Anda di halaman 1dari 10

KISAH TELADAN LUKMAN AL HAKIM

PESAN MORAL LUQMAN AL-HAKIM


DAN KORELASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. PENDAHULUAN

Pendidikan anak sudah sepatutnya dilakukan oleh orangtua sedini dan sebaik mungkin. Hal ini karena hanya
dengan pendidikan yang baiklah orang tua dapat membimbing anaknya untuk menjadi seorang anak yang shaleh
sehingga terhindar dari perbuatan-perbuatan buruk yang dapat menjerumuskan mereka kedalam api neraka.
Dalam hal ini Allah swt berfirman:

‫س رواَللححرجاَررةة‬
‫ريِاَ أريَيِرهاَ اَلنحذيِرن آررمةنوُاَ ةقوُاَ أرلنفةرسةكلم روأرلهحليِةكلم رناَرراَ روةقوُةدرهاَ اَلنناَ ة‬

”Wahai orang-orang yang beriman peliharalah diri-diri kamu dan keluarga kamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu (QS. At-Tahrim : 6)

Rasulullah saw juga pernah bersabda bahwa anak adalah tanggung jawab penuh orang tua sebagaimana
diriwayatkan oleh Muslim melalui Ibnu Umar:

‫ع روهةروُ رملسةئوُلل رعلن ررحعيِنتححه‬ ‫ع روةكيَلةكلم رملسةئوُلل رعلن ررحعيِنتححه رفاَلرحميِةر اَلنحذىِ رعرلىَ اَلنناَ ح‬
‫س رراَ ع‬ ‫ أرننهة رقاَرل » أرلر ةكيَلةكلم رراَ ع‬-‫صلىَ ا عليِه وسلم‬- َ‫رعحن اَلبحن ةعرمرر رعحن اَلننبحىى‬
‫ع رعرلىَ رماَحل رسنيِىحدحه روهةننروُ رملسننةئوُلل رعلننهة‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ع رعرلىَ أرلهحل برليِتححه روهةروُ رملسةئوُلل رعلنهةلم رواَللرملرأرةة رراَحعيِرةل رعرلىَ برليِ ح‬
‫ت برلعلحرهاَ رورولرحدحه روحهرىَ رملسةئوُلرة رعلنهةلم رواَلرعلبةد رراَ ع‬ ‫رواَلنرةجةل رراَ ع‬
[1].« ‫ع روةكيَلةكلم رملسةئوُلل رعلن ررحعيِنتححه‬ َ‫را‬
‫ل ر ع‬ ‫م‬ ‫ة‬
‫ك‬ َ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ة‬
‫ك‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ر‬ ‫ل‬‫ر‬ ‫أ‬

Oleh karena itu, gagasan tentang pendidik dan pendidikan anak merupakan sebuah hal yang patut dibicarakan.
Dalam tulisan ini akan diangkat tentang sosok orang tua sekaligus pendidik yang diabadikan Al-Qur’an yakni
Luqman al-Hakim. Tulisan ini diharapkan dapat mengangkat isyarat-isyarat dan pesan-pesan moral Luqmanul al-
Hakim yang dapat diaplikasikan dalam pendidikan anak.

B. KARAKTERISTIK SURAH LUQMAN DAN SEBAB TURUNNYA AYAT

Menurut Ibnu Abbas Surah Luqman termasuk surah Makkiyah. Sedangkan Atha’ dan Qatadah menyebutkan
bahwa surah Luqman termasuk kelompok surah Makkiyah, kecuali ayat 27-28, keduanya Madaniyyah.[2]
Dinamakan surah Luqman karena dalam surah ini terdapat kisah Luqman. Surah ini mengandung tentang
keutamaan hikmah, rahasia pengenalan kepada Allah dan sifat-sifat-Nya, celaan terhadap syirik, perintah dengan
akhlak dan perbuatan yang terpuji dan larangan terhadap akhlak dan perbuatan yang tercela. Kandungan tersebut
termasuk tujuan-tujuan Al-Qur’an yang terpenting.[3]
Terdapat perselisihan pendapat di antara ulama tentang kedudukan Luqman, apakah ia seorang Nabi ataukah
hanya hamba Allah yang shalih yang diberi kelebihan hikmah. Ibnu Katsir mengatakan mayoritas ulama salaf
berpendapat bahwa Luqman bukan seorang Nabi. Ibnu Katsir juga menyebutkan satu riwayat yang disandarkan
kepada ’Ikrimah yang mengatakan bahwa Luqman adalah Nabi, akan tetapi menurut Ibnu Katsir perawinya ada
yang dinilai lemah (dhaif).[4] Dikatakan bahwa nama lengkapnya adalah Luqman bin Ba’ura. Sedangkan
Abdurrahman as-Suhaili berpendapat bahwa ayahnya bernama ’Unaqa’ bin Sarun. Menurut Wahab ia salah
seorang putra dari saudari Nabi Ayyub. sedangkan kata Muqatil ia adalah anak dari bibi Nabi Ayyub dari pihak
ibu. Luqman adalah seorang hakim bani Israil yang diperkirakan hidup pada masa Nabi Daud dengan julukan Al-
hakim (yang bijak).[5] Mengenai dirinya Abu ad-Darda menggambarkan bahwa Luqman adalah sosok yang
tidak banyak bicara, banyak berpikir, memiliki pandangan yang dalam, tidak tidur disiang hari, tidak suka
mengulang-ulang perkataan kecuali perkataan yang mengandung hikmah itu pun apabila seseorang meminta
kepadanya untuk diulang, ia sering mendatangi para hukama untuk bertukar pendapat dan pikiran serta untuk
mendapatkan i’tibar.[6]
Mengenai latar belakang (asbab an-nuzul) turunnya Surah ini, Al-Alusi menerangkan bahwa ada seorang
Quraisy datang kepada Rasulullah, yang meminta agar dijelaskan kepadanya berkaitan dengan kisah Luqman al-
Hakim dan anaknya serta tentang kebaktiannya kepada orangtua. Rasulullah pun membacakan Surah Luqman.
[7] Sebagai Surah yang nota bene merupakan surah Makkiyah surah ini memiliki karakteristik Makkiyah yakni
ajaran tentang tauhid, iman kepada para Nabi dan hari kiamat. Surah ini juga menjelaskan karakteristik manusia
pembangkang karena memang turun kepada orang-orang Mekah yang keras perlawanannya terhadap Islam.
Selain itu, ditinjau dari aspek pendidikan, surah ini mengangkat cerita tentang Luqman sebagai sosok orang tua
bijak dalam mendidik anaknya.

C. PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK

Lukman adalah seorang hamba yang shaleh yang dikarunia al-Hikmah. Hikmah menurut Ibnu Abbas adalah
akal, pemahaman dan kecerdasan. Senada dengan itu, mujahid mengartikan hikmah dengan akal, pemahaman
dan kesesuaian antara perkataan dan tindakan. Sedangkan menurut Ar-Raghib, hikmah adalah pengetahuan
segala yang ada dan pengetahuan tentang perbuatan baik. Masih menurutnya, hikmah adalah kesesuaian tentang
ilmu dan amal. Lain lagi dengan Abu Hayyan, ia menafsirkan hikmah dengan manthiq yang dengannya
seseorang dapat memberikan nasehat dan peringatan sehingga orang-orang datang kepadanya untuk meminta
nasehat-nasehatnya.[8] Dari sini jelaslah, bahwa Luqman adalah seorang bijak yang dianugerahkan kecerdasan
dan pemahaman tentang kebaikan serta sosok teladan yang memiliki kesesuaian antara ilmu dan amal maupun
perkataan dan tindakan.
Kisah Luqman merupakan potret orang tua dalam mendidik anaknya dengan ajaran keimanan dan akhlak mulia.
Dengan pendekatan persuasif, Luqman dianggap sebagai profil pendidik bijaksana, sehingga Allah
mengabadikannya dalam Al-Qur’an dengan tujuan agar menjadi ibrah bagi para pembacanya. Setidaknya ada
empat pesan moral yang dapat diambil dari kisah Luqman ini yang dapat dijadikan sebagai dasar dan acuan
dalam mendidik anak. Keempat pesan moral itu adalah menanamkan aqidah pada anak, mengajarkannya
bersyukur dan berbakti kepada Allah dan orang tua, membiasakannya beramal shaleh sejak usia dini, dan
mengajarkannya akhlak mulia dan etika berinteraksi dengan sesama.

1. MENANAMKAN AQIDAH PADA ANAK

‫ك لرظةلللم رعحظيِلم‬ ‫روإحلذ رقاَرل لةلقرماَةن حللبنححه روهةروُ يِرحعظةهة ريِاَبةنر ن‬


‫ي لر تةلشحرلك حباَلح إحنن اَلىشلر ر‬

Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya pada waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Anakku sayang,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, karena sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar
kezaliman yang besar.” (Q.S. Luqman: 13)
Redaksi ayat di atas berbicara tentang nasihat Luqman kepada putranya yang dimulai dari peringatan terhadap
perbuatan syirik. Kata ya’izhu terambil dari kata wa’zh yaitu nasihat menyangkut berbagai kebajikan dengan
cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan
ancaman. Penggunaan kata ini, memberikan gambaran tentang bagaimana perkataan atau nasihat itu beliau
sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya
kepada anak.[9] Kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasehat itu dilakukannya dari saat kesaat, sebagaimana
dipahami dari redaksi kata kerja ya’izhu yang mengambil bentuk fi’il mudhari’ yang menunjukkan makna
rutinitas (li ad-dawam).
Kata bunayya (anakku) dalam bentuk tasghir (pemungilan) dari kata ibny, mengisyaratkan sebutan atau
ungkapan kasih sayang. Jadi bunayya disini dapat diterjemahkan dengan ungkapan ”anakku sayang”. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa ayat diatas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih
sayang terhadap peserta didik begitupun pendidik hendaknya senantiasa memberikan nasihat yang baik setiap
saat.
Lukman memulai nasehatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Allah. Isyarat
ini terlihat ketika Luqman menggambarkan syirik sebagai ”kezaholiman yang besar”. Isyarat ini dapat dipahami
dari penyebutan kata (zhulmun azhim) yang dirangkai dengan lam at-tawkid. Kesan lain yang dapat diambil dari
penggunaan redaksi pesan yang menggunakan fi’il nahi (bentuk larangan), yakni ”janganlah kamu
mempersekutukan Allah” menunjukkan bahwa meninggalkan sesuatu yang buruk lebih layak didahulukan
sebelum melaksanakan yang baik.
Menurut M. Ali ash-Shabuni, perbuatan syirik merupakan sesuatu yang buruk dan tindak kezhaliman yang nyata.
Karena itu, siapa saja yang menyerupakan antara Khalik dengan makhluk, tanpa ragu-ragu, orang tersebut bisa
dipastikan masuk ke dalam golongan manusia yang paling bodoh. Sebab, perbuatan syirik menjauhkan seseorang
dari akal sehat dan hikmah sehingga pantas digolongkan ke dalam sifat zalim; bahkan pantas disetarakan dengan
binatang.[10] Dengan demikian menghindarkan anak dari syirik dengan memberikan pemahaman kepada
mereka tentang syirik pada hakikatnya adalah menjauhkan mereka terjatuh dalam kezaliman dan kebodohan
yang terbesar.
Larangan syirik pada dasarnya merupakan pengajaran tentang tauhid. Perlunya tauhid diajarkan pada anak sedini
mungkin adalah agar ia tumbuh dengan kejernihan pikiran dan kekuatan iman sesuai dengan fithrah yang Allah
berikan padanya sejak lahir. Jadi, pendidikan tauhid usia dini pada hakikatnya adalah melanjutkan dan
menggiring fithrah anak yang terlahir dalam keadaan suci kepada agama yang hanif. Disinilah letak peranan
orang tua sebagai pendidik pertama bagi anaknya setelah ia lahir kedunia. Kelalaian orang tua dalam fase ini
dengan membiarkan mereka lebih dahulu menerima seruan syaithan ketimbang tauhid merupakan kesalahan
fatal. Karena itu Rasulullah mengingatkan:

[11]‫كل موُلوُد يِوُلد علىَ اَلفطرة فأبوُاَه يِهوُداَنه أو يِنصراَنه أو يِمجساَنه‬

Oleh karena itu, Nabi saw menekankan pentingnya pendidikan Aqidah pada usia dini bahkan pada saat detik-
detik kelahirannya ke dunia meskipun hal tersebut terkesan sederhana. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh
hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari Ibnu Abbas r.a.

‫[ )رواَه اَلح اَكم ع ن اَب ن‬12] ‫ اَفتحوُاَ علىَ صبيِاَنكم أول كلمة بل إل ه إل ا و لقن وُهم عن د اَلم وُت ل إل ه إل ا‬: ‫عن اَلنبي صلىَ ا عليِه و سلم قاَل‬
(‫عباَس‬

Bacakanlah kalimat pertama kepada anak-anak kalian kalimat Lâ ilâha illâ Allâh dan talqinlah mereka ketika
menjelang mati dengan Lâ ilâha illâ Allâh. (HR al-Hakim).
Berdasarkan hadis di atas, kalimat tauhid (Lâ ilâha illâ Allâh) hendaknya merupakan sesuatu yang pertama
masuk ke dalam pendengaran anak dan kalimat pertama yang dipahami anak. Hal ini seiring pula dengan anjuran
azan di telinga kanan anak dan iqamah di telinga kirinya sesaat setelah kelahirannya di dunia ini.

[13] ِ‫ أذن في أذن اَلحسن بن علي يِوُم ولد فأذن في أذنه اَليِمنىَ وأقاَم في أذنه اَليِسرى‬: ‫ أن اَلنبي صلىَ ا عليِه و سلم‬: ‫عن اَبن عباَس‬

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah, rahasia dianjurkannya mengumandangkan adzan kepada bayi yang baru
lahir adalah supaya ucapan yang pertama kali didengar oleh seseorang manusia adalah kalimat-kalimat adzan.
Kalimat-kalimat tersebut meliputi kebesaran dan keagungan Allah. Didalamnya terdapat kalimat syahadat
(persaksian) yang merupakan ikrar pertama bagi seseorang yang masuk Islam. Tidak diragukan bahwa dampak
dari kalimat-kalimat adzan tersebut akan sampai padanya dan membekas di hatinya, mekipun saat itu ia tidak
merasakannya. Hikmah lainnya, masih menurutnya, yaitu agar ajakan untuk beribadah kepada Allah dan berikrar
untuk memeluk Islam lebih dulu diterima oleh seorang anak dari ajakan dan bujuk rayu setan sebagaimana
halnya fitrah (agama) Allah lebih dulu diterima oleh seorang anak dari ajakan dan bujuk rayu setan dan
sebagaimana halnya fithrah Allah lebih dulu mewatak pada diri seorang anak dari usaha setan untuk
merubahnya.[14]
Salah satu usaha agar anak terhindar dari gangguan syaithan adalah dengan doa. Imam Al-Bukhari meriwayatkan
sebuah hadis tentang doa Nabi saw untuk Hasan dan Husein agar mereka dilindungi Allah SWT dari syaithan.
Doa itu adalah doa Nabi Ibrahim buat kedua putranya Ismail dan Ishaq.

‫ كاَن اَلنبي صلىَ ا عليِه وسلم يِعوُذ اَلحسن واَلحسيِن ويِقوُل ) إن أباَكماَ كاَن يِعوُذ بهاَ إسماَعيِل وإسننحاَق أعننوُذ‬: ‫عن اَبن عباَس رضي ا عنهماَ قاَل‬
[15](‫بكلماَت ا اَلتاَمة من كل شيِطاَن وهاَمة ومن كل عيِن لمة‬

Selanjutnya, upaya menanamkan kalimat tauhid dapat ditempuh dengan berbagai cara dan media. Di antaranya
mendengar, mengucapkan, dan menghapalkan kalimat-kalimat tauhid, ayat-ayat al-Quran, serta al-Hadis yang
terkait dengannya; kemudian memahamkan maknanya serta menjelaskan berbagai jenis perbuatan syirik yang
pernah dilakukan manusia, khususnya yang terjadi saat ini; selanjutnya menceritakan berbagai azab yang
ditimpakan Allah kepada umat-umat terdahulu akibat perbuatan syirik mereka.
Adapun mengenai metode pendidikan Aqidah, Imam Al-Ghazali berpandangan bahwa pendidikan akidah bagi
anak harus dilakukan step by step. Upaya menanamkan Aqidah kepada anak pada masa pertumbuhannya
sepatutnya diawali dengan menghafal. Kemudian seiring dengan kedewasaannya pemahaman tentang Aqidah
akan tersingkap dengan sendirinya sedikit demi sedikit. Setelah menghafal akan muncul pemahaman yang
diiringi oleh i’tikad, keyakinan, dan pembenaran. Semua itu akan terwujud dengan sendirinya dalam diri anak
tanpa memerlukan dalil-dalil filosofis.

‫اَعلم أن ماَ ذكرناَه في ترجمة اَلعقيِدة يِنبغي أن يِقدم إلىَ اَلصبي في أول نشوُه ليِحفظه حفظاَ ثم ل يِزاَل يِنكشف له معناَه في كننبره شننيِئاَ فشننيِئاَ فاَبتننداَؤه‬
[16]‫اَلحفظ ثم اَلفهم ثم اَلعتقاَد واَليِقاَن واَلتصديِق به وذلك مماَ يِحصل في اَلصبي بغيِر برهاَن‬

Al-Ghazali juga mengakui bahwa metode talqin yang meniscayakan taklid dalam akidah anak atau pun orang
awam masih memiliki kelemahan dan rentan menerima hal-hal yang dapat merusaknya jika dilontarkan
kepadanya pemahaman-pemahaman akidah yang keliru. Untuk memperkuat akidah anak ataupun orang awam,
al-Ghazali tidak setuju digunakannya metode kalam dan jadal (debat) karena metode ini justru dapat
menggoncangkan keyakinannya dan menambah keraguannya. Oleh karena itu, menurutnya, metode yang tepat
untuk memperkuat dan memantapkan akidah mereka adalah menyibukkan mereka dengan membaca al-Qur’an
dan mengkaji tafsirnya serta membaca hadis dan mendalami maknanya. Akidah mereka akan senantiasa
bertambah mantap dengan sebab mendengar dalil-dalil maupun hujjah Al-Qur’an begitu pula dengan bukti-bukti
dan pesan-pesan yang disampaikan hadits. Selain itu, anak juga harus digemarkan melakukan praktek-praktek
ibadah dan bergaul dengan orang-orang shaleh sehingga mereka dapat meneladani sikap tanduk dan akhlak
mereka yang mulia.

‫يِكوُن اَلعتقاَد اَلحاَصل بمجرد اَلتقليِد غيِر خاَل عن نوُع من اَلضعف في اَلبتداَء علىَ معنىَ أنه يِقبل اَلزإاَلة بنقيِضه لننوُ ألقننىَ إليِننه فل بنند مننن تقننوُيِته‬
‫ وليِس اَلطريِق في تقوُيِته وإثبنناَته أن يِعلننم صنننعة اَلجنندل واَلكلم بننل يِشننتغل بتلوة اَلقننرآن‬.‫وإثباَته في نفس اَلصبي واَلعاَمي حتىَ يِترسخ ول يِتزلزل‬
‫وتفسيِره وقراَءة اَلحديِث ومعاَنيِه ويِشتغل بوُظاَئف اَلعباَداَت فل يِزاَل اَعتقاَده يِزداَد رسوُخاَ بماَ يِقرع سمعه من أدلة اَلقرآن وحججه وبماَ يِرد عليِه من‬
‫شوُاَهد اَلحاَديِث وفوُاَئدهاَ وبماَ يِسطع عليِه من أنوُاَر اَلعباَداَت ووظاَئفهاَ وبمنناَ يِسننرىِ إليِننه مننن مشنناَهدة اَلصنناَلحيِن ومجاَلسننتهم وسننيِماَهم وسننماَعهم‬
َ‫وهيِآتهم في اَلخضوُع ل عز و جل واَلخوُف منه واَلستكاَنة له فيِكوُن أول اَلتلقيِن كإلقاَء بذر في اَلصدر وتكوُن هذه اَلسباَب كاَلسقىَ واَلتربيِة له حتى‬
[17].‫يِنموُ ذلك اَلبذر يِقوُىِ ويِرتفع شجرة طيِبة راَسخة أصلهاَ ثاَبت وفرعهاَ في اَلسماَء‬

Penggunaan cara dan media belajar hendaknya disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. Pendidiknya
hendaknya lebih arif dalam memilih cara yang memudahkan anak untuk mengingat dan memahami pelajaran
yang hendak diberikan serta memilih media yang disukai anak-anak agar mereka tidak merasa terpaksa
menerima suatu pengajaran yang diberikan. Dengan begitu, pembelajaran akidah tauhid ini berjalan dengan
lancar dan anak tidak merasa dibebani sesuatu. Contohnya adalah dengan cara memperdengarkan nyanyian yang
di dalamnya terkandung pemahaman tauhid, membacakan ayat-ayat al-Quran maupun Hadis Nabi saw. yang
menjelaskan pemahaman tauhid, serta mengajak anak untuk sama-sama melafalkannya bila anak sudah mampu
berbicara. Oleh karena itu, menanamkan tauhid kepada anak tidak harus dalam suasana belajar, bisa dilakukan
kapan saja; pada saat anak bermain, makan, ataupun ketika menidurkannya. Dengan demikian, para orangtua
sangat dibutuhkan perannya untuk menanamkan pemahaman tauhid ini di sepanjang hari-hari dan aktivitas anak.
2. MENGAJARKAN ANAK BERSYUKUR DAN BERBAKTI KEPADA ALLAH DAN ORANG TUA

‫س‬‫ك حبني رم اَ لرليِن ر‬‫ك رعلنىَ أرلن تةلشنحر ر‬


‫ روإحلن رجاَهررداَ ر‬.‫صيِةر‬‫ي اَللرم ح‬
‫ك إحلر ن‬ ‫صليِرناَ لاَحللنرساَرن بحروُاَلحردليِحه رحرملرلتهة أةيَمهة رولهرناَ رعرلىَ رولهعن روفح ر‬
‫صاَلةهة حفي رعاَرمليِحن أرحن اَلشةكلر حلي رولحروُاَلحردليِ ر‬ ‫رورو ن‬
‫ة‬ ‫ر‬ ‫ة‬ ‫ل‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ة‬
‫ي رملرحجةعكلم فأنبىئكلم بحرماَ كنتلم تلعرملوُرن‬ ‫ر‬ ‫ة‬
‫ي ثنم إحل ن‬ ‫ر‬
‫ب إحل ن‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ل‬ ‫ن‬ ‫ر‬ ‫ل‬ َ‫ي‬
‫صاَححلبهةرماَ حفي اَلدنريِاَ رملعةروفاَ رواَتبحلع رسحبيِرل رمن أناَ ر‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ل‬
‫ك بححه حعللم فل تحطلعهةرماَ رو ر‬ ‫ر‬
‫ل ر‬

“Kami memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada ibu-bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu. Jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, janganlah kamu mengikuti
keduanya; pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS
Luqman [31]: 14-15).
Allah memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya sebagai wujud rasa syukur
atas pengorbanan keduanya dalam memelihara dan mengasuh si anak sejak dalam kandungan. Demikian pula
pengorbanan ketika menyusui si anak selama dua tahun, terutama sang ibu. Karena itu, sekalipun kedua
orangtuanya kafir, seorang anak tetap harus berbuat baik kepada keduanya. Hanya saja, seorang anak tidak boleh
menaati keduanya dalam hal-hal yang melanggar perintah Allah, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk
dalam kemaksiatan kepada Allah.
Ayat diatas tidak menyebut jasa bapak, tetapi menekankan pada jasa ibu. Ini disebabkan karena ibu berpotensi
untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu, berbeda dengan bapak. Disisi lain, peranan bapak dalam
konteks kelahiran anak, lebih ringan dibanding dengan peranan ibu[18]. Begitupun soal pendidikan anak, ibu
memiliki peranan penting karena waktu yang diberikan ibu kepada anaknya kadang lebih besar daripada
bapaknya. Oleh karena itu adalah wajar kalau ibu didahulukan.

Al-Manawi memberikan definisi birr al-Walidain sebagai berikut

[19]‫وبر اَلوُاَلد اَلتوُسع في اَلحساَن إليِه وتحري محاَبه وتوُقي مكاَرهه واَلرفق به‬

”Birrul Walid (berbakti kepada orang tua), yaitu memperluas kebaikan kepada orang tua, memperhatiakan yang
disukai orang tua, menghindari yang dibenci orang tua dan berlaku lembut atau sopan dengan orang tua”
Bakti anak kepada orang tua menurut Al-Qur’an adalah sebuah hak orang tua kepada anaknya karena mereka
sebagai wakil Allah diamanahi mengemban tugas-tugas pemeliharaannya (tarbiyyah) dari mulai lahir sampai
dewasa. Oleh karena itu Allah mengajari setiap muslim untuk berterima kasih kepada orangtuanya dengan
mengajarkan kepada mereka untuk selalu berbuat baik kepada mereka, tidak berkata-kata kasar dan selalu
mendoakan mereka lantaran jasa-jasa mereka yang besar yang telah bersusah payah menghantarkan mereka
menuju kedewasaan.

‫ض‬‫رواَلخفح ل‬. َ‫ف رولر ترلنهرلرهةرماَ روةقل لنهةرماَ قرلوُلر ركحريِرما‬‫ك اَللحكبررر أررحةدهةرماَ أرلو حكلرهةرماَ فرلر ترةقل لنهةرمآ أة ف‬
‫ك أرلن ترلعبةةدولاَ إحلن إحنيِاَهة روحباَللروُاَلحردليِحن إحلحرساَرناَ إحنماَ يِرلبلةرغنن حعنرد ر‬ ‫روقر ر‬
‫ضىَ رريَب ر‬
(24-23 : ‫صحغيِرراَ )اَلسراَء‬ ‫ر‬
‫ب اَلررحلمهةرماَ كرماَ رربنريِاَحني ر‬ ‫ة‬ َ‫ي‬ ‫ر‬
‫لهةرماَ رجناَرح اَلذىل حمرن اَلنرلحرمحة روقل نر ى‬ ‫ر‬

Kesan lain yang dapat ditangkap dari ayat diatas (QS Luqman [31]: 14-15) bahwa dalam materi pendidikan
tentang kebaktian kepada orang tua harus disuguhkan kebenarannya dengan argumentasi yang dapat dibuktikan
oleh manusia melalu penalarannya dan pengalamannya tentang realitas. Sedangkan kalau dipahami munasabah
dari larangan mempersekutukan Allah yang disandingkan dengan bersyukur dengan orang tua melalui kebaktian
kepada mereka akan terlihat bagaimana Allah memberikan pengajaran kepada manusia bahwa beriman kepada-
Nya adalah hal yang sudah semestinya dilakukan oleh manusia sebagai tanda syukur kepada-Nya atas limpahan
karunia-Nya yang banyak sebagaimana ia juga layak berbakti kepada orang tua mereka lantaran jasa-jasa orang
tua yang besar.
Rasa syukur kepada Allah harus didahulukan dari rasa syukur kepada manusia, termasuk kepada kedua orangtua.
Artinya, sekalipun orangtua sangat berjasa dalam memelihara dan mengasuh kita sejak dalam kandungan, rasa
syukur kepada mereka tidak boleh mendahului rasa syukur kepada Allah. Sebab, tempat kembali semua makhluk
hanyalah kepada Allah.
Upaya menancapkan rasa syukur kepada Allah bisa dilakukan dengan mengajak anak mengamati dan
memikirkan karunia Allah yang diperoleh si anak, keluarganya, serta lingkungan sekitarnya. Di mulai dari hal
yang paling sederhana dan mudah diamati sampai hal-hal yang membutuhkan pengamatan cermat.

3. MENDIDIK DAN MELATIH ANAK BERAMAL SHALEH

‫صننلرةر رولأةمنلر‬‫ي أرقحننحم اَل ن‬ ‫ يِرنناَبةنر ن‬.‫ف رخبحيِننلر‬ ‫ت بحهرنناَ اةنن إحنن ارنن لرحطيِنن ل‬ ‫ض يِرننأل ح‬ ‫ت أرلو حفني اَحللر ح‬
‫صلخررعة أرلو حفي اَلنسرمروُاَ ح‬
‫ك حملثرقاَرل رحبنعة حملن رخلرردعل فرترةكلن حفي ر‬
‫ي إحننرهاَ إحلن تر ة‬
‫ريِاَبةنر ن‬
‫ك حملن رعلزحم لاَلةةملوُحر‬ ‫ك إحنن رذلح ر‬ ‫صاَبر ر‬
‫ر‬ ‫ر‬ ‫أ‬ َ‫ما‬
‫ر‬ َ‫لى‬‫ر‬ ‫ع‬
‫ر‬ ‫ر‬‫ل‬ ‫ب‬‫ص‬‫ل‬ َ‫وا‬ ‫ر‬ ‫ر‬
‫ك‬ ‫ل‬
‫ن‬
‫ح ر ر ح ة ح ر ح‬‫م‬‫ل‬‫ل‬ َ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ع‬
‫ر‬ ‫ه‬ ‫ل‬
‫ن‬ َ‫وا‬ ‫ف‬ ‫رو‬
‫ة‬ ‫ل‬
‫ع‬ ‫م‬‫ل‬‫ل‬
‫ح ر‬ َ‫با‬

Luqman berkata, “Anakku, sesungguhnya jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau
di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (balasannya). Sesungguhnya Allah Maha
halus lagi Mahatahu. Anakku, dirikanlah shalat, suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka
dari perbuatan yang mungkar, serta bersabarlah atas apa saja yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian
itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. (QS Luqman [31]: 16-17).
Ayat diatas merupakan lanjutan wasiat Luqman kepada anaknya. Pesannya kali ini adalah tentang kedalaman
ilmu Allah SWT. yang luar biasa. Luqman memberikan pelajaran kepada Anaknya bahwa Allah mengetahui
perbuatan baik atau buruk walau seberat biji sawi, dan berada pada tempat yang paling tersembunyi, misalnya
dalam batu karang sekecil, sesempit dan sekokoh apapun batu itu, atau dilangit yang demikian luas dan tinggi,
atau di dalam perut bumi yang sedemikian dalam di mana pun keberadaannya, niscaya Allah akan
mendatangkannya lalu memperhitungkan dan memberinya balasan.[20]
Selanjutnya dapat dipahami, dari munasabah ayat ini dengan ayat lalu yang berbicara tentang keesaan Allah dan
larangan mempersekutukan-Nya, maka ayat ini (QS Luqman [31]: 16) menggambarkan Kuasa Allah melakukan
perhitungan atas amal-amal perbuatan manusia diakhirat nanti. Dengan demikian, ada dua tema akidah yang
diangkat melalui ayat ini dan sebelumnya yaitu tentang keesaan Allah dan keniscayaan hari Kiamat. Dua prinsip
ini termasuk dari rukun Iman yang mendasari Aqidah Islam.
Kesan lain yang dapat diambil dari ayat diatas adalah bahwa Luqman berupaya untuk membuka kesadaran dan
keyakinan anaknya bahwa Allah selalu mengawasinya dan amal perbuatannya. Jika seseorang telah merasa dekat
dengan Allah dan sadar akan pengawasan-Nya yang tidak pernah putus maka hal itu akan dapat menjauhkannya
dari perbuatan yang buruk dan selalu mendorongnya berupaya melakukan amal shaleh. Hal ini seiring dengan
hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam at-Thabrani:

‫ضةل اَحلليِرماَحن أرلن ترلعلررم أرنن ار رمرع ر‬


‫ك رحليِ ة‬
‫ث رماَ ةكلن ر‬
(‫ت )رواَه اَلطبراَني‬ ‫أرلف ر‬

“Iman yang paling utama adalah engkau yakin bahwa Allah menyertai kamu di mana pun kamu berada” (H.R.
At-Thabrani)
Setelah kekuatan akidah tertanam dalam jiwa anak, maka kekuatan tersebut merupakan pondasi yang kuat dan
landasan utama bagi anak untuk menerima pengajaran pendidik menaati semua perintah Allah berupa taklif
hukum yang harus dijalankan sebagai konsekuensi keimanan. Oleh karena itu, perlu motivasi yang kuat,
ketekunan yang sungguh-sungguh, serta kreativitas yang tinggi dari para orangtua terhadap upaya penanaman
akidah yang kuat kepada anak sebagaimana dicontohkan oleh Luqman. Selain itu, orang tua juga jangan sampai
melupakan berharap dan berdoa kepada Allah agar anaknya menjadi orang yang taat.
Allah memberikan gelar “’Ibâdurrahmân” kepada hamba-hamba-Nya yang mana diantara salah satu ciri-cirinya
adalah mereka yang selalu berkomitmen dan berdoa agar dianugerahkan istri dan anak yang menyejukkan mata.

(74: ‫ب لررناَ حملن أرلزإرواَحجرناَ روةذىرنيِاَتحرناَ قةنرةر أرلعيِةعن رواَلجرعللرناَ لحللةمتنحقيِرن إحرماَرماَ )اَلفرقاَن‬
‫رواَلنحذيِرن يِرةقوُةلوُرن رربنرناَ هر ل‬

Imam al-Hasan ketika ditanya tentang maksud ‫ قةنرةر أرلعيِةعن‬pada ayat ini beliau menjawab dengan mengatakan “orang
mukmin yang melihat istri dan anaknya taat kepada Allah”.

‫حدثناَ أحمد بن اَلمقداَم حدثناَ حزم قاَل سمعت كثيِراَ يِسأل اَلحسن قاَل يِاَ أباَ سعيِد قوُل ا عز و جل ) هب لناَ مننن أزإواَجننناَ وذريِاَتننناَ قننرة أعيِننن ( أفني‬
‫ قنناَل وأي شننيء أقننر لعيِننن اَلمننؤمن‬,‫ قاَل اَلمؤمن يِرىِ زإوجته وولده مطيِعيِن ا عز و جل‬,‫ قاَل وماَ ذاَك ؟‬, َ‫ قاَل ل بل في اَلدنيِا‬, ‫اَلدنيِاَ أم في اَلخرة؟‬
[21]‫من أن يِرىِ زإوجته وولده يِطيِعوُن ا عز و جل ذكره‬

Kalau setiap orang mukmin ingin melihat anak dan istrinya taat kepada Allah, maka sudah sepatutnya baginya
memberikan pengajaran yang baik kepada mereka mengenai amal-amal shaleh yang mesti dilakukan sebagai
bentuk ketaatan kepada Allah. Pada ayat (QS Luqman [31]: 17) diatas, setelah memberikan bimbingan tentang
Akidah, Luqman melanjutkan nasihat kepada anaknya menyangkut amal-amal shaleh yang puncaknya adalah
shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amr ma’ruf dan nahi munkar, juga nasihat berupa perisai
yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah karena semua itu merupakan hal-hal yang
telah diwajibkan oleh Allah untuk dibulatkan atasnya tekad manusia.[22] Tidak disebutkan amal shaleh lain
bukan berarti bahwa pengajaran terhadap anak hanya dibatasi dengan ini bahkan kewajiban-kewajiban yang
mampu dilaksanakan oleh anak seperti shaum, menutup aurat, dan lain-lain juga perlu diajarkan sejak dini.
Kewajiban pertama yang diajarkan dan diperintahkan kepada anak adalah kewajiban shalat, karena shalat
merupakan tiang agama dan amal pertama yang akan dihisab pada Hari Kiamat nanti. Pada usia 7 tahun anak
sudah harus diperintahkan menjalankan ibadah shalat, bahkan kalau sampai usia 10 tahun anak masih
meninggalkan shalat, diperintahkan kepada orangtua untuk memukulnya. Imam Ahmad menuturkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda:

‫ضحرةبوُهةلم رعلرليِرهاَ لحرعلشحر حسحنيِرن روفرىرةقوُاَ برليِنرهةلم حفي اَللرم ر‬


[23]‫ضاَحجحع‬ ‫اة رعلرليِحه رورسلنرم ةمةرواَ أرلبرناَرءةكلم حباَل ن‬
‫صلرحة لحرسلبحع حسحنيِرن رواَ ل‬ ‫صنلىَ ن‬ ‫رقاَرل ررةسوُةل ن‬
‫اح ر‬

”Ajarilah anak kalian shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah dia (jika tidak mau melaksanakannya) jika
melewati usia sepuluh tahun dan pisahkanlah mereka pada tempat tidur.” (HR Ahmad).
Berdasarkan hadis di atas, dapat digali pemahaman bahwa anak sudah seharusnya dilatih menjalankan
kewajiban-kewajibannya sebagai seorang Muslim sejak usia 7 tahun. Anak diberi sanksi bila meninggalkan
kewajiban-kewajibannya pada saat usianya sudah mencapai 10 tahun. Hal ini berarti masa pembiasaan anak
melaksanakan kewajiban-kewajibannya, selama 3 tahun, sejak usia tujuh tahun sampai 10 tahun. Sedangkan usia
10 tahun sampai menjelang balig bisa dikatakan masa pemantapan, karena si anak tidak boleh lagi meninggalkan
kewajiban-kewajibannya. Dengan demikian, seorang anak sudah dipersiapkan sejak awal agar pada usia balig
siap menjalankan semua taklif yang dibebankan Allah kepadanya.
‫ع‬Sedangkan perintah Luqman kepada anaknya untuk ber-amar ma’ruf dan nahi munkar mengisyaratkan bahwa
tentulah Luqman sebelumnya telah mengajarkan kepada anaknya perbuatan-perbuatan yang ma’ruf dan
menggambarkan seperti apa perbuatan yang munkar. Karena bagaimana ia memerintahkan anaknya tanpa ada
pengetahuan tentang itu sebelumnya. Ma’ruf adalah segala perbuatan yang dipandang baik oleh norma-norma
masyarakat dan nilai-nilai agama sedangkan munkar sebaliknya.
Adapun perintah sabar mengisyaratkan agar dalam melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar setiap orang harus
memiliki kesabaran, ketabahan dan komitmen yang tinggi karena tentu saja hal tersebut tidak bebas dari
rintangan, halangan dan ujian.

4. MENGAJARKAN KEPADA ANAK AKHLAK MULIA DAN SOPAN SANTUN DALAM


BERINTERAKSI DENGAN SESAMA.

‫ت‬ ‫ك إحنن أرلنركننرر لاَلر ل‬


‫صننروُاَ ح‬ ‫ض حمننلن ر‬
‫صننلوُتح ر‬ ‫ضنن ل‬ ‫ رواَلق ح‬.‫ب ةكنل ةملخرتاَعل فرةخوُعر‬
‫صننلد حفني رملشننيِح ر‬
‫ك رواَلغ ة‬ ‫ش حفي لاَلرلر ح‬
َ‫ض رمرررحاَ إحنن ار لر يِةحح ي‬ ‫ك حللنناَ ح‬
‫س رولر ترلم ح‬ ‫رولر تة ر‬
‫صىعلر رخند ر‬
‫ت اَللرححميِحر‬
‫صلوُ ة‬‫ر‬ ‫ر‬ ‫ل‬

”Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai”. (QS Luqman [31]: 18-19).
Pembelajaran selanjutnya yang ditanamkan oleh Luqman kepada anaknya adalah akhlak mulia, yakni sifat-sifat
mulia yang harus menghiasi kepribadian anak. Ayat ini mengisyaratkan bahwa pendidikan akidah dan akhlak
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan akhlak anak merupakan kewajiban orang tua
bagi anaknya dan merupakan pemberian paling utama orangtua kepada anaknya sebagaimana sabda Nabi saw.

[24]) ‫ "أكرموُاَ أولدكم وأحسنوُاَ أدبهم ")رواَه اَبن ماَجه عن أنس بن ماَلك‬: ‫قاَل رسوُل ا صلىَ ا عليِه و سلم‬

Muliakanlah anak-anak kamu dan baguskanlah akhlaknya. (H.R. Ibnu Majah)

‫ضرل حملن أررد ع‬


(‫ب رحرسعن )رواَه أحمد‬ ‫اة رعلرليِحه رورسلنرم رماَ نررحرل رواَلحلد رولرردهة أرلف ر‬
‫صنلىَ ن‬ ‫رقاَرل ررةسوُةل ن‬
‫اح ر‬

”Tidak ada yang diberikan orang tua kepada anaknya yang lebih utama dari budi pekerti yang baik.”
Budi pekerti yang harus diajarkan pertama kali kepada anak adalah budi pekerti sehari-hari yang dengannya ia
berinteraksi dengan orangtua, keluarga dan orang lain. Luqman mengawali pelajaran akhlak kepada anaknya
agar tidak berlaku sombong terhadap sesama manusia, tidak bersikap angkuh, sederhana dalam berjalan, dan
lunak dalam bersuara. Semua ini ditujukan agar mereka memiliki kecerdasan berinteraksi dan berkomunikasi
dengan baik. Etika berinteraksi ini sangat berfaedah bagi anak sebab diperlukan dan dipraktikkan setiap saat
sepanjang hayatnya.
Ibnu katsir ketika menjelaskan ayat ini mengatakan: ”Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
ketika kamu berbicara kepada mereka atau ketika mereka berbicara kepadamu karena itu merupakan sebuah
penghinan dan salah satu bentuk kesombongan. Sudah seharusnya kita berkomunikasi seperti yang diajarkan
Rasulullah, ketika berbicara menghadapkan seluruh tubuhnya, dan dengan wajah yang berseri-seri.[25]
Ada sebuah hadits Rasulullah yang dikutip Ibnu Katsir, dimana setiap muslim dianjurkan untuk bersedekah
walaupun hanya dengan menjumpai saudaranya dengan wajah berseri-seri, dan tidak memakai pakaian yang
terseret (isbalul ijar) karena itu bentuk ketakaburan yang tidak disukai Allah.

‫اَتق ا ول تحقرن من اَلمعروف شيِئاَ ولوُ اَن تفرغ من دلوُك في إناَء اَلمستسنقي وأن تلقنىَ أخناَك ووجهننك اَليِنه منبسننط وإيِنناَك واَسننباَل اَلزإراَر فناَن‬
‫اَسباَل اَلزإاَر من اَلمخيِلة‬
Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan La tusha’ir adalah: Janganlah kamu bersifat takabur merendahkan
hamba Allah dengan berpaling muka tidak mau berhadapan ketika mereka berbicara kepadamu.[26] Sebetulnya
orang menampakan ketakaburan itu tujuannya agar dirinya dihormati tapi dengan sikapnya seperti itu justru
orang menjadi tidak simpati, kalau ingin dihormati kita harus memuliakan orang lain.
Pelajaran selanjutnya yang diajarkan Luqman kepada anaknya adalah etika berjalan yakni hendaknya ia jangan
menyombongkan diri dan melangkah angkuh ketika berjalan. Seseorang harus menyederhanakan jalannya
jangan terlalu pelan begitu pun jangan terlalu cepat. Ibnu Asyur sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab
memperoleh kesan bahwa bumi adalah tempat berjalan semua orang, yang kuat dan yang lemah, yang kaya dan
yang miskin, penguasa dan rakyat jelata. Mereka semua sama sehingga tidak wajar bagi pejalan yang sama,
menyombongkan diri dan merasa melebihi orang lain.[27] Padahal ia juga akan kembali ketempat yang sama
yakni tanah.
Pelajaran penting lain yang juga ditekankan oleh Luqman adalah etika berbicara, menurut Luqman salah satu
diantara adab berbicara yang baik adalah melunakkan suara ketika berbicara kepada orang lain. Menurut Ibnu
Katsir, maksud perintah ughdhudh min shautika pada QS Luqman [31]: 19 tersebut adalah perintah agar jangan
melampaui batas dalam berbicara dan tidak mengangkat suara/ berteriak yang tidak ada faidahnya layaknya
suara keledai. Dalam hal ini Mujahid berpendapat, seperti dilansir Ibnu Katsir, suara keledai adalah suara yang
paling buruk oleh karenanya tidak patut seseorang mengangkat suaranya seperti suara keledai. Penyerupaan ini
dengan suara keledai menurut Ibnu Kasir menunjukkan keharamannya.[28]
Disisi lain, khususnya bagi para orang tua, ada satu hal yang sangat penting didapatkan si anak dalam proses
pembelajarannya menjalankan berbagai kewajiban serta menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang mulia, yakni
keteladanan dari para orangtua maupun pendidik. Inilah yang saat ini jarang dan sulit didapatkan si anak.
Bahkan, tidak jarang si anak melihat sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman yang sedang ditanamkan
kepadanya dilakukan oleh orang-orang di sekelilingnya, termasuk orangtua maupun para pendidik. Padahal,
sudah merupakan tabiat manusia membutuhkan teladan, karena manusia lebih mudah menerima dan memahami
apa yang dilihat dan dirasakannya daripada apa yang didengarnya. Karena itulah, kepada manusia diturunkan
seorang Rasul di setiap generasi dari kalangannya sendiri (manusia juga), untuk mengajarkan dan mencontohkan
pelaksanaan ajaran-Nya.
Oleh karena itu, para orangtua hendaklah mempersiapkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan si anak
agar proses pembelajarannya bisa berjalan efektif. Janganlah membiarkan lingkungan anak, khususnya
lingkungan rumah, merobohkan bangunan kepribadian anak yang sedang dibangun, karena ini sangat berbahaya
bagi perkembangan si anak untuk berproses menjadi anak yang shalih.

D. KESIMPULAN

Kisah Luqman merupakan potret orang tua dalam mendidik anaknya dengan ajaran keimanan dan akhlak mulia.
Dengan pendekatan persuasif, Luqman dianggap sebagai profil pendidik bijaksana, sehingga Allah
mengabadikannya dalam Al-Qur’an dengan tujuan agar menjadi ibrah bagi para pembacanya. Setidaknya ada
empat pesan moral yang dapat diambil dari kisah Luqman ini yang dapat dijadikan sebagai dasar dan acuan
dalam mendidik anak. Keempat pesan moral itu adalah menanamkan aqidah pada anak, mengajarkannya
bersyukur dan berbakti kepada Allah dan orang tua, membiasakannya beramal shaleh sejak usia dini, dan
mengajarkannya akhlak mulia dan etika berinteraksi dengan sesama. Jadi pelajaran yang bisa diambil dari QS
Luqman [31]: 13-19 di atas mencakup pelajaran bagi orangtua dalam mendidik anak-anaknya, dan pelajaran bagi
anak untuk menjadi anak yang shaleh.
Mengenai materi pengajaran yang harus diajarkan kepada anak sejak usia dini, setidaknya ada beberapa aspek
yang harus di perhatikan orang tua meliputi aspek akidah, bakti kepada orang tua, pendidikan ibadah dan akhlak.
Adapun metode pendidikan akidah khususnya anak dapat digunakan metode talqin dengan berbagai bentuk
variasinya. Sedangkan dalam menguatkan keimanan anak yang perlu ditanamkan adalah rasa syukur kepada
Allah SWT sehingga anak mengerjakan ibadah tidak menganggapnya sebagai beban tetapi sebagai sesuatu yang
memang sepatutnya ia kerjakan. Begitu pula mengenai pengajaran tentang kebaktiannya kepada orang tua, yang
perlu digambarkan kepada mereka adalah argumen dan kebenaran yang dapat mereka terima dan rasakan
berdasarkan kemampuan pemahaman mereka dan pengalaman. Sejalan dengan pendidikan akhlak, orang tua
juga harus memberikan nasehat setiap saat dengan pengajaran yang jelas kongkrit dan dapat dipraktekkan.
TUGAS AGAMA ISLAM
KISAH DAN NASIHAT LUKMANUL HAKIM KEPADA
ANAKNYA
Disusun Oleh :

Lasya Landina Putri


Kelas : VA
SDN PALMERAH 09 JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai