LABORATORIUM
MEMISAHAKN, MENYIMPAN,
DAN INVENTARISASI BAHAN
KIMIA
DISUSUN OLEH :
Nama : Dhea Vivin. K
NIM : F05112088
Kelompok : 8
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pengelolaan laboratorium yang berisi bahan kimia harus dilakukan
dengan mematuhi prinsip-prinsip dasar agar pengguna laboratorium dapat
bekerja dengan selamat dan aman. Salah satu prinsip yang harus
diperhatikan adalah mengatur dan memelihara inventaris bahan kimia.
Banyak bahan kimia berpotensi menyebabkan bahaya jika digunakan
baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Memisahkan, menyimpan, dan
inventarisasi bahan kimia mutlak dilakukan karena bahan-bahan kimia yang
terdapat di dalam laboratorium memiliki jenis, sifat, bentuk, grade, dan
tingkat bahaya yang berbeda-beda. Pemisahan, penyimpanan, dan
inventarisasi bahan kimia yang benar dapat menghindarkan dari terjadinya
kehilangan, kerusakan fatal, penyalahgunaan, dan kecelakaan kerja.
2. Dasar Teori
Penyimpan atau penataan bahan kimia di
laboratorium harus mengutamakan segi keamanan
daripada keindahan atau segi yang lain, oleh karena
itu pemahaman tentang sifat fisik dan kimia bahanbahan menjadi pertimbangan utama. Penyimpanan
tidak tepat bila berdasarkan urutan alfabetis,karena
terdapat beberapa senyawa kimia yang apabila
disatukan atau didekatkan dapat menimbulkan
bahaya.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di
laboratorium:
1. Aman
: bahan disimpan supaya aman dari pencuri.
2. Mudah dicari : untuk memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi
tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan
bahan (lemari, rak atau laci).
3. Mudah diambil : penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan
perlengkapan.
Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan
penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek:
pemisahan (segregation),
tingkat resiko bahaya (multiple hazards),
pelabelan (labeling),
fasilitas penyimpanan (storage facilities),
Selain label perlu dicantumkan informasi pada botol reagen (pada label)
atau dengan menggunakan kartu khusus bila reagen merupakan hasil
pencampuran, diantaranya :
Fasilitas Penyimpanan
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara
tertutup seperti dalam cabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih,
kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di
samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang
menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
Wadah Sekunder
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah
sekunder seperti baki plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat
bocor atau pecah. Wadah sekunder yang diperlukan harus didasarkan atas
ukuran wadah yang langsung diisi bahan kimia, tidak atas dasar volume bahan
cair yang ada dalam wadahnya.
system should include the storage location for each container of each chemical.
An inventory system is also of use when considering laboratory security
concerns. It can assist in ensuring compliance with regulations, tracking of
materials to ensure that they are not intercepted en route, and in identification
of unusual orders within the department or organization (Anonim, tanpa
tahun).
Proses inventaris harus melacak pembelian, pembuatan, penyimpanan, dan
penggunaan setiap bahan kimia hingga sepenuhnya dipakai atau dibuang.
Untuk memulai inventaris, supervisor dan manajer laboratorium harus
menyusun daftar seluruh bahan kimia di dalam laboratorium, terutama COC.
COC biasanya mencakup bahan kimia yang didaftar oleh Konvensi Senjata
Bahan Kimia, bahan kimia yang berpotensi digunakan untuk penghancuran
massal, bahan peledak dan prekursor perangkat ledak pengganti, dan bahan
kimia dengan toksilitas akut tinggi (diberi peringkat kategori 1 dalam Sistem
Harmonisasi Global tentang Klasifikasi dan Pelabelan Bahan Kimia) (National
Research Council of The National Academies, 2011 : 5).
Penginventarisasian bahan kimia juga sangat diperlukan baik itu sifat
bahan kimia maupun bentuknya. Sifat bahan kimia dapat berupa asam, basa,
garam, dan organik. Sedangkan bentuk bahan kimia dapat berupa padat, cair,
dan gas. Rumus struktur kimia dapat kita lihat pada tabel botol atau tempat
penyimpanan bahan kimia tersebut. Untuk mengetahui derajat kemurnian suatu
bahan kimia digunakan istilah grade (Adiyuwana, 1992).
Adapun derajat kemurnian bahan kimia yang digunakan, yaitu :
1. LG : Laboratory Reagen Grade. Derajat kemurnian laboratorium zat dengan
derajat LG cocok untuk kerja analitik umum dan kerja kuantitatif di sekolah.
2. BG : Bench Reagen Grade. Derajat kemurnian untuk larutan meja (larutan
yang disediakan pada meja praktikum) kemurnian zat yang pantas untuk
penggunaan biasa di laboratorium di sekolah.
3. TG : Technical Grade. Derajat kemurnian teknik standar yang dapat
diterima secara komersial, dianggap tidak mengandung kotoran-kotoran
yang akan berpengaruh pada penggunaan umum untuk eksperimen di
sekolah (Lubis, 1993).
Hazardeous Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahanbahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja.
Bahan mudah terbakar (inflammable substances) terdiri dari sub-kelompok
bahan peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar
(extremely flammable substances), dan bahan sangat mudah terbakar (highly
flammable substances). Bahan dapat terbakar (flammable substances) juga
termasuk kategori bahan mudah terbakar (inflammable substances) tetapi
penggunaan simbol bahaya tidak diperlukan untuk bahan-bahan tersebut.
Bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat
beracun (very toxic substances), bahan beracun (toxic substances) dan bahan
berbahaya (harmful substances). Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue
destroying substances) meliputi sub-grup bahan korosif (corrosive substances)
dan bahan iritan (irritant substances) (Syafri, 2011).
B. Tujuan
Praktikum tentang memisahkan, menyimpan, dan inventarisasi bahan
kimia ini bertujuan untuk menentukan kelompok bahan kimia berdasarkan
sifat, bentuk, dan tingkat bahaya, menentukan cara penyimpanan, pemisahan,
dan penginventarisasian bahan kimia dengan benar berdasarkan kategorinya.
C. Metodologi
Karena praktikum kali ini tentang memisahkan, menyimpan, dan
inventarisasi bahan kimia, maka tidak menggunakan alat. Bahan-bahan yang
digunakan meliputi Asam Nitrit, Etanol, Asam Asetat, Sodium Nitrat,
Kloroform, Fraksi Albumin, Kristal Violet, Dextrosa, Kalium Permanganat,
serta Mercuri (II) Sulfat. Adapun cara kerjanya sebagai berikut : bahan-bahan
kimia yang telah dipersiapkan oleh asistensi diamati, lalu dikategorikan
berdasarkan nama, sifat, bentuk, rumus, grade, serta tingkat bahayanya. Setelah
itu dicatat di tabel pengamatan.
D. Hasil Pengamatan
Tabel Inventarisasi Bahan Kimia
No
Asam Nitrit/Nitrit
Acid
2
3
4
5
6
Sifat
(asam,basa,
garam,
organik)
Bentuk(c/l/g)
Rumus
Grade
(LG/TG)
Tingkat Bahaya
mudah terbakar, menimbulkan
efek terbakar pada kulit dan
membahayakan mata, korosif
logam
Asam
HNO3
LG
Etanol/Ethanol
Organik
C2H5OH
LG
Asam Asetat
Natrium
Nitrat/Sodium
Nitrate
Asam
CH3COOH
LG
mudah terbakar
mudah menguap dan terbakar,
korosif
Garam
SNO3
LG
mudah teroksidasi
Organik
CHCl3
LG
harmfull
amfoter
(asam/basa)
C6H12O16H2O
TG
mudah terbakat
Klorofom/chloroform
Fraksi
Albumin/Fruction
Albumin
Kristal Violet/Violet
Crystal
Organik
C25H30CHN3
TG
Dextrosa/Dextrose
Organik
C6H12O6
TG
caution
Kalium
Permanganat/
Potassium
Permanganat
Garam
KMNO4
LG
10
Asam
HgSO4
LG
membahayakan
lingkungan,mudah teroksidasi
E. PEMBAHASAN
Penyimpanan, pemisahan, dan inventarisasi bahan kimia dilakukan untuk
mengenali karakteristik bahan kimia tertentu. Agar dapat dilakukan
penyimpanan, pemisahan, dan inventarisasi bahan kimia, maka perlu
pendaftaran nama, sifat, bentuk, rumus, grade, dan tingkat bahaya dari suatu
bahan kimia.
Nama dari setiap bahan kimia perlu dikenali dengan bahasa Indonesia
maupun bahasa Inggris. Nama bahasa Indonesia dari bahan kimia perlu
diketahui agar dapat dikenali secara umum dalam forum nasional. Sedangkan
untuk nama dari bahasa Inggris perlu diketahui agar dapat dikenali secara
umum dalam forum Internasional. Dan juga agar bahan mudah dikenali dan
dapat mempermudah pembelian bahan yang umumnya diual di pasaran dengan
nama bahasa Inggris. Selain nama dari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,
perlu diketahui juga rumus kimia dari suatu bahan kimia. Pemakaian rumus
kimia memudahkan dalam pengenalan suatu bahan kimia dalam forum ilmiah.
Dari hasil praktikum diperoleh nama bahasa Indonesia, nama bahasa Inggris,
serta rumus kimia dari bahan-bahan kimia yang telah diidentifikasi. Dari hasil
tersebut dapat diketahui terdapat kemiripan antara nama bahan kimia dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Namun, ada juga beberaap perbedaan
dalam penamaan bahan-bahan kimia tersebut seperti natrium dalam bahasa
Inggrisdikenal sebagai sodium, kalium dikenal sebagai potassium.
Bahan-bahan kimia juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan sifatnya
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Asam, yaitu senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam
pelarut air dan memiliki pH < 7. Bahan kimia yang bersifat asam, yaitu :
Asam Nitrit, Asam Asetat, dan Mercuri (II) Sulfat.
2. Basa, yaitu senyawa yang menghasilkan ion hidroksida apabila dilarutkan
ke dalam pelarut air dan memiliki pH > 7.
3. Garam, yaitu senyawa yang disusun oleh ion positif (anion) basa dan ion
negatif (kation) asam. Bahan kimia yang bersifat garam, yaitu : Natrium
Nitrat, Kalium Permanganat.
4. Amfoter, yaitu senyawa yang merujuk pada zat yang dapat bereaksi sebagai
asam atau basa. Perilaku ini terjadi karena memiliki dua gugus asam dan
basa sekaligus atau karena zatnya sendiri mempunyai kemampuan seperti
itu. Bahan kimia yang bersifat amfoter, yaitu : Fraksi Albumin.
Bahan kimia yang bersifat asam sebaiknya tidak disimpan bersama
beberapa bahan yang bersifat higroskopis. Bahan higroskopis adalah bahan
yang mudah menguap dan melepaskan uap air. Apabila larutan asam
diletakkan berdekatan denga larutan higroskopis akan menyebabkan
penguapan yang berlebihan sehingga akan memicu terjadinya ledakan dan
kebakaran.
bahkan tanpa oksigen atmosferik. Letakkan bahan seperti ini tempat yang
bebasdari kelembaban, jauh dari keramaian, dan penerangan alami atau
listrik anti ledakan.
2. Oxidizing (pengoksidasi)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya very toxic
dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan
kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui
inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Simpan di
tempat yang sejuk dengan pertukaran udara yang baik, tidak kena cahaya
matahari langsung, jauh dari sumber panas, dan dipisahkan dengan bahan
kimia lainnya.
2. Toxic (beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya toxic dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian
pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi,
melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Simpan di tempat
yang sejuk, tidak terkena cahaya matahari langsung, jauh dari sumber
panas, dan dipisahkan dengan bahan kimia lainnya.
3. Harmful (berbahaya)
Bahan dan formulasi dengan notasi irritant adalah tidak korosif tetapi
dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.
Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41
F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum, dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan dan
penanganan setiap bahan kimia berbeda-beda sesuai data inventarisasinya.
Inventarisasi bahan kimia bertujuan untuk mengenali karakterisitik bahan
kimia tertentu. Dalam inventarisasi bahan kimia tersebut perlu dilakukan
pendataan terhadap nama, sifat, bentuk, rumus, grade, dan tingkat bahayanya.
Nama suatu bahan kimia sedikitnya harus dikenal dalam 2 bahasa (bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris) serta rumus kimianya. Sifat bahan kimia
dibedakan menjadi asam, basa, garam, amfoter, dan organik. Bahan kimia yang
bersifat asam sebaiknya tidak diletakkan bersama bahan higroskopis karena
dapat memicu ledakan. Bentuk bahan kimia dibedakan menjadi solid (padat),
liquid (cair), dan gas. Derajat kemurnian bahan kimia dapat dibedakan menjadi
LG, TG, dan BG. Tingkat bahaya bahan kimia dapat dibedakan menjadi
explosive (mudah meledak), oxidizing (pengoksidasi), extremely flammable
(amat sangat mudah terbakar), highly flammable (sangat mudah terbakar),
flammable (mudah terbakar), very toxic (sangat beracun), toxic (beracun),
harmful (berbahaya), corosive (korosif), irritant (menyebabkan iritasi),
dangerous for environtment (berbahaya bagi lingkungan).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
tanpa
tahun.
Inventory
of
Chemicals.
(online).
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK55868/). diakses tanggal 7 April
2013.
Adiyuwana. 1992. Manajemen Laboratorium. Bogor: Depdikbud.
Agustina,
Mutiara.
2012.
Penyimpanan
Bahan
Kimia.
(online).
(http://mutiaraagustina.blogspot.com/2012/11/penyimpanan-bahankimia.html). diakses tanggal 7 April 2013.
Dahar, R.W. dan Aa Sumarna. 1986. Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta :
Karunika.
Lubis, Muhsin. 1993. Pengelolaan Laboratorium. Jakarta : Erlangga.
National Research Council of The National Academies. 2011. Keselamatan dan
Keamanan Laboratorium Kimia. 5.
Syafri, Mariska. 2011. Simbol Bahaya Bahan Kimia. (online).
(http://mariskasyafri.blogspot.com/2011/03/simbol-bahaya-bahankimia.html). diakses tanggal 7 april 2013.