PROPOSAL PENELITIAN
ILMA IRDAYANTI
1911018
telah di periksa oleh pembimbing dan dinyatakan layak diajukan untuk Ujian
Proposal Penelitian pada Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sinjai.
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. ii
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
pantai 1937 Km dan antar lain terdapat potensi budidaya laut sebesar 250.000
Ha dan budidaya tambak 98,617 Ha.
Produksi rumput laut Eucheuma spinosum mengalami peningkatan dan
penurunan di Kabupaten Sinjai yang dipengaruhi oleh musim atau pengaruh
harga. Rumput laut Euchema spinosum mengalami peningkatan dilihat dari
Tahun 2018 sebesar 21.652,7 ton, Tahun 2019 sebesar 22.474,4 ton dan pada
Tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 12.925,3 ton (Dinas Perikanan
Kabupaten Sinjai , 2020).
Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan Sulawesi Selatan
adalah Eucheuma spinosum jenis ini mempunyai nilai ekonomis tinggi karena
sebagai penghasil karaginan, dalam dunia industri dan perdagangan karaginan
mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat yaitu karginan
dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industry farmasi, kosmetik,
makanan dan lain-lain (Mubarak dkk, 1990).
Kabupaten Sinjai memiliki luas wilayah 819,96 kilometer² dengan
panjang pantai 31 kilometer dan memiliki gugusan pulau yang dinamakan
Kepulauan Sembilan, jumlah pulau-pulau ini adalah 10 buah. Secara
administrasi kabupaten sinjai terdiri dari 9 Kecamatan dan 76 Desa/
Kelurahan. 1 Kecamatan diantaranya merupakan Kecamatan kepulauan yaitu
Kecamatan Pulau Sembilan.
Keunggulan-keunggulan budidaya rumput laut tersebut merupakan
Indikator Positif dalam upaya pengembangan usaha budidaya dan dapat
menarik perhatian bagi pembudidaya rumput laut di Kecamatan Pulau
Sembilan khususnya di Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan sebagai mata
pencaharian karena sangat mudah dilaksanakan dan sangat prospektif.
Di Pulau Kambuno rumput laut kondisi pertumbuhannya baik dan
bagus, dan harga rumput laut pun akan meningkat. Akan tetapi karna adanya
faktor cuaca yang menyebabkan pertumbuhan rumput laut malah kurang
bagus dan itu berdampak pada menurunnya kualitas dan harga rumput laut.
2
Penelitian ini bertujuan menganalisis pendapatatan usaha budidaya
rumput laut di Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan dan menganalisis perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan
biaya yang dikeluarkan pada usaha budidaya rumput laut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar. Dalam dunia
perdagangan, rumput laut ini dikenal dengan istilah spinosum yang berarti
duri yang tajam. Rumput laut ini berwarna cokelat tua, hijau cokelat, hijau
kuning, atau merah ungu. Ciri-ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris,
lilin, dan kenyal (Sudradjat, 2008).
Eucheuma adalah alga merah yang biasa ditemukan di bawah air surut
ratarata pada pasut bulan-setengah. Alga ini mempunyai thallus yang silindris
berdaging dan kuat dengan bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke
samping pada beberapa jenis, thallusnya licin. Warna alganya ada yang tidak
merah, tetapi hanya coklat kehijau-hijauan kotor atau abu-abu dengan bercak
merah.Di Indonesia tercatat empat jenis, yakni Eucheuma spinosum,
Eucheuma edule, Eucheuma alvarezii dan Eucheuma serra (Romimohtarto
dan Juwana, 2005).
Ciri–ciri dari genus Eucheuma sp. yaitu thallus dan cabang-cabangnya
berbentuk silinder atau pipih. Waktu masih hidup warnanya hijau hingga
kemerahan dan bila kering warnanya kuning kecoklatan. (Direktorat Jenderal
Perikanan, 1990). Ciri-ciri rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu
thallus silindris ; percabangan thallus berujung runcing atau tumpul; dan
ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan), berupa duri lunak yang tersusun
berputar teratur mengelilingi cabang, lebih banyak dari yang terdapat pada
Eucheuma cottonii. Ciri-ciri lainnya mirip seperti Eucheuma cottoni. Jaringan
tengah terdiri dari filamen tidak berwarna serta dikelilingi oleh selsel besar,
lapisan korteks, dan lapisan epidermis (luar). Pembelahan sel terjadi pada
bagian apikal thallus (Anggadireja dkk, 1986).
Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang,
batu karang, batua, benda keras, dan cangkang kerang. Eucheuma spinosum
memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis sehingga hanya hidup
pada lapisan fotik. Habitat khas dari Eucheuma adalah daerah yang
memperoleh aliran air laut yang tetap, lebih menyukai variasi suhu harian
yang kecil dan substrat batu karang mati (Aslan, 1998).
5
2.2 Jenis - Jenis Rumput Laut
a. Alga merah (Rhodophyceae) atau yang biasa disebut rumput laut merah
merupakan kelas dengan spesies yang bernilai ekonomis dan paling
banyak dimanfaatkan. Tumbuhan jenis ini didalam dasar laut sebagai
fitobentos dengan menancapkan dirinya pada substar lumpur, pasir, karang
hidup, karang mati, cangkang muluska, batu vulkanik ataupun kayu.
Habitat atau tempat hidup umum tumbuhan jenis ini adalah terumbu
karang. Tumbuhanjenis ini tumbuh pada kedalaman mulai dari garis
pasang surut rendah sampai sekitar 40 meter. Di Indonesia alga merah
ataupun rumput laut merah terdiri dari 17 marga dan 34 jenis serta 31 jenis
diantaranya sudah banyak dimanfaatkan dan bernilai ekonomis.
b. Alga hijau, (Chlorophyceae) dapat ditemukan pada kedalaman hingga 1
meter atau lebih didaerah yang memeiliki penyinaran yang cuup. Rumput
laut jenis ini tumbuh melekat pada substar seperti batu, batu karang mati,
cangkang muluska, dan ada juga yang tumbuh diatas pasir.
c. Alga Coklat, Pada perairan Indonesia terdapat sekitar 8 marga kelas alga
coklat atau rumput laut coklat (phaeophyceae). Tumbuhan jenis ini
merupakan kelompok alga laut penghasil algin ( Alginofit). Jenis rumput
laut coklat yang berasal dari kelas ini yang terutama sebagai penghasil
algon adalah sargassum sp, Cystoseira sp, dan Turbinaria sp alga coklat
merupakan jenis rumput laut yang memiliki ukuran besar.
2.3 Pendapatan
6
perorangan. Sebagian dari pendapatan perorangan dibayarkan untuk pajak,
sebagian ditabung oleh rumah tangga. Pendapatan disposible merupakan
jumlah pendapatan saat ini yang dapat di belanjakan atau ditabung oleh
rumah tangga : yaitu pendapatan perorangan dikurangi denganpajak
penghasilan (Lipsey, 1991).
Menurut Smith dan Ricardo, distribusi pendapatan digolongkan
kedalam tiga kelas sosial utama yaitu : pekerja, pemilik modal dan tuan tanah.
Ketiganya menentukan 3 faktor pendapatan yaitu tenaga kerja, modal dan
tanah. Penghasilan yang diterima setiap faktor dianggap sebagai pendapatan
untuk masing-masing kelas sosial tersebut. Smith dan Ricardo meneliti
faktor-faktor apa saja yang menentukan pendapatan masing-masing kelompok
reative terhadap pendapatan nasional. Teori mereka meramalkan bahwa
begitu masyarakat makin maju, para tuan tanah akan relative lebih baik dan
para pemilik modal menjadi relatife lebih buruk keadaannya (Lipsey, 1987).
Menurut Soemarso S.R Pendapatan merupakan salah satu yang paling
utama dari pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak
yang bingung mengenai istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan
dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai icomea,
maka icomea dapat di artikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai
pendapatan penghasilan maupun keuntungan.
Pendapatan sangat berpengaruh bagi keseluruhan hidup perusahaan,
maupun petani biasa untuk membiayai segala pengeluaran dan
kegiatankegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan/petani. Selaian itu
pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi maka pendapatan adalah
darah kehidupan dari suatu perusahaan.
Dalam kamus bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha
atau sebagainya) sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen adalah
diterimah oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah
gaji, sewah,bunga,komisi,ongkos, dan laba pendapatan adalah jumlah yang
dibebankan kepada langganan untuk barang dan jasa yang dijual.
7
Kebijakan PSBB/lockdown yang dilakukan pemerintah Indonesia dan
negara-negara mitra perdagangan telah memberikan dampak yang sangat
besar terhadap perekonomian global. Dampak finansial virus corona telah
terasa pada beberapa sektor korporasi utama, termasuk sektor kelautan dan
perikanan (KP). Indikator utama yang bisa dilihat adalah kinerja ekspor
produk perikanan Indonesia pada semester I tahun 2020 jika dibandingkan
dengan periode yang sama tahun 2019. Salah satu komoditas ekspor utama
yang terkena dampaknya adalah industri rumput laut.
Rumput laut mengalami penurunan ekspor cukup besar pada Triwulan
1 tahun 2020 yakni sebesar 30,54% berdasarkan volume ekspor dan -19.90%
berdasarkan nilai ekspornya yang kemudian mulai pulih pada triwulan 2
sehingga agregat penurunan ekspor selama semester 1 tahun 2020 sebesar -
7,70% dari sisi volume dan -6,17% dari sisi nilai.
Apalagi selama masa pandemi Covid-19 ini, rumput laut merupakan
salah satu komoditas yang memiliki kontribusi besar terhadap nilai ekspor
perikanan nasional. Dan untuk tahun 2021, KKP menargetkan produksi
rumput laut nasional bisa mencapai 10,25 juta ton (Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya, 2021)
8
Menurut Syafiuddin (2013), Biaya produksi adalah harga dari
faktor produksi (input) yang dikorbankan untuk menghasilkan output
dimana jumlah input dan harga input. Biaya produksi yang umumnya
digunakan, diantaranya adalah:
Biaya tetap (Fixed Cost/ FC) merupakan biaya yang terjadi pada
periode tertentu dengan jumlah yang sama dan tidak bergantung pada
hasil produksi.
Biaya variabel (Variavel Cost/ VC) merupakan biaya yang jumlahnya
dapat berubah-ubah sesuai dengan tingkat hasil produksi. Berarti
semakin banyak hasil produksi maka semakin banyak pula biaya
variabelnya.
Biaya total (Total Coat/ TC) merupakan total semua biaya tetap dan
biaya variabel yang digunakan untuk menghasilkan barang dalam satu
periode tertentu.
Biaya rata-rata (Averange Cost/ AC) merupakan total biaya produksi
per unit yang dihasilkan. Artinya, biaya rata-rata ini tergantung pada
total biaya kemudian dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Biaya marjinal (Marginal Cost/ MC) merupakan biaya tambahan yang
diperlukan untuk menghasilkan hasil satu unit barang jadi.
b. Penerimaan
9
produksi. Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara
penerimaan dan semua biaya atau total biaya. Petani dalam memperoleh
pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan
penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah, (Rahim dan
Diah, 2008).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan
harga jual, (Ken, 2019). Penerimaan adalah jumlah uang diperoleh dari
hasil penjualan jumlah barang yang diproduksi dengan harga jual per
unitnya dalam periode tertentu. Penerimaan dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu penerimaan total, penerimaan rata-rata, dan penerimaan marginal.
Penerimaan Total (Total Revenue) yaitu total penerimaan dari hasil
penjualan. Pada pasar persaingan sempurna, TR merupakan garis lurus dan
titik origin, karena harga yang terjadi dipasar bagi mereka merupakan
suatu yang datum (tidak bisa dipengaruhi), maka penerimaan mereka naik
sebanding (Proposional) dengan jumlah barang yang dijual.
Penerimaan rata-rata (Avarange Total Revenue) yaitu rata-rata penerimaan
dari persatuan produk yang dijual atau yang dihasilkan, yang diperoleh
dengan jalan membagi hasil total penerimaan dengan jumlah satuan
barang yang dijual.
Penerimaan marginal (Marginal Revenue) yaitu penambahan penerimaan
atas TR sebagai akibat penambahan satu unit output.
c. Pendapatan
10
usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor
(output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per
tahun, per musim tanam.
Menurut Ken (2019), pendapatan merupakan selisih penerimaan
dengan semua biaya produksi. Pendapatan meliputi pendapatan kotor
(penerimaan total) dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah nilai
produksi komoditas pertanian secara keseluruhan belum dikurangi biaya
produksi.
11
Budidaya Rumput Laut
(Eucheuma Spinosum)
Produksi Usaha
Rumput Laut
Pendapatan
12
BAB III
METODE PENELITIAN
13
3.3 Jenis Data
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner.
Peneliti menggunakan data real yang diperoleh secara langsung dari
responden.
b. Data sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku, artikel, dan
semacamnya.
14
3.6 Teknik Analisis Data
R/C rasio lebih besar dari satu maka usaha budidaya rumput laut
Euchema spinosum layak diusahakan, apabila hasil perhitungan R/C lebih
kecil dari satu, maka usaha budidaya rumput laut Euchema spinosum tidak
layak diusahakan : Jika hasil perhitungan R/C rasio sama dengan satu maka
usaha budidaya rumput laut Euchema spinosum impas.
15
c. Analisis B/C
Keterangan:
B : Besarnya pendapatan yang diperoleh
C : Besarnya biaya yang dikeluarkan
Kriteria:
Apabila B/C > 1, artinya usaha tersebut layak untuk diusahakan
Apabila B/C = 1, artinya usaha tersebut impas
Apabila B/C < 1, artinya usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan
d. BEP digunakan untuk menentukan suatu titik dimana besarnya jumlah
pengeluaran yang telah dikeluarkan selama proses produksi dapat sama
dengan jumlah yang diterima dalam penjualan (Rahmiyati, 2021).
𝑇𝐹𝐶 𝑇𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = 𝑃−𝑉𝐶 𝑈𝑛𝑖𝑡 atau 𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑣𝑐 𝑢𝑛𝑖𝑡
1
𝑃
Keterangan:
FC : Biaya Tetap
P : Harga Jual
VC unit : Biaya variable per unit
16
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.S., Zantika, A., Purwoto, H dan Istiana, S. 2006. Rumput Laut.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Aslan, L. M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2021, Tingkatkan Pertumbuhan
Ekonomi, Kkp Komitmen Genjot Produksi Rumput Laut, Jakarta.
Gustiyana, H. 2004.Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.
Salemba empat: Jakarta.
Kordi MGH. 2011. Kiat Sukses Budidaya Rumput Laut di Laut dan Tambak.Andi.
Yogyakarta.
Lipsey, Richard G. 1991. Pengantar Ilmu Makroekonomi. Alih Bahasa: Jaka
Wasana dkk. Erlangga, Jakarta.
Mubarak dkk, 1990. Pertumbuhan Produksi Rumput Laut Euchema spinosum
dengan metode tali ganda di Perairan laguruda
Prasetyo, 2005. Metode pengambilan sampel.
Puncomulyo, Taurino, Herti Maryani dan Lusi Kristiani. 2006. Budidaya dan
Pengelolaan Rumput Laut. PT Agro Media Pustaka : Jakarta. Di akses
pada tanggal 25 Agustus 2021
Rahmiyati, A. L. (2021). Buku Ajar Konsep Dasar Pembiayaan Dan
Penganggaran Kesehatan. Malang: Ahlimedia Press. Retrieved from
https://www.google.co.id/books/edition/BUKU_AJAR_KONSEP_
DASAR_PEMBIAYAAN_DAN_PE/zyYlEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&
dq=bep+adalah&pg=PA51&printsec=frontcover
Rahim Abd dan Hastuti Diah Retno Dwi. 2008. Pengantar, Teori dan Kasus
Ekonomika Pertanian.Penebar Swaday. Jakarta. 204 hlm.
Ramadhan Muhammad dan Taslim Arifin. 2013. Aplikasi Sistem Informasi
Geografis dalam Penilaian Proporsi Luas Laut Indonesia. Jurnal Revisi.
Soemarso S.R Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat
(2009).
17
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D.
Bandung:Alfabeta
Sukirno. 2006. Ekonomi Pemangunan Proses Masalah dan Dasar Kebijakan.
Cetakan ketiga. Penerbit kencanam Jakarta.
Suratiyah, Ken. 2019. Ilmu Usahatanis. Jakarta. Penebar Swadaya.
Susanto dan Mucktianty .2002. Mengenal Potensi Rumput Laut. Kajian
Pemanfaatan Sumber Daya Rumput Laut Dari Aspek Industri Dan
Kesehatan. SULTAN AGUNG VOL XLIV NO. 118
Syafiuddin. 2013. Ekonomi Mikro Pengantar. Edisis Pertama. Makassar: Kretakupa
Print.
Wardono, B, Koeshendrajana, S, Apriliani, T, Luhur, E,S, Arthatiani, F,Y,
Deswati,R,H, 2020, Dampak Covid 19 Pada Usaha Rumput Laut Dan
Peluang Peningkatan Utilitas Industri Rumput Laut Indonesia, Jakarta.
18
Lampiran 1. Kuisioner
No. Responden :
A. Identitas Responden :
1. Nama : ……………………………………………..
2. Umur : ……………………………………………..
3. Pendidikan Terakhir : ……………………………………………..
4. Agama : ……………………………………………..
5. Status perkwinan : a) Kawin b) Belum kawin c) Duda
6. Pekerjaan
Pokok : …………………………………………….
Sampingan : …………………………………………….
7. Jumlah tanggungan : …….. Orang
8. Alamat : …………………………………………….
9. Jumlah bentangan : …………………………………………….
B. Kualitas Rumput Laut
1. Jenis Rumput laut : ……………………………………………
2. Metode Penanaman : ……………………………………………
3. Masa Tanam : …….. (hari) / trip
4. Siklus Tanam/tahun : ………kali
5. Lama Panen/trip :…........ hari
6. Lama Penjemuran : ……… hari
7. Warna : a. Bibit :………….(sebelum ditanam)
b. Rumput Laut (Basah):………..….(saat dipanen)
c. Rumput Laut (Kering)………..(Setelah dijemur)
19
C. Pendapatan
1 . Investasi
No. Jenis Investasi Unit Harga (Rp) Total Penyusutan
1. Kapal
2. Mesin
3. Alat jemur
4. Jangkar
5. Tali utama
6. Tali jangkar
7. Tali Pembantu
8. Tali Bentangan
9. Tali Bibit
10. Jergen
11. Botol
2. Biaya Tetap
20
3. Biaya Variabel
Bahan Bakar :a. Jenis :……………………..
Konsumsi : …………………………..
b. Harga : ……………………………..
c. Sumber : ……………………………..
4. Penerimaan
Pendapatan Basah (kg) Kering (kg) Harga (kg)
Produksi 1
Produksi 2
Produksi 3
Produksi 4
21