Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MINI RISET

KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN PADA KAWASAN


MANGROVE NIPAH (NYPA FRUTICANS WURMB.) DI KEC. LALAN
KAB. MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Mini Riset ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biodiversitas

Dosen Pengampu : Dr. Irham Falahudin, M.Si

Disusun Oleh:

Nur Haniawasniati (1930207095)

Kelas Pendidikan Biologi 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan atas rahmat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan mini riset yang berjudul “Keanekaragaman Spesies Tumbuhan
Pada Kawasan Mangrove Nipah (Nypa Fruticans Wurmb.) Di Kec. Lalan Kab.
Musi Banyuasin Sumatera Selatan”. Mini riset ini merupakan bagian dari
keterlaksanaan dari pembelajaran mata kuliahBiodiversitas. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing
dalam pembuatan mini riset ini, dalam memenuhi tugas di perkuliahan.
Mini riset ini diharapkan bisa bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Sebagai pemula penyusun tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan pada
mini riset ini, oleh karenanya penyusun mengharapkan kritik dan saran, agar mini
riset ini bisa menjadi lebih baik, serta penyusun berharap semoga mini riset ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Palembang, Maret 2022

Penyusun

Nur Haniawasniati

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................v

DAFTAR TABEL............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Batasan Masalah....................................................................................2
D. Tujuan Penelitian...................................................................................3
E. Manfaat Penelitian.................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4

A. Deskripsi Ikan Betok (Anabas testudineus)...........................................4


B. Taksonomi Ikan Betok (Anabas testudineus)........................................5
C. Morfologi Ikan Betok (Anabas testudineus)..........................................6

BAB III METODE PELAKSANAAN...........................................................9

A. Lokasi dan Tempat................................................................................9


B. Metode Penelitian..................................................................................10
C. Alat dan Bahan......................................................................................11
D. Langkah Kerja.......................................................................................11
E. Analisis Data..........................................................................................12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................13

A. Hasil Pengamatan..................................................................................13
B. Pembahasan...........................................................................................14

BAB V PENUTUP...........................................................................................22

A. Kesimpulan............................................................................................22

iii
LAMPIRAN.....................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................26

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Provinsi Sumatera Selatan ialah salah satu provinsi yang ada di
pulau Sumatera. Provinsi ini terletak pada posisi 01°- 4° Lintang Selatan
dan 102°-106° Bujur Timur, dengan total wilayah 8.702.741 hektar.
Provinsi Sumatera Selatan memiliki sumberdaya perairan yang tinggi.
Terdapat banyak jenis-jenis tumbuhan yang ada di Sumatera Selatan
tersebut, salah satunya yaitu nipah (Nypa fruticans Wurmb.)
Indonesia sebagai negara yang terletak di daerah tropis memiliki
areal hutan payau yang luas dan banyak ditumbuhi vegetasi mangrove
Nipah (Nypa fruticans) yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi,
Maluku dan Irian Jaya. Kawasan mangrove memiliki peranan penting bagi
kehidupan masyarakat salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan yaitu
kawasan mangrove nipah. Provinsi Sumatera Selatan, terutama di
Kabupaten Musi Banyuasin merupakan salah satu daerah yang ditumbuhi
oleh tanaman nipah (Indriani, 2009).
Salah satu kawasan mangrove yang memiliki peran penting bagi
kehidupan masyarakat di Sumatera Selatan yaitu kawasan mangrove nipah
(Nypa fruticans Wurmb.) yang terletak di Kec. Lalan Kabupaten Musi
Banyuasin. Selain sebagai sumber perikanan, kawasan tersebut juga telah
dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku kerajinan anyaman daun nipah
bahkan telah menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama
penduduk lokal (Indriani, 2009) .
Ekosistem hutan mangrove nipah memiliki fungsi sebagai proteksi
kawasan pesisir pantai, penahan angin, gelombang dan tsunami, intrusi air
asin, sumber oksigen, penyerap CO2 dan nursery ground. Tanaman nipah
(Nypa fruticans Wurmb) selama ini tumbuh liar di sekitar hutan mangrove
di pesisir pantai maupun sungai. Tanaman Nipah tumbuh subur di hutan
daerah pasang surut (hutan mangrove) dan daerah rawa-rawa atau muara-
muara sungai yang berair payau. Di Indonesia luas daerah tanaman nipah
adalah 10% dari luas daerah pasang surut sebesar 7 juta ha atau sekitar

1
700.000 ha. Penyebarannya meliputi wilayah Sumatra, Kalimantan, Jawa,
Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya (Rachman, 1991).
Nipah (Nypa fruticans) termasuk dalam suku Arecaceae (palem)
yang hidup pada kawasan mangrove. Mangrove adalah tipe ekosistem
yang khas dan terdapat di daerah pantai tempat pertemuan muara daratan
dan lautan. Seperti halnya tumbuhan Arecaceae lainnya, yang memiliki
keanekaragaman jenis yang tinggi di Indonesia, juga memiliki berbagai
potensi yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat, nipah juga
diketahui memilki beragam potensi sebagai pemanis, bahan makanan,
bahan minuman, bahan bakar dan bahan kimia. Nipah merupakan salah
satu jenis utama penyusun hutan mengrove dengan komposisi sekitar 30%
dari total luas area mangrove. Berdasarkan data citra estimasi luas
mangrove adalah 3.244.018,46 ha, sehingga diperkirakan 973.205,54 ha
hutan nipah di Indonesia (Hartini dkk., 2010). Seperti jenis palem
umumnya yang memiliki berbagai kegunaan, nipah (Nypa fruticans)
berpotensi sebagai bahan pangan yang cukup banyak mengandung
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin (Sardjono, 1992). Salain itu, nipah
juga memiliki beragam potensi untuk kebutuhan sehari-hari, seperti bahan
bakar, bahan atap rumah, bahan kerajinan, dan produk lainnya, namun
potensinya sampai saat ini belum termanfaatkan secara maksimal (Duke,
1998).
Keberadaan vegetasi mangrove dalam menghasilkan serasah sangat
menentukan produktifitas dan kompleksitas ekologi di kawasan mangrove
dan sebagai penyedia berbagai sumber makanan bagi berbagai hewan dan
mikroorganisme melalui proses rantai makanan. Keanekaragaman
organisme juga merupakan hal yang sangat penting dalam
mempertahankan kekayaan (richness) genetik, fungsi ekologis dan daya
resiliensi ekosistem . Eksploitasi kawasan mangrove yang terus menerus
dilakukan berpotensi mereduksi keanekaragaman spesies tumbuhan yang
memiliki peran dan fungsi utama secara ekologis dan potensial untuk
dimanfaatkan secara sosial ekonomi. Dengan demikian pencarian
informasi tentang keanekaragaman spesies tumbuhan pada kawasan
mangrove nipah di Kec. Lalan Kab. Musi Banyuasin Sumatera Selatan
perlu dilakukan dalam upaya pengelolaan kawasan mangrove yang
2
berkelanjutan.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah keanekaragamn spesies tumbuhan pada kawasan
mangrove nipah (nypa fruticans wurmb.) di kec. lalan kab. musi
banyuasin sumatera selatan?
2. Apa peranan dari mangrove nipah (nypa fruticans wurmb.) di kec.
lalan kab. musi banyuasin sumatera selatan?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diambil tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kenaekragaman spesies tumbuhan pada kawasan
mangrove nipah (Nypa fruticans wurmb.) di kec. lalan kab. musi
banyuasin sumatera selatan.
2. Untuk mengetahui peran dari mangrove nipah (nypa fruticans wurmb.)
di kec. lalan kab. musi banyuasin sumatera selatan.

D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini,
yaitu:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Biodiversitas.
2. Mengetahui keanekaragaman serta peran dari mangrove nipah (nypa
fruticans wurmb.) di Kec. Lalan Kab. Musi Banyuasin Sumatera
Selatan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi dan Morfologi Mangrove Nipah (Nypa Fruticans Wurmb.)


Nipah merupakan salah satu angiospermae tertua dan kemungkinan
besar jenis palem tertua. Fosil-fosil Eocene dan Miocene dari Eropa,
Amerika Utara dan Timur Tengah dan strata Paleocene di Brasil
menunjukkan bahwa nipah penyebarannya pantropis pada 13-63 juta tahun
yang lalu. Saat ini utamanya dijumpai di daerah equator, melebar dari Sri
Lanka ke Asia Tenggara sampai Australia Utara. Diintroduksi ke Afrika
Barat diawal abad ke-20. Tegakan nipah alami terbedar dijumpai di
Indonesia (700.000 ha), Papua Nugini (500.000 ha) dan Filipina (8.000 ha).
Keberadaan alami paling utara dari jenis ini terdapat di kepulauan Ryukyu,
Jepang dan paling selatan di Australia Utara. Di Asia Tenggara, nipah juga
dibudidayakan (Sopyan, 2013).
Palem besar dengan batang menjalar, akar rimpangnya sebagian
terbenam didalam lumpur, dengan diameter hingga 45 cm, percabangannya
dua-dua dengan interval yang tetap. Daunnya menggerombol 3-5 daun per
tumbuhan, tegak, 4,5-14,2 cm panjangnya, menyirip sederhana, tangkai
daunnya sangat keras, panjangnya hingga 1,5 m, beralur pada bagian
adaksial, bagian bawah tulang daunnya bersisik coklat. Perbungaannya
tunggal tegak, tumbuh diantara daunnya, dan tampak muncul diatas
permukaan air, perbuahannya agak membulat, seperti buah batu, berwarna
coklat hingga kehitaman, agak melengkung atau menyudut (Baharuddin,
2020).
Nipah adalah tumbahan tropis rata-rata suhu minimum pada daerah
pertumbuhannya adalah 20 derajat celcius dan mksimumnya 32-35 derajat
celcius. iklim optimum adalah agak lembab sampai lembab dengan curah
hujan lebih dari 100 mm perbulan sepanjang tahun. Nipah tumbuh subur
hanya pada lingkungan air yang asin. Jarang dijumpai langsung di pantai.
Kondisi optimum adalah bagian dasar palem dan rimpangnya terendam air
asin secara reguler. Karena itu nipah mndiami daerah muara sungai yang
masih mendapat akibat arus pasang surut dari sungai. Konsentrasi garam
optimum adalah 1-9 per mil. Tanah rawa nipah berlumpur dan kaya akan
5
endapan alluvial, tanah liat dan humus; kandungan garamnya bukan
organik, kalsium, sulfur, besi da mangan tinggi, yang mempengaruhi aroma
dan warna gelapnya. pH sekitar 5; kandungan oksigen rendah kecuali
lapisan paling atas. Biasanya nipah dapat membentuk tegakan murni, tetapi
dibeberapa daerah tumbuh bercampur dengan pohon bakau yang lain (Flach
dan Rumawas, 1996).
Perbanyakan generatif dengan biji (buah) dan vegetatif dengan
rimpang yang bercabang. Di Papua New Guinea metode ‘pocket and
channel’ telah digunakan dengan baik untuk memperbanyak nipah. Buah
ditanam langsung pada kantong plastik atau dilubang sedalam 10-20 cm
sepanjang tepi kanal-kanal irigasi. Di Filipina kecambah ditumbuhkan dulu
dipersemaian kemudian dipindah ke lubang-lubang. Jarak tanam 1,5-2 m,
selanjutnya dijarangkan menjadi 400 tanaman per ha. Tegakan alami nipah
biasanya rapat; di Papua New Guinea 2.000-5.000, di Filipina 10.000
tanaman per ha (Setyawan, 2004.).
Nama generik Nypa adalah turunan latin dari “nipah”, yang
merupakan nama asli yang digunakan di Maluku dan Filipina sedangkan
julukan khusus fruticans, adalah bahasa Latin untuk semak, mengacu pada
penampilannya yang tidak bertangkai. Mungkin karena kepentingan
domestiknya, Nypa fruticans dikenal dengan berbagai macam nama daerah
untuk daftar yang berlaku untuk berbagai negara. Ini adalah salah satu
spesies mangrove yang paling banyak dimanfaatkan, dengan produk yang
diperoleh dari daun, perbungaan, dan buah-buahan. Daunnya secara
tradisional digunakan untuk atap ilalang, dan bagiannya digunakan untuk
membuat payung, jas hujan, topi, tikar, sapu, keranjang, bungkus rokok,
tali, dan sebagai sumber kayu bakar. Getah manis dari batang perbungaan
digunakan untuk membuat cuka, dan seperti pohon palem lainnya seperti
kelapa, getahnya juga digunakan untuk membuat minuman beralkohol
populer yang lebih dikenal sebagai "toddy" di Malaysia, India, dan
Bangladesh. Endosperm agar-agar dari biji muda dapat dimakan dan dapat
dimakan mentah atau diawetkan dalam sirup kental ("attap chee")
sedangkan yang mengeras dari buah matang digunakan sebagai gading
sayuran, dan kancing. Bagian palem juga digunakan sebagai obat tradisional
(pucuk muda, kayu lapuk, serta akar dan daun yang terbakar) untuk
6
pengobatan sakit kepala, sakit gigi, dan herpes (Burkill, 1966).  
Pohon nipah dapat tumbuh setinggi 10 m ini berbeda dari
kebanyakan palem karena tidak memiliki batang tegak, tetapi sebaliknya,
memiliki batang rimpang yang tebal, bersujud, yang bercabang secara
dikotomis di bawah tanah. Sebuah tanaman baru tumbuh secara vegetatif
dari setiap cabang, seringkali menciptakan tegakan murni yang luas dan
padat. Tunas terminal mendukung sekelompok tegak, daun menyirip, di
mana selebaran bergantian lanset dan banyak (30−40 per daun). Ini
berumah satu dan bunganya dimorfik. Bunga betina berbentuk bulat
sedangkan bunga jantan berbentuk seperti catkin. Penyerbukan tampaknya
oleh berbagai serangga dan angin dengan lalat drosophilid mungkin
memainkan peran yang lebih dominan. Setiap bunga yang telah dibuahi
berkembang menjadi buah berserat berwarna cokelat kastanye dan
membentuk buah bulat besar saat matang. Bobot buah yang berat
menyebabkan tangkai bunga terkulai, tetapi didukung oleh air laut selama
genangan air pasang. Pertumbuhan plumula sementara pada tanaman induk
mendorong buah menjauh dari infructescence menyebabkan absisi dan buah
apung ini kemudian tersebar air (Baderan, 2017).
Famili Arecaceae (Palmae) adalah salah satu famili monokotil
terbesar, terdiri lebih dari 200 genera dan berjumlah sekitar 2.600 spesies.
Di antara mereka, hanya beberapa spesies palem yang berasosiasi dengan
mangrove―Calamus erinaceus, Oncosperma tigillarium dan Phoenix
paludosaatau ditemukan sebagai outlier dari komunitas rawa seperti
Phoenix reclinata dan spesies Euterpe, Manicaria, Mauritia dan Raphia.
Namun, Nypa fruticans dianggap sebagai satu-satunya anggota famili yang
merupakan unsur utama flora mangrove (Alwidakdo, 2014).
B. Taksonomi
Genus Nypa adalah monotypic, dengan Nypa fruticans menjadi
satu-satunya spesiesnya, dan ditempatkan di subfamilinya sendiri,
Nypoideae. Ini adalah salah satu angiosperma paling kuno dan mungkin
spesies palem tertua. Catatan fosil serbuk sari, buah, daun, bagian berbunga,
epidermis daun dan akar telah ditemukan yang tertua berasal dari periode
Kapur Atas, 65–70 juta tahun yang lalu (Gee, 2001).  

7
Klasifikasi dari mangrove nipah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Nyapa Steck
Spesies : N. fruticans
Nama binominal Nypa fruticans Wurmb

8
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilakukan di pinggiran sungai Kec. Lalan

B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode Deskriptif, dengan survei
langsung ke lapangan. Pengambilan data menggunakan dua transek (area
dalam dan area luar). Area dalam merupakan kuadran yang menjauhi tepi
sungai dan mendekati pemukiman penduduk sekitar sehingga memiliki
karakteristik tidak berlumpur sedangkan area luar merupakan merupakan
daerah tepi sungai dengan karakteristik wilayah berlumpur dan tanah yang
terkikis karena abrasi. Pada setiap area penelitian diletakan plot sebagai
transek sebanyak 20 plot dengan berukuran 10 m x 10 m. Semua pohon
dicatat dan dihitung jumlahnya. Deksripsi dan dokumentasi pohon
dilakukan dengan detail sesuai karakteristik pohon yang ditemukan.

Sampel yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan berdasarkan jenis


kategori mangrove, habitus, dan struktur. Keragamanan spesies tumbuhan
diukur dengan menggunakan Indeks Shannon Wiener. Berikut analisa data:

dengan H’ , ni , N, dan Pi berturut-turut adalah indeks diversitas Shannon-


Wiener, nilai penting untuk tiap spesies, total nilai penting, dan peluang
nilai penting untuk tiap spesies = ni/N. Kriteria nilai indeks diversitas
Shannon-Wiener adalah H’ < 1 = keanekaragaman rendah, H’ = 1 s/d 3 =
keanekaragaman sedang, dan H0 > 3 = keanekaragaman tinggi. Sampel
tumbuhan yang diperoleh selanjutnya dibuat herbarium untuk dilakukan
identifikasi (Mernisa, 2017).

9
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Musi Banyuasin sebagai Lokasi Pengamatan
Sampel mangrove nipah (nypa fruticans wurmb.) di daerah
Karang Agung Tengah (https://disbun.mubakab.go.id/)

C. Analisis Data
Pengumpulan data dalam menyusun mini riset penelitian ini
didapatkan dari sumber literatur, seperti jurnal maupun buku yang
dijadikan sebagai panduan serta sumber bacaan. Adapun dari hasil
pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk mengetahui
keanekaragaman, karakteristik morfologi, taksonomi serta peran mangrove
nipah (nypa fruticans wurmb.).

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

11
DAFTAR PUSTAKA

Aida, G. R., Wardiatno, Y., Fahrudin, A., & Kamal, M. M. (2014). Produksi
Serasah Mangrove Di Pesisir Tangerang, Banten. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 19(2). 91–97.

Alwidakdo, A. (2014). Studi Pertumbuhan Mangrove Pada Kegiatan Rehabilitasi


Hutan Mangrove Di Desa Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak,
Kabupaten Kutai, Kertanegara. Jurnal AGRIFOR. 13(1)

Baderan, D. W. K. (2017). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Mangrove di


Kawasan Pesisir Tabulo Selatan, Kabupaten Bualemo, Provinsi
Gorontalo. Prosiding Seminar Universitas Lambung Mangkurat 2016
“Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah
Secara Berkelanjutan”. 1(1) 41–44). ULM Press.

Baharuddin, B., & Salim, D. (2020). Analisis Kekritisan Lahan Mangrove


Kalimantan Selatan dengan menggunakan Sistem Informasi Geofrafis
dalam Rangka Pengelolaan Konservasi Lahan Basah Pesisir. Jurnal
Enggano, 5(3), 495–509.

Duke, N.C., Ball, M.C. & Ellison, J.C. (1998). Factors influencing biodiversity
and distributional gradients in mangroves. Global Ecology and
Biogeography Letters. 7(1):27-47.

Flach, M. dan F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) No 9.


Plants Yielding Non Seed Carbohydrates.Bogor.

Indriani, D.P., Marisa, H., & Zakaria. (2009). Keanekaragaman spesies tumbuhan
pada kawasan mangrove Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) di Kecamatan
Pulau Rimau Kab. Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains.
12(3):1-4.

Mernisa, M., & Oktamarsetyani, W. (2017). Keanekaragaman Jenis Vegetasi


Mangrove Di Desa Sebong Lagoi, Kabupaten Bintan. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Jurusan Pendidikan Biologi,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

12
Rachman, A,K., dan Y. Sudarto. 1991. Nipah Sumber Pemanis Baru. Kanisius.
Yogyakarta.

Sardjono. 1992. Nipah. Berita P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia)
Pasuruan.

Sopyan, Hadi.,at.,all. (2013). Peran Nipah Sebagai Vegatasi Kunci, Habitat


Burung Dan Penyebarannya Di Sungai Ketingan Sidoarjo. Jurnal Ilmu
Lingkungan. 7 (2) : 223-240.

Setyawan, A.D., et. all. 2004. Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah.
Komposisi dan Struktur Vegetasi, Biodiversitas, Vol. 6, No. 3, hal. 194-
198.

13

Anda mungkin juga menyukai