PULAU PAHAWANG
Di Susun Oleh :
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Kata Pengantar
Dalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak
pihak yang mengabaikan keberadaannya.Disamping itu, kami penulis menyadari bahwa
dirinya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari khilaf dan salah, oleh karena itu, penulis
memohon maaf dan maklum serta selalu mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca yang budiman serta para pembimbing yang bijak.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, masayarakat umum
dan khususnya bagi penulis, serta dapat menambah ilmu juga memperluas wawasan kita.
2
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………….….4
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………….…5
1.3. Tujuan……………………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pendekatan yang rasional dalam pemanfaatannya dengan melibatkan masyarakat sekitar
hutan mangrove, stakeholder, dan pemerintah. Menurut Kustanti, Nugroho, Durusman, dan
Kusmana (2012) mengungkapkan bahwa masyarakat pesisir, stakeholder (Universitas
Lampung), dan pemerintah daerah juga berperan penting dalam pengelolaan hutan mangrove.
Namun, kegiatan pengelolaan dan strategi pengembangan dalam pengelolaan hutan mangrove
di Desa Pulau Pahawang, Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten Pesawaran masih perlu
diketahui untuk pengembangan lanjutan dalam pengelolaannya.
1.3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada kuliah lapangan kali ini bertemakan Mengenal Lebih dekat dan Penanaman Mangrove
di Pulau Pahawang.kita dari S1 Arsitektur 2018 universitas Lampug melakukan kuliah lapang
di Pulau Pahawang Besar tepat di dusun Suak Buah. Kegiatan ini merupakan bagaian dari
Mata Kuliah Ilmu Lingkungan yang diampu oleh dosen Dr. Ir. Citra Persada, M. Sc. Dan
Fadhilah Rusmiati, S.T., M.T.
Tujuan kuliah lapangan ini adalah mengenal lebih dekat dan melihat secara langsung
penampakan hutan mangrove yang ada di pilau pahawang .untuk lebih mendalami
pengetahuan tentang vegetasi mangrove, diharapkan dengan belajar langsung dan melihat
kondisi mangrove di lapangan akan menambah pengetahuan mahasiswa tentang mangrove
sendiri.
Gambar 1.1.
Pak Isnain memberikan penjelasan tentang hutan mangrove kepada kami sambil menikmati
suasana asri hutan mangrove disekitar
Pada kesempatan ini materi di lapangan banyak disampaikan oleh bapak Isnain yang
merupakan warga asli pulau Pahawang dan merupakan pimpinan Badan Pengelola Daerah
Perlindungan Mangrove (BPDPM) di pulau Pahawang. Bapak Isnain sudah hampir 10 tahun
bersama-sama warga di Pulau Pahawang mengkonservasi mangrove di sini. Awal merintis
untuk konservasi daerah ini pada tahun 2005 membentuk kelompok kelestarian mangrove,
selanjutnya tahun 2006 merintis lembaga DPDM yang awal SK kepala desa. Dari Pak Isnain,
mahasiswa mengenal lebih dekat tentang mangrove dan memandu kegiatan penanaman
mangrove di Pulau Pahawang.
Dari Pak Isnain, selain mengenal dekat tentang mangrove dan memandu kegiatan penanaman
mangrove di Pulau Pahawang, juga menjelaskan tentang Pulau Pahawang. Pulau Pahawang
6
adalah dengan luas 1,084 hektar yang dihuni sekitar 400 Kepala Keluarga terletak di
kecamatan Punduh Pidada dengan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Terdapat satu
desa dengan nama desa Pahawang, di pulau ini dikenang dengan sebagai tempat tujuan wisata
karena keindahan bawah lautnya dengan julukan Surga Tersembunyi (Hidden Paradise)
karena memiliki keindahan trumbu karang dan biota lautnya yang sangat indah. Selain itu
pulau ini memiliki hutan mangrove /bakau luas serta memiliki pantai berpasir putih.
Gambar 1.2.
Belajar di hutan bakau tenang dan sejuk
Dari penyampaian pak Isnain, di pulau Pahawang sudah terindentikasi 30 jenis mangrove,
yang terdiri bakau/ mangrove primer dan mangrove asosiasi. Luas wilayah mangrove di
pulau ini sekitar 141 Hektar dengan zona inti sekitar 30 hektar. Di tempat ini selain tempat
perlindungan mangrove juga tempat produksi /sumber benih mangrove yang sudah
bersetrifikat dari BPH Palembang dan BPH wilayah dua Medan serta SK bupati Pesawaran.
Di pulau Pahawang Bakau/ mangrove primer yang paling banyak ditemukan adalah
jenis Rhizopora macronata, Rhizopora apiculata dan Rhizophora cronata, pidada, dan
mangrove asosiasi asosiasi meliputi buta-buta, waru, ketapang, jeruju, dan lainnya.
7
Di Pulau Pahawang terdapat setidaknya 22 jenis vegetasi mangrove, yang paling banyak
ditemukan adalah jenis Rhizopora macronata, Rhizopora apiculata dan Rhizophora cronata,
pidada, dan mangrove asosiasi asosiasi meliputi buta-buta, waru, ketapang, jeruju, dan
lainnya. Di kawasan vegetasi hutan mangrove di Pulau Pahawang kini juga banyak dijumpai
hewan-hewan laut langka yang sudah jarang ditemukan di tempat lain. Misalnya berang-
berang, mangrove jack, dan aneka ikan khas yang hanya ada di hutan mangrove.
- Manfaat utama dari hutan mangrove itu sendiri adalah menahan abrasi.
- Selain itu juga dapat meredam gelombang dan angin badai.
- Menjernihkan air.
- Menstabilkan pantai dan ekosistem rantai makanan yang ada di dalamnya.
- Tempat hidup hewan-hewan lain seperti, kepiting, lutung, udang, ikan, dan lain-lain.
- Sedangkan manfaat bagi kedidupan sehari-hari untuk masyarakat di sekitarnya adalah sebagai
tempat pariwisata
- Dapat di jadikan makanan dan minuman dari buahnya, seperti sirup, dodol, kripik dan lain
sebagainya. Namun masyarakat pulau pahawang sendiri belum siap untuk memasarkannya,
melainkan untuk di makan sendiri atau pesanan
8
2.5. Sejarah Konservasi Mangrove Di Pulau Pahawang
Pusat konservasi mangrove di pulau pahawang ini terletak di dusun 1, suak buah, pulau
pahawang. Yang memiliki luas sebesar 30 hektar. Konservasi hutan mangrove di Pulau
Pahawang di ketuai oleh Pak Isnain Hayani yang merupakan pendiri dan pimpinan dari
BPDPM ( Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove).
Awalnya mangrove memang sudah ada dipulau pahawang ini, namun pada tahun 90-an
pohon mangrove sering di tebang liar untuk di jual sebagai bahan bangunan yaitu kaso karena
kualitasnya yang kuat dan tahan lama, dikarenakan harga nya yang lumayan tinggi pula.
Melihat kejadian itu, Pak Isnain bersama-sama dengan warga pulau pahawang yang peduli
lingkungan membentuk kelompok kelestarian mangrove pada tahun 2005 untuk menanam
kembali, mangrove-mangrove yang sudah di tebang liar. Kemudian pada tahun 2006 di
bentuk Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove(BPDPM).
Setelah lambat laun pahawang akhirnya menjadi pusat konservasi mangrove yang
dilindungi dan menjadi objek wisata serta mendapakan sertifikat dan penghargaan kalpataru
(penghargaan dari provinsi). Dan bibit di pulau pahawang ini pula merupakan bibit yang telah
bersertifikat oleh kementrian kehutanan.
Saat ini Desa Pulau Pahawang sudah memiliki Peraturan Desa (Persdes) tentang
Penyelamatan Hutan Mangrove. Perdes itu mengatur bagaimana caranya warga desa
berpartisipasi menyelamatkan hutan mangrove yang menjadi sabuk hijau bagi desa mereka.
Juga berisi tentang sanksi bagi warga desa atau pendatang yang merusak pohon mangrove.
Yaitu dengan diberlakukan denda untuk orang yang menebang mangrove dengan liar, dengan
prinsip menebang 1 pohon harus mengganti 2 pohon. Namun sayangnya, pusat konservasi ini
belum dapat di buka sebagai objek wisata yang aktif, di karenakan belum memiliki izin dari
pihak berwenang.
Meskipun semua warga desa bertanggung jawab memelihara hutan mangrove, dalam
praktek sehari-hari tugas menjaga dan menyelamatkan hutan mangrove dilakukan oleh
lembaga yang disebut Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove (BPDPM) di bawah
supervisi langsung Mitra Bentala. Para pengurus lembaga ini diberi pemahaman tentang
pengelolaan sampai pengawasan hutan mangrove.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pengelolaan hutan mangrove di Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten
Pesawaran sudah cukup baik .Pengelolaan hutan mangrove di Pulau Pahawang saat ini telah ada
badan organisasi Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove (BPDPM), LSM
Mitrabentala.Seluruh masyarakat telah mengetahui adanya badan organisasi yang mengelola hutan
mangrove di daerah mereka. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Strategi pengembangan pengelolaan
tersebut harus saling mendukung antar pihak instansi terkait, pihak pengelola, dan masyarakat. Selain
itu, pengembangan tracking mangrove harus dilaksanakan melihat potensi hutan yang baik, adanya
peraturan desa, dan respon masyarakat yang baik akan rencana ini. Hal ini didukung oleh pendapat
dari instansi seperti DKP, Disbunhut, dan aparatur desa. Keberlanjutan suatu pengelolaan pada hutan
mangrove harus diiringi dengan meningkatnya pengetahuan akan pentingnya manajemen. Selain
secara umum, strategi prioritas yang dapat dilakukan adalah pemberian materi penyuluhan, pelatihan
yang didampingi oleh tenaga ahli, dan pengembangan teknologi tepat guna.
3.2 Saran
Diharapkan agar pemerintah bisa lebih memperhatikan kelestarian huitan mangrove di karenakan
hutan mangrove di pulau pahawang sangat memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Serta dapat
memberi izin pada pengelola untuk membuka pusat konservasi mangrove ini secara resmi sebagai
tempat wisata yang seutuhnya.
10
3.3 Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/5597605/Makalah-Hutan-Mangrove
http://taufiqabd.blogspot.com/2017/05/makalah-ekosistem-mangrove.html
https://nawarsyarif.blogspot.com/2016/06/makalah-hutan-mangrove-permasalahan-dan.html
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JHT/article/view/882
http://www.razonewane.com/2016/12/mengenal-lebih-dekat-dan-penanaman.html
11