DISUSUN OLEH :
NPM : 05161911021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR TEORI
PERCOBAAN (1)
1. Alat
Laboratorium merupakan tempat riset ilmiah,eksperimen,pengukuran ataupun
pelatihan ilmiah dilakukan. Secara garis besar fungsi laboratorium dalam proses
pendidikan sebagai berikut:
(a) sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui
kegiatan pengamatan.
(b) mengembangkan keterampilan motoric mahasiswa, menambahkan keterampilan
dalam mempergunakan alat-alat laboratorium .
(c) memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat keberanian ilmiah
dari suatu objek dalam lingkungan alam dan social.
Praktikum tentang pengenalan alat –alat kimia perlu dilakukan dan dengan adanya
petunjuk dalam melaksanakan praktikum, supaya dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
Alat-alat kimia dibedakan menjadi:
1. alat ukur yaitu alat yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui volume,
keasaman larutan,panas dan lainnya macam-macam alat ukur diantaranta labu
ukur,elenmeyer, pipet ukur,pH universal dan timbangan analitik.
2. Alat pemanas yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan bahan atau larutan
sebelum diteliti. Alat pemanas yang digunakan adalah lampu busen.
3. alat gelas yaitu peralatan laboratorium yang terbuat dari kaca yang digunakan
dalam percobaan ilmiah beberapa alat gelas yang biasa digunakan adalah gelas
arloji,corong,pipet volume, tabung reaksi, dan buret.
4. alat bantu lainnya yaitu alat yang digunakan untuk menunjang alat lainnya seperti
spatula,statuf,kaki tiga, dan bola karet (andi 2007).
2. Bahan
Peningkatan kegiatan penelitian dibidang sains, pertanian,bidang
nutrisi,biokimia,toksikologi dan lainnya akan senantiasa meningkatkan kegiatan
didalam laboratorium. Kegiatan tersebut akan banyak berhubungan dengan bahan –
bahan kimia dengan jenis, kegunaan dan sifat-sifat yang berbeda. Jenis bahan-bahan
kimia jug ada yang berbahaya dan harus sesuai prosedur ketika menggunakannnya.
Ada dua jenis kecelakan yang mugkin terjadi didalam laboratorium yaitu kecelakan
2
akut dan kronis. Sekitar 90% dinegara maju kasus keracunan disebabkan oleh
penyerapan bahan atau zat kimia melalui pernapasan sedangkan 10%sisanya berasal
dari penyerapan melalui kulit, mulut dan mata (suprapto,1983).
Tentu saja hal-hal tersebut harus dihindakan,oleh karena itu pengenalan dan
indetifikasi zat-zat kimia dbutuhkan sebelum melakukan kegiatan didalam
laboratorium. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mmberikan pengetahuan mengenai
sifat berbahaya dari bahan-bahan kimia yang dipergunakan serta cara pencegahan
maupun pengendaliannya. Sehingga dengan pengetahuan tersebut maka senantiasa
bertindak hati-hati dalam menggunakan bahan atau zat kimia yang berbahaya dan
menghindari terjadinya kecelakan dalam laboratorium.
Bahan laboratorium yang disebut bahan merupakan segala sesuatu yang diolah atau
digunakan dalam proses pengujian, kalibrasi, dan atau produksi dalam skala terbatas,
yang dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1. Bahan khusus yaitu bahan yang
penanganannya memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus.
2. Bahan umum yaitu bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan
persyaratan khusus, (Permenpan RB No. 03, 2010)
Tabel 1.Tingkat Kesulitan Pengelolaan Bahan
Penyimpanan zat dan bahan kimia di ruang laboratorium merupakan rencana yang
benar untuk mengurangi resiko kecelakaan (Griffin2005). Setiap bahan kimia
memiliki sifatfisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka, dalam penyimpanan dan
penataan bahan kimia harus diperhatikan aspek pemisahan, tingkat resiko bahaya,
pelabelan, fasilitas penyimpanan, wadah sekunder, bahan kadaluarsa, inventarisasi
dan informasi resiko bahaya. Prinsip–prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan bahan di laboratorium yaitu
a). Aman: bahan disimpan supaya aman dari pencuri.
b). Mudah dicari: memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan
menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci)
3
c). Mudah diambil: penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan
perlengkapan, (Lindawati,2010). Padabahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat
jika dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat
kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan
dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang
terisolasi. Hal ini untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti
api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia.
Bahan kimia digolongkan menjadi 6 golongan yaitu:
1. Harmful atau berbahaya yaitu bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit,
berlendir, mengganggu system pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat
seperti ini (harmful) khususnya bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan.
2. Toxic atau beracun produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila
bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau
atau debu, atau penyerapan melalui kulit.
3. Corrosive atau korosif, produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi
pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas.
4. Flammlable atau mudah terbakar, senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan
yang bereaksi dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan gas
yang mudah terbakar (seperti hidrogen) dari hidridametal.
5. Explosive atau mudah meledak, produk ini dapat meledak dengan adanya panas,
percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam
yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal).
Oxidator (Pengoksidasi) senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini
menghasilkan panas pada kontak dengan bahan organic dan agen pereduksi (reduktor)
(Wawan dan Dewi, 2010)
Simbol berbahaya
4
Explosive(bersifatmudah meledak) Bahan ini mudah meledak
dengan adanya panas, percikan
Huruf kode:E bunga api, guncangan atau
gesekan.
5
Larutan baku atau larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi Sebagai titran sehingga ditempatkan
pada buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku
(Harrizul, 1994). Larutan Baku dibagi menjadi dua yaitu:
1. Larutan baku primer, yaitul arutan yang mengandung zat padat murni yang
konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetric
(perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi
larutan lain yang belum diketahui contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam
oksalat, asam benzoat.
2. Larutan baku sekunder, yaitu larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak
dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah
murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2 (Harrizul, 1994).
Tujuan Praktikum
Percobaan (2)
PEMBUATAN LARUTAN DAN KETERAMPILAN LABORATORIUM
Laboratorium kimia identik dengan bahan kimia dan peralatan kelas.bahan kimia
di laboratorium dapat ditemukan sebagai zat padat dan cair, sedangakan sebagai
gas biasanya terbatas. Bahan kimia di laboratorium biasanya tersedia sebagai
bahan murni atau sebagai larutan, seperti NaCl 5%, ETANOL 5%
6
kimia mutlak diperlukan. Komposi larutan yang terdiri atas zat terlarut dan pelarut
dapat dinyatakan dengan: fraksi mol (x), normalitas (N), Molaritas (M), molalitas
(%), persentase (%)dan bagian per sejuta (ppm). Zat terlarut dalam hal ini dapat
berupa dari bahan padat, cair atau gas, sedangkan sebagai pelarut umumnya cair,
tetapi dapat pula berwujud padat atau cair. Tahap awal proses pembuatan larutan
ini adalah penimbangan zat yang akan dilarutkan sesuai bobot yang dikehendaki
lalu dilarutkan dalam pelarutnya sampai volume/jumlah tertentu sesuai
konsentrasi yang dikehendaki. Pada proses pelarutan ini dapat cukup dengan
pengadukan tetapi terkadang pula perlu pemanasan.
Cara membuat larutan tergantung pada bahan yang akan dilarutkan. Untuk
bahan padat, cukup dengan menimbang dengan teliti sejumlah tertentu sesuai
bobot (g) atau mol, sedangkan untuk bahan cair harus diketahui konsentrasinya
berdasarkan keterangan yang tertera pada label botol, yaitu berat moleku lzat
(Mr), kemurnian (%),dan berat jenis (). Untuk menghitung konsentrasi larutan
dalam molar (M) dari bahan kimia cair (pekat) kita dapat menggunakan
Persamaan 2.1
gr 1000
RUMUS ETANOL: M= x
mr v
7
BAB II
METODE PRAKTIKUM
PERCOBAAN (1)
8
volume suatu larutan
13. Spatula Digunakan untuk mengambil
larutan
14. Gunting
PERCOBAAN (2)
9
B. Prosedur Kerja
PERCOBAAN (1)
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum kimia.
b. Memeriksa dan memastikan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
keadaan baik.
PERCOBAAN (2)
10
BAB III
A. HASIL
11
4 Gelas piala Alat ini Fungsi
mempunyai skala sebagai
tersedia tempat untuk
bermacam-macam menyimpan
ukuran tidak dan
dipebolehkan meletakkan
digunakan untuk larutan
mengukur larutan
pada kondisi
panas
12
untuk
mengeringkan
suatu zat
13
pula
digunakan
untuk
mengukur
volume suatu
larutan
14
PERCOBAAN (2) PEMBUATAN LARUTAN DAN KETERAMPILAN
LABORATORIUM
HITUNG :
5,0015 1000
NaCl = x
58,5 50
= 0,085x20
=1,71 ml
ETANOL = M1 . V1 = M2 . V2
1000
V1 = = 10,4 ml
96 %
B. PEMBAHASAN
PERCOBAAN (1)
Berikut akan diuraikan pembahasan tentang hasil percobaan ini yang berjudul
pengenelaan alat laboratorium. Tujuan diadakannya laboratoium ini adalah agar
setiap praktik mampu mengenal dan memahami fungsi, cara penggunaan serta
15
bisa membedakaan alat-alat, dan juga diharapkan agar nantinya praktikum tidak
canggung lagi di laboratorium.
Dalam proses pengenalan alat terdapat berbagai macam alat yang mendukung
berbagai proses yang dilakukan dalam percobaan kimia ini. Alat pemasan terdiri
dari lampu spiritus,kaki tiga, kawat kasa,gelas beker,tabung reaksi dan
penjepit.untuk alat penimbangan terdiri atas labu ukur, erlemeyer,corong,pipet
volume,corong, statif, timbangan analitik ,spatula,botol semprot,bola karet.
Serta bahan yang digunakan tentu mempunyai bahaya untuk itu harus menaati
setiap peraturan yang ada di praktikum sebab larutan dan akan di praktekan itu
bisa membuat bahaya pada kulit dan pernapasan dan bahan yang digunakan juga
harus di simpan pada suhu yang normal tidak terkena dan ada gas beracun di
dalamnya dan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung .
PERCOBAAN ( 2)
PEMBAHASAN
Hal yang harus diperhatikan adalah keselamatan kerja yang lebih utama.
Pembuatan larutan membutuhkan kehati-hatian yang tinggi. Ada salah satu larutan
pekat yang akan membahayakan jika ditambahkan air karena bersifat panas dan
bisa merusak alat-alat kimia yang terbuat dari kaca, selain itu jika berbentuk
padatan ukuran penimbangan dan volume pelarutlah yang menentukan pembuatan
larutan itu berhasil atau tidaknya. Selain itu, perhitungan konsentrasi, %berat,
%volume, ppm dilakukan dengan teliti. Jika tidak, maka akan mengagalkan
pembuatan larutan tersebut (Khopkar, 2007).
1. Jelaskan cara pembuatan larutan 50 ml larutan NaCl 100 ppm dari krital
garam NaCl!
V1xC1=V2xC2
5,0015 1000
NaCl = x
58,5 50
= 0,085x20
=1,71 ml
16
Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas
arloji yang telah ada di dalam timbangan analitik dan setelah di nol kan
sambil menimbangnya hingga mencapai massa 5 mg
Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan
menuangkannya ke dalam gelas beker
M1 . V1 = M2 . V2
1000
V1 = = 10,4 ml
96 %
17
BAB IV
KESIMPULAN
PERCOBAAN (1)
Dari hasil praktikum untuk hari hari pertama pengenalan alat-alat yang ada di
laboratorium dapat disimpulkan bahwa masing-masing laboratorium yang tersedia
di universitas memiliki prosedur tersendiri kegunaannya juga fungsinya serta
dipastikan sesuai dengan apa yang akan di praktekan untuk materi kimia dasar dan
berdasarkan hasil praktikum perlatan terbagi menjadi dua yaitu pertama pelaratan
pemanas dan kedua pelaratan timbangan.
PERCOBAAN (2)
Data Hasil Praktikum yang pertama mencantumkan bahwa berat pada NaCl tidak
tepat 0,585 gram tetapi 0,5863 gram meski hanya berbeda 0,001 tetapi sudah
sesuai dengan prinsip dan rumus untuk membuat larutan NaCl 0,1 M ; 100 ml.
Kedua, mencantumkan nilai berat 0,0117 gram pada pembuatan larutan
NaCl 100 ppm ; 100 ml yang seharusnya berat yang dibutuhkan adalah 0,01 gram,
tetapi sudah sesuai prinsip untuk membuat larutan tersebut.
Ketiga, dalam DHP yang bersangkutan tertulis satuan etanol yang
dibutuhkan 10,4 ml dengan pelarut sebanyak 89,6 ml dan sudah sesuai prinsip
untuk membuat larutan etanol 96% ; 100 ml.
Gambesi,………………………
Asisten, Pratikukan,
`
(…………………............) (…………………………….)
18
DAFTAR PUSTAKA
Andi. (2007). Panduan Praktis Microsoft Power Point. Semarang : Wahana
Komputer
19
LAMPIRAN
mencampurkan
aquades kedalam garam
dapur.
20