Anda di halaman 1dari 16

MODUL PRAKTIKUM

BIOKIMIA

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya
2022
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa yang boleh mengikuti praktikum Biokimia adalah mahasiswa yang


telah mengambil atau sedang menempuh mata kuliah biokimia serta telah
mengisi KRS untuk mata praktikum biokimia.
2. Setiap peserta harus hadir tepat waktu pada waktu yang telah ditentukan.
Apabila peserta terlambat 15 menit dari waktu yang ditentukan, maka tidak
diperkenankan mengikuti praktikum.
3. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum yang bersih
dan dikancingkan dengan rapi dan memakai sepatu tertutup.
4. Setiap peserta wajib membuat praktikum sesuai dengan format yang sudah
ditentukan dan ditandatangani asisten praktikum, serta melampirkan laporan
sementara. Pengumpulan laporan resmi praktikum sesuai kesepakatan dengan
asisten praktikum, maksimal 1 minggu setelah kegiatan praktikum.
5. Setiap peserta harus memeriksa alat praktikum sebelum dan sesudah praktikum
kemudian mengembalikan alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih dan
kering. Peserta praktikum yang memecahkan alat gelas wajib mengganti.
6. Peserta praktikum dilarang membawa makanan/minuman ke dalam laboratorium.
7. Setiap peserta harus menjaga kebersihan Laboratorium, bekerja dengan tertib,
tenang dan teratur. Selama praktikum, peserta harus bersikap sopan.
8. Setiap peserta harus melaksanakan semua mata praktikum dan mematuhi budaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), seperti memakai Alat Pelindung Diri (jas
praktikum, sepatu, sarung tangan, masker) dan membuang limbah praktikum
sesuai dengan kategorinya.
9. Apabila peserta praktikum melanggar hal yang telah diatur pada butir diatas,
maka peserta akan dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan
melanjutkan praktikum pada hari itu.
10. Hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum
akan diatur kemudian.
ATURAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
DI LABORATORIUM

Beberapa kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di laboratorium adalah:


1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif,
karsinogenik, dan beracun.
2. Alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh.
3. Alat listrik seperti kompor listrik, yang dapat menyebabkan sengatan listrik.
4. Penangas air atau minyak bersuhu tinggi yang dapat terpecik.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium, hal yang harus dilakukan pada
saat bekerja di Laboratorium antara lain :
1. Tahap persiapan
a. Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) cara kerja pelaksanaan praktikum
serta hal yang harus dihindari selama praktikum, dengan membaca petunjuk
praktikum.
b. Mengetahui sifat bahan yang akan digunakan sehingga dapat terhindar dari
kecelakaan kerja selama di Laboratorium. Sifat bahan dapat diketahui dari
Material Safety Data Sheet (MSDS).
c. Mengetahui peralatan yang akan digunakan serta fungsi dan cara
penggunaannya.
d. Mempersiapkan Alat Pelindung Diri seperti jas praktikum lengan panjang,
kacamata goggle, sarung tangan karet, sepatu, masker, dll.
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengenakan Alat Pelindung Diri.
b. Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan.
c. Menggunakan bahan kimia seperlunya, jangan berlebihan karena dapat
mencemari lingkungan.
d. Menggunakan peralatan percobaan dengan benar.
e. Membuang limbah percobaan pada tempat yang sesuai, disesuaikan dengan
kategori limbahnya.
f. Bekerja dengan tertib, tenang dan hati-hati, serta catat data yang diperlukan.
3. Tahap pasca pelaksanaan
a. Cuci peralatan yang digunakan, kemudian dikeringkan dan kembalikan ke
tempat semula.
b. Matikan listrik, kran air, dan tutup bahan kimia dengan rapat (tutup jangan
tertukar).
c. Bersihkan tempat atau meja kerja praktikum.
d. Cuci tangan dan lepaskan jas praktikum sebelum keluar dari laboratorium.
Selain pengetahuan mengenai penggunaan alat dan teknis pelaksanaan di
laboratorium, pengetahuan resiko bahaya dan pengetahuan sifat bahan yang
digunakan dalam percobaan. Sifat bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada
Material Safety Data Sheet (MSDS). Berikut ini sifat bahan berdasarkan kode gambar
yang ada pada kemasan bahan kimia :

Simbol berbahaya
Toxic (sangat Bahan ini dapat menyebabkan
beracun) kematian atau sakit serius bila
Huruf kode: T+ masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan, pencernaan atau
melalui kulit
Corrosive(korosif)
Bahan ini dapat merusak jaringan
Huruf kode: C hidup, menyebabkan iritasi kulit,
dan gatal.

Explosive (bersifat
mudah meledak) Bahan ini mudah meledak dengan
Huruf kode: E adanya panas, percikan bunga api,
guncangan atau gesekan.

Oxidizing
(pengoksidasi) Bahan ini dapat menyebabkan
kebakaran. Bahan ini menghasilkan
Huruf kode: O
panas jika kontak dengan bahan
organik dan reduktor.

flammable (sangat
mudah terbakar) Bahan ini memiliki titik nyala
rendah dan bahan yang bereaksi
Huruf kode: F
dengan air untuk menghasilkan
gas yang mudah terbakar.

Harmful
(berbahaya) Bahan ini menyebabkan luka bakar
Huruf kode: Xn
pada kulit, berlendir dan
mengganggu pernapasan.
PERCOBAAN 1
UJI SENYAWA KARBOHIDRAT

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengidentifikasi senyawa golongan karbohidrat
2. Membedakan gula pereduksi dan nonpereduksi pada senyawa karbohidrat
3. Mengidentifikasi hasil reaksi hidrolisis polisakarida

B. DASAR TEORI
Karbohidrat adalah kelompok senyawa organik yang merupakan polihidroksil-
aldehida atau polihidroksil-keton. Klasifikasi senyawa golongan ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Berdasarkan monomernya, maka dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Monosakarida digolongkan berdasarkan jumlah atom karbon yang
dikandungnya (triosa (3-C), tetrosa (4-C), pentosa (5-C), heksosa (6-C), dan heptosa
(7-C)) dan gugus aktifnya, yang bisa berupa aldehida atau keton. Ini kemudian
bergabung, menjadi misalnya aldoheksosa dan ketotriosa. Disakarida merupakan
molekul yang terdiri atas dua molekul monosakarida, Misalnya maltosa, sukrosa, dan
laktosa. Polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Umunya berupa
senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak mempunyai rasa manis
dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Misalnya amilum, glikogen, selulosa, dan lain-
lain.
Karbohidrat yang dapat mereduksi Fehling atau Benedict disebut gula pereduksi.
Semua monosakarida baik aldose maupun ketosa, merupakan gula pereduksi.
Kebanyakan disakarida juga merupakan gula pereduksi, kecuali sukrosa. Untuk
mengetahui sifat gula pereduksi pada karbohidrat, dapat digunakan pereaksi Fehling
dan Benedict atau Tollens. Uji positif Benedict ditandai dengan reduksi Cu 2+ menjadi
Cu2O (endapan merah bata).

Gula pereduksi + Cu(OH)2 → Gula teroksidasi + Cu2O + CO2 + H2O


Polisakarida dapat dihidrolisis menjadi oligosakarida, disakarida dan monosakarida
menggunakan reaksi enzimatis atau asam mineral.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan

1. Tabung reaksi 1. Larutan amilum


2. Rak tabung reaksi 2. Larutan glukosa
3. Pipet tetes 3. Larutan sukrosa
4. Penangas air 4. Larutan fruktosa
5. Penjepit tabung 5. Larutan iodine 0,01N
6. Larutan HCl 1N
7. Benedict
8. Akuades

D. PROSEDUR KERJA

1. Uji Iodium
a. Sebanyak 2 ml larutan uji (amilum, glukosa dan sukrosa) dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
b. Selanjutnya ditambahkan 2 tetes larutan iodium.
c. Kemudian warna spesifik yang tebentuk diamati dan dicatat pada tabel
pengamatan

2. Uji Benedict
a. Sebanyak 1 mL larutan uji (glukosa dan fruktosa) dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 mL pereaksi benedict.
Campurlah dengan baik.
b. Campuran larutan dimasukkan ke dalam penangas air mendidih selama
5 menit.
c. Setelah 5 menit, campuran larutan tersebut didinginkan perlahan-lahan.
d. warna atau endapan yang terbentuk diamati dan dicatat pada tabel
pengamatan

3. Uji Hidrolisis Pati


a. Sebanyak 5 ml Amilum dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
b. Selanjutnya ditambahkan 2,5 ml HCl 2 N, diaduk dan dimasukkan ke
dalam penangas air mendidih selama 3 menit.
c. Setelah 3 menit, larutan tersebut diuji dengan iodium dengan mengambil
2 tetes larutan ke dalam porselin tetes
d. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat pada tabel pengamatan
e. Selanjutnya, larutan tersebut dipanaskan kembali dan dilakukan uji
iodium setiap 3 menit sampai hasilnya berwarna kuning pucat.
f. Setelah berwarna kuning pucat, dilakukan pemanasan kembali selama 5
menit.
g. Setelah didinginkan, sebanyak 2 ml larutan tersebut dinetralkan dengan
NaOH 2% dan diukur menggunakan indikator kertas lakmus merah dan
biru.
h. Selanjutnya, diuji dengan benedict (15 tetes benedict dan 5 tetes
larutan).
i. Terakhir, hasil eksperimen hidrolisis pati disimpulkan

E. DATA HASIL PENGAMATAN


1. Uji Iodium
Polisakarida
No Sampel Hasil pengamatan
(+/-)

1 Amilum

2 Glukosa

3 Sukrosa
2. Uji Benedict
Gula
No Sampel Hasil pengamatan pereduksi
(+/-)

1 Glukosa

2 Fruktosa

3. Hidrolisis Pati
Hidrolisis
No Hasil Uji Iodium Hasil Senyawa
(menit ke-)
1 3
2 6
3 9
4 12

F. PEMBAHASAN

G. KESIMPULAN

H. DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN 2
UJI SENYAWA PROTEIN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengenal reaksi umum protein
2. Mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam protein/asam amino
3. Mengidentifikasi pengaruh logam berat dan pemanasan terhadap protein

B. DASAR TEORI
Protein adalah komponen yang terdapat di berbagai jaringan manusia,
hewan, tanaman, dan di dalam sel-sel mikroorganisme. Protein memiliki fungsi
sebagai arsitektur sel, katalis, pengendali metabolisme, proses kontraktil, dan
senyawa yang penting dalam sistim imun dan regenerasi sel. Dengan demikian,
protein berkaitan erat dengan hampir semua aktivitas fisiologis makhluk hidup.
Secara kimiawi, protein adalah suatu polimer asam amino. Hidrolisis lengkap
protein menghasilkan campuran 20 macam asam amino.
Protein merupakan suatu polimer dari asam amino. Untuk mengetahui
adanya protein, dapat dilakukan uji, menggunakan beberapa metode yaitu:

a. Uji biuret merupakan analisis kualitatif protein yang berdasarkan adanya


ikatan peptida, maupun sifat-sifat dari asam amino yang dikandungnya.
Protein merupakan senyawa yang bersifat amfoter, yaitu senyawa yang tidak
konsiten dapat berupa asam atau basa.
b. Uji Ninhidrin digunakan untuk identifikasi asam amino bebas yang terdapat
dalam sampel. Asam amino bebas adalah asam amino yang gugus aminonya
tidak terikat. Ninhidrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi asam
amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan.
c. Koagulasi protein akibat pemanasan dan perubahan pH
Protein yang berstruktur globular, misal albumin, larut dalam air. Bila
struktur tersebut dirusak (terjadi denaturasi) maka protein menjadi tidak
larut air atau mengalami presipitasi.
Presipitasi juga dapat terjadi tanpa denaturasi, yaitu larutan protein globular
dalam kondisi pH isoelektriknya, kemudian diberi pemanasan lemah. Bukti bahwa
tidak terjadi denaturasi protein yaitu bila pH di geser dari pH isoelektriknya,
maka akan larut kembali.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan

1. Tabung reaksi 1. Larutan putih telur


2. Rak tabung reaksi 2. Larutan CuSO4
3. Gelas ukur 3. Larutan NaOH 10 M
4. Pipet tetes 4. Larutan ninhidrin
5. Gelas beker 5. Asam asetat encer
6. Penjepit tabung 6. HNO3 pekat
7. Akuades

D. PROSEDUR KERJA
1. Uji Biuret
a. Tambahkan 2 mL larutan putih telur, kemudian tambahkan 5 tetes larutan
CuSO4 dan diikuti 2 mL larutan NaOH 10 M
b. Kocok larutan tersebut dan perhatikan warnanya

2. Uji Ninhidrin
a. Tambahkan 6 tetes larutan ninhidrin kedalam 2 ml larutan putih telur.
b. Panaskan hingga mendidih
c. Amati yang terjadi

3. Koagulasi protein akibat pemanasan dan perubahan pH


a. Siapkan 3 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 mL larutan putih
telur
b. Panaskan tabung reaksi I sampai mendidih. Setelah itu tambahkan ke
dalamnya 2 mL akuades. Apakah zat hasil koagulasi itu larut dalam
akuades?
c. Periksalah larutan putih telur dalam tabung reaksi II dengan kertas
lakmus. Kemudian tambahkan asam asetat encer 1 tetes (suasana asam
lemah), kocok dan amati yang terjadi. Tambahkan NaOH encer tetes demi
tetes hingga netral dan kocok hingga gumpalan terlarut kembali!
d. Tambahkan HNO3 pekat ke dalam tabung III tetes demi tetes sambil di
kocok sampai mengendap. Setelah itu tambahkan 2 mL akuadaes. Apakah
larut dalam akuadaes?

E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Biuret
No Perlakuan Hasil pengamatan Hasil referensi

Larutan putih telur


1
+ CuSO4

2 Penambahan NaOH

2. Uji Ninhidrin
No Perlakuan Hasil pengamatan Hasil referensi

Larutan putih telur


1 + larutan ninhidrin

2 Pemanasan

3. Koagulasi protein akibat pemanasan dan perubahan pH


Tabung Perlakuan Hasil pengamatan Hasil referensi

Larutan putih telur


I
+ pemanasan
Penambahan
akuades

Uji lakmus pada


larutan putih telur

Penambahan asam
asetat encer
II

Pemanasan

Penambahan
larutan basa

Larutan putih telur


+ HNO3 pekat

III

Penambahan
akuades

C. PEMBAHASAN

D. KESIMPULAN

E. DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN 3
UJI SENYAWA LIPID

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengenal reaksi penyabunan
2. Mengenal reaksi gliserol
3. Mengenali adanya asam lemak bebas dalam lemak

B. DASAR TEORI
Lemak merupakan senyawa ester dari asam lemak rantai panjang dengan
gliserol. Lemak tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar seperti
aseton, alkohol, kloroform atau benzene. Bila lemak dipanaskan dengan alkali, akan
dibebaskan asam lemak dan gliserol. Proses ini dikenal dengan saponifikasi
(penyabunan).

Kelebihan alkali, akan bereaksi dengan asam lemak bebas tersebut membentuk
garam yang berupa sabun. Sabun larut dalam air, tetapi dapat diendapkan dengan
larutan NaCl berlebih. Bila senyawa yang tersusun atas gliserol dipanaskan dengan
KHSO4 akan terjadi dehidrasi dan terbentuk suatu aldehid (akrolein) yang berbau
khas.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
1. Tabung reaksi 1. Asam lemak (asam stearat dan asam oleat)
2. Rak tabung reaksi 2. Minyak goreng (kemasan dan bekas)
3. Gelas ukur 3. n-heksana
4. Pipet tetes 4. KHSO4
5. Gelas beker 5. Indicator PP
6. Pengaduk gelas 6. NaOH alkoholik
7. Krus porcelen 7. HCl pekat
8. NaCl jenuh
9. NaOH encer
10. CaCl2

D. PROSEDUR KERJA
1. Penyabunan Minyak
a. Masukkan 2 mL minyak ke tabung reaksi dan tambahkan larutan
NaOH alkoholik secukupnya sampai minyak/lemak terendam
b. Didihkan tabung reaksi tersebut pada penangas air selama 5 menit
c. Tambahkan 10 mL air dan panaskan lagi beberapa menit,
kemudian dinginkan
d. Gunakan larutan no. 3 tersebut untuk percobaan berikut, sediakan 3
buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 mL larutan pada butir 3
 Tabung 1 diasamkan dengan HCl. Apa yang terjadi?
 Tabung 2 tambahkan larutan dengan NaCl jenuh dan catat
adanya pemisahan sabun
 Tabung 3 tambahkan beberapa tetes larutan CaCl2, amati apa
yang terjadi!

2. Uji Asam Lemak Bebas


a. Ambil 3 buah tabung reaksi dan masukkan 2 mL larutan NaOH encer
dan satu tetes indicator fenoftalein
b. Ke dalam masing-masing tabung tambahkan tetes demi tetes larutan
dalam n-heksana berikut
 Tabung I : asam lemak
 Tabung II : minyak goreng bekas
 Tabung III : minyak goreng
kemasan Amati perubahan yang terjadi

3. Uji Gliserol
a. Ambil sebuah krus porcelen dan letakkan sedikit KHSO4
b. Tambahkan sedikit minyak goreng hingga menutupi KHSO4 (hingga KHSO4
terendam)
c. Panaskan pelan-pelan, dan amati terbentuknya bau khas akrolein

E. HASIL PENGAMATAN
1. Penyabunan Minyak
Tabung Larutan yang
Hasil pengamatan
Reaksi ditambahkan

I HCl

II NaCl Jenuh

III CaCl2
2. Uji Asam Lemak Bebas
Tabung NaOH Indikator Jenis Pegamatan
Reaksi encer PP Minyak

I 2 mL 1 tetes Asam Lemak

Minyak
II 2 mL 1 tetes goreng
kemasan

Minyak
III 2 mL 1 tetes
goreng bekas

3. Uji Gliserol
No Perlakuan Hasil pengamatan Hasil referensi

Minyak + KHSO4
1

2 Pemanasan

C. PEMBAHASAN

D. KESIMPULAN

E. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai