak Udang Di Bumi Depasena Mulya
per tahun untuk 2 lot tambak
No. Uraian Jumlah
Tenaga Kerja Tak Langsung
1 Teknisi Rp 4.000.000
2 Listrik Rp 2.000.000
3 Pemeliharaan dan Perawatan Rp 4.000.000
Biaya Tetap Rp 10.000.000
Sumber : Data Primer Diolah

Tabel 1.6. Biaya Investasi Tambak Udang Per tahun untuk 2 lot tambak
No. Uraian Jumlah
1 Biaya Sewa Rp 15.000.000
2 Peralatan Pendukung Tambak Rp 7.000.000
4 Peralatan Kantor Rp 500.000
5 Peralatan Transportasi Rp 3.000.000
Biaya Investasi Rp 25.500.000
Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud menganalisis tentang “Analisis


Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaues Vannamei) Di
Bumi Dipasena Kec. Rawajitu Timur Kab. Tulang Bawang 34596.
1.2. Identifikasi Masalah dan Permasalahan

Pertimbangan analisis kelayakan usaha budidaya udang vannamei karena dari

Tahun 2003 – 2008 petani tambak di Bumi Depasena Mulya telah melakukan

budidaya udang windu tetapi tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya seperti,

lamanya proses budidaya udang windu memakan waktu kurang lebih 5 bulan dan

udang windu rentan akan penyakit sehingga pada Thun 2008 pemerintah

memberikan penyuluhan langsung ke lapang di Bumi Depasena Mulya agar petani

desa di Bumi Depasena Mulya membudidayakan udang vannamei yang telah

berlangsung hingga sekrang ini. Budidaya udang vannamei merupakan prospek

usaha yang menjanjikan, selain waktu pembudidayaannya yang relatif singkat

yaitu lebih kurang 90 hari, udang vannamei juga lebih tahan akan penyakit.

Budidaya pertambakan menjadi motor penggerak sektor riil maka

pengembangannya harus memperhatikan kaidah ekonomi dengan memperhatikan

keterkaitan berbagai sektor ekonomi. Salah satu upaya yang dapat di lakukan

adalah pengembangan sektor pertambakan melalui pendekatan sistem usahatani

pertambakan secara terpadu (Zulfanita & Hasanah.U 2006).

Pemilihan bibit udang unggul merupakan salah satu kunci pokok dalam

usaha budidaya udang, agar udang yang dihasilkan layak untuk dipasarkan.

Dewasa ini permintaan akan udang mengalami peningkatan tidak hanya

masyarakat menengah keatas saja tetapi masyarakat menengah kebawah juga

banyak permintaan akan udang. Dengan adanya permintaan udang dipangsa pasar

yang terus meningkat maka diperlukan adanya pengembangan baik dari segi

produksi atau memperluas wilayah tempat pemasaran udang vannamei. Petani


swadaya di Bumi Depasena Mulya memiliki rata – rata memiliki tembak udang

seluas 200 meter, yang masing – masing petaknya ditebari benih udang vannamei

tujuh puluh ribu ekor / ha. (Sumber : Data di Bumi Depasena Mulya Tahun 2010).

Kualitas dan kuantitas hasil produksi pembudidayaan udang sangat

tergantung pada alam, iklim, dan pelaku usaha itu sendiri dalam menangani usaha

pembudidayaan udang baik dalam proses budidaya, penanganan panen dan pasca

panen serta analisis finansialnya agar dalam operasional dapat berjalan dengan

lancar. Karena itu perlu diperhatikan langkah-langkah dalam usaha

pembudidayaan udang vannamei.

Berdasarkan uraian di atas berkaitan dengan usaha pembudidyaan udang

vannamei di Bumi Depasena Mulya maka permasalahan yang di teliti adalah :

1. Apakah rencana usaha budidaya udang vannamei layak untuk dilaksanakan?

2. Berapa lama jangka waktu pengembalian investasi (Pay Back Period) rencana

usaha budidaya udang vannamei?

3. Berapa lama jangka waktu terjadinya titik pulang pokok (Break Even Point

Period) rencana usaha budidaya udang vannamei?


1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan ini pada petani swadaya yaitu milik Siti Jumaiyah

yang beralamat di Blok 8 Jalur 29 N0. 1 desa Depsena Mulya Rawajitu

Timur Kab. Tulang Bawang 34596

2. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang membudidayakan usaha

tani tambak udang ( Siti Jumaiyah)

3. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2018.

1.4.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya biaya, pendapatan dan keuntungan dari usaha

pembudidayaan udang vannamei.

2. Mengetahui kelayakan usaha pembudidayaan udang vannamei petani

swadaya di Bumi Depasena Mulya .

3. Untuk meminimalkan hambatan dan risiko yang mungkin timbul di masa

yang akan datang.


1.5. Kegunaan Penelitian

1.5.1. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah wawasan serta pengetahuan dibidang pembudidayaan

dan kelayakan suatu usaha udang vannamei dalam rangka menyelesaikan

studi strata 1 (S1) untuk mencapai derajat sarjana manajemen di Program

Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bandar

Lampung.

1.5.2. Bagi petambak Swadaya di Bumi Depasena kec. Rawajitu Timur

kab. Tulang Bawang

Sebagai informasi untuk menentukan kebijakan dan masukan untuk

memperbaiki kekurangan atau pun kelemahan yang terjadi pada petani

swadaya di bumi depasena berkaitan dengan pembudidyaan udang

vannamei.

1.5.3. Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran untuk

pengambilan kebijakan di dunia pertanian, pada pembudidayaan udang

vannamei pada umumnya.


1.6. Sistematika Penulisan

Agar penelitian dapat dilakukan dengan secara seksama dan sistematika,

sehingga kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka dalam

pembahasan Sistematika yang dapat digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Berisi tentang tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan penelitian terdahulu

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang desain penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, metode

analisis, dan tahapan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Berisi tentang hasil penelitian secara sistematika kemudian dianalisis dengan

menggunakan metodologi penelitian yang telah diterapkan untuk selanjutnya

diadakan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang saran dan kesimpulan serta hasil analisis data yang telah dilakukan

bab IV
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Budidaya Udang Vannamei

Kegiatan pembudidayaan udang vannamei harus didasarkan pada prinsip

biologisnya, yang meliputi sistematika (taksonomi) dan morfologi, jenis, habitat,

kebiasaan makan, perkembangbiakan dan pertumbuhan, dan hama dan penyakit

(Fegan, DF. 2003)

Setelah mempelajari prinsip biologi tersebut petani akan lebih mudah dalam

mengelola usahanya. Prinsip biologi udang vannamei meliputi:

A. Taksonomi dan Morfologi

Berdasarkan sistematika (taksonomi) hewan, udang vannamei

diklasifikasikan sebagai berikut:

Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Species : Litopenaeus vannamei
Menurut Haliman dan Adijaya (2004), Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua

bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan

bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian

kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas,

tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang

beruas-ruas pula. Pada ujung ruas ke enam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu

telson yang berbentuk runcing.

Menurut Kordi K. (2007), bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala

(Carapace). Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang

disebut cucuk kepala (rostrum). Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan

bagian bawahnya 3 gerigi untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah :

1) Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.

2) Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula)

yang kuat.

3) Sepasang sungut besar (antena).

4) Dua pasang sungut kecil (antennula).

5) Sepasang sirip kepala (scophocerit).

6) Sepasang alat pembantu rahang (maxilliped).

7) Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga

bercapit yang dinamakan chela.

8) Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.


Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan

oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada

ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki

renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara

ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut

telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada

anus yang terletak pada ujung ruas keenam (Suyanto dan Mujiman, 2003)..

Tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu

exopodite dan endopodite. Udang vannamei memiliki tubuh berbuku – buku dan

aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting). Kepala

(thorax) udang vannamei terdiri dari antenula, antenna, mandibula dan dua

pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan 3 pasang

maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda).

Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk

makan. Endopodite kaki berjalan menempel pada cephalothorax yang

dihubungkan oleh coxa.

Bentuk peripoda beruas – ruas yang berujung dibagian dactylus. Dactylus

ada yang berbentuk capit (kaki ke-1, ke-2 dan ke-3) dan tanpa capit (kaki ke-4 dan

ke-5). Diantara coxa dan dactylus terdapat ruang yang berturut – turut disebut

basis, ischium, merus, carpus dan cropus. Pada bagian ischium terdapat duri yang

bisa digunakan untuk mengidentifikasi beberapa spesies Pennaeid dalam

taksonomi. Perut (abdomen) udang terdiri dari 6 ruas. Bagian abdomen terdapat 5
pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas

bersama – sama telso.(Sumber: www.google.co.id)

b. Fisiologi Udang Putih ( Litopenaeus vannamei)

Hendrajat (2003) menyatakan bahwa, udang putih (Litopenaeus vannamei)

semula digolongkan kedalam hewan pemakan segala macam bangkai

(omnivorusscavenger) atau pemakan detritus. Usus udang menunjukkan bahwa

udang ini dalah merupakan omnivora namun cenderung carnivora yang memakan

crustacean kecil dan polychaeta. Adapun sifat yang dimiliki udang putih

(Litopenaeus vannamei) menurut (Fegan, 2003) adalah sebagai berikut :

1) Nocturnal
Secara alami udang merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam

hari untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka

bersembunyi di dalam substrat atau lumpur.

2) Kanibalisme
Udang putih suka menyerang sesamanya, udang sehat akan menyerang

udang yang lemah terutama pada saat moulting atau udang sakit. Sifat kanibal

(saling memakan sesama jenis) akan muncul terutama bila udang tersebut dalam

keadaan kekurangan pakan pada padat tebar tinggi.


3) Omnivora
Udang putih termasuk jenis hewan pemakan segala, baik dari jenis

tumbuhan maupun hewan (omnivora). Sehingga, kandungan protein pakan yang

diberikan lebih rendah dibandingkan dengan pakan untuk udang windu yang

bersifat cenderung karnivora, sehingga biaya pakan relatif lebih murah.

4) Moulting (Pergantian Kulit)

Proses moulting ini menghasilkan peningkatan ukuran tubuh (pertumbuhan)

secara berkala. Ketika moulting, tubuh udang menyerap air dan bertambah besar,

kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, ukuran tubuhudang

tetap sampai pada siklus moulting berikutnya.

5) Ammonothelic
Amonia dalam tubuh udang putih dikeluarkan lewat insang.

2.2. Studi Kelayakan Bisnis

2.2.1. Pengertian Bisnis

Bisnis adalah salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang sangat dinamis, dan

dinamikanya itu sangat ditentukan oleh sumber daya organisai yang ada dalam

bisnis itu, yaitu: man (orang), money (dana), material (peralatan), mechine (mesin)

dan method (Cara menggerakannya). Kedudukan man (orangatau sumber daya

manusia0 dalam kegiatan eknomi tidak hnya berfungsi sebagi faktor produksi,

tetapi juga skaligus menjadi faktor penentu (leading) yang menggerakan organisasi

(M.Ma’ruf Abdullah.2017).
2.2.2. Pengertian Kelayakan

Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut

dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberi

manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan

.dengan kata lain, kelayakan dapat di artikan bahwa usaha yang dijalankan akan

memberikan keuntungan finansial dan nonfnalsial sesuai dengan tujuan yang

mereka inginkan. Layak disini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak

hanya bagi peruahaaan yang menjalankan, tetapi juga bagi investor, kreditur ,

pemerintah dan masyarakat luas(Kasmir-Jakfar 2012:7)

2.2.3. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Pengertian Studi Kelayakan Bisnis (SKB) adalah: suatu kegiatan yang

memperlajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan

dijalankan, dalam rangka menetukan layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan

(Kasmir – Jakfar 2012:7)

Mempelajari secara mendalam(studi) artinya meneliti secara sunguh-

sungguh data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung, dan dianalisis

hasil penelitian tersebut dengan menggunakan metode-metode tertentu. Penelitian

yang dilakukan terhadap usaha yang akan dijalankan dengan ukuran tertentu,

sehingga diperoleh hasil maksimal dari penelitian tersebut.Studi kelayakan bisnis

sering juga disebut dengan feasibility studi, merupakan bahan pertimbangan dalam

mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan

usaha/proyek yang direncanakan (Yacob Ibrahim 2009:1)


Studi kelayakan bisnis yaang biasa juga disebut studi kelayakan proyek adalah

peelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek

investasi) dilaksanakan dengan hasil (Irham – Yogi 2009:1)

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kajian ilmu yang menilai pengerjan

suatu bisnis untuk dilihat layak atau tidak layak (feasible or infeasble) dilaksnakan

dengan menempatkan ukuran-ukuran baik secara kualitatif dan kuantitatif yang

akhirnya terangkum dalaam sebuah rekomendasi (Irham Fahmi 2014:1)

2.2.4. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

1. Menghindari Risiko Kerugian

Studi kelayakan bertujuan untuk menghindari resiko kerugian dimasa yang

akan datang yang mana penuh dengan ketidakpastian. Kondisi tersebut ada yang

dapat diperkirakan dan ada juga yang tidak dapat diperkirakan. Dalam hal ini

fungsi studi kelayakan adalah meminimalkan resiko yang tentunya tidak Anda

inginkan, baik resiko tersebut dapat Anda kendalikan maupun tidak.

2. Memudahkan Perencanaan

Memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dapat

mempermudah Anda untuk melakukan perencanaan. Perencanaan tersebut

meliputi :

1. Berapa jumlah dana yang diperlukan

2. Kapan usaha tersebut akan Anda jalankan


3. Di mana lokasi usaha tersebut akan di dirikan atau dibangun

4. Siapa yang akan melaksanakannya

5. Bagaimana cara menjalankannya

6. Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh

7. Bagaimana cara mengawasinya jika terjadi penyimpangan

Biasanya dalam tahap perencanaan usaha sudah terdapat jadwal pelaksanaan

usaha mulai dari usaha dijalankan sampai waktu tertentu.

3. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan

Berbagai rencana yang sudah disusun sangat memudahkan pelaksanaan

usaha. Para pelaksana bisnis atau usaha. Sebagai pelaku usaha Anda seharusnya

telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Proses pelaksanaannya pun dapat

Anda lakukan secara sistematik, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana

yang sudah disusun. Rencana yang telah rapi tersebut dapat Anda jadikan acuan

dalam mengerjakan setiap tahapan yang telah ada didalam susunan rencana Anda

tersebut.

4. Memudahkan Pengawasan

Pelaksanaan usaha berdasarkan atau sesuai dengan rencana akan memudahkan

pemilik usaha atau perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya

usaha. Pengawasan tersebut perlu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan dari

rencana yang telah disusun. Pelaksana usaha juga dapat bersungguh-sungguh

melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi sehingga tidak

terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu.


5. Memudahkan Pengendalian

Adanya pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat mendeteksi

terjadinya suatu penyimpangan sehingga dapat dilakukan pengendalian atas

penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengendalikan

pelaksanaan pekerjaan yang melenceng sehingga tujuan akan dapat tercapai.

2.2.5. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Ada 6 manfaat yang ditimbulkan dari adanya studi kelayakan bisnis, yaitu

1. Memperoleh keuntungan

Suatu usaha dikatakan layak untuk menjalankan akan memberikan

keuntungan keuangan bagi pemilik bisnis. Keuntungan ini biasanya diukur

dari nilai uang yang akan diperoleh dari hasil usaha yang akan dijalankannya.

2. Membuka peluang pekerjaan

Dengan adanya usaha tersebut akan membuka peluang pekerjaan kepada

masyarakat, baik bagi masyarakat yang terlibat langsung dengan usaha atau

masyarakat yang tinggal diseki tar lokasi.

3. Manfaat ekonimi

Secara umum manfaat ekonomi antara lain:

3.1. Menambah jumlah barang dan jasa.deengan tersedianya jumlah barang dan

jasa yang lebih banyak, masyarakat punya banyak pilihan sehinnga pada

akhirnya berdampak paad harga yang cenderung turun dan kualitas barang

lebih meningkat.
3.2. Meningkatkan mutu produk. Hal ini disebabkan dengan adanya barang

dari usaha sejenis dapat memacu produsen untuk meningkatkan kualitas

produknya.

3.3. Meningkatkan devisa. Khusus untuk barang yang tujuan ekspor akan dapat

menambah devisa atau akan dapat memberikan pemasukan devisa bagi

negara dari barang yang kita ekspor.

3.4. Menghemat devisa. Apabila semula barang tersebut kita impor dan

sekarang bisa diproduksi didalam negeri, maka jelas tindakan ini dapat

menghemat devisa negara.

4. Tersedia sarana dan prasarana

Memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas terutama bagi masyarakat

sekitar bisnis yang akan dijalankan. Manfaat yang dirasakan seperti

tersedianya sarana, dan prasarana yang dibutuhkan seperti jalan, telepon, air,

penerangan, pendidikan, rumah sakit,rumah ibadah, sarana olahraga, serta

sarana dan prasarana lainnya.

5. Membuka isolasi wilayah

Untuk wilayah tertentu pembukaan suatu usaha bagi wilayah yang tadinya

tertutup menjadi terbuka, sehingga akses masyarakat akan menjadi lebih baik.

6. Meningkatkan persatuan dan membantu pemerataan pembangunan

Dengan adanya usaha/proyek biasanya pekerja yang bekerja didalam proyek

datang dari berbagai suku bangsa. Dengan adanya pertemuan para pekerja

dengan berbagi suku dan bangsa tersebut dapat meningkatkan persatuan.


Kemudian dengan adanya proyek diberbagai daerah akan memberikan

pemerataan pembangunan diseluruh wilayah.

2.2.6. Pihak-Pihak yang Berkepentingan Dengan Studi Kelayakan Bisnis

Hasil penelitian melalui studi kelayakan ini sangat diperlukan dan di

butuhkan oleh berbagai pihak, teutama pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

usaha atau proyek yang akan dijalankan. Perusahan yang melakukan studi

kelayakan akan bertanggung jawab terhadap hasil yang mereka katakan layak,

sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa yakin dan sangat percaya

dengan hasil studi kelayakan yang telah dilakukan.

Ada pun pihak-pihak yang berkepetinga tehadap hasil studi kelayakan

tersebut antara lain:

1. Pemilik usaha

Karena pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap hasil dari

analisis studi kelayakan yang telah dibuat, hal ini disebabkan para pemilik

tidak mau jika sampai dana yang ditanamkan akan mengalami kerugian. Oleh

sebab itu hasil studi kelayakan yang sudah dibuat benar-benar dipelajari oleh

para pemilik, apakah akan memberikan keuntungan atau tidak.

2. Kreditur

Jika uang tersebut dibiayai oleh dana pinjaman dari bank atau lembaga

keuangan lainnya, maka pihak mereka pun sangat berkepentingan terhadap

hasil stusdi kelayakan yang telah dibuat. Bank atau lembaga keuangan

lainnya tidak mau sampai kreditnya atau pinjaman yangdiberikan akan macet
akibat usaha atau proyek tersebut sebenarnya tidak layak untuk dijalankan.

Oleh karena itu, untuk usaha – usaha tertentu pihak perbankan akan

melakukan studi kelayakan terlebih dahulu secara mendalam sebelum

pinjaman kepada pihak – pihak peminjam.

3. Pemerintah

Bagi pemerintah pentingnya stui kelayakan adalah untuk meakinkan

apakah bisnisyang akan dijalankan memberikan manfaat baik bagi

perekonomian secara umum. Kemudia bisnis juga harus memberikan manfaat

bagi masyarakat luas, seperti penyediaan lapangan pekerjaan. Pemerintah

juga berharap bahwa bisnis yang akan dijalankan tidak merusak lingkungan

sekitar, baik terhadap manusia, binatang, maupun tumbuh – tumbuhan.

4. Masyarakat luas

Bagi masyarakat luas dengan adanya bisnis, terutama bagi masyarakat

sekitarnya akan memberikan manfaat seperti tersedia lapangan kerja, baik

bagi pekerja dsekitar lokasi proyek maupun bagi masyarakat lainnya.

Kemudian manfaat lain adalah terbukanya wilayah tersebut dari wilayah

ketertutupan ( terisolasi ). Dengan adanya bisnis juga akan menyediakan

sarana dan prasarana seperti fasilitas umum, jalan, jembatan, listrik, telepon,

rumah sakit, sekolah, sarana ibadah, sarana olahraga, taman, dan fasilitas

lainnya.

5. Manajemen

Hasil studi kelayakan bisnis merupakan ukuran kinerja bagi pihak

manajemen perushaan untuk enjalankan apa - apa yang sudah ditugaskan.


Kinerja ini dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai, sehingga terlihat

prestasi kerja pihak manajemen yang menjalankan usaha.

6. Pembangunan Ekonomi

Kebijaksanaan pembangunan ekonomi dirancang dan di rumuskan oleah

pemerintah. Sedangkan pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh

masyarakat melalui pendirian dan pelaksanaan berbagai macam usaha atau

proyek.

2.2.7. Aspek – Aspek Penilaian Bisnis

Dalam melakukan analisis studi kelayakan bisnis, selain menggunakan

analisis finansial juga diperlukan analisis non finansial terdiri dari beberapa aspek

yang bertujuan untuk mengukur layak atau tidaknya suatu bisnis, yaitu :

1. Aspek Teknis

Aspek yang berhubungan dengan kebutuhan teknis proyek baik dalam bentuk

barang maupun jasa (fisik maupun non fisik). Dalam aspek ini yang diteliti adalah

mengenai lokasi usaha, kemudian layout gedung, mesin, dan peralatan serta

layout ruangan sampai kepada perluasan usaha selanjutnya. Lokasi usaha

budidaya Tambak Udang ini adalah di Blok 8 Jalur 29 No. 1 Desa Depasena

Mulya Rawajitu Timur Kab. Tulang Bawang 34596

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek yang mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan masalah pasar dan

pemasaran untuk barang dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan usaha/proyek.
Dalam aspek ini bertujuan untuk menilai apakah perusahaan yang akan

melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran memiliki peluang

pasar yang diinginkan atau tidak. Kemudian bagaimana strategi pemasaran yang

akan dijalankan, untuk menangkap peluang pasar yang ada. Segmen pasar

Tambak Udang ini adalah seluruh kalangan bawah, menengah, dan atas.

Pemasaran yang dilakukan yaitu dengan 4P (price, place, product, and

promotion). Harga yang ditawarkan tidak tinggi dan terjangkau, lokasi yang

dipilih mudah dicapai dan berada perkotaan, produk yang ditawarkan adalah

produk yang memiliki kualitas yang bagus dan memyesuaikan dengan keinginan

konsumen, dan promosi yang akan dilakukan melalui media sosial seperti

facebook, instagram, dan website serta media cetak seperti koran dan majalah.

2. Aspek Pemerintah dan Birokrasi

Aspek yang berhubungan dengan persyaratan administrasi proyek yang

berkaitan dengan administrasi pemerintah.

3. Aspek Yuridis (Hukum)

Aspek yang berhubungan dengan peraturan perundang-undangan, peraturan

pemerintah baik pusat maupun daerah, dan peraturan-peraturan lain yang

berkaitan dengan pendirian/pelaksanaan/pengelolaan usaha/proyek.

4. Aspek Manajemen

Aspek yang mengkaji tentang hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan,

keahlian dan pengalaman manajer dalam mengelola/menjalankan usaha/proyek

khususnya yang berkaintan dengan administrasi/manajemen prusahaan/proyek.


Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang

profesional, mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan

mengendalikannya apabila terjadi penyimpangan. Demikian pula struktur

organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya.

5. Aspek Finansial

Aspek yang mengkaji tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah

keuangan yang meliputi : penentuan besarnya kebutuhan dana dan sumber

pemenuhannya, estimasi pendapatan (benefit) dan pengeluaran/biaya (cost)

usaha/proyek, melakukan perhitungan dan analisis untuk menentukan kelayakan

finansial suatu rencana usaha/proyek, serta menilai prospek dan pengembangan

usaha/proyek di masa yang akan datang.

6. Aspek Ekonomis

Aspek yang mengkaji tentang hal-hal yang berkaitan dengan sejauh mana

peranan/sumbangan/manfaat usaha/proyek terhadap perekonomian secara

keseluruhan/makro. Apakah usaha/proyek tersebut dapat meningkatkan

pendapatan nasional/income percapital/pendapatan masyarakat dan yang pada

akhirnya tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

7. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan adalah aspek yang mengkaji tentang hal-hal yang

berhubungan dengan lingkungan (dalam arti luas) yang dapat mempengaruhi

usaha/proyek baik pengaruh positif maupun negatif serta bagaimana usaha/proyek


dapat mempengaruhi lingkungan yang ada, termasuk unsur-unsur yang dapat

mendukung dan menghambat pelaksanaan usaha/proyek.

Diagram 1.1 Aspek –aspek Penilaian Studi Kelayakan Bisnis

Aspek Hukum

Aspek Pasar dan


Pemasaran

Aspek Keuangan

Aspek Aspek Teknis / Hasil


Penilaian Operasi Study

Aspek Manajemen
dan Organisasi

Aspek Sosial /
Ekonomi

Aspek AMDAL
2.2.8. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis

1. Penemuan Ide Proyek

Setiap produk yang dikerjakan harus berpotensi laku dijual dan

menguntungkan. Artinya, produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan

pasar/konsumen dengan menerapkan ide-ide sebagai berikut :

a. Proyek cocok dengan intuisi.

b. Mampu melibatkan diri dengan hal-hal tehknis.

c. Keyakinan akan kemampuan proyek untuk menghasilkan laba.

2. Tahap Penelitian

Setelah ide-ide proyek dipilih, lakukan penelitian dengan cara ilmiah,

untuk memperoleh data-data yang optentik.

Metode-metode :

1) Observasi/Survey.(Peninjauan langsung)

2) Inteview.(Wawancara)

3) Quistioner.(Daftar Pertanyaan)

4) Documentation.(Arsip-arsip tentang Pegawai)

5) Library Riset.(Penelitian & Perpustakaan)


3. Tahap Evaluasi Proyek Bisnis

a. Evaluasi terhadap proyek yang akan didirikan .

Status tanah/lokasi.

b. Evaluasi proyek yang selesai dibangun.

Fisik gedung.

c. Evaluasi proyek yang telah dioperasikan.

Fungsi manajemen.

4. Tahap Urutan Usulan Proyek yang Layak

Jika lebih dari satu proyek yang layak maka, manajer harus memilih satu

proyek yang dianggap penting(Menguntungkan)

5. Tahap Perencanaan Pelaksanaan Bisnis

Setelah usulan dipilih untuk diaplikasikan maka perlu rencana kerja

pembangunan yang meliputi :

Waktu yang dibutuhkan, Jumlah & Kualifikasi Pelaksanaan Kerja, Ketersediaan

dana & Manajemen.

6. Tahap Pelaksanaan Proyek Bisnis

Bila persiapan telah selesai maka, seluruh pelaksanaan proyek, mulai dari

pimpinan sampai ke para bawahan harus bekerja sama untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.
Diagram 1.2 Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis

Pengumpulan Data

Melakukan Pengolahan
Data

Analisis Data

Mengambil Keputusan Dibatalkan

Direkomendasikan

Dijalankan

2.2.9. Analisis dalam Studi Kelayakan Bisnis

Untuk menentukan apakah suatu rencana usaha atau proyek layak atau tidak

layak dilaksanakan terlebih dahulu perlu dilakukan analisis. Ada dua macam

analisis dalam studi kelayakan bisnis yaitu analisis financial dan analisis

ekonomis.

1. Analisis Finansial

Analisis Finansial adalah analisis yang menitik beratkan pada pendekatan

individu maksudnya adalah bahwa analisis ini melihat hasilkegiatan suatu usaha

atau proyek dari sisi individu,yaitu perseorangan,perseroan (PT),CV,organisasi

atau lembaga bisnis,atau kelompok usaha lainnya yang mempunyai atau

menanamkan modalnya ke dalam usaha atau proyek atau yang berhubungan


langsung dengan proyek. Hasil analisis ini disebut Private Return yaitu

pendapatan yang diterima individu atas modal atau saham yang ditanamkan ke

dalam usaha atau proyek.

Menurut Alex S. Nitisemito, (1995 : 50) : “Analisis finansial adalah

suatu analisis yang menganalisis rencana suatu proyek, apakah proyek tersebut

layak atau tidak layak untuk dilaksanakan”. Pada analisis finansial, terdiri dari 3

alat analisis yang digunakan dalam studi kelayakan bisnis yaitu penerimaan,

pengeluaran, pendapatan, kelayakan dan Break Even Point

2. Analisis Ekonomis

Analisis ekonomis adalah analisis yang menitik beratkan pada pendekatan

Negara maksudnya adalah analisis ini melihat hasil usaha/proyek dari sisi

perekonomian secara keseluruhan/makro. Hasil dari analisis ini disebut Social

Return atau Economic Return yaitu hasil atau pendapatan yang diterima dalam

bentuk hasil total atau pendapatan total yang diperoleh suatu Negara atau dalam

bentuk peningkatan produktivitas masyarakat sebagai dampak dari kegiatan

usaha/proyek. Berdasarkan analisis ini suatu rencana usaha atau proyek

dinyatakan layak jika rencana usaha atau proyek tersebut mampu meningkatkan

pendapatan nasional,pendapatan masyarakat,atau produktivitas masyarakat yang

bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.


2.2.10. Analisis Non Finansial

Didalam studi kelayakan terdapat 7 aspek, yaitu :

1. Aspek Teknis

Aspek teknis adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan teknis

proyek baik dalam bentuk barang maupun jasa (fisik maupun non fisik) yang

dibutuhkan proyek yang meliputi faktor lokasi, bangunan,

fasilitas/mesin/perlengkapan/-peralatan, kapasitas, dan luas produksi. (Kasmir &

Jakfar, 2003 : 27)

Menurut Suliyanto (2010 : 133) beberapa hal yang perlu dipahami dalam

kaitannya dengan aspek teknis :

a. Penentuan lokasi bisnis

Lokasi bisnis adalah lokasi di mana bisnis akan dijalankan, baik lokasi

untuk lahan pabrik maupun lokasi untuk perkantoran (administrasi). Terdapat

beberapa variabel-variabel utama dalam pemilihan lokasi bisnis adalah sebagai

berikut :

a) Ketersediaan bahan mentah. Perusahaan sangat membutuhkan bahan

mentah dalam jumlah besar sebagai bahan utama. Oleh karena itu,

ketersediaan bahan mentah merupakan variabel utama yang harus

diperhatikan untuk menentukan lokasi bisnis.

b) Letak pasar yang dituju. Lokasi bisnis sebaiknya lebih mendekat ke pasar

jika biaya transportasi barang jadi ke konsumen lebih besar dibandingkan

biaya transportasi bahan mentah ke lokasi bisnis (pabrik).


c) Ketersediaan sumber energi, air, dan sarana komunikasi. Hampir setiap

bisnis memerlukan sumber energi untuk menggerakkan mesin maupun

peralatan lainnya. Selain itu, ketersediaan fasilitas air dan sarana

komunikasi juga sangat penting untuk menunjang proses produksi.

d) Ketersediaaan fasilitas transortasi. Ketersediaan sarana transportasi yang

baik dapat mengatasi kelemahan daerah tersebut sebagai akibat lemahnya

faktor-faktor pemilihan lokasi lain.

b. Penentuan luas produksi

Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang seharusnya

diproduksi oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Luas produksi berbeda

dengan luas perusahaan. Hal ini mengukur luas perusahaan tidak hanya dapat

diukur dengan pendekatan luas produksi saja, tetapi juga dapat diukur dengan

beberapa indikator sebagai berikut :

a) Bahan dasar yang digunakan.

b) Barang yang dihasilkan.

c) Peralatan mesin-mesin yang digunakan.

d) Jumlah pegawai yang digunakan.


c. Pemilihan mesin peralatan dan teknologi

Pemilihan mesin, peralatan, dan teknologi merupakan hal yang penting.

Hal ini karena, kesalahan dalam pemilihan mesin, peralatan, dan teknologi yang

digunakan akan menimbulkan kerugian jangka panjang. Beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan pada pemilihan mesin dan peralatan:

a) Kesesuaian dengan teknologi yang berlaku sekarang.

b) Harga perolehan mesin dan teknologi harus sesuai dengan besarnya biaya

investasi yang dianggarkan.

c) Kemampuan mesin peralatan yang akan digunakan harus sesuai dengan luas

produksi yang direncanakan.

d) Tersedianya pemasok harus dipertimbangan sehingga pada saat kegiatan

pembangunan dimulai tidak ada kendala dalam hal pengadaan.

e) Tersediaanya suku cadang harus dianalisis secara cermat agar proses

pemeliharaan dan perbaikan mesin dan peralatan dapat dilakukan dengan

mudah.

f) Kualitas mesin menentukan keawetan dan kualitas produk yang akan

dihasilkan.

g) Taksiran umur ekonomis harus sesuai dengan keberadaan bisnis yang akan

dijalankan, jangan sampai umur ekonomis mesin terlalu pendek sebelum

bisnis mencapai pengembalian investasi.


d. Penentuan layout pabrik dan bangunan

Layout pabrik merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-

fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi. Layout yang baik memiliki

berbagai kriteria, yaitu :

a) Meminimalkan jarak angkut antarbagian.

b) Aliran material yang baik.

c) Efektif dalam penggunaan ruang.

d) Luwes dan indah.

e) Memberikan keselamatan atas barang-barang yang diangkut.

f) Memungkinkan adanya perluasan bisnis.

g) Meminimalkan biaya produksi.

h) Memberikan jaminan keamanan yang cukup bagi keselamatan tenaga kerja.

2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran adalah aspek yang mengkaji hal-hal yang

berkaitan dengan pasar dan pemasaran untuk barang dan jasa yang dihasilkan dari

kegiatan usaha/proyek. (Kasmir & Jakfar, 2003 : 26)

Menurut Suliyanto (2010 : 81) beberapa hal yang perlu dipahami dalam

kaitannya dengan aspek pasar dan pemasaran :

a. Strategi bauran pemasaran (produk, harga, tempat, promosi)

Pasar adalah jumlah seluruh permintaan barang atau jasa oleh pembeli-

pembeli potensial. Sedangkan pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari

kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat


memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Ketika kita membahas tentang pemasaran, kita tidak bisa lepas dari bauran

pemasaran atau marketing mix. Bauran pemasaran merupakan kombinasi dan

empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang dapat

dikendalikan oleh perusahaan. Variabel-variabel tersebut dapat

dikelompokkan menjadi empat kelompok utama yang dikenal dengan 4P,

yaitu (1) product (produk), (2) Price (harga), (3) promotion (promosi), dan

(4) place (tempat/distribusi).

a) Product (produk) adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk

mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau kosumsi yang dapat

memenuhi keinginan atau kebutuhan.

b) Price (harga) adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan

untuk mendapatkan kombinasi dari barang lain yang disertai dengan

pemberian jasa.

c) Promotion (promosi) adalah kombinasi dari periklanan, personal selling,

dan alat promosi lainnya yang direncanakan untuk mencapai tujuan

progam penjualan.

d) Place (tempat atau distribusi) merupakan semua kegiatan yang dilakukan

perusahaan dengan tujuan membuat produk yang dibutuhkan dan

diinginkan oleh konusumen dapat dengan mudah diperoleh pada waktu

dan tempat yang sama.


b. Strategi pemasaran (segmentation, targeting, defferentiation, positioning)

Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan serta

aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke

waktu pada masing-masing tingkatan serta lokasinya. Strategi pemasaran

modern secara umum terdiri dari tiga tahap yaitu:

a) Segmentasi pasar (segmenting) merupakan kegiatan membagi-bagi pasar

yang bersifat heterogen dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar

(segmen pasar) yang bersifat homogen.

b) Penetapan pasar sasaran (targeting) adalah pemilihan pasar sasaran dari

kumpulan pembeli dengan kebutuhan atau karakteristik serupa yang kan

dilayani perusahaan.

c) Diferensiasi adalah tindakan merancang satu set perbedaan yang berarti

untuk membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing.

d) Penetapan posisi pasar (positioning) adalah tindakan merancang

penawaran dan citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi

kompetitif yang berarti dan berada dalam benak pelanggan sasarannya.


3. Aspek Pemerintahan dan Birokrasi

Aspek pemerintahan dan birokrasi adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan persyaratan administrasi proyek yang berkaitan dengan pemerintahan.

(Abdul Chiliq, 1999 : 104)

Untuk mendirikan/melaksanakan rencana usaha/proyek harus mendapatkan izin

dari pemerintah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penjajahan terhadap berbagai

hal yang berhubungan dengan izin, yaitu meliputi :

a. Macam-macam izin apa saja yang diperlukan yang berkaitan dengan

pendirian/ pelaksanaan usaha/proyek.

b. Prosedur atau proses untuk mendapatkan macam-macam izin tersebut.

Prosedur atau proses yang ditempuh pada prinsipnya sama, kalaupun

berbeda karena jenis usaha/proyeknya berbeda.

c. Pihak/lembaga/bagian terkait yang terlibat dalam prosedur/proses

perizinan.

d. Pihak-pihak yang berwenang mengeluarkan izin.

e. Persyaratan yang harus ditempuh.

f. Waktu dan lamanya pengajuan sampai keluarnya izin, jangka waktu

berlakunya izin dan sebagainya.

g. Dan lain-lainnya.
4. Aspek Yuridis

Aspek yuridis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan

perundang-undangan, peraturan pemerintah baik pusat maupun daerah dan

peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan pendirian/pelaksanaan-

/pengolahan usaha/proyek. (Kasmir & Jakfar, 2003 : 23)

Menurut Suliyanto (2010 : 15) beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya

dengan aspek yuridis :

a. Jenis-jenis badan usaha

Untuk memilih badan usaha yang tepat, sesuai dengan dasar-dasar

pertimbangan tersebut, kita perlu mengetahui definisi, peraturan perundang-

undangan yang mengatur, serta kelebihan dan kekurangan masing-masing

bentuk badan usaha. Berikut ini beberapa bentuk badan hukum.

a) Perusahaan Perseorangan merupakan bentuk badan usaha tanpa ada

pemilikan antara hak milik pribadi dengan hak milik perusahaan.

b) Firma (Fa) merupakan perserikatan beberapa pengusaha swasta menjadi

satu kesatuan untuk mengelola usaha bersama.

c) Perserikata Komanditer (CV) merupakan perserikatan beberapa pengusaha

swasta menjadi satu kesatuan untuk mengelola usaha bersama, di mana

sebagian anggota merupakan anggota aktif, sedangkan anggota lain

merupakan anggota pasif.


d) Perseroan Terbatas (PT) merupakan perserikatan beberapa pengusaha

swasta menjadi satu kesatuan untuk mengelola usaha bersama, di mana

perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk

menyertakan modalnya ke perusahaan dengan cara membeli saham

perusahaan.

e) Yayasan adalah adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang

dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang

sosial , keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.

f) Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas

kekeluargaan.

b. Langkah-langkah mendirikan badan usaha sesuai dengan bentuk badan usaha

itu sendiri.

c. Pengurusan izin usaha dan izin lokasi

Selain pendirian usaha, pengurusan izin usaha, dan izin lokasi, apakah calon

pelaku usaha mampu memenuhi persyaratan perizinan atau tidak juga harus

dipahami agar dapat dianalisis.

a) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberkan

kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang

dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.


b) Izin prinsip adalah izin yang harus dimiliki oleh seseorang atau badan

hukum untuk dapat menjalankan usaha tertentu.

c) Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk

memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal.

d) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah izin yang harus dimilik oleh

orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan mendirikan, mengubah,

atau merobohkan bangunan.

e) Izin HO (Hinder Ordonansi) atau izin gangguan adalah pemberian izin

tempat usaha kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat

menimbulkan gangguan dan atau kerugian atau bahaya.

f) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk dapat

melaksanakan kegiatan usaha perdagangan.

g) Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah surat tanda pengesahan yang

diberikan kepada perusahaan yang telah melakukan pendaftaran

perusahaannya.

h) Izin Usah Industri (IUI) adalh izin yang harus dimiliki untuk melakukan

kegiatan usaha industri dengan nilai investasi perusahaan di atas Rp

200.000.000 (tidah termasuk tanah dan bangunan tempat lokasi).

i) Izin Usaha Perluasan (IUP) adalah izin yang harus dimiliki oleh

seseorang atau badan hukum untuk melakukan penambahan kapasitas produksi

melebihi dari kapasitas produksi yang telah diizinkan.


j) Izin reklame adalah surat izin yang harus dimiliki untuk dapat

melakukan kegiatan-kegiatan (pemasangan dan atau peragaan) reklame di

tempat umum.

k) Izin Usaha Jasa Kontruksi (IUJK) yang selanjutnya disingkat SIUJK

adalah surat izin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah kepada badan

usaha atau perorangan yang berkaitan dengan layanan jasa konstruksi, layanan

jasa perencanan dan pengawasan pekerjaan konstruksi.

5. Aspek Manajemen

Aspek manajemen adalah aspek yang bertujuan untuk mengetahui apakah

pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan

dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak, atau sebaliknya.

(Husein Umar, 2003 :114)

Menurut Suliyanto (2010 : 157) beberapa hal yang perlu dipahami dalam

kaitannya dengan aspek manajemen:

a. Perencanaan dan penjadwalan proyek

Perencanaan proyek merupakan usaha untuk membuat dan menentukan apa

yang harus dicapai pada suatu proyek, kapan, dan bagaimana proyek

tersebut dilaksanakan. Penjadwalan proyek merupakan bagian dari

perencanaan proyek secara keseluruhan.


b. Analisi jabatan

Analisis jabatan merupakan kegiatan mempelajari dan mengumpulkan

informasi tentang suatu pekerjaan berkaitan dengan berbagai operasi dan

kewajiban suatu jabatan.

c. Deskripsi jabatan

Deskripsi jabatan merupakan uraian tugas, kewajiban suatu jabatan tertentu.

d. Spesifikasi pekerjaan

Spesifikasi pekerjaan adalah penetuan syarat-syarat minimum yang dapat

diterima agar seseorang dapat menjalankan suatu pekerjaan dengan baik.

e. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja

Besarnya proyeksi kebutuhan tenaga kerja tergantung pada proyeksi

penjualan yang diperoleh pada perhitungan aspek pasar dan luas produksi

yang diperoleh dari perhitungan pada aspek teknis.

f. Rekrutmen karyawan

Rekrutmen karyawan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan bisnis

pada masa yang akan datang karena bisnis akan dapat berjalan dengan baik

jika dijalankan oleh orang-orang yang sesuai dengan spesifikasi jabatan yang

dibutuhkan.

g. Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah susunan hubungan-hubungan antar- komponen

bagian-bagian dalam suatu organisasi:


a) Struktur organisasi fungsional merupaan struktur organisasi yang

mengelompokkan individu-individu pada organisasi berdasarkan pekerjaan

yang sama.

b) Struktur organisasi produk merupakan struktur organisasi yang

mengelompokkan individu-individu pada organisasi berdasarkan jenis

produk yang dihasilkan/dipasarkan.

c) Struktur organisasi matriks merupakan kombinasi dari struktur fungsional

dan struktur organisasi produk.

6. Aspek Ekonomis

Aspek ekonomis adalah aspek yang mengkaji tentang peranan/sumbangan-

/manfaat perusahaan dalam pengembangan perekonomian secara

keseluruhan/makro. (Kasmir & Jakfar, 2003 : 27)

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan aspek finansial:

a. Sisi rencana pembangunan nasional

b. Analisis manfaat proyek ditinjau disisi ini, dimaksudkan agar proyek dapat:

a) Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat; Kegiatan usaha yang

dapat di kerjakan oleh tenaga kerja lokal tidak perlu digantikan oleh tenaga

kerja asing.

b) Menggunakan sumber daya lokal; Sumber daya lokal misalnya bahan

baku.

c) Menghasilkan dan menghemat devisa; penggunaan bahan baku yang di

ambil dari produk lokal berarti mengurangi penggunaan bahan impor.


d) Menumbuhkan industry lain; dengan adanya proses bisnis yang baru

,diharapkan tumbuh industri lain baik yang sejenis atau industri pendukung

lainnya, seperti industri bahan baku maupun industri sebagai dampak

positif adanya kegiatan ekonomi di daerah tersebut.

e) Turut menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri sesuai dengan

kemampuan.

f) Menambah pendapatan nasional; Sudah jelas bahwa dengan bertumbuhnya

bisnis di dalam negeri misalnya: dengan diproduksinya produk yang di

konsumsi secara baik di dalam negeri, maka impor atas produk dan

komponen inputnya berkurang atau bahkan ditiadakan sama sekali.

c. Sisi distribusi nilai tambah

Maksudnya adalah agar proyek yang akan di bangun memiliki nilai

tambah,nilai tambah hendaknya dapat dihitung secara kuantitatif dalam

perhitungan tersebut, agar lebih mudah, dapat diasumsikan bahwa proyek dapat

berproduksi dengan kapasitas normal.

d. Sisi nilai investasi pertenaga kerja.

Penilaian berikutnya adalah bahwa proyek mampu meningkatkan kesempatan

kerja. Salah satu cara mengukur proyek padat modal atau padat karya adalah

dengan berbagai investasi (modal tetap + modal kerja) dengan jumlah tenaga

kerja yang terlibat sehingga didapat nilai investasi per tenaga kerja.
7. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan adalah aspek yang bertujuan untuk menentukan apakah

secara lingkungan hidup misalnya dari sisi udara dan air rencana bisnis

diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaiknya. (Husein Umar, 2003

: 302)

Menurut Suliyanto (2010 : 43) beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya

dengan aspek lingkungan:

a. Lingkungan bisnis

Lingkungan bisnis dapat didefinisikan sebagai semua unsur yang ada di luar

perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh pelaku bisnis yang dapat

mempengaruhi kinerja karyawan.

b. Lingkungan operasional

Lingkungan operasional merupakan lingkungan yang paling dekat dengan

aktivitas perusahaan. Lingkungan operasional perusahaan meliputi pesaing,

kreditor, pelanggan, pemasok, dan pegawai.

c. Lingkungan industri

Lingkungan industri merupakan lingkungan yang meliputi kelompok yang

memproduksi produk atau jasa yang sama atau barang pengganti yang dekat

(close subtitute).

d. Lingkungan jauh

Lingkungan jauh mencangkup faktor-faktor yang bersumber dari luar

operasional perusahaan. Lingkungan jauh meliputi lingkungan ekonomi,

sosial, politik,, teknologi, ekologi, dan global.


2.3. Penelitian Terdahulu

A. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu Skripsi oleh Nursetyo tahun 2011

dengan judul ‘’ Analisis Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaues

vannamei) Di Desa Gedangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo ‘’

sesuai analisa usaha Hasil penelitian menunjukkan rata-rata penerimaan

budidaya udang vannamei per periode produksi sebesar Rp 11.901.065,00,

pendapatan budidaya udang vannamei per periode produksi sebesarRp

4.904.051,00 dan keuntungan usaha budidaya udang vannamei per periode

produksi sebesar Rp 2.990.589,00.Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha

budidaya udang vannamei layak diusahakan yaitu 1,3.

B. Sapmaya. W, Andala Rama P, Windy. 2012. Analisis Studi Kelayakan

Bisnis Guest House Family di Bandar Lampung.

(Vol. 3 No. 1). Dari penelitian pada jurnal diperoleh kesimpulan yaitu,

Berdasarkan hasil analisis Kriteria Investasi dengan Net Present Value

(NPV) sebesar 831, 444, 542.44 menunjukkan bahwa NPV > 0, berarti

rencana Guest House Family layak untuk dilaksanakan. Net Benefit Cost

Ratio (Net B/C) sebesar 2,08 menunjukkan bahwa Net B/C > 1, berarti

rencana Guest House Family layak untuk dilaksanakan. Internal Rate Of

Return (IRR) sebesar 20,620% ini menunjukkan bahwa IRR > tingkat

bunga yang berlaku (14%) berarti rencana Guest House Family layak

untuk dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis Pay Back Period diketahui

bahwa waktu yang dibutuhkan oleh proyek untuk dapat mengembalikan

modal adalah selama 8 tahun 2 bulan 23 hari. Hal ini menunjukan bahwa

waktu yang dibutuhkan untuk dapat pengembalian modal relatuf lebih


singkat dibanding dengan umur proyek (20 tahun), berarti rencana Guest

House Family layak untuk dilaksanakan. Dari hasil analisis Break Event

Point diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan Guest House Family untuk

mendapatkan keuntungan bersih pada saat setelah BEF adalah 8 tahun 25

hari. Waktu yang dibutuhkan relatif lebih cepat dibanding dengan jangka

waktu hutang (10 tahun). Berdasarkam hasil analisis kualitatif dari

berbagai aspek yang digunakan yaitu aspek teknis, aspek pasar dan

pemasaran, aspek organisasi, aspek yuridis, aspek manajemen dan aspek

ekonomis dapat disimpulkan bahwa Guest House Family layak utuk

dilaksanakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rencana untuk

mendirikan Guest House Family layak utuk dilaksanakan.

C. Riesty trianty dan Hikmah (2015) “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya

Udang Dan Bandeng: Studi Kasus Di Kecamatan Pasekan Kabupaten

Indramayu”

Dengan metode penelitian studi kasus dengan satuan kasusnya adalah

usaha budidaya polikultur udang windu dan bandeng. Pengambilan sampel

dengan simple random sampling.

Alat Analisis kelayakan usaha : analisis finansial yaitu NPV,IRR, dan Net

B/C

Dan Hasil penelitian menyatakan bahwa kelayakan usaha budidaya

polikultur udang windu dengan ikan bandeng ini layak untuk dijalankan.

Namun, usaha ini masih memiliki hambatan usaha berupa benih yang

kurang berkualitas, kondisi saluran irigasi yang buruk, konstruksi kolam


yang belum memenuhi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), harga

pakan yang mahal, adanya penyakit pada udang dan terbatasnya

pengetahuan pembudidaya tentang teknologi budidaya udang dan bandeng.


2.4. Kerangka Pemikiran

Paradigma Penelitian Proses Pelaksanaan Studi Kelayakan Bisnis


Peluang Usaha

Rencangan Usaha

Studi Kelayakan Bisnis

Analisis Finansial
Analisis Non Finansial

Kriteria Investasi Pay Back Break Even Aspek Teknis


Period Point Period
(PBP) (BEPP)
Aspek Pasar &
Net Present Value
Pemasaran
(NPV)
Aspek
Net Benefit Cost Ratio Pemerintah &
(Net B/C Ratio) Birokrasi

Aspek Yuridis
Internal Rate of Return
(IRR) (Hukum)
Aspek
Manajemen

Aspek
Ekonomi
Layak atau Jangka Waktu Jangka Waktu
Tidak Layak Pay Back Period Break Even
Aspek
Point Peiod
Lingkungan

Rancangan Usaha Layak/ Tidak Layak Dijalankan

Sumber : Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol.3 No.1 Oktober 2012 (Data Diolah)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian yang digunakan antara lain :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi

dengan bantuan kepustakaan, seperti buku-buku, literature, dokumentasi,

majalah, hasil penelitian, yang dijadikan landasan dan alat utama bagi

praktek penelitian dilapangan.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih detail lagi

dengan melihat langsung ke obyek/perusahaan yang akan dimintai data-

datanya.

3.2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah penelitian deskriptip,

yaitu menggambarkan secara factual, sistematis dan akurat mengenai fakta-

fakta, sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang sedang diselidiki.

Dalam penelitian ini menggunakan paradigma Kualitatif dan Kuantitatif

dengan pendekatan Studi Kelayakan Bisnis.


3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk lebih mengetahui

bagaimana merencanakan pendirian usaha dengan benar. Pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Observasi

Yaitu melihat secara langsung keperusahaan pesaing Bengkel Motor

Ma’ruf mengenai kegiatan perusahaan, terutama yang berhubungan

langsung dengan judul penelitian.

2. Wawancara

Yaitu melakukan wawancara secara langsung ke perusahaan-perusahaan

pesaing yang sudah berdiri lama untuk mendapatkan gambaran tentang

kondisi dan apa saja yang diperlukan apabila ingin membuka usaha

Tambak Udang yang dilakukan oleh penulis dengan objek penelitian

secara sistematis mengenai pokok-pokok bahasan penelitian.

3. Dokumentasi

Yaitu meminta data-data yang diperlukan kepada perusahaan pesaing

yang ada melalaui dokumentasi yang berhubungan langsung pada judul

penelitian.
3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengamatan,input data dan wawancara


langsung kepada pelaku usaha budidaya Tambak Udang dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan.
2. Data Skunder

Yaitu data yang diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, literatur-

literatur, skripsi yang mendukung teori yang relevan dengan masalah yang

sedang ditelit.

3.6. Metode Analisis

1. Analisis Kuantitatif

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah menggunakan alat

analisis finansial, yang diperlukan dalam menjawab permasalahan penelitian.

Dalam penelitian ini digunakan alat analisis kriteria investasi untuk menentukan

kelayakan rencana usaha, Pay Back Period (PBP) untuk mengetahui jangka waktu

kembalinya investasi dan Break Event Point (BEP) untuk mengetahui jangka

waktu terjadinya titik pulang pokok. Untuk kriteria investasi digunakan 3 kriteria

yang dianggap dapat mewakili yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio

(Net B/C) dan Internal Rate Of Return (IRR).


a. Kreteria Investasi

1) Net Present Value (NPV)

NPV dapat dirumuskan :


𝑡=𝑛
𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 − 𝐶𝑜𝑠𝑡𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
𝑁𝑃𝑉 = ∑
( 1 + 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎)𝑡
𝑡=𝑛

𝑁𝑒𝑡𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 = 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 − 𝐶𝑜𝑠𝑡


𝑡=𝑛

𝑁𝑃𝑉 = ∑(𝑁𝑒𝑡𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡)(𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟)
𝑡=0

(Sumber : Abdul Choliq, Ms dkk, 1999 : 33)

Keterangan :

1
𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = ( )
(1 + 𝑖)𝑡

Kreteria Kelayakan :

Jika NPV > 0, maka rencana usaha dinyatakan layak untuk dilaksanakan

(go).

Jika NPV < 0, maka rencana usaha dinyatakan tidak layak untuk

dilaksanakan.

2) Net Benefit Ratio (Net B/C)

∑(𝑁𝑒𝑡𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓)(𝐷𝐹)
Net B/C = ∑(𝑁𝑒𝑡𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓)(𝐷𝐹)

∑ 𝑁𝑃𝑉𝑃𝑜𝑠𝑖𝑓𝑖𝑓
Net B/C = ∑ 𝑁𝑃𝑉𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓
Kreteria Kelayakan :

Jika Net B/C > 1, maka rencana usaha dinyatakan layak untuk dilaksanakan

(go).

Jika Net B/C < 1, maka rencana usaha dinyatakan tidak layak untuk

dilaksanakan.

(Sumber : Abdul Choliq, Ms.dkk,1999 : 38)

3) Internal Rate Of Return (IRR)

Rumus Interpolasi:

𝑁𝑃𝑉 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑁𝑃𝑉 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓−𝑁𝑃𝑉 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓) (𝑖1 − 𝑖2 )

(Sumber : Abdul Choliq, Ms.dkk,1999 : 38)

Keterangan :

i1 = Tingkat suku bunga (DF) yang menghasilkan NPV positif

i2 = Tingkat suku bunga (DF) yang menghasilkan NPV negatif

Kreteria Kelayakan :

Jika IRR > tingkat bunga yang berlaku, maka rencana usaha dinyatakan

layak untuk dilaksanakan (go).

Jika IRR < tingkat bunga yang berlaku, maka rencana usaha dinyatakan

tidak layak untuk dilaksanakan.


b. Analisis Pay Back Period (PBP)

Ada 2 macam menghitung Pay Back Period yaitu :

1) Metode Net Benefit Komulatif

Rumus:

𝑁𝑒𝑡𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝐾𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓𝑝𝑎𝑑𝑎𝑇𝑃 − 1
𝑃𝐵𝑃 = 𝑇𝑃 − 1 + 𝑥 12 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
𝑁𝑒𝑡𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑝𝑎𝑑𝑎𝑠𝑎𝑎𝑡𝑇

Keterangan :

TP : Tahun terjadinya Pay Back Period

TP-1 : Tahun sebelum Pay Back Period

NBK pada TP-1 : NBK pada saat sebelum Tahun PBP

NBK pada T : NBK pada saat Tahun PBP

2) Metode Net Benefit Rata-Rata Per Tahun

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑃𝐵𝑃 =
𝑁𝑒𝑡𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

(Sumber : Abdul Choliq, Ms.dkk,1999 : 38)

Untuk mencari net benefit rata-rata tiap tahun menggunakan rumus :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑁𝐵
𝑁𝐵𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

c. Analisis Break Event Point Period (BEPP)

BEP Period menggunakan rumus :

∑ 𝐶𝑜𝑠𝑡𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝐵𝐸𝑃 − ∑ 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑑𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝐵𝐸𝑃
𝐵𝐸𝑃𝑃 = 𝑇𝐵 − 1 + 𝑥 12
𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑝𝑎𝑑𝑎𝑠𝑎𝑎𝑡𝐵𝐸𝑃

(Sumber : Yacob Ibrahim, 2009 :155)


Keterangan :

TB-1 : Tahun sebelum terdapatnya BEP Period

2. Analisis Kualitatif

Adalah metode yang dilakukan untuk menganalisis data non financial dengan

menggunakan penalaran yang berpedoman pada pendekatan teoritis.

Kalaupun ada data berupa angka-angka sifat analisisnya hanya terbatas pada

pemberian informasi, menilai atau mengevaluasi data angka tersebut,

kemudian melakukan pendekatan teoritis dengan menganalisis dari aspek-

aspek studi kelayakan bisnis yang meliputi :

a. Aspek Teknis

b. Aspek Pasar dan Pemasaran

c. Aspek Pemerintah dan Birokrasi

d. Aspek Yuridis (Hukum)

e. Aspek Manajemen

f. Aspek Ekonomis

g. Aspek Lingkungan
3.7. Tahapan Penelitian

Moleong (2007 : 127) mengemukakan bahwa pelaksanaan penelitian ada 4

tahap yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Sebelum Kelapangan

Tahap sebelum kelapangan meliputi kegiatan penentuan focus, penyesuaian

paradigma dengan teori, penjajakan alat penelitian, konsultassi penelitian, dan

penyusunan usulan penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang

berkaitan dengan Studi Kelayakan Bisnis. Data tersebut diperoleh dengan

mencari literatur-literatur, bahan kepustakaan, penelitian sebelumnya dan

dengan observasi langsung ke usaha-usaha pesaing Tambak Udang.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data meliputi data kuantitatif yang diperoleh melalui

perhitungan menggunakan rumus-rumus studi kelayakan seperti kriteria

investasi, Pay back Period , Break Even Point Period Net Present Value,Net

Benefit Ratio,IRR, serta data kualitatif yang diperoleh menggunakan 7 aspek

studi kelayakan yaitu aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, aspek

pemerintah dan birokrasi, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek ekonomis,

aspek financial dan aspek lingkungan.


4. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian

dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian

makna data.
DAFTAR PUSTAKA

Wulan, sapmaya ; 2015 ; Analisa Kelayakan Bisnis ; Bandar Lampung ; Sapmaya.

Fegan, DF. 2003; Budidaya Udang Vannamei (litopenaeus vannamei) di Asia

Gold Coin Indonesia Spcialities. Jakarta .

Husein Umar, 2003 :114; Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis

Kelayakan Bisnis Secara Komperhensif ;Jakarta ; Gramedia Pustaka Utama.

Menurut Suliyanto 2010 ; Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di

BEI.

Abdul Chiliq, 1999 : Evaluasi Proyek, Edisi Revisi, Pinir Jaya, Jakarta.

Alex S. Nitisemito, 1995 : Wawasan Studi Kelayakan Dan Evaluasi Proyek Edisi

Revisi.

Soekartawi ; 2000 ; Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Moleong 2007 ; Metodelogi Penelitian Kualitatif ; Remaja Rosdakarya Offset,

Bandung.

Irham dan Yogi ;2009 ; Studi Kelayakan Bisnis ;Poliyama Widya Utama.

https://www.scribd.com/doc/247908591/Analisis-Kelayakan-Finansial-Usaha-

Budidaya-Udang.
Yacob Ibrahim ;2009 ; Studi Kelayakan Bisnis ; Edisi Revisi ; Rienka Cipta.

Abdullah, Ma’ruf ; 2017 ; Studi Kelayakan Bisnis ; Yogyakarta ; Aswaja

Pressindo

Kasmir, Jakfar ; 2003.2009 ; Studi Kelayakan Bisnis ; Depok ; Kencana

Fahmi, Irham ; 2014 ; Studi Kelayakan Bisnis dan Keputuan Investasi ; Jakarta ;

Mitra Wacana Media

Nursetyo ; 2011 ; Analisis Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaues

vannamei) Di Desa Gedangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo

Hendrajat ;2003 ; Pertumbuhan Dan Sintasan Tokolan Udang Vannamei Dengan

Frekuensi Pemberian Pakan Berbeda ; Sulawesi.

Suyanto dan Mujiman ;2003 ; Budidaya Udang Windu, Penebar Swadaya,

Jakarta.

Kordi ; 2007 ; Pengelolaan Kualtas Air Dalam Budidaya Perairan ; Jakarta ;

Rineka Cipta.

Zulfanita Dan Hasanah, U ; 2006 ;Pengelolaan Sumber Daya Ikan Berkelanjutan

Sebagai Solusi Alternatif Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi ;Majalah

Surya No. 47 Tahun XIV September 2001,ISSN 08529906, Tidak Terakreditasi.

Martosudarmo Dan Ranoemihardjo ;1995 ; Rekayasa Tambak, Penebar Swadaya,

Jakarta.

www.google.co.id
Koeshendrjana ;2001 ;Analisis Sosial Ekonomi Budidaya Udang Galah

(Macrobrachium Rosenbergi), Bali.

Alikodra, HS. ;2005 ; Konsep pengelolaan wilayah pesisir secara tepadu dan
berkelanjutan,
NTB.http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&v
ed=0CB8QFJAA&URL=HTTP%3A2F%2respository.usu.ac.id>. Diakses 25
november 2014.

https://media.neliti.com/media/publications/94809-ID-analisis-kelayakan-usaha-

tambak-udang-st.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/37308-ID-analisis-kelayakan-sosial-

dan-finansial-pembuatan-tambak-udang-di-kabupaten-muko.pdf

Anda mungkin juga menyukai