Anda di halaman 1dari 48

D III TK.

1 TLM

PENANGANAN
MATH SUBJECT
FOR HIGH KIMIA
BAHAN SCHOOL
Kelompok 1 :
Quadratic Functions
ADELIA TRIANA RAMADANI .A : PO713203211001
ADIRA SYAHRIR : PO713203211002
AINUR RIDHA : PO713203211003
PENDAHULUAN
Di dalam kegiatan praktikum tidak hanya digunakan bahan biologis (bahan yang berasal dari
makhluk hidup) tetapi juga digunakan berbagai bahan kimia.

Bahan kimia tersebut digunakan sebagai pereaksi, baik pereaksi khusus maupun pereaksi
umum. Oleh karena itu kita perlu memiliki pengetahuan tentang bahan-bahan kimia, khususnya
yang sering digunakan di dalam praktikum.

Pengetahuan tentang bahan kimia yang dimiliki diantaranya dimaksudkan agar semua yang
menggunakan laboratorium atau sedang berada dilaboratorium mampu menangani bahan kimia
secara baik. Dengan demikian kegiatan praktikum akan berjalan lancar dan kecelakaan karena
ketidaktahuan dapat dihindarkan.
TUJUAN

01 Mengetahui 02 Mengetahui 03 Mengenali


Bahan Kimia Tak
Sifat-Sifat Bahan Kimia Bahan Kimia Berbahaya
Tercampurkan

04 Mengetahui 05 Manajemen 06 Mengetahui


Bahan Kimia dan Penyimpanannya
Cara Penyimpanan Bahan Kimia
di Gudang Laboratorium
Cara Penanganan Bahan Sisa
PEMBAHASAN
01

Sifat - Sifat Bahan Kimia


Berdasarkan sifat kimianya bahan-bahan kimia digolongkan
menjadi bahan kimia mudah terbakar, bahan pengoksidasi, bahan
mudah meledak, bahan radioaktif, bahan korosif, serta bahan
beracun (toksik).
Bahan Mudah Terbakar
Bahan mudah terbakar dapat berwujud gas, cairan yang mudah menguap, atau bahan padat yang dalam bentuk debu dapat
meledak (terbakar) jika tercampur atau terdispersi dengan udara.
Cairan yang mudah terbakar memiliki sifat-sifat:
a. Mudah menguap atau volatile
b. Uap cairan dapat terbakar (menimbulkan api) dalam kondisi normal.
c. Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika dibandingkan cairannya.
d. Kecepatan penguapan bervariasi dari satu cairan ke cairan lainnya sebanding dengan naiknya suhu.
e. Uap dari cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat sehingga sulit untuk mendeteksinya kecuali digunakan
indikator gas yang mudah terbakar.
f. Sebagian besar uap lebih berat daripada udara sehingga cenderung ada di permukaan lantai.
g. Uap cairan yang mudah terbakar mudah berdifusi sehingga seluruh ruangan menjadi berbahaya.

Kebakaran dapat terjadi karena berbagai hal. Sumber-sumber yang dapat menyebabkan timbulnya perapian/kebakaran
diantaranya: nyala api, permukaan panas, hubungan pendek (korsluiting) listrik, muatan listrik statis, puntung rokok
menyala, korek api dan sumber lainnya.
Bahan Mudah Terbakar
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menangani bahan-bahan kimia yang mudah terbakar, agar keselamatan
dan keamanan tetap terjaga, yaitu:
a. Bahan tidak boleh dipanaskan secara langsung atau disimpan pada permukaan panas. Gunakan penangas uap atau
penangas air.
b. Simpan bahan di tempat yang ventilasinya baik.
c. Di laboratorium, sediakan dalam jumlah yang minimum.
d. Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran dengan api kecil gunakan kain basah atau pasir, tapi bila api
besar gunakan alat pemadam.
e. Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan mudah terbakar melebihi 1/2 kapasitasnya.
f. Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci.
g. Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif.
h. Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi sampai penuh, sediakan 1/8 isinya untuk udara.
i. Bahan padat mudah terbakar simpan di tempat sejuk, jauhkan dari sumber panas, bahan lembab dan air, bahan
pengoksidasi atau asam.
Bahan Mudah Terbakar
Bahan-bahan kimia mudah terbakar dapat berupa:
a. Pelarut dan pereaksi organik seperti Asetaldehid, Asam Asetat, Aseton, Benzen,
Karbondisulfida, Etil Alkohol, Eter, Etil Asetat, Etil Alkohol, Petroleum Eter, Isopropil Alkohol,
Toluen, Xylen.
b. Bahan anorganik seperti:
1. Bila terjadi kebakaran terhadap logam Al, Mg, Zn dalam keadaan murni jangan gunakan
pemadam berisi air tapi gunakanlah serbuk pemadam.
2. Fosfor kuning, akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan didalam air dan
kontrol selalu permukaan airnya karena permukaan air akan menurun akibat penguapan.
3. Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air. Simpan di dalam minyak parafin.
Kontrol permukaan minyak parafin tersebut.
c. Gas seperti Asetilen, Metana, Hidrogen, Karbonmonoksida, dan Butana.
Bahan Pengoksidasi

Ada dua kelompok bahan pengoksidasi yaitu anorganik dan organik. Bahan pengoksidasi anorganik hanya
menimbulkan bahaya api/kebakaran. Akan tetapi karena kemampuannya bergabung dengan oksigen dan juga
tidak tahan panas, maka bahan-bahan tersebut bahayanya semakin tinggi pada suhu tinggi.

Reaksi yang dahsyat dapat terjadi jika bahan dicampurkan/terkontaminasi oleh bahan yang mudah terbakar
seperti kayu, kertas, serbuk logam dan belerang. Dalam kondisi biasa campuran ini harus disimpan pada
lemari/rak yang tidak mudah terbakar (besi, tembok). Simpan pada wadah aslinya jangan sampai
terkontaminasi. Simpan dalam jumlah minimum.

Bahan organik pengoksidasi sering menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida. Untuk laboratorium
SMU/SLTP sebaiknya tidak usah disediakan bahan seperti misalnya: Chlorat, Perchlorat, Bromat, Peroksida,
Asam Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Khlorin, Fluorin dan Iodin yang mudah bereaksi
dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu) sehingga dikelompokkan menjadi bahan pengoksidasi.
Bahan Mudah Meledak
Peroksida dalam keadaan murni sering menimbulkan ledakan, tetapi karena bahan ini umumnya tidak
tersedia kecuali dicampurkan dengan bahan inert/netral dalam persentase kecil maka sering dianggap
mudah terbakar.

Asam perchlorat (HCLO4) berbahaya karena menimbulkan ledakan jika kontak dengan bahan organik.
Asam perchlorat tidak boleh digunakan di atas meja kayu. Botol harus dari gelas dan jika tercemar harus
segera dibuang. Hal-hal yang dapat menyebabkan ledakan adalah:
1. Karena adanya pelarut mudah terbakar. penyimpanan botol berisi bahan mudah meledak sisakan
ruang berisi udara sedikit saja (1/8-nya).
2. Karena ada udara cair dan debu serta ada peroksida.
Ledakan yang mungkin ditimbulkan oleh bahan-bahan mudah meledak ini dapat dicegah dengan cara:
3. Biasakan melakukan eksperimen di tempat terbuka atau di dalam lemariuap
4. ika ragu tentang sifat kimia bahan, gunakanlah dalam jumlah yang sedikit dan lakukan percobaan di
atas penangas air.
5. Gunakan alat-alat yang layak (sesuai) seperti gelas tebal yang stabil oleh tekanan.
Bahan Radioaktif
Radiasi dapat merusak sel hidup. Dampak radiasi tergantung kepada lamanya waktu radiasi dan intensitas dosis yang digunakan.
Dalam dosis yang tinggi bisa menimbulkan kebakaran dan kematian. Dampak radiasi ini bersifat permanen. Tipe-tipe radiasi
berdasarkan pecahnya istop-isotop radio aktif :
A. Parikel alfa berupa atom-atom helium yang bermuatan positif
B. Partikel beta berupa partikel-partikel bermuatan negatif berenrgi tinggi
C. Sinar gamma dihasilkan dari perubahan inti atom radioaktif berupa gelombang elektromagnetik
Penyimpanan:
A. Bahan-bahan radioaktif seperti uranium dan torium disimpan dakam lemari terkunci yang diberi tanda dan cacatn peringatan
B. Bahan-bahan radioaktif dengan katifitas radiasi tinggi harus disimpan di luar gedung dan dilengkapi dengan lapisan pelindung
yang memadai dan terhindar dari api
Ukuran Perlindungan :
• Botol-botol yang berisi bahan-bahan radioaktif harus diberi label dengan baik dan disimpan dalam lemari terkunci yang diberi
lambang radiasi.
• Tempat bekerja harus terpisah dari bahan-bahan radioaktif.
• Gunakan selalu jas lab. Dan gunakan lap untuk membersihkan bahan sisa. Jaga agar bahan radioaktif tidak menyentuh kulit.
• Jangan bicara,makan atau merokok di daerah yang terkontaminasi.
• Gunakan alat-alat gelas dalam keadaan kering dan simpan secara terpisah.
• Cucilah tangan dan bagian lain tubuh kkita yang terkontaminasi bahan radioaktif dengan air dan sabun sampai benar-benar bersih.
Semua bahan radioaktif harus dibuang setelah praktikum.
Bahan Korosif
Bahan korosi merupakan salah satu bahan yang dapat merusak dan mengakibatkan cacat permanen
pada jaringan yang terkena bahan korosif.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pengamanan :


1) Simpan bahan di tempat yang cocok dan lakukan pengontrolan atau pengawasan secara teratur.
2) Ikuti aturan-aturan penyimpanan,pemberian label, pemakaian dan pembuangannya.
3) Simpan persediaan di laboratoriunm dalam jumlah minimum.
4) Gunakan pelindung.
5) Hindarkan jangan sampai tumpah dan jika bersentuhan dengan kulit, cucilah segera dengan air
dan sabun.
Bahan Beracun atau Toksik

Demi keamanan sebaiknya kita menganggap semua bahan kimia itu beracun.
Untuk menghindari masuknya bahan-bahan kimia ke dalam tubuh ada beberapa
hal yang bisa kita lakukan, yaitu:
a. Untuk menghindari racun melalui mulut:
 Hindarkan makan minum atau merokok saat bekerja.
 Cuci tangan dan keringkan sebelum meninggalkan laboratorium.
 Hati-hati jangan gunakan pipet isap

b. Untuk menghindari racun melalui kulit:


 Cegah kontak dengan kulit.
 Gunakan sarung tangan.
 Cuci tangan dengan sabun dan air segera
02
Bahan Kimia tak
Tercampurkan
Banyak ledakan, kebakaran dan asifikasi terjadi karena pencampuran bahan
kimia secara tak sengaja. Daftar di bawah ini mencakup bahan yang tidak
stabil. Bahan kimia ini tidak boleh di campur. Bahan ini tidak boleh di
letakkan secara berdekatan dan persediaan di laboratoriumhanya dalam
jumlah minimum.
Bahan Sifat Bahan Kimia tak Tercampurkan
03

Bahan Kimia Berbahaya


Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan
bersifat sangat beracun (very toxic substances), bahan beracun (toxic
substances) dan bahan berbahaya (harmful substances)
1 Very Toxic (sangat beracun)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.

Toxic (beracun) 2
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.

3 Harmful (berbahaya)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki resiko merusak
kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak
dengan kulit. Bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker
dengan probabilitas tinggi melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau kontak dengan kulit
Simbol Keterangan

Nama : Harmful

Lambang : Xn

Arti : Bahan yang dapat merusak


kesehatan tubuh bila kontak
langsung dengan tubuh atau melalui
inhalasi.

Tindakan : Jangan dihirup, jangan


ditelan dan hindari kontak langsung
dengan kulit.

Contoh :Etilenglikol, Diklorometan.

Nama : Corrosive

Lambang : C

Arti : Bahan yang bersifat korosif,


dapat merusak jaringan hidup,
dapat menyebabkan iritasi pada
kulit, gatal-gatal dan dapat
membuat kulit mengelupas.

Tindakan : Hindari kontak


langsung dengan kulit dan hindari
dari benda-benda yang bersifat
logam.

Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%)

Nama : Flammable

Arti : Bahan kimia yang


mempunyai titik nyala rendah,
mudah terbakar dengan api bunsen,
permukaan metal panas atau
loncatan Bungan api.

Tindakan : Jauhkan dari benda-


benda yang berpotensi
mengeluarkan api.

Contoh : Minyak.
Nama : Highly Flammable

Lambang : F

Arti : Mudah terbakar di bawah kondisi


atmosferik biasa atau mempunyai titik
nyala rendah (di bawah 21°C) dan mudah
terbakar di bawah pengaruh kelembapan.

Tindakan : Hindari dari sumber api, api


terbuka dan loncatan api, serta
hindaripengaruh pada kelembaban
tertentu.

Contoh : Aseton dan Logam natrium.

Nama : Extremely Flammable

Lambang : F+

Arti : Bahan yang amat sangat mudah


terbakar. Berupa gas dan udara yang
membentuk suatu campuran yang bersifat
mudah meledak di bawah kondisi normal.

Tindakan : Jauhkan dari campuran udara


dan sumber api.

Contoh : Dietileter (cairan) dan Propane


(gas).

Nama : Explosive

Lambang : E

Arti : Bahan kimia yang mudah meledak


dengan adanya panas atau percikan bunga
api, gesekan atau benturan.

Tindakan : Hindari pukulan/benturan,


gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala
lain bahkan tanpa oksigen atmosferik.

Contoh : KClO 3, NH4NO3, TrinitroToluena


(TNT).
Nama : Oxidizing

Lambang : O

Arti : Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat


menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan
panas saat kontak dengan bahan organik dan
bahan pereduksi.

Tindakan : Hindarkan dari panas dan reduktor.

Contoh : Hidrogen peroksida, Kalium perklorat.

Nama : Dangerous For the Environment

Lambang : N

Arti : Bahan kimia yang berbahaya bagi satu atau


beberapa komponen lingkungan. Dapat
menyebabkan kerusakan ekosistem.

Tindakan :Hindari kontak atau bercampur


dengan lingkungan yang dapat membahayakan
makhluk hidup.

Contoh : Tributil timah klorida, Tetraklorometan,


Petroleum bensin.

Nama : Flammable Solid

Arti : Padatan yang mudah terbakar.

Tindakan : Hindari panas atau bahan mudah


terbakar dan reduktor, serta hindari kontak
dengan air apabila bereaksi dengan air dan
menimbulkan panas serta api.

Contoh : Sulfur, Picric acid, Magnesium.


Nama : Flammable Liquid

Arti : Cairan yang mudah terbakar.

Tindakan : Hindari kontak dengan benda


yang berpotensi mengeluarkan panas atau
api.

Contoh : Petrol, Acetone, Benzene.

Nama : Flammable Gas

Arti : Simbol pengaman yang digunakan


pada tempat penyimpanan material gas yang
mudah terbakar.

Tindakan : Jauhkan dari panas atau


percikan api.

Contoh : Acetelyne, LPG, Hydrogen.

Nama : Spontaneously Combustible


Substances

Arti : Material yang dapat secara spontan


mudah terbakar.

Tindakan : Simpan di tempat yang jauh dari


sumber panas atau sumber api.

Contoh : Carbon, Charcoal-non-activated,


Carbon black.

Nama : Dangerous When Wet

Arti : Material yang bereaksi cukup keras


dengan air.

Tindakan : Jauhkan dari air dan simpan di


tempat yang kering/tidak lembab.

Contoh : Calcium carbide, Potassium


phosphide, Maneb.
Nama : Oxidizer

Arti : Material yang mudah menimbulkan


api ketika kontak dengan material lain yang
mudah terbakar dan dapat menimbulkan
ledakan.

Contoh : Calcium hypochlorite, Sodium


peroxide, Ammonium dichromate.

Nama : Organic Peroxide

Arti : Merupakan simbol keamanan bahan


kimia yang digunakan dalam transportasi
dan penyimpanan peroksida organik.

Contoh : Benzol peroxide, Methyl ethyl


ketone peroxide, Dicetyl perdicarbonate.

Nama : Non Flammable Gas

Arti : Simbol pengaman yang digunakan


pada transportasi dan penyimpanan material
gas yang tidak mudah terbakar.

Contoh : Oksigen, Nitrogen, Helium.

Nama : Poison

Arti : Simbol yang digunakan

pada transportasi dan penyimpanan bahan-


bahan yang beracun (belum tentu gas).

Contoh : Cyanohydrin, Calcium cyanide,


Carbon tetrachloride.
Nama : Poison Gas

Arti : Simbol yang digunakan pada


transportasi dan penyimpanan material gas
yang beracun.

Tindakan : Jauhkan dari pernapasan kita.

Contoh : Chlorine, Methil bromide, Nitric


oxide.

Nama : Harmful

Arti : Bahan-bahan yang berbahaya bagi


tubuh.

Tindakan : Jauhkan dari makanan atau


minuman.

Contoh : Acrylamide, Amonium


fluorosilicate, Chloroanisidines.

Nama : Inhalation Hazard

Arti : Bahan-bahan yang dapat merusak


sistem inhalasi atau pernapasan.

Tindakan : Jangan dihirup.

Nama : Infectious Substance

Arti : Bahan yang mengandung organism


penyebab penyakit.

1. Contoh : Tisue dari pasien, tempat


pengembangbiakan virus, bakteri, tumbuhan
atau hewan.
Nama : Radioactive

Arti : Bahan yang mengandung material


atau kombinasi dari material lain yang dapat
memancarkan radiasi secara spontan.

Contoh : Uranium, 90Co, Tritium.

Nama : Marine Pollutant

Arti : Polutan laut.

Tindakan : Tidak membuang limbah ke


saluran air atau sungai yang mengalir ke
laut.
04
Cara Penyimpanan Bahan
Kimia
Secara Alfabet, Berdasarkan Golongan dan Secara
Kelompok
Cara Menyimpan dan Pedoman Umum Penyimpanan

1. Secara alfabet, botol-botol disimpan berdasarkan urutan huruf secara alfabet


2. Berdasarkan golongna, botol-botol bahan disusun berdasarkan klasifikasi sistem periodik.
3. Secara kelompok botol bahan disusun berdasarkan urutan dalam analisis kualitatif.

Pedoman umum penyimpanan adalah sebagai berikut:


4. Setelah digunakan harus dikembalikan ke tempat semula dengan benar.
5. Lakukan pengontrolan secara periodik untuk semua bahan kimia yang disimpan
6. Penyimpanan juga harus memperhatikan jangkauan
7. Tempatkan botol-botol kecil di rak bagian atas, botol besar dan berat di bagian bawah.
8. Semua lemari penyimpanan harus ditempatkan pada ruangan khusus yang suhunya harus sejuk.
9. Semua botol persediaan bahan yang mudah terbakar harus disimpan di dalam ruangan terpisah dengan ventilasi
yang cukup
10. Bahan padat dan bahan cair disimpan pada lemari yang terpisah
11. Bahan-bahan higroskopis dan bahan yang membentuk kristal harus disimpan dalam botol tertutuip.
12. Bahan-bahan mudah menguap harus disimpan dengan cara yang sama untuk bahan higroskopis
Penyimpanan Bahan-Bahan Kimia
Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan-bahan
kimia beracun dalam gudang, maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia juga
perlu diperhatikan factor lain, yaitu:
a. Interaksi bahan kimia dengan wadahnya, bahan kimia dapat berinteraksi
dengan wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.
b. Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran,
atau timbulnya gas beracun
Syarat Penyimpanan Bahan Secara Singkat
sebagai berikut :
1. Bahan beracun
Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang 2. Bahan korosif
paling keras dan sering dijumpai di laboratorium Contoh bahan korosif, misalnya asam-
sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan
sianida, arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran ini dapat merusak wadah dan bereaksi
gas. dengan zat-zat beracun.

Syarat penyimpanan: Syarat penyimpanan:


• Ruangan dingin dan berventilasi
 ruangan dingin dan berventilasi
• Jauh dari bahaya kebakaran
 wadah tertutup dan beretiket
• Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin
bereaksi  dipisahkan dari zat-zat beracun.
• Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan
tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan
• Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja,
masker, dan sarung tangan
Syarat Penyimpanan Bahan Secara Singkat
sebagai berikut :

3. Bahan mudah terbakar


Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika kena udara, kena benda panas, kena
api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3)
misalnya akan terbakar sendiri jika kena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon
disulfide (CS2).
Bunga api dapat menyalakan bermacammacam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat
dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
• Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfida (CS2), eter (C2H5OC2H5),
benzena (C5H6, aseton (CH3COCH3).
• Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya etanol (C2H5OH), methanol
(CH3OH).
• Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin (minyak lampu),
terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
• Temperatur dingin dan berventilasi
• Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok
• Tersedia alat pemadam kebakaran
Syarat Penyimpanan Bahan Secara Singkat
sebagai berikut :

4. Bahan mudah meledak


Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT. Syarat penyimpanan:
• Ruangan dingin dan berventilasi
• Jauhkan dari panas dan api
• Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat meledak dengan dahsyat. Kecepatan
reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung pada komposisi dan bentuk dari campurannya. Kombinasi zat-zat yang
sering meledak di laboratorium pada waktu melakukan percobaan misalnya:
• Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
• Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
• Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
• Nitrat dengan eter
• Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
• Klorat dengan asam sulfat
• Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
• Halogen dengan amoniak
• Merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)
• Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat
Syarat Penyimpanan Bahan Secara Singkat
sebagai berikut :
7. Bahan reaktif terhadap asam
5. Bahan Oksidator Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organic. Syarat menghasilkan gas yang mudah terbakar
penyimpanan: atau beracun, contoh: natrium, hidrida,
• temperatur ruangan dingin dan berventilasi sianida.
• jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan
api listrik dan bara rokok Syarat penyimpanan:
• jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau • ruangan dingin dan berventilasi
reduktor • jauhkan dari sumber api, panas, dan
6. Bahan reaktif terhadap air asam
Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida. Syarat
penyimpanan: • ruangan penyimpan perlu didesain
 temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi agar tidak memungkinkan terbentuk
 jauh dari sumber nyala api atau panas kantong-kantong hydrogen disediakan
 bangunan kedap air alat pelindung diri seperti kacamata,
 disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry sarung tangan, pakaian kerja
powder)
Syarat Penyimpanan Bahan Secara Singkat
sebagai berikut :

8. Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
 Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
 Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
 Jauh dari api dan panas
 Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya waktu pentimpanan
untuk zat-zat tertentu.
Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin
lama disimpan akan semakin besar jumlah peroksida.
Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat
terbentuknya peroksida dalam penyimpanan.
Zat sejenis eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka
harus dihabiskan selama enam bulan.
Penyimpanan Bahan Kimia
Ikuti panduan umum ini saat menyimpan bahan kimia dan peralatan bahan kimia:
1. Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk bahan kimia dan kembalikan ke tempat setelah digunakan.
2. Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan.
3. Amankan rak dan unit penyimpanan lainnya. Pastikan rak memiliki bibir pembatas di bagian depan
4. Hindari menyimpan bahan di atas bangku, kecuali bahan digunakan. Hindari menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari.
5. Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (~1,5 m).
6. Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.
7. Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat. Letakkan nama pengguna dan tanggal penerimaan pada semua bahan yang
dibeli untuk membantu kontrol inventaris.
8. Hindari menyimpan bahan kimia pada tudung asap kimia, kecuali bahan kimia yang sedang digunakan.
9. Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada lemari berventilasi.
10. Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar yang disetujui.
11. Jangan memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari langsung.
12. Simpan bahan kimia dalam kelompok bahan yang sesuai yang disortir berdasarkan abjad.
13. Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai.
14. Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan, kaji tanggung jawab ini minimal setiap tahun
Penyimpanan Wadah dan Peralatan Penyimpanan Bahan yang Sangat Beracun

Ikuti panduan khusus di bawah ini tentang wadah dan Lakukan tindakan pencegahan berikut saat
peralatan yang digunakan untuk menyimpan bahan kimia. menyimpan karsinogen, toksin reproduktif, dan bahan
1. Gunakan perangkat pengaman sekunder, seperti wadah kimia dengan tingkat toksisitas akut tinggi.
pengaman (overpack), untuk menampung bahan jika
1. Simpan bahan kimia yang diketahui sangat
wadah utama pecah atau bocor.
beracun dalam penyimpanan berventilasi dalam
2. Gunakan baki penyimpanan yang tahan korosi sebagai perangkat pengaman sekunder yang resisten
perangkat pengaman sekunder untuk tumpahan,
secara kimia dan anti pecah.
kebocoran, tetesan, atau cucuran. Wadah polipropilena
sesuai untuk sebagian besar tujuan penyimpanan. 2. Jaga jumlah bahan pada tingkat kerja minimal.
3. Sediakan lemari berventilasi di bawah tudung asap kimia 3. Beri label area penyimpanan dengan tanda
untuk menyimpan bahan berbahaya. peringatan yang sesuai.
4. Segel wadah untuk meminimalkan terlepasnya uap yang
4. Batasi akses ke area penyimpanan.
korosif, mudah terbakar, atau beracun.
5. Pelihara inventaris untuk semua bahan kimia
yang sangat beracun
Penyimpanan Dingin
Penyimpanan bahan kimia, biologis dan radioaktif yang aman di dalam lemari es, ruangan yang dingin, atau freezer
memerlukan pelabelan dan penataan yang baik. Ikuti panduan penyimpanan dingin ini:
1. Gunakan lemari penyimpanan bahan kimia hanya untuk menyimpan bahan kimia. Gunakan pita dan penanda
tahan air untuk memberi label lemari es dan freezer laboratorium.
2. Jangan menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar dalam lemari es, kecuali penyimpanan bahan tersebut
disetujui. Jika penyimpanan dalam lemari es diperlukan di dalam ruang penyimpanan bahan yang mudah
terbakar, pilih lemari es tahan-ledakan. Jangan menyimpan oksidator atau bahan yang sangat reaktif dalam unit
yang sama dengan bahan yang mudah terbakar.
3. Semua wadah harus tertutup dan stabil. Perangkat pengaman sekunder, seperti baki plastik, penting untuk labu
laboratorium kimia dan disarankan untuk semua wadah.
4. Labeli semua bahan dalam lemari es dengan isi, pemilik, tanggal perolehan atau penyiapan, dan sifat potensi
bahayanya.
5. Tata isi berdasarkan pemilik, namun pisahkan bahan yang tidak sesuai. Tata isi dengan memberi label pada rak
dan tempelkan skema penataan di luar unit.
6. Setiap tahun, kaji semua isi dari masing-masing unit penyimpanan dingin. Buang semua bahan tidak berlabel,
tidak diketahui, atau tidak diinginkan, termasuk bahan yang dimiliki oleh pegawai yang telah meninggalkan
laboratorium.
Penyimpanan Cairan yang Mudah Terbakar dan Gampang Menyala
Cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala di laboratorium hanya boleh tersedia dalam jumlah terbatas. Jumlah
yang diperbolehkan tergantung pada sejumlah faktor, termasuk:
a. konstruksi laboratorium;
b. jumlah zona api dalam gedung;
c. tingkat lantai tempat laboratorium berlokasi;
d. sistem pelindungan api yang dibangun dalam laboratorium;
e. adanya lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar atau kaleng keselamatan; dan jenis laboratorium (yaitu,
pendidikan atau penelitian dan pengembangan).

Ikuti panduan ini untuk menyimpan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala:
1. Jika memungkinkan, simpan cairan dalam lemari penyimpanan bahan yang mudah terbakar.
2. Simpan cairan dalam wadah aslinya (atau wadah yang disetujui) atau dalam kaleng keselamatan. Jika
memungkinkan, simpan cairan mudah terbakar yang berjumlah > 1 L dalam kaleng keselamatan.
3. Simpan 55 galon (~208-L) drum cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dalam ruang penyimpanan
khusus untuk cairan yang mudah terbakar.
4. Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari bahan oksidasi kuat, seperti asam nitrat atau
kromat, permanganat, klorat, perklorat, dan peroksida.
5. Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari sumber penyulutan.
05
Manajemen bahan kimia dan penyimpanannya
di gudang laboratorium
Pengelolaan inventori bahan kimia diupayakan senantiasa terkendali
dalam aspek kualitas yaitu mutu bahan kimia harus memenuhi
spesifikasi standard yang diperlukan, aspek kuantitas yaitu jumlah
yang akan dibeli harus sesuai dengan kebutuhan
Bahan kimia yang baik harus memenuhi beberapa ketentuan umum yaitu :

a. Mudah diperoleh yaitu proses pengadaan bahan kimia tidak berbelit serta waktu kedatangan atau tiba di gudang dalam
waktu singkat.
b. Konsep siap saji (just in time) merupakan pedoman yang menjadi kebutuhan terhadap pengadaan bahan kimia saat ini
dimana selang waktu yang terlampau lama menyebabkan terjadinya permasalahan terhadap waktu pakai (expire date)
dari beberapa bahan kimia tertentu.
c. Mudah untuk disubsitusi yaitu bahan kimia yang dibeli memiliki beberapa alternatif nama dagang sehingga bukan
merupakan monopoli dari pabrik tertentu.
d. Aman terhadap proses penanganan (handling)
e. Memiliki label atau identifikasi yang jelas tentang sifat dan karakteristik bahan kimia.
f. Kemasan mampu untuk melindungi kualitas bahan terhadap perubahan kondisi lingkungan sehingga apabila terjadi
variasi perubahan suhu tidak berpengaruh terhadap komposisi bahan kimia.
g. Suhu penyimpanan yang dipersyaratkan mendekati suhu kamar (ambien) di Indonesia. Apabila merupakan bahan
kimia Berbahaya dan Beracun (B3) maka identifikasi MSDS harus senantiasa diikutsertakan disertai sertifikat keaslian
produk dari pabrik pembuat.
Aturan Dasar Penyimpanan melalui Segregasi
Penyimpanan bahan kimia juga memiliki beberapa aturan dasar yang menjadi pedoman bagi laboratorium untuk memelihara
aspek safety dalam hal penyimpanan bahan kimia di gudang melalui segregasi, yaitu :
a) Bahan kimia bersifat korosif (asam kuat atau basa kuat);
b) Bahan kimia bersifat mudah terbakar (flamable);
c) Bahan kimia mudah bereaksi (reactive)
d) Bahan kimia racun (toxic).
Penyimpanan bahan kimia di gudang adalah pengetahuan tentang ketidaksesuaian (incompatible) antara bahan kimia yang satu
dengan yang lain.
Bahan padatan lebih sulit bereaksi dibandingan dengan cairan karena kecepatan reaksi dengan bahan lain rendah (dalam kondisi
kering) oleh karena itu dapat disusun
a. Sulfida harus dipisahkan jauh dengan asam
b. Senyawa sianida harus dipisahkan terhadap asam, terutama bentuk larutan asam
c. Bentuk kristal penol harus dipisahkan terhadap oksidator.
Sedangkan cairan lebih mudah bereaksi dengan bahan lain, oleh karena itu cairan harus disimpan di rak dengan maksimum
ketinggian ukuran bahu orang dewasa
Akumulasi penyimpanan limbah dan bahan kimia kadaluarsa dilakukan dengan :

a) Sedapat mungkin menyimpan cairan limbah bahan kimia dengan tingkat


kesesuaiannya (compability).
b) Jangan menumpuk lebih dari 55 gallon limbah cair bahan kimia ini,seperempat
jumlah dari daftar bahan kimia berbahaya (daftar P)

Bahan yang termasuk katagori Logam, dilakukan sesuai jenisnya :


1) Logam reaktif (misalnya potasium, sodium) dan semua logam dalam bentuk serbuk
harus disimpan didalam lemari khusus anti nyala (flamable cabinet).
2) Logam air raksa (mercury) harus disimpan di kontainer yang tidak mudah pecah
dengan diletakkan didalam almari khusus.
BAHAN KIMIA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK SETIAP LABORATORIUM
Bahan kimia ramah lingkungan merupakan falsafah Dua belas prinsip bahan kimia ramah lingkungan
perancangan produk dan proses yang mengurangi atau
1. Cegah limbah.
meniadakan penggunaan dan terciptanya bahan berbahaya.
2. Rancang bahan kimia dan produk yang lebih aman.
Beberapa dari strategi ini dibahas secara terperinci dalam 3. Rancang sintesis bahan kimia yang tidak terlalu
bagian berikut. berbahaya.
4. Gunakan bahan mentah yang dapat diperbarui.
1. Mencegah Limbah
5. Gunakan katalis, bukan reagen stoikiometrik.
Pengurangan bahan yang digunakan di setiap langkah 6. Hindari derivatif kimia.
eksperimen penting untuk pencegahan limbah, serta 7. Maksimalkan ekonomi atom.
untuk keselamatan dan keamanan laboratorium. Untuk 8. Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman.
mencegah limbah, ikuti strategi berikut: 9. Tingkatkan efi siensi energi.
10. Rancang bahan kimia dan produk agar terurai setelah
2. Pikirkan cara penggunaan produk reaksi dan buat
digunakan.
sejumlah keperluan saja.
11. Analisis langsung (dalam waktu nyata) untuk
3. Pikirkan biaya pembuatan dan penyimpanan
menghindari polusi
bahan yang tidak dibutuhkan.
12. Batasi potensi terjadinya kecelakaan.
2. Menggunakan Pekerjaan Berskala Mikro

Metode pengurangan bahaya yang berhasil adalah melakukan reaksi kimia dan prosedur
laboratorium lainnya dalam skala yang lebih kecil, atau berskala mikro.
Dalam bahan kimia berskala mikro, jumlah bahan yang digunakan dikurangi menjadi 25 hingga
100 mg untuk zat padat dan 100 hingga 200 μL untuk cairan, dibandingkan jumlah biasa, yaitu
10 hingga 50 g untuk zat padat atau 100 hingga 500 mL untuk cairan.
Penggunaan tingkat skala mikro menghemat berton-ton limbah dan jutaan dolar. Di samping itu,
pekerjaan berskala mikro mengurangi bahaya kebakaran dan kemungkinan terjadinya kecelakaan
serta tingkat keparahan kecelakaan yang memaparkan pegawai pada bahan kimia berbahaya.
3. Menggunakan Pelarut dan Bahan Lainnya yang Lebih Aman

Laboratorium lebih aman dan terjamin jika mereka mengganti dengan bahan kimia yang tidak
berbahaya, atau kurang berbahaya bila memungkinkan. Pertimbangkan jalur sintetik dan
prosedur alternatif untuk melakukan campuran reaksi.
Hindari pelarut yang terdaftar sebagai toksin produktif, polutan udara berbahaya, atau
karsinogen tertentu. Pilih pelarut dengan nilai ambang batas yang relatif tinggi (TLV). Pelarut
pengganti yang paling baik memenuhi kondisi berikut.

Pelarut juga memiliki sifat fi sio-kimia (misalnya, titik didih, titik nyala, konstanta dielektrik)
yang mirip dengan pelarut asli. Pertimbangkan manfaatnya bagi keselamatan, kesehatan, dan
lingkungan serta biayanya.
4. Inventaris dan Pelacakan Bahan Kimia

Semua laboratorium harus mencatat semua inventaris bahan kimia yang dimilikinya
secara akurat.
Inventaris adalah catatan, biasanya dalam bentuk basis-data, bahan kimia dalam
laboratorium dan informasi penting tentang pengelolaannya yang tepat.
Inventaris yang dikelola dengan baik meliputi bahan kimia yang didapat dari sumber
komersial dan yang dibuat di laboratorium, juga lokasi penyimpanan untuk setiap
wadah masing-masing bahan kimia.
Inventaris membantu dalam pemesanan
06
Cara Penanganan Bahan
Sisa
Berikut adalah cara pembuangan sampah laboratorium:
Berikut adalah cara pembuangan sampah
laboratorium:

1. Pengenceran, cara ini paling banyak digunakan untuk bahan-bahan cair dan gas
2. Perlakuan kimiawi, dengan perlakuan kimiawi sampah ruangan laboratorium dapat menjadi tidak
berbahaya
3. Pengumpulan sampah padat selalu dibuang setelah dikumpulkan terlebih dahulu
4. Penguburan bahan-bahan seperti binatang dan sejenisnya dibuang dengan cara dikubur di dalam
sebuah lubang dengan ukuran yang memadai
5. Pembakaran sampah kayu dan bahan lainyang dapat terbakar akan aman jika dibakar
6. Lemari uap gas-gas yang tidak berbahaya dilepaskan ke atmosfir melalui lemari uap
THANKS !
Do You Have Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai