Anda di halaman 1dari 6

PEDOMAN PENYIMPANAN ZAT KIMIA

DI LABORATORIUM UNTUK
KESEHATAN DAN KEAMANAN

Beranda

Materi

Jumat, 09 November 2012


PEDOMAN PENYIMPANAN ZAT KIMIA DI LABORATORIUM UNTUK
KESEHATAN DAN KEAMANAN
PENDAHULUAN
Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya. Aman dari
setiap kemungkinan kecelakaan fatal dari sakit maupun kesehatan. Hanya dalam laboratorium
yang aman seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir
akan keceakaan dan keracunan. Apabila ada kemauan dari setiap pengguna untuk menjaga dan
melindungi diri, maka keadaan aman dalam laboratorium pasti akan tercipta. Diperlukan
kesadaran bahwa kecelakaan dapat berakibat bagi para pengguna maupun orang lain serta
lingkungan di sekitarnya. Kemudian disiplin setiap individu terhadap peraturan yang telah
ditetapkan. Semua ini tergantung pada faktor manusianya, yang merupakan sumber terbesar
terjadinya
kecelakaan
di
laboratorium.
Keamanan adalah faktor yang seharusnya menjadi perhatian yang paing besar dalam kegiatan
laboratorium, tetapi umumnya yang terjadi adalah kita belum terbiasa memperhatikan keamanan
kerja. Syarat keamanan di laboratorium bertujuan untuk meindungi baik yang bekerja di
laboratorium itu sendiri maupun untuk ingkungan dan menciptakan suasana laboratorium sebagai
sarana belajar sains yang aman. Caranya dengan meningkatkan pengetahuan praktisi sains
(dosen, laboran, siswa) tentang keselamatan kerja, mengenal bahaya yang mungkin terjadi serta
upaya
penanganannya.
Bahan kimia merupakan materi belajar yang harus ada dalam laboratorium, pada dasarnya semua
bahan kimia itu beracun, namun dengan pengeolaan dan penyimpanan bahan kimia yang tepat
dan benar, maka tingkat bahaya sebagai beracun dapat dikurangi dan ditanggulangi. Pengenalan
sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara penanganannya, yaitu cara
pencampuran, mereaksikan, pemindahan atau transportasi, dan penyimpanannya. Dalam makalah
ini akan diuraikan tentang bagaimana perawatan bahan praktikum kimia, cara penyimpanan agar
kerusakan bahan-bahan kimia dapat dihindari, serta bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat
penyimpanan
dapat
dicegah.
PENYIMPANAN
ZAT-ZAT/BAHAN-BAHAN
KIMIA
Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan.
Di samping jumlahnya yang banyak, bahan kimia juga dapat menimbulkan resiko bahaya yang
cukup tinggi. oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan

bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple
hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder
(secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan
informasi
resiko
bahaya
(hazard
information).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan bahan-bahan kimia diantaranya: wujud zat,
konsentrasi zat, bahaya dari zat, label, kepekaan zat terhadap cahaya, dan kemudahan zat
tersebut
menguap.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis akan lebih tepat apabila
bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat
kebahayaannya. Semua bahan harus diberi label secara jeas, dan untuk larutan harus
dicantumkan
tanggal
pembuatannya.
Penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium di dasarkan pada wujud dari zat tersebut
(padat, cair dan gas), sifat-sifat zat (Asam dan basa), sifat bahaya zat (korosif, mudah terbakar,
racun dll), seberapa sering zat tersebut digunakan. Sistem penyimpanan bahan-bahan kimia
didasarkan pada bahan yang sering dipakai, bahan yang boleh diambil sendiri oleh pemakai
laboratorium, bahan yang berbahaya/racun, dan jumlah bahan yang dsimpan.
Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan menyimpan alat-alat laboratorium, sifat
masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti:
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastic sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastic.
3. Bahan yang dapat berubah apabila terkena matahari langsung harus disimpan daam botol
gelap
dan
diletakkan
dalam
lemari
tertutup.
4. Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dapat disimpan dalam
botol
berwarna
bening.
5. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi symbol karakteristik masing-masing bahan.
7. Sebaiknya bahan disimpan dalam botol induk yang berukuran besar. Pengambilan bahan
kimia dari botol secukupnya saja sesuai kebutuhan, dan sisa bahan praktikum disimpan dalam
botol kecil, jangan dikembalikan ke dalam botol induk, bertujuan untuk menghindari rusaknya
bahan
dalam
botol
induk.
Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang baika dalah di ruangan khusus, tidak bercampur
dengan tempat kegiatan praktikum berjalan. Kelembaban ruangan harus benar-benar
diperhatikan untuk mencegah agar bahan tidak mudah rusak. Umumnya bahan kimia disimpan
berdasarkan kelompoknya seperti rak atau lemari tempat menyimpan bahan padat, bahan cair,
dan bahan berbahaya. Untuk bahan padat yang tidak mudah meledak atau terbakar dapat
diletakkan dalam lemari tertutup, sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar atau meledak
diletakkan dalam rak terbuka yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Tujuannya agar
bila terjadi ketidakberesan mudah untuk diketahui. Tmpat penyimpanan bahan cair seperti asam,
kloroform sebaiknya di simpan di lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak berbahaya
dapat disimpan dalam lemari tersendiri. Tujuannya bila terjadi kebocoran maka gas dapat
langsung keluar melalui cerobong asap dari lemari asam, jadi tidak menyebar. Untuk lebih jelas
berikut akan dibahas syarat-syarat dalam penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium.
Syarat-syarat
penyimpanan
bahan-bahan
kimia
di
laboratorium.
1.
Bahan
mudah
terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika terkena udara, terkena
benda panas, terkena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin

(PH3), alkil logam, boran (BH3) akan terbakar sendiri jika terkena udara. Pipa air, tabung gelas
yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat menyalakan bermacammacam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat dibagi menjadi 3 golongan:
a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfide (CS2), eter
(C2H5OC2H5),
benzena
(C5H6),
aseton
(CH3COCH3).
b. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya etanol
(C2H5OH),
methanol
(CH3OH).
c. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC 93,5oC, misalnya kerosin (minyak
lampu),
terpentin,
naftalena,
minyak
baker.
Syarat
penyimpanan:

Temperatur
dingin
dan
berventilasi,

Tersedia
alat
pemadam
kebakaran,
Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok.
2.
Bahan
mudah
meledak
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya explosive (E) dapat meledak dengan
pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen
atmosferik. Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin,
TNT.
Hal-hal
yang
dapat
menyebabkan
ledakan
adalah:
a. Karena ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur dengan unsur-unsur pereduksi
dan
hidrokarbon
b.
Karena
ada
gas-gas
c. Karena ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat
menimbulkan
ledakan
dahsyat
d.
Karena
adanya
pelarut
mudah
terbakar.
e.
Karena
ada
peroksida.
Syarat
penyimpanan:

Ruangan
dingin
dan
berventilasi

Jauhkan
dari
panas
dan
api

Hindarkan
dari
gesekan
atau
tumbukan
mekanis
Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium pada waktu melakukan percobaan
adalah:

Ammonium
nitrat
(NH4NO3),
serbuk
seng
(Zn)
dengan
air

Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)

Klorat
dengan
asam
sulfat

Natrium
(Na)
atau
kalium
(K)
dengan
air

Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain

Kalium
nitrat
(KNO3)
dengan
natrium
asetat
(CH3COONa)

Nitrat
dengan
eter

Halogen
dengan
amoniak

Fosfor
(P)
dengan
asam
nitrat
(HNO3),
suatu
nitrat
atau
klorat

Merkuri
oksida
(HgO)
dengan
sulfur
(S)
3.
Bahan
beracun
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya very toxic (T+) dan toxic (F) dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi

sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak
dengan kulit. Contoh: kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene, atripin, sublimate
(HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, dan gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.
Syarat
penyimpanan:

Ruangan
dingin
dan
berventilasi

Jauh
dari
bahaya
kebakaran

Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan

Dipisahkan
dari
bahan-bahan
yang
mungkin
bereaksi
Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan
4.
Bahan
korosif
Bahan dan formulasi dengan notasi corrosive (C) adalah merusak jaringan hidup. Contoh
asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zatzat
beracun.
Syarat
penyimpanan:

Ruangan
dingin
dan
berventilasi

Wadah
tertutup
dan
beretiket

Dipisahkan
dari
zat-zat
beracun
5.
Bahan
Oksidator
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya oxidizing (O) biasanya tidak
mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah dapat menimbulkan ledakan dahsyat,
terutama peroksida. Contoh: Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat, Kalium Nitrat,
Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen
(dalam
kondisi
tertentu).
Syarat
penyimpanan:

Temperatur
ruangan
dingin
dan
berventilasi
Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok

Jauhkan
dari
bahan-bahan
cairan
mudah
terbakar
atau
reduktor
6.
Bahan
reaktif
terhadap
air
Contoh:
natrium,
hidrida,
karbit,
nitrida.
Syarat
penyimpanan:

Temperatur
ruangan
dingin,
kering,
dan
berventilasi

Jauh
dari
sumber
nyala
api
atau
panas

Bangunan
kedap
air

Disediakan
pemadam
kebakaran
tanpa
air
(CO2,
dry
powder)
7.
Bahan
reaktif
terhadap
asam
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau beracun,
contoh:
natrium,
hidrida,
sianida.
Syarat
penyimpanan:

Ruangan
dingin
dan
berventilasi

Jauhkan
dari
sumber
api,
panas,
dan
asam
Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong

hydrogen

Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
8.
Gas
bertekanan
Contoh:
gas
N2,
asetilen,
H2,
dan
Cl2
dalam
tabung
silinder.
Syarat
penyimpanan:

Disimpan
dalam
keadaan
tegak
berdiri
dan
terikat

Ruangan
dingin
dan
tidak
terkena
langsung
sinar
matahari

Jauh
dari
api
dan
panas

Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya waktu
pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk peroksida jika
kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar jumlah peroksida.
Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering menimbulkan bahaya
akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh disimpan
melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama
enam
bulan.
Penyimpanan bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan bahan. Sumber-sumber
kerusakan yang disebabkan bahan-bahan kimia di dalam lingkungannya meliputi:
1.
Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kontak dengan udara bebas
dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi. Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti
timbulnya zat baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak
berfungsi
lagi
serta
dapat
menimbulkan
kecelakaan
dan
keracunan.
2.
Cairan:
air,
asam,
basa,
cairan
lainnya
Usahakan semua bahan kimia dalam keadaan kering dan harus disimpan dalam tempat yang
kering. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak lebih hebat dari air. Asam yang
sifatnya gas seperti asam klorida bersama udara akan mudah berpindah dari tempat asalnya. Cara
yang paling baik adalah dengan mengisolir asam itu sendiri, misalnya menempatkan botol asam
yang tertutup rapat dan ditempatkan dalam lemari khusus, atau di lemari asam.
3.
Suhu/temperatur
Pengaruh temperatur akan menyebabkan terjadinya reaksi atau perubahan kimia dan dapat
mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi dapat memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan
temperatur
yang
terlalu
rendah
juga
mengakibatkan
hal
yang
serupa.
4.
Mekanik
Bahan-bahan kimia yang harus dahindari dari benturan maupun tekanan yang besar adalah bahan
kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat, nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT).
5.
Cahaya/Sinar
Sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan kimia. Seperti larutan kalium
permanganat, apabila terkena sinar UV akan mengalami reduksi, sehingga akan merubah sifat
larutan itu. Oleh karena itu untuk menyimpan larutan kalium permanganat dianjurkan
menggunakan
botol
yang
berwarna
coklat.

6.
Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga yang dikenal dengan segitiga api.
Komponen itu adalah adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar), adanya panas yang cukup
tinggi, dan adanya oksigen. Untuk menghindari terjadinya kebakaran salah satu dari komponen
segitiga api tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang mudah
terbakar di tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik temperaturnya dan tidak mudah
berubah
menjadi
uap
yang
mencapai
titik
bakarnya.
7.
Sifat
bahan
kimia
itu
sendiri
Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat mudah
bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi kimia dapat berjalan dari yang sangat lambat hingga ke yang
spontan. Reaksi yang spontan biasanya menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan dapat
terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat pekat
yang diteteskan pada campuran kalium klorat padat dan gula pasir seketika akan terjadi api.
PENUTUP
Dalam melakukan praktikum yang menggunakan bahan-bahan kimia harus selalu
memperhatikan faktor keselamatan diri, keselamatan semua orang yang terlibat dan juga
keselamatan lingkungan. Faktor keselamatan dan kenyamanan kerja di laboratorium adalah diri
kita sendiri dan adanya pengaturan dan penyimpanan bahan-bahan kimia yang sesuai aturannya,
serta control rutin terhadap bahan-bahan kimia setiap jangka waktu tertentu. Kontrol terhadap
penyimpanan bahan kimia dapat menghindari terjadi kecelakaan kerja maupun bahaya di
laboratorium.
DAFTAR
Budimarwanti,
C.,
Pengelolaan
Alat
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp.pdf.

dan
Bahan
di
(Diakses
tanggal

PUSTAKA
laboratorium
Kimia,
5 Agustus 2012).

Kadarohman, A., (2007), Manajemen Laboratorium IPA,DEPAG RI; Jakarta.


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196305091987031R._ASEP_KADAROHMAN/MANAJEMEN_LABORATORIUM_IPA_DEPAG.pdf. (Diakses
tanggal
2
Agustus
2012).
Muchtaridi, Keselamatan kerja di laboratorium
http://www.keselamatankerjalaboratorium,pdf.

Jurusan

Farmasi

FMIPA UNPAD

Situmorang, M., (2012), Bahan Kuliah Pengelolaan Laboratorium, PPS Unimed, Medan.
The National Academies, Keselamatan dan keamanan laboratorium kimia, National Research
Council,
http://dels.nas.edu/resources/static-assets/bcst/miscellaneous/Quick-GuideIndonesian.pdf.
(Diakses
tanggal
2
Agustus
2012).
Widjajanti, Endang., (2003), Pengelolaan Bahan Kim

Anda mungkin juga menyukai