Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

Analisa Vegetasi di Hutan Coban Rais Malang

Dosen Pengampu :
Nailil Inayah, M.Pd

Disusun Oleh :
Rizka Amalia Oksanda (06041021057)
Nur Hamimah (06041021054)
Azza Ilma Khoirunnabila (06031021040)
Mariyatul Qibtiyyah (06041021048)

PRODI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022

I
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan ini dengan baik dan lancar. Tak lupa pula
sholawat serta salam kita junjungkan kepada nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
membimbing umat manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang
yakni agama islam.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas laporan
praktikum lapangan pada mata kuliah Keanekaragaman Makhluk Hidup. Dalam penulisan
laporan ini, penulis menyajikan hal-hal yang merujuk pada pembahasan mengenai
keanekaragaman vegetasi di hutan Coban Rais Malang. Dengan judul Analisa Vegetasi di
Hutan Coban Rais Malang.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Nailil Inayah, M.Pd yang telah
membimbing penulis untuk segera menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik dan
tepat waktu. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
penyusunan laporan ini baik secara moral dan materi sehingga laporan ini dapat selesai
tepat waktu. Penulis juga berharap laporan ini dapat memberikan prospektif baru bagi
pembaca.

Penulis menyadari bahwa laporan yang ditulis ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan, tata bahasa, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan penulis.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Surabaya, 6 November 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


2.1 Rumusan Masalah...................................................................................................2
3.1 Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Pengertian Perkembangan Bahasa Anak..............................................................3


2.2 Tahap Perkembangan Bahasa Anak......................................................................5
2.3 Tugas Perkembangan Bahasa Anak......................................................................7
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak................................9
2.5 Tipe Perkembangan Bahasa Anak.........................................................................11
2.6 Upaya Optimalisasi Perkembangan Bahasa Anak ..............................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................................22


3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................23

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup
dan dilewati oleh garis katulistiwa. Hal ini menyebabkan indonesia memiliki
berbagai macam keanekaragaman hayati terutama pada segi flora dan fauna.
Sehingga membuat Indonesia menjadi salah satu pusat biodiversitas dunia yang
memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tidak ternilai harganya. Sekitar
10% dari total jenis tumbuhan di dunia berada di Indonesia. Hutan Coban Rais
Malang terletak pada ketinggian 850 mdpl dengan suhu 18-23 0C serta curah hujan
rata-rata 1.500 mm/tahun merupakan salah satu hutan dengan vegetasi yang
tinggi. Informasi tentang komposisi dan keanekaragaman tumbuhan sangat
penting untuk diketahui, karena dengan mengetahui indeks keanekaragaman,
kekayaan dan kemerataan jenisnya, maka kondisi keseimbangan komunitas
hutannya dapat ditentukan. Disamping itu, informasi tentang komposisi dan
keanekaragaman jenis tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan
komunitas tumbuhan dan hubungan antara lingkungan terhadap komunitas
tumbuhannya. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa vegetasi di Hutan Coban
Rais Malang untuk keperluan pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keanekaragaman jenis tumbuhan di hutan Coban Rais Malang?
2. Bagaimana kekayaan jenis tumbuhan di hutan Coban Rais Malang?
3. Bagaimana kemerataan jenis tumbuhan di hutan Coban Rais Malang?

1.3 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui bagaimana keanekaragaman jenis tumbuhan di hutan
Coban Rais Malang
2. Untuk mengetahui bagaimana kekayaan jenis tumbuhan di hutan Coban Rais
Malang
3. Untuk mengetahui bagaimana kemerataan jenis tumbuhan di hutan Coban
Rais Malang

IV
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keragaman Vegetasi di Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis
antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua Samudera (Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik) yang terdiri atas sekitar 17.500 pulau dengan panjang garis
pantai sekitar 95.181 km. Wilayah Indonesia luasnya sekitar 9 juta km 2 (2 juta km2
daratan, dan 7 juta km2 lautan). Luas wilayah Indonesia ini hanya sekitar 1,3% dari
luas bumi, namun mempunyai tingkat keberagaman kehidupan yang sangat tinggi.
Untuk tumbuhan, Indonesia diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan
berbunga yang ada di dunia atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh
dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies, 40% merupakan tumbuhan
endemik atau asli Indonesia. Famili tumbuhan yang memiliki anggota spesies
paling banyak adalah Orchidaceae (anggrek-anggrekan) yakni mencapai 4.000
spesies. Untuk jenis tumbuhan berkayu, famili Dipterocarpaceae memiliki 386
spesies, anggota famili Myrtaceae (Eugenia) dan Moraceae (Ficus) sebanyak 500
spesies dan anggota famili Ericaceae sebanyak 737 spesies, termasuk 287 spesies
Rhododendrom dan 239 spesies Naccinium (Whitemore 1985 dalam Santoso
1996).

2.2 Tipe Penyebaran


Berdasarkan hasil proses pembentukan daratan wilayah Indonesia serta hasil
penelitian Wallace dan Weber, maka secara geologis, persebaran flora (begitu pula
fauna) di Indonesia dibagi ke dalam 3 wilayah, yaitu:
1. Flora Dataran Sunda yang meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Flora
di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh flora Asia karena ciri-cirinya
mirip dengan ciri-ciri flora benua Asia, disebut juga flora Asiatis yang
didominasi oleh jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku Dipterocarpaceae.
2. Flora Dataran Sahul yang meliputi Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh benua Australia, biasa
disebut flora Australis yang didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan berhabitus
pohon dari suku Araucariaceae dan Myrtaceae.
3. Flora Daerah Peralihan (Daerah Wallace) yang meliputi Sulawesi, Maluku, dan
Nusa Tenggara yang berada di bawah pengaruh benua Asia dan Australia, yang
mana jenis tumbuhan berhabitus pohonnya didominasi oleh jenis dari suku
Araucariaceae, Myrtaceae, dan Verbenaceae.

V
Berdasarkan habitatnya, penyebaran tersebut selain di kawasan budidaya
sebagian besar terdapat di dalam kawasan hutan. Untuk tumbuhan obat misalnya,
sekitar 42% terdapat di hutan hujan tropika dataran rendah, 18% di hutan musim,
4% di hutan pantai dan 3% di hutan mangrove. Untuk jenis paku-pakuan, tercatat
penyebarannya di Sumatera sebanyak 500 spesies, Kalimantan 1.000 spesies,
Jawa-Bali/NTB/NTT 500 spesies, Sulawesi 500 spesies, Kepulauan Maluku 690
spesies dan Papua 2.000 spesies. Perkiraan jumlah spesies di setiap wilayah
penyebaran tersebut boleh jadi ada tumpang tindih antara satu pulau dengan
lainnya, namun ada juga spesies endemik (Kato dalam Santosa 1996).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keragaman Vegetasi


Hasil penelitian Rahmi et.al (2005) diperoleh gambaran mengenai hubungan
antara struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan dengan faktor-faktor
lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang dimaksud yaitu suhu tanah, pH tanah,
suhu udara dan kelembaban udara. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi bentuk
khas tipe vegetasi dan akan berpengaruh terhadap struktur dan komposisi
vegetasi di kawasan mata air.
Adapun faktor yang mempengaruhi jumlah keanekaragaman tumbuhan bawah
yaitu faktor abiotik. Adanya jenis yang mendominasi ini dapat dipengaruhi karena
adanya persaingan antara tumbuhan yang ada, selain itu faktor abiotik berkaitan
dengan iklim dan mineral yang diperlukan, jika iklim dan mineral yang dibutuhkan
maka jenis tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan (Syafei,
1990).Persaingan yang terjadi pada tumbuhan bawah akan meningkatkan daya
juang untuk mempertahankan hidup, jenis tumbuhan bawah yang kuat akan
menang dan menekan yang lain sehingga jenis tumbuhan yang kalah menjadi
kurang adaptif dan menyebabkan tingkat reproduksi rendah dan kepadatannya
juga sedikit.

2.4 Indeks keanekaragaman, indeks kekayaan jenis dan indeks kemerataan


jenis
Nilai indeks keanekaragaman, indeks kekayaan jenis dan indeks kemerataan
jenis digunakan untuk menggambarkan keadaan lingkungan berdasarkan kondisi
biologinya (Lusi dan Allo 2009).
Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik tingkatan komunitas dan
juga digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Secara ekologis suatu
komunitas dengan indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan dengan
kategori nilai yang tinggi dapat dikatakan bahwa komunitas jenis tersebut
memiliki kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama (Ludwig dan Reynold,
1988). Indeks keanekaragaman jenis tersebut juga dapat digunakan untuk menilai

VI
adanya tekanan-tekanan oleh manusia (Odum 1998). Berikut cara menghitung
indeks keanekargaman menurut Shannon-Wienner
H’ = -  pi ln (pi) ; pi = ni / N
Dimana :
H’  Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener ni : Jumlah individu
spesies ke-i
N  Jumlah total individu

Indeks kekayaan jenis adalah untuk mengetahui jumlah jenis (spesies) dalam
komunitas, semakin banyak jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas, maka
semakin tinggi pula indeks kekayaan jenisnya (Marguran, 1988). Apabila nilai
indeks keanekaragaman termasuk kategori rendah maka indeks kekayaan jenisnya
juga akan rendah. Hal tersebut karena keanekaragaman jenis berbanding lurus
dengan nilai kekayaan jenisnya (Marguran, 1988). Berikut cara menghitung indeks
kekayaan jenis

R1 = ( S−1)
¿¿

Dimana :
R1  Indeks kekayaan jenis
S  Jumlah jenis yang ditemukan
N  Jumlah total individu

Indeks kemerataan jenis menunjukan derajat kemerataan kelimpahan


individu antar setiap spesies. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang
sama, maka komunitas tersebut memiliki kemerataan jenis yang maksimum. Akan
tetapi jika dalam suatu komunitas terdapat dominasi suatu spesies maka nilai
kemerataan jenisnya akan rendah. Berikut cara menghitung indeks kemerataan
jenis

H'
E=
ln S
Dimana :
E  Indeks kemerataan
H’  Indeks keanekaragaman
S  Jumlah spesies yang ditemukan

VII
BAB III
BAHAN DAN PROSEDUR
3.1 Tempat dan Waktu

No Kegiatan Tempat Waktu


1. Materi dan pembekalan Ruang kelas 26 Oktober 2022
praktikum lapangan
2. Mempersiapkan bahan yang Menyesuaikan 26 Oktober 2022
dibutuhkan - 1 November
2022
3. Persiapan pemberangkatan Didepan 2 November
& briefing auditorium UINSA 2022
4. Melakukan analisa vegetasi Hutan Coban Rais 2 November
dan identifikasi Bryophyta Malang 2022
dan Pteridophyta di Hutan
Coban Rais Malang
5. Mempelajari Madu Kota Batu 2 November
pembudidayaan lebah 2022
madu
6. Penyusunan laporan Menyesuaikan 3-9 November
2022
Pengumpulan laporan Edlink 9 November
2022

3.2 Alat dan Bahan


1. Alat
Berbagai spesies tanaman di Hutan Coban Rais Malang
2. Bahan
a) Meteran 5 meter (1 buah)
b) Tali rafia (2 gulung kecil)
c) Pasak (10 buah)
d) Kompas (1 buah)
e) Soil Moisture Meter (1 buah)
f) Soil Termometer (1 buah)
g) Alat dokumentasi berupa hp

3.3 Prosedur Praktikum


a. Lakukan identifikasi terhadap berbagai jenis tanaman di Kawasan Coban Rais
Malang

VIII
b. Metode yang dilakukan adalah gabungan antara metode garis dan petakan.
Transek dilakukan mulai dari awal jalan hingga ke tengah kawasan hutan
mengikuti jalan yang sudah ditetapkan.
c. Membuat satu petak berukuran 5 x 5 meter untuk pengukuran spesies
pancang (ukuran diameter 10-25 cm)
d. Membuat satu petak di dalam petak tersebut berukuran 2 x 2 meter untuk
pengukuran spesies herba atau semai (ukuran diameter < 10 cm)
e. Penyisiran dilakukan oleh banyak kelompok sehingga petakan-petakan yang
dibuat dapat menjadi representasi dari hutan
f. Menghitungan terhadap berbagai species dan tabulasikan jenis dan jumlah
masing-masing, kemudian tentukan nilai indeks keanekaragaman, indeks
kekayaan jenis dan indeks kemerataan jenis

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Setelah dilakukan analisa vegetasi di Hutan Coban Rais Malang, maka didapatkan
data sebagai berikut
Lokasi : Hutan Coban Rais Malang
Kelembaban tanah : Wet +
Pencahayaan : Low
Suhu tanah : 23 0C
Lain-lain : ph 4,5
Petak 1 (Plot 5x5)

No Jenis Nama Ilmiah Jumlah n/N pi pi2 Ln pi pi Ln


Individu pi
1 Pegagang Centella -
32 32/289
asiatica 0.111 0.012 -2.198 0.244

IX
2 Sintrong Crassocepha
lum 1 1/289 -
crepidioides 0.003 0.000009 -5.809 0.017
3 Tapak Elephantopu -
21 21/289
Liman s scaber 0.073 0.005 -2.617 0.191
4 Putri Mimosa -
5 5/289
Malu pudica 0.017 0.0002 -4.075 0.069
5 Laportea Laportea 4 4/289
-
0.014 0.0001 -4.269 0.059
6 Rumput Hedyotis
Lidah diffusa 11 11/289 -
Ular 0.038 0.001 -3.270 0.124
7 Pecut Stachytarph
Kuda eta 5 5/289 -
jamaicensis 0.017 0.0002 -4.075 0.069
8 Rumput Cyperus -
43 43/289
Teki rotundus 0.149 0.022 -1.904 0.283
9 Walangi Eryngium -
6 6/289
foetidum 0.021 0.0004 -3.863 0.081
10 Rumput Commelina
aur-aur diffusa Burm 29 29/289 -
F. 0.100 0.01 -2.303 0.230
11 Rumput Pennisetum -
128 128/289
Gajah purpureum 0.443 0.196 -0.814 0.361
12 Asiatic Commelina -
3 3/289
dayflower communis 0.010 0.0001 -4.605 0.046
13 Trembesi Samanea -
1 1/289
saman 0.003 0.000009 -5.809 0.017
JUMLAH 289 1
-
1 0.247 -45.611 1.791

Petak 2 (Plot 2x2)

No Jenis Nama Ilmiah Jumlah n/N pi pi2 Ln pi pi Ln


Individu pi
1 Pegagang Centella -
14 14/116
asiatica 0.121 0.015 -2.112 0.256
2 Sintrong Crassocephalum -
1 1/116
crepidioides 0.009 0.00008 -4.711 0.042
3 Tapak Elephantopus -
9 9/116
Liman scaber 0.078 0.006 -2.551 0.199
4 Putri Mimosa pudica -
2 2/116
Malu 0.017 0.0002 -4.075 0.069
5 Rumput Cyperus -
21 21/116
Teki rotundus 0.181 0.033 -1.709 0.309
6 Walangi Eryngium -
3 3/116
foetidum 0.026 0.0007 -3.649 0.095
7 Rumput Commelina -
12 12/116
aur-aur diffusa Burm F. 0.103 0.011 -2.273 0.234

X
8 Rumput Pennisetum -
50 50/116
Gajah purpureum 0.431 0.186 -0.842 0.363
9 Asiatic Commelina -
3 3/116
dayflower communis 0.026 0.0007 -3.649 0.095
10 Trembesi Samanea -
1 1/116
saman 0.009 0.00008 -4.711 0.042
Jumlah 116 1
-
1 0.253 30.282 1.704

 Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner


H’ = -  pi ln (pi) ; pi = ni / N
Petak 1 (Plot 5x5) Petak 2 (Plot 2x2)
H’ = -(-1.791) H’ = -(-1.704)
H’ = 1.791 H’ = 1.704

 Indeks Kemerataan
H'
E=
ln S
Petak 1 (Plot 5x5) Petak 2 (Plot 2x2)
1.791 1.704
E = E =
ln 13 ln 10
1.791 1.704
E = E =
2,565 2,303
E = 0,698 E = 0,739

 Indeks Kekayaan Jenis


( S−1)
R1 =
¿¿

Petak 1 (Plot 5x5) Petak 2 (Plot 2x2)


(13−1) (10−1)
R1 = R1 =
¿¿ ¿¿
12 9
R1 = R1 =
5,666 4,754
R1 = 2,118 R1 = 1,893

4.2 Pembahasan
Hasil perhitungan dari data yang telah didapatkan, nilai indeks
keanekaragaman dianalisis dengan menggunakan indeks keanekaragaman jenis
Shannon-Wienner. Indeks Shannon-Winlner menunjukkan tingkat

XI
keanekaragaman dalam suatu komunitas. Pada petak 1 (plot 5x5) didapati bahwa
nilai H’= 1.791 sedangkan pada petak 2 (plot 2x2) H’= 1.704. Kedua petak tersebut
memiliki nilai 1,0≤ H’ ≤ 3,322 hal ini menunjukkan bahwa kedua petak tersebut
memiliki keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup
seimbang, serta tekanan ekologis sedang. Seperti diketahui bahwa semakin tinggi
tingkat dominansi maka semakin sedikit keanekaragamannya, sehingga
memudahkan untuk mengetahui dan mengidentifikasi keanekaragaman jenis
dalam suatu komunitas. Hal tersebut menunjukan bahwa indeks keanekaragam
jenis dalam plot disusun oleh jumlah spesies yang sedang.
Analisis Indeks Kemerataan dihitung menggunakan Indeks Kemerataan
Evenness (E) menurut Shannon-Weinner. Berdasarkan hasil perhitungan nilai
indeks kemerataan/keseragaman pada petak 1 (plot 5x5) didapati bahwa nilai E=
0,698 sedangkan pada petak 2 (plot 2x2) E= 0,739. Sehingga menurut tolak ukur
indeks kemerataan petak 1 memiliki kemerataan sedang karena 0,3 ≤E ≤ 0,6
sedangkan petak 2 memiliki kemerataan tinggi karena E > 0,6. Apabila setiap jenis
mempunyai jumlah individu yang sama, maka kemerataan jenis pada komunitas
tersebut dapat dikatakan maksimum. Namun apabila suatu komunitas terdapat
dominasi suatu spesies maka nilai kemerataan jenisnya akan rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks kekayaan jenis diketahui bahwa
pada petak 1 nilai R1=2,118 sedangkan pada petak 2 nilai R1=1,893. Sehingga
menurut nilai tolak ukur indeks kekayaan jenis, kekayaan jenis pada petak 1 dan 2
termasuk ke dalam kategori rendah karena R1< 3,5. Indeks kekayaan jenis ini
digunakan untuk mengetahui jumlah jenis (spesies) dalam komunitas, semakin
banyak jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas, maka semakin tinggi pula
indeks kekayaan jenisnya.

XII
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dari data yang terdapat di lapangan dapat
ditarik kesimpulan bahwa Pada petak 1 (plot 5x5) didapati bahwa nilai H’= 1.791
sedangkan pada petak 2 (plot 2x2) H’= 1.704. Kedua petak tersebut memiliki nilai 1,0 ≤
H’ ≤ 3,322 hal ini menunjukkan bahwa kedua petak tersebut memiliki keanekaragaman
sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, serta tekanan
ekologis sedang. Seperti diketahui bahwa semakin tinggi tingkat dominansi maka
semakin sedikit keanekaragamannya, sehingga memudahkan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas. Untuk indeks
kemerataan/keseragaman pada petak 1 (plot 5x5) didapati bahwa nilai E= 0,698
sedangkan pada petak 2 (plot 2x2) E= 0,739. Sehingga menurut tolak ukur indeks
kemerataan petak 1 memiliki kemerataan sedang karena 0,3 ≤E ≤ 0,6 sedangkan petak
2 memiliki kemerataan tinggi karena E > 0,6. Sedangkan indeks kekayaan jenis
diketahui bahwa pada petak 1 nilai R 1=2,118 sedangkan pada petak 2 nilai R1=1,893.
Sehingga menurut nilai tolak ukur indeks kekayaan jenis, kekayaan jenis pada petak 1
dan 2 termasuk ke dalam kategori rendah karena R1< 3,5.

5.2 Saran

XIII
Perlu dilakukan penelitian kembali secara lebih detail karena seharusnya apabila nilai
indeks keanekaragaman termasuk kategori rendah maka indeks kekayaan jenisnya
juga akan rendah. Hal tersebut karena keanekaragaman jenis berbanding lurus dengan
nilai kekayaan jenisnya. Namun pada hasil yang diperoleh dari penelitian ini indeks
keanekaragaman tidak berbanding lurus dengan nilai kekayaan jenisnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/jht/article/viewFile/7285/5667

https://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsl/article/view/10962/8446

https://eprints.umm.ac.id/41118/3/BAB%20II.pdf

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/PBiotik/article/view/9445/5325

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/biotik/article/download/3019/2159

http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/viewFile/
1176/1360

https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/BIOEDUSAINS/article/view/1241

XIV
LAMPIRAN

Pegagang (Centella asiatica)

Sintrong (Crassocephalum crepidioides)

XV
Tapak Liman (Elephantopus scaber)

Putri Malu (Mimosa pudica)

Laportea (Laportea)

XVI
Rumput Lidah Ular (Hedyotis diffusa)

Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis)

Rumput Teki (Cyperus rotundus)

XVII
Walangi (Eryngium foetidum)

Rumput aur-aur (Commelina diffusa Burm F.)

XVIII
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Asiatic dayflower (Commelina communis)

Trembesi (Samanea saman)

XIX
XX

Anda mungkin juga menyukai