Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK

LABORATORIUM
MEMISAHAKN, MENYIMPAN,
DAN INVENTARISASI BAHAN
KIMIA

DISUSUN OLEH :
Nama : Dhea Vivin. K
NIM : F05112088
Kelompok : 8

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pengelolaan laboratorium yang berisi bahan kimia harus dilakukan
dengan mematuhi prinsip-prinsip dasar agar pengguna laboratorium dapat
bekerja dengan selamat dan aman. Salah satu prinsip yang harus
diperhatikan adalah mengatur dan memelihara inventaris bahan kimia.
Banyak bahan kimia berpotensi menyebabkan bahaya jika digunakan
baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Memisahkan, menyimpan, dan
inventarisasi bahan kimia mutlak dilakukan karena bahan-bahan kimia yang
terdapat di dalam laboratorium memiliki jenis, sifat, bentuk, grade, dan
tingkat bahaya yang berbeda-beda. Pemisahan, penyimpanan, dan
inventarisasi bahan kimia yang benar dapat menghindarkan dari terjadinya
kehilangan, kerusakan fatal, penyalahgunaan, dan kecelakaan kerja.
2. Dasar Teori
Penyimpan atau penataan bahan kimia di
laboratorium harus mengutamakan segi keamanan
daripada keindahan atau segi yang lain, oleh karena
itu pemahaman tentang sifat fisik dan kimia bahanbahan menjadi pertimbangan utama. Penyimpanan
tidak tepat bila berdasarkan urutan alfabetis,karena
terdapat beberapa senyawa kimia yang apabila
disatukan atau didekatkan dapat menimbulkan
bahaya.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di
laboratorium:
1. Aman
: bahan disimpan supaya aman dari pencuri.
2. Mudah dicari : untuk memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi
tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan
bahan (lemari, rak atau laci).
3. Mudah diambil : penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan
perlengkapan.
Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan
penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek:

pemisahan (segregation),
tingkat resiko bahaya (multiple hazards),
pelabelan (labeling),
fasilitas penyimpanan (storage facilities),

wadah sekunder (secondary containment),


bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
inventarisasi (inventory), dan
informasi resiko bahaya (hazard information).

Setelah dikelompokkan berdasarkan sifat fisik dan tingkat bahaya, maka


selanjutnya penataan secara alfabetis dapat dilakukan (Dahar dan Sumarna,
1986).
Bahan tidak tersatukan
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti
api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia.
Zat Kimia dengan banyak sifat bahaya
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat
bahaya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko
bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan
toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada
timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus
ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada
disimpan pada cabinet bahan toxic.
Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya
bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya :
Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif > Cairan Flammable >
Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif terhadap Air > Padatan Flammable >
Bahan Oksidator > Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak
memerlukan pemisahan secara khusus.
Wadah dan Label
Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas.
Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal
diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masingmasing kelompok bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya
warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk
bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang
bahayanya rendah.

Label bahan flammable

Label bahan oksidator

Label bahan toxsic

Label bahan korosif

Label bahan dengan tingkat bahaya rendah

Selain label perlu dicantumkan informasi pada botol reagen (pada label)
atau dengan menggunakan kartu khusus bila reagen merupakan hasil
pencampuran, diantaranya :

Nama kimia dan rumusnya


Konsentrasi
Tanggal penerimaan
Tanggal pembuatan
Nama yang membuat reagen
Lama hidup (kadaluarsa)
Tingkat bahaya
Klasifikasi lokasi penyimpanan
Nama dan alamat pabrik

Fasilitas Penyimpanan
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara
tertutup seperti dalam cabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih,
kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di
samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang
menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
Wadah Sekunder
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah
sekunder seperti baki plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat
bocor atau pecah. Wadah sekunder yang diperlukan harus didasarkan atas
ukuran wadah yang langsung diisi bahan kimia, tidak atas dasar volume bahan
cair yang ada dalam wadahnya.

Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah


sekunder adalah :
1. Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya
alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
2. Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat,
asam florida, asam fosfat dsb.
3. Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan
kalium hidroksida.
4. Bahan radioaktif
Bahan Kadaluarsa
Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, bahan kimia
yang rusak, dan bahan hasil atau sisa pekerjaan di lab harus dibuang melalui
unit pengelolaan limbah yang disesuaikan dengan sifat bahan. Terdapat
beberapa bahan yang harus dibuang terpisah dari bahan lain seperti logam berat
yang bersifat toxic dan tidak terhancurkan. Apabila tidak terdapat pengolahan
limbah yang memadai, sediakan wadah khusus seperti tong plastik untuk
menampung dan kemudian buang melalui perusahaan pengolahan limbah
kimia (Agustina, 2012).
Inventarisasi
An inventory is a record (usually a database) that lists the chemicals in the
laboratory, along with information essential for their proper management.
Chemical inventories are also a vital tool, and in some cases are required, for
maintaining regulatory compliance. An organization cannot adequately manage
safety, security, emergency planning, waste disposal, and the like without
knowing what chemicals are on-site and where they are stored. Without an upto-date inventory of chemicals, many important questions pertinent to prudent
management of chemicals can be answered only by visually scanning container
labels. A well-managed inventory system promotes economical use of
chemicals by making it possible to determine immediately what chemicals are
on hand. An inventory is not limited to materials obtained from commercial
sources but includes chemicals synthesized in a laboratory. If a chemical is on
hand, the time and expense of procuring new material are avoided. Information
on chemicals that present particular storage or disposal problems facilitates
appropriate planning for their handling. Although a detailed list of hundreds or
thousands of chemicals stored in a particular location may not be directly
useful to emergency responders, it can be used to prepare a summary of the
types of chemicals stored and the hazards that might be encountered. In larger
organizations where chemicals are stored in multiple locations, the inventory

system should include the storage location for each container of each chemical.
An inventory system is also of use when considering laboratory security
concerns. It can assist in ensuring compliance with regulations, tracking of
materials to ensure that they are not intercepted en route, and in identification
of unusual orders within the department or organization (Anonim, tanpa
tahun).
Proses inventaris harus melacak pembelian, pembuatan, penyimpanan, dan
penggunaan setiap bahan kimia hingga sepenuhnya dipakai atau dibuang.
Untuk memulai inventaris, supervisor dan manajer laboratorium harus
menyusun daftar seluruh bahan kimia di dalam laboratorium, terutama COC.
COC biasanya mencakup bahan kimia yang didaftar oleh Konvensi Senjata
Bahan Kimia, bahan kimia yang berpotensi digunakan untuk penghancuran
massal, bahan peledak dan prekursor perangkat ledak pengganti, dan bahan
kimia dengan toksilitas akut tinggi (diberi peringkat kategori 1 dalam Sistem
Harmonisasi Global tentang Klasifikasi dan Pelabelan Bahan Kimia) (National
Research Council of The National Academies, 2011 : 5).
Penginventarisasian bahan kimia juga sangat diperlukan baik itu sifat
bahan kimia maupun bentuknya. Sifat bahan kimia dapat berupa asam, basa,
garam, dan organik. Sedangkan bentuk bahan kimia dapat berupa padat, cair,
dan gas. Rumus struktur kimia dapat kita lihat pada tabel botol atau tempat
penyimpanan bahan kimia tersebut. Untuk mengetahui derajat kemurnian suatu
bahan kimia digunakan istilah grade (Adiyuwana, 1992).
Adapun derajat kemurnian bahan kimia yang digunakan, yaitu :
1. LG : Laboratory Reagen Grade. Derajat kemurnian laboratorium zat dengan
derajat LG cocok untuk kerja analitik umum dan kerja kuantitatif di sekolah.
2. BG : Bench Reagen Grade. Derajat kemurnian untuk larutan meja (larutan
yang disediakan pada meja praktikum) kemurnian zat yang pantas untuk
penggunaan biasa di laboratorium di sekolah.
3. TG : Technical Grade. Derajat kemurnian teknik standar yang dapat
diterima secara komersial, dianggap tidak mengandung kotoran-kotoran
yang akan berpengaruh pada penggunaan umum untuk eksperimen di
sekolah (Lubis, 1993).

Informasi Resiko Bahaya


Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya
menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous
Substances). Dimana Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on

Hazardeous Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahanbahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja.
Bahan mudah terbakar (inflammable substances) terdiri dari sub-kelompok
bahan peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar
(extremely flammable substances), dan bahan sangat mudah terbakar (highly
flammable substances). Bahan dapat terbakar (flammable substances) juga
termasuk kategori bahan mudah terbakar (inflammable substances) tetapi
penggunaan simbol bahaya tidak diperlukan untuk bahan-bahan tersebut.
Bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat
beracun (very toxic substances), bahan beracun (toxic substances) dan bahan
berbahaya (harmful substances). Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue
destroying substances) meliputi sub-grup bahan korosif (corrosive substances)
dan bahan iritan (irritant substances) (Syafri, 2011).

B. Tujuan
Praktikum tentang memisahkan, menyimpan, dan inventarisasi bahan
kimia ini bertujuan untuk menentukan kelompok bahan kimia berdasarkan
sifat, bentuk, dan tingkat bahaya, menentukan cara penyimpanan, pemisahan,
dan penginventarisasian bahan kimia dengan benar berdasarkan kategorinya.

C. Metodologi
Karena praktikum kali ini tentang memisahkan, menyimpan, dan
inventarisasi bahan kimia, maka tidak menggunakan alat. Bahan-bahan yang
digunakan meliputi Asam Nitrit, Etanol, Asam Asetat, Sodium Nitrat,
Kloroform, Fraksi Albumin, Kristal Violet, Dextrosa, Kalium Permanganat,
serta Mercuri (II) Sulfat. Adapun cara kerjanya sebagai berikut : bahan-bahan
kimia yang telah dipersiapkan oleh asistensi diamati, lalu dikategorikan
berdasarkan nama, sifat, bentuk, rumus, grade, serta tingkat bahayanya. Setelah
itu dicatat di tabel pengamatan.

D. Hasil Pengamatan
Tabel Inventarisasi Bahan Kimia

No

Nama Bahan Kimia


(Indonesia/Inggris)

Asam Nitrit/Nitrit
Acid

2
3
4

5
6

Sifat
(asam,basa,
garam,
organik)

Bentuk(c/l/g)

Rumus

Grade
(LG/TG)

Tingkat Bahaya
mudah terbakar, menimbulkan
efek terbakar pada kulit dan
membahayakan mata, korosif
logam

Asam

HNO3

LG

Etanol/Ethanol

Organik

C2H5OH

LG

Asam Asetat
Natrium
Nitrat/Sodium
Nitrate

Asam

CH3COOH

LG

mudah terbakar
mudah menguap dan terbakar,
korosif

Garam

SNO3

LG

mudah teroksidasi

Organik

CHCl3

LG

harmfull

amfoter
(asam/basa)

C6H12O16H2O

TG

mudah terbakat

Klorofom/chloroform
Fraksi
Albumin/Fruction
Albumin

Kristal Violet/Violet
Crystal

Organik

C25H30CHN3

TG

tidak ramah lingkungan

Dextrosa/Dextrose

Organik

C6H12O6

TG

caution

Kalium
Permanganat/
Potassium
Permanganat

Garam

KMNO4

LG

mudah terbakar, berbahaya,


merusak lingkungan

10

Mercuri (II) Sulfat/


Mercury (II) Sulfate

Asam

HgSO4

LG

membahayakan
lingkungan,mudah teroksidasi

E. PEMBAHASAN
Penyimpanan, pemisahan, dan inventarisasi bahan kimia dilakukan untuk
mengenali karakteristik bahan kimia tertentu. Agar dapat dilakukan
penyimpanan, pemisahan, dan inventarisasi bahan kimia, maka perlu
pendaftaran nama, sifat, bentuk, rumus, grade, dan tingkat bahaya dari suatu
bahan kimia.
Nama dari setiap bahan kimia perlu dikenali dengan bahasa Indonesia
maupun bahasa Inggris. Nama bahasa Indonesia dari bahan kimia perlu
diketahui agar dapat dikenali secara umum dalam forum nasional. Sedangkan
untuk nama dari bahasa Inggris perlu diketahui agar dapat dikenali secara
umum dalam forum Internasional. Dan juga agar bahan mudah dikenali dan
dapat mempermudah pembelian bahan yang umumnya diual di pasaran dengan
nama bahasa Inggris. Selain nama dari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,
perlu diketahui juga rumus kimia dari suatu bahan kimia. Pemakaian rumus
kimia memudahkan dalam pengenalan suatu bahan kimia dalam forum ilmiah.
Dari hasil praktikum diperoleh nama bahasa Indonesia, nama bahasa Inggris,
serta rumus kimia dari bahan-bahan kimia yang telah diidentifikasi. Dari hasil
tersebut dapat diketahui terdapat kemiripan antara nama bahan kimia dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Namun, ada juga beberaap perbedaan
dalam penamaan bahan-bahan kimia tersebut seperti natrium dalam bahasa
Inggrisdikenal sebagai sodium, kalium dikenal sebagai potassium.
Bahan-bahan kimia juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan sifatnya
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Asam, yaitu senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam
pelarut air dan memiliki pH < 7. Bahan kimia yang bersifat asam, yaitu :
Asam Nitrit, Asam Asetat, dan Mercuri (II) Sulfat.
2. Basa, yaitu senyawa yang menghasilkan ion hidroksida apabila dilarutkan
ke dalam pelarut air dan memiliki pH > 7.
3. Garam, yaitu senyawa yang disusun oleh ion positif (anion) basa dan ion
negatif (kation) asam. Bahan kimia yang bersifat garam, yaitu : Natrium
Nitrat, Kalium Permanganat.
4. Amfoter, yaitu senyawa yang merujuk pada zat yang dapat bereaksi sebagai
asam atau basa. Perilaku ini terjadi karena memiliki dua gugus asam dan
basa sekaligus atau karena zatnya sendiri mempunyai kemampuan seperti
itu. Bahan kimia yang bersifat amfoter, yaitu : Fraksi Albumin.
Bahan kimia yang bersifat asam sebaiknya tidak disimpan bersama
beberapa bahan yang bersifat higroskopis. Bahan higroskopis adalah bahan
yang mudah menguap dan melepaskan uap air. Apabila larutan asam
diletakkan berdekatan denga larutan higroskopis akan menyebabkan
penguapan yang berlebihan sehingga akan memicu terjadinya ledakan dan
kebakaran.

Inventarisasi bahan kimia juga dapat dilakukan berdasarkan bentuk dari


bahan kimia tersebut, sebagai berikut :
1. Solid (padat), yaitu bahan yang ikatan antar molekulnya sangat kuat. Yang
termasuk bahan kimia solid yaitu :Natrium Nitrat, Fraksi Albumin,
Dextrosa, Kalium Permanganat, dan Mercuri (II) Sulfat.
2. Liquid (cair), yaitu bahan yang ikatan antar molekulnya rapat, namun setiap
molekul dapat bergerak bebas. Yang termasuk bahan kimia solid, yaitu
Asam Nitrit, Etanol, Kloroform, dan Kristal Violet.
3. Gas, yaitu bahan kimia yang ikatan antar molekulnya sangat renggang.
Dalam praktikum, tidak ditemukan bahan kimia yang berbentuk gas.
Adapun derajat kemurnian bahan kimia yang digunakan, yaitu :
1. LG : Laboratory Reagen Grade. Derajat kemurnian laboratorium zat
dengan derajat LG cocok untuk kerja analitik umum dan kerja kuantitatif di
sekolah.
2. BG : Bench Reagen Grade. Derajat kemurnian untuk larutan meja (larutan
yang disediakan pada meja praktikum) kemurnian zat yang pantas untuk
penggunaan biasa di laboratorium di sekolah.
3. TG : Technical Grade. Derajat kemurnian teknik standar yang dapat
diterima secara komersial, dianggap tidak mengandung kotoran-kotoran
yang akan berpengaruh pada penggunaan umum untuk eksperimen di
sekolah ( Lubis, 1993).
Perbedaan ketiga jenis derajat kemurnian ini sangat penting untuk
diketahui agar dapat digunakan bahan kimia yang tepat untuk keperluan yang
berbeda-beda. Bahan kimia dengan derajat kemurnian LG antara lain Asam
Nitrit, Etanol, Asam Asetat, Natrium Nitrat, Kloroform, Fraksi Albumin,
Kalium Permanganat, dan Mercuri (II) Sulfat. Sedangkan bahan kimia dengan
derajat kemurnian TG antara lain : Kristal Violet, dan Dextrosa.
Selain itu, inventarisasi bahan kimia menurut tingkat bahayanya yang
dilakukan berdasarkan pelabelan dengan simbol-simbol berikut :
a. Inflamable substances (bahan mudah terbakar)
1. Explosive (bersifat mudah meledak)

Bahan yang ditandai dengan notasi bahaya explosive dapat meledak


dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain

bahkan tanpa oksigen atmosferik. Letakkan bahan seperti ini tempat yang
bebasdari kelembaban, jauh dari keramaian, dan penerangan alami atau
listrik anti ledakan.
2. Oxidizing (pengoksidasi)

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya


oxidizing biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan
bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat
meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal
mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat
pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Contoh bahan tersebut
adalah Natrium Nitrat dan Kalium Permanganat. Penyimpanannya harus
dijauhkan dari semua bahan yang mudah menyala dan di tempat yang
sejuk dengan sirkulasi udara yang baik.
3. Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya


extremely flammable merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat
rendah (di bawah 0o C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di
bawah +35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan
udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah
kondisi normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12.
Daerah penyimpanan harus jauh dari sumber panas dan oksidator kuat.

4. Highly flammable (sangat mudah terbakar)

Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya highly flammable


adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi
atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah
+21oC). Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar : R11. Penyimpanan
ini harus jauh dari sumber panas dan oksidator kuat. Contohnya : Etanol.
5. Flammable (mudah terbakar)
Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan dan formulasi
dengan notasi bahaya flammable. Bahan dan formulasi likuid yang
memiliki titik nyala antara +21oC dan +55oC dikategorikan sebagai bahan
mudah terbakar (flammable). Frase-R untuk bahan mudah terbakar : R10
b. Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
1. Very toxic (sangat beracun)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya very toxic
dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan
kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui
inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Simpan di
tempat yang sejuk dengan pertukaran udara yang baik, tidak kena cahaya
matahari langsung, jauh dari sumber panas, dan dipisahkan dengan bahan
kimia lainnya.

2. Toxic (beracun)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya toxic dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian
pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi,
melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Simpan di tempat
yang sejuk, tidak terkena cahaya matahari langsung, jauh dari sumber
panas, dan dipisahkan dengan bahan kimia lainnya.
3. Harmful (berbahaya)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya harmful


memiliki resiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui
inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Simpan di
tempat sejuk, tidak terkena cahaya matahari langsung, jauh dari sumber
panas, dan dipisahkan dengan bahan kimia lainnya. Contoh : Kristal
Violet, Kalium Permanganat, dan Kloroform.

c. Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue destroying substances)


1. Corrosive (korosif)

Bahan dan formulasi dengan notasi corrosive adalah merusak jaringan


hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat
ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH
<2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk
bahan korosif : R34 dan R35. Penyimpanannya harus terpisah dari
bangunan lainnya, dinding dan lantai bangunan tahan korosi, serta
dilengkapi fasilitas penyalur tumpahan. Dalam penanganannya, bahan
kimia ini harus didinginkan di atas titik bekunya.
2. Irritant (menyebabkan iritasi)

Bahan dan formulasi dengan notasi irritant adalah tidak korosif tetapi
dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.
Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41

3. Dangerous for Environment (bahan berbahaya bagi lingkungan)

Bahan dan formulasi dengan notasi dangerous for environment adalah


dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu
kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman,
mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi. Contoh : Kristal
Violet, dan Kalium Permanganat (Syafri, 2011).

F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum, dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan dan
penanganan setiap bahan kimia berbeda-beda sesuai data inventarisasinya.
Inventarisasi bahan kimia bertujuan untuk mengenali karakterisitik bahan
kimia tertentu. Dalam inventarisasi bahan kimia tersebut perlu dilakukan
pendataan terhadap nama, sifat, bentuk, rumus, grade, dan tingkat bahayanya.
Nama suatu bahan kimia sedikitnya harus dikenal dalam 2 bahasa (bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris) serta rumus kimianya. Sifat bahan kimia
dibedakan menjadi asam, basa, garam, amfoter, dan organik. Bahan kimia yang
bersifat asam sebaiknya tidak diletakkan bersama bahan higroskopis karena
dapat memicu ledakan. Bentuk bahan kimia dibedakan menjadi solid (padat),
liquid (cair), dan gas. Derajat kemurnian bahan kimia dapat dibedakan menjadi
LG, TG, dan BG. Tingkat bahaya bahan kimia dapat dibedakan menjadi
explosive (mudah meledak), oxidizing (pengoksidasi), extremely flammable
(amat sangat mudah terbakar), highly flammable (sangat mudah terbakar),
flammable (mudah terbakar), very toxic (sangat beracun), toxic (beracun),
harmful (berbahaya), corosive (korosif), irritant (menyebabkan iritasi),
dangerous for environtment (berbahaya bagi lingkungan).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
tanpa
tahun.
Inventory
of
Chemicals.
(online).
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK55868/). diakses tanggal 7 April
2013.
Adiyuwana. 1992. Manajemen Laboratorium. Bogor: Depdikbud.
Agustina,
Mutiara.
2012.
Penyimpanan
Bahan
Kimia.
(online).
(http://mutiaraagustina.blogspot.com/2012/11/penyimpanan-bahankimia.html). diakses tanggal 7 April 2013.
Dahar, R.W. dan Aa Sumarna. 1986. Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta :
Karunika.
Lubis, Muhsin. 1993. Pengelolaan Laboratorium. Jakarta : Erlangga.
National Research Council of The National Academies. 2011. Keselamatan dan
Keamanan Laboratorium Kimia. 5.
Syafri, Mariska. 2011. Simbol Bahaya Bahan Kimia. (online).
(http://mariskasyafri.blogspot.com/2011/03/simbol-bahaya-bahankimia.html). diakses tanggal 7 april 2013.

Anda mungkin juga menyukai