Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH MIKROBIOLOGI

EKSPLOITASI POTENSI MIKROORGANISME

Disusun oleh:
Kelompok 2

Halima Sahara Oktavia 2115041107


Nabilla Puspita Asri 2115041075
Putri Ayu Rizky Panjaitan 2115041081
Ridha Rahmawati 2115041113

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidaksebaik tumbuhan lainnya. Hal itu
disebabkan karena jamur hanya tumbuh padawaktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama
hidupnya terbatas.Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayulapuk, serasah, maupun
tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelahmusim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan danteknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan,misalnya jamur
merang, jamur tiram, dan jamur kuping. Jamur merupakantumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifat heterotrof, tipe sel seleukarotik.Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-
benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yangdisebut miselium. Reproduksi
jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada puladengan cara generatif.

Selain memiliki berbagai macam cara untukberkembangbiak, jamur juga terdiri dari aneka macam jenis
baik yang bermanfaatmaupun yang berbahaya/beracun. Saat ini sebagian besar jamur yangdibudidayakan
masyarakat adalah jamur yang bermanfaat, khususnya jamurkonsumsi yang bisa dimakan atau dimanfaatkan
sebagai obat. Sebagai makhlukheterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Carahidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidupbersimbiosis, selain menyerap
makanan dari organisme lain juga menghasilkan zattertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis
mutualisme jamur dengantanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanamankacang-
kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacamlingkungan dan berasosiasi dengan banyak
organisme. Meskipun kebanyakanhidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
denganorganisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas
Oomycetes. Berdasarkan penjelasan di atas maka kamimenyusun makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan eksploitasi?


2) Apa peranan mikroba dalam industry kimia?
3) Apa peranan mikroba dalam industry farmasi

1.3. Tujuan

1) Untuk mengetahui arti dan makna dari eksploitasi potensi mikroorganisme;


2) Untuk mengetahui peranan mikroba dalam industry kimia?
3) Untuk mengetahui peranan mikroba dalam industry farmasi?

1.4. Capaian Pembelajaran


1) Mampu menguasai materi dan konsep dari ekspoitasi potensi mikroorganisme;
2) Mampu memahami peranan mikroba dibidang industry kimia dan industry farmasi;
3) Mampu menyampaikan materi dengan baik dan benar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERANAN MIKROBA DI INDUSTRI KIMIA

Peranan Bakteri yang Menguntungkan dalam Bidang Industri Bakteri digunakan dalam skala industri
untuk menghasilkan berbagai macam untuk zat kimia, enzim, asam amino, vitamin, dan substansi lain.
Peranan bakteri yang menguntungkan dalam bidang industri dapat dilihat pada tabel berikut :
Sumber: Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS, Malang.

Tabel 2.1

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Dalam bidang industri kimia peranan mikroorganisme sangat dibutuhkan karena pada dasarnya
mikroorganisme tidak hanya bersifat sebagai parasit akan tetapi ada yang menguntungkan, sebagai
contoh bakteriEscherichia coli yang berperan dalam proses produksi terutama fermentasi. Selain itu
2
peran lain dari mikroorganisme khususnya bakteri adalah dalam penguraian minyak bumi yang
tertumpah ke laut dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik di sungai atau laut. Selain bakteri juga ada
jamur dan khamir yang akan diuraikan peranannya dalam bidang industri khususnya industri kimia.
Cabang ilmu bioteknologi yang mempelajari industri khususnya mengenai pengembangan dan produksi
senyawa baru ataupun sumber energi yang terbarukan dengan menggunakan mikroorganisme seperti
jamur, khamir, bakteri serta dibantu oleh enzim tertentu untuk memudahkan pengolahan limbah dan
proses produksi industri disebut bioteknologi putih atau abu-abu.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

1. Peragian Alkohol oleh Ragi (Khamir) dan Bakteri

Penggunaan khamir dalam industri seperti pada fermentasi alkohol, industri biomassa dan
bahan baku karbohidrat. Pada kondisi anaerob pada tumbuhan dan beberapa fungi terjadi penimbunan
alkohol khususnya etanol. Penghasil alkohol (etanol) adalah ragi terutama dari Saccharomyces
cerevisiae. Seperti halnya fungi, ragi bernafas aerob dalam lingkungan terisolasi dari udara, ragi akan
meragikan karbohidrat menjadi etanol dan karbondioksida. Pada beberapa bakteri anaerob termasuk
anaerob fakultatif pada peragian heksosa dan pentosa menghasilkan alkohol sebagai produk utama.
Gaylussac merumuskan proses pengubahan glukosa menjadi etanol dalam reaksi sebagai berikut :

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

C6H12O6 2 CO2 + 2 C2H5OH

Peragian dari glukosa menjadi etanol dan karbondioksida oleh ragi Saccharomyces cerevisiae
berlangsung melalui alur fruktosa difosfat. Piruvat didekarboksilasi menjadi asetaldehid oleh piruvat
dekarboksilase dengan bantuan tiamin pirofosfat. Asetaldehid oleh alkohol dehidrogenase direduksi
dengan NADH2 menjadi etanol.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

2. Pembentukan Etanol Oleh Bakteri

Bakteri Zymomonas mobilis menguraikan glukosa melalui alur 2-keto-3-deoksi-6-


fosfoglukonat dan memecah piruvat dengan bantuan enzim piruvat dekarboksilase menjadi asetaldehid
dan karbondioksida. Asetaldehid kemudian direduksi menjadi etanol. Etanol dan karbon dioksida dan
asam laktat dalam jumlah kecil adalah produk peragian yang khas. Etanol dalam minuman keras agave
berasal dari atom C 2 dan 3 dan juga dari C 5 dan 6 dari glukosa sedangkan etanol ragi berasal dari
atom-C 1, 2, 5 dan 6. Pada peragian daari beberapa Enterobacteriace dan Clostridium, etanol sebagai
produk samping peragian. Prastadium etanol yaitu asetaldehid tidak langsung dibebaskan oleh piruvat
dekarboksilase dari piruvat tetapi direduksi oleh asetil-koA. Alkohol dibentuk melalui alur lain oleh
bakteri asam laktat yang heterofermentatif seperti Leuconostoc mesenteroides. Glukosa diuraikan
melalui tahap pertama dari alur pentosa fosfat menjadi pentosa fosfat fosfoketolase bekerja terhadap
xilulosa-5-fosfat dengan reaksi sebagai berikut :

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Asetilfosfat yang terbentuk kemudian direduksi menjadi etanol oleh asetaldehid dehidrogenase dan
alkohl dehidrogenase. Produk lain yaitu gliserin-aldehid-3-fosfat direduksi menjadi laktat melalui
piruvat.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

3
3. Pelapisan Bijih Logam

Beberapa bakteri asidofil pengoksidasian besi dan belerang memiliki kemampuan untuk
mengubah bijih logam sulfida dan unsur belerang menjadi sulfat logam berat yang dapat larut dalam air
dapat dimanfaatkan untuk melepaskan bijih logam bernilai rendah dan untuk mendapatkan tembaga,
seng, molibden, uranium dan nikel.
Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pelepasan bijih logam atau disebut juga leaching processes telah dikerjakan secara besarbesaran untuk

memperoleh bijih logam dari timbunan tanah di atas mineral dan kemungkinan dapat digunakan pada

penambangan dalam tanah. Air dibiarkan merembes melalui tumpukan tinggilapisan-lapisan bebatuan

yang mengandung bijih logam yang telah ditumbuk halus sebagai contoh yang mengandung pirit FeS2

dan sulfida-sulfida logam yang m enyertainya seperti kalkozit (Cu2S), CuS, ZnS, NiS, MoS2, Pb2S3,

Sb2S3, CoS, dan larutan yang mengandung garam sulfat ditampung. Dari larutan ini, logam dapat

diperoleh dengan menguapkan atau dengan cara mengendapkan larutan. Peleburan sulfida logam berat

dapat terjadi melalui beberapa proses oksidasi oleh bakteri dari senyawa-senyawa belerang tereduksi

dengan reaksi kimia

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

FeS2 + 3 ½ O2 + H2O FeSO4 + H2SO4

atau belerang unsur menjadi asam sulfat dengan reaksi kimia :

S + 1 ½ O2 + H2O H2SO4

serta dari Fe2+ menjadi Fe3+ dengan reaksi kimia :

2 FeSO4 + ½ O2 + H2SO4 Fe2(SO4)3 + H2O

maupun oleh oksidasi secara kimia dari garam-garam logam berat yang tidak larut menjadi sulfat logam
yang dapat larut dan belerang dengan reaksi :

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

MeS + 2 Fe3+ Me2+ + 2 Fe2+ + S

Penyediaan asam belerang dan regenerasi dilakukan oleh bakteri dari Fe3+. Komponen ini dipakai pada
pelepasan bijih logam. Pengubahan ini dilakukan oleh bakteri Thiobacillus thiooxidans dan T.
ferrooxidans. Dalam proses ini juga dibantu oleh stam Sulfolobus pengoksidasi belerang dan besi.
Semua komponen yang terlibat mempengaruhi kadar Cu2+, Co2+, Zn2+, ZNi2+ dan ion-ion logam
berat lainnya yang tersedia .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Beberapa bakteri seperti Gallionella ferruginea dan Leptothrix ochracea dapat ditemukan di dalam pipa-
pipa air buangan dan sungai pegunungan diantara gumpalan-gumpalan atau lapisan tebal besi oksida.
Bakteri Leptothrix discophorus berperan untuk mengoksidasi mangan yaitu merubah Mn2+ menjadi
Mn4+ .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

4. Pemisahan Logam Berat oleh Bakteri


4
Bakteri yang berperan dalam proses pemisahan logam berat adalah Thiobacillus ferroxidans
dan Thiobacillus oxidans. Kedua bakteri ini termasuk khemolitotrof artinya bakteri pemakan batuan
yang tumbuh subur di tempat pertambangan ataupun dalam lingkungan tanpa ada zat organik dan
berperan untuk mengekstraksi berbagai jenis logam. Energi dapat diperoleh bakteri dari oksidasi zat
anorganik(besi dan belerang). Bakteri ini dapat mengekstrak karbondioksida secara langsung menjadi
karbon .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

5. Produksi Asam-asam Organik

Banyak asam organik dalam skala besar di bidang industri kimia dihasilkan dengan cara oksidasi
tidak sempurna dengan bantuan dari mikroorganisme. Asam-asam organik tersebut salah satunya asam-
asam amino. Contoh asam organik lain seperti asam sitrat, asam glukonat, asam apel dan asam itakonat
dalam proses pembuatannya dibantu dengan fungi (jamur). Pada pembuatan asam cuka dan asam
glukonat dapat dihasilkan dengan bantuan bakteri. Saat ini, dalam bidang industri kimia digunakan
bakteri sebagai pembentuk asam-asam amino .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

5.1 Pembentukan Asam Oleh Fungi (Jamur)

Metabolisme fungi adalah oksidatif ketat, hal ini berarti bahwa fungi tidak menguraikan
karbohidrat secara anaerob dan meragikannya akan tetapi pada kondisi anaerob tidak terjadi
pertumbuhan yang terus berlangsung. Produk peragian yang dihasilkan adalah etanol dan asam laktat,
sedangkan asam-asam organik lain dihasilkan pada kondisi anaerob .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pada pembentukan berbagai jenis asam yang diekskresi oleh fungi pada pengubahan glukosa dengan
reaksi dari siklus asam sitrat dapat dihasilkan asam malat, asam suksinat, asam fumarat dan asam sitrat.
Asam oksalat terjadi oleh hidrolisis oksaloasetat dengan perantaraan oksaloasetat hidrolase.
Pembentukan asam itakonat dari asam cis-akonitat dengan dekarboksilasi yang mengakibatkan
pergeseran elektron dalam kerangka karbon dan menggeser ikatan rangkap dari kedudukan 2,3 ke 3,4.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

a. Asam Laktat

Asam laktat diekskresikan oleh mocorales (Rhizopus nodosus, Rhizopus oryzae, Rhizopus arrhizus,
Rhizopus nigricans) dan fikomiset lain seperti Allomyces, Saprolegnia, Blastocladiella. Pada
bakteribakteri homofermentatif asam laktat dihasilkan pula produk samping asam tartrat, asam fumarat,
asam format, asam asetat, asam apel dan etanol dalam jumlah yang sedikit. Asam laktat dapat dihasilkan
dalam jumlah maksimum apabila tersedia oksigen. Jamur tidak membutuhkan larutan biak yang
kompleks sebagai sumber nitrogen karena sudah dicukupi dengan adanya ureum sehingga pemisahan
asam laktat dapat diperoleh dalam bentuk yang murni tanpa menimbuklan kesulitan seperti pada proses
peragian asam laktat oleh Lactobacillus .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

b. Asam Glukonat

Produksi asam glukonat berdasarkan enzimatik dari glukosa dengan bantuan Glukosa oksidase.
Glukosa oksidase diekskresi oleh fungi ke dalam medium. Asam glukonat dibentuk oleh Aspergilli dan
Penicillia. Proses tersebut dapat berlangsung dalam larutan glukosa 30 – 35 % dengan hasil yang lebih
banyak apabila asam dinetralkan dengan CaCO3 (kalsium karbonat) dengan dibantu Aspergillus niger.
Glukosa oksidase merupakan suatu enzim yang mengandung FAD sebagai gugus prostetik. Pada
oksidasi glukosa dihasilkan β-D-glukono-δ-lakton sebagai produk oksidasi primer. Produk tersebut oleh
enzim glukonolaktonase dirubah menjadi glukonat dengan mengabil air. Glukosa oksidase yang
tereduksi memindahkan hidrogennya pada oksigen udara dengan membentuk hidrogen peroksida

5
kemudian oleh katalase dipecah menjadi air dan oksigen .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

c. Asam Oksalat

Asam oksalat diekskresi oleh banyak fungi. Dalam produksi asam oksalat dibantu oleh reaksi alkali
dari larutan biak .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

d. Asam Sitrat

C. Wehmer menemukan asam sitrat dalam biak Penicillia ( Citromyces pfefferianus). Kemudian
Currie dengan menggunakan dasar penemuan C.Wehmer dapat menghasilkan asam sitrat dalam
industri. Ia menyimpulkan bahwa Aspergillus niger dalam larutan biak dengan pH aawal 2,5 – 3,5 dapat
tumbuh dengan subur sambil mengekskresi asam sitrat dalam jumlah yang banyak. pH awal yang rendah
dimaksudkan agar tidak terjadi pencemaran oleh bakteri. Dengan adanya peningkatan pH maka akan
dihasilkan pula asam glukonat dan akhinya asam oksalat .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

5.2. Produksi Asam-Asam Amino oleh Bakteri

Asam amino dapat dibentuk oleh Corynebacterium glutamicum dan Brevibacterium divaricatum.
Kedua bakteri tersebut mampu mengekskresi asam L-glutamin dengan adanya biotin. Kadar biotin ini
agar terjadi penimbunan asam dalam jumlah 2,5 ϥg biotin/L sehingga optimum. Apabila kadar lebih
rendah pertumbuhan akan berkurang dan asam glutamin yang dihasilkan menurun. Untuk memproduksi
asam-asam amino lain dapat disertakan mutan auksatrof dari Corynebacterium glutamicum. Mutan-
mutan yang memerlukan homoserin pada kondisi tertentu akan mengekskresi 20 gram lisin/L larutan
biak. Mutan-mutan lain dari Corynebacterium glutamicum, Enterobacteriaceae dan Pseudomonadaceae
memproduksi L-homoserin, L-valin, Lisoleusin, L-triptopan dan asam amino lainnya.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

7. Produksi Senyawa Hidrokarbon

a. Naphtalene & Senyawa Poliaromatik

Beberapa bakteri mampu menguraikan senyawa hidrokarbon polisiklik seperti naftalena, antrasena
dan fenantrena. Bakteri akan dirumbuhkan dalam salah satu larutan biak tersebut kemudian akakn
diekskresi salisilat. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa hidrokarbon alamiah apat diubah oleh
mikroorganisme maupun dioksidasi sebagian atau seluruhnya. Aspal dalam kondisi lingkungan
yang menguntungkan dapat diuraikan meskipun prosesnya berlangsung lambat. Grafit dapat
dioksidasi dalam tanah yang didalamnya terdapat mikroorganisme.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pada pencemaran tanah dengan minyak bumi, hidrokarbon dalam tanah yang didalamnya terdapat
mikroorganisme dan diudarai dapat diuraikan secara cepat dan sempurna. Minyak bumi yang
tumpah pada air laut merupakan bahaya besar bagi flora dan fauna. Tumpahan minyak bumi ini
dapat diuraikan pula oleh bakteri akan tetapi meskipun telah diuraikan akan tetap tertinggal dalam
waktu yang lama karena pengaruh biologik. Zat alkana berantai panjang, senyawa hidrokarbin
aromatik dan campuran menyerupai aspal .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

b. Metana

Metana dapat diolah dan dioksidasi oleh bakteri yang tidak mampu memecah hidrokarbon berantai
6
panjang. Hanya bakteri tertentu pengolah metana yang memakan hidrokarbon yaitu kelompok
bakteri yang ekstrim dalam pengolahan senyawa C1. Oleh karena itu bakteri pengolah metana
dikelompokkan bersama dengan semua bakteri dan ragi yang mengolah metanol, amina termetilasi,
formiat, dimetileter, dan formaldehid sebagai kelompokm organisme metilotrof. Bakteri yang
mengandung metana sebagai sumber karbon dan energi berasal dari genus : Methylomonas ,
Methylococcus dan Methylosinus. Gas metana berguna sebagai sumber energi alternatif sebagai
contoh gas elpiji untuk keperluan rumah tangga dan pembakaran untuk menghasilkan listrik .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pengolahan metanol oleh bakteri dimulai oleh metanol dehidrogenase. Ditemukan gugus prostetik
yang disebut metoksatin atau pirolkhinolinkhinon (PQQ) di dalam enzim tersebut. Metosaktin
sebagai komponen alkohol dehidrogenase yang terikat membran dan terdapat dalam bakteri. Pada
pengolahan metana dengan metode saringan tetes, proses pengolahan dilakukan dengan
memasukkan bakteri ke dalam bak berisi limbah yang telah diberi lubang untuk masuknya udara
(aerator). Limbah akan terurai dan dapat dibuang ke lingkungan yang airnya sudah dipisahkan
dariendapannya. Misalnya limbah logam berat yaitu chromium, limbah tersebut dapat direduksi
oleh bakteri Enterobacter cloaceae .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Gambar 2.1

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Di Berlin telah diisolasi dari biak pengkayaan dengan fraksi hidrokarbon sebagai sumber energi dua
ragi : Candida lipolytica dan Candida tropicalis. Candida lipolytica mengolah mulai dari panjang
rantai 15 atom-C semua homolog yang lebih panjang. Kebanyakan jenis candida mengoksidasi
hidrokarbon. Hasilnya dengan karbohidrat sebagai substrat harga Y hanya 0,5 akan tetapi
hidrokarabon yang dihasilkan 0,7 – 1 . Banyak Pseudomonas yang mengoksidasi hidrokarbon
secara sempurna, hanya Acinetobacter calcoaceticus saja yang mengekskresi produk oksidasi dan
Nocardia yang menimbunnya di dalam sel . Beberapa contoh bakteri metanogen yang
diklasifikasikan secara taksonomi :

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

1. Methanobacterium thermoaautotrophicum

2. Methanobacterium aboriphilicum

3. Methanobacterium formicicum

4. Methanobacterium ruminantium

5. Methanobacterium mobile

6. Methanococcus vannielii

7. Methanosarcina barkeri

7
8. Methanosarcina marzei

9. Methanospirillum hungatii

10. Methanothrix soehngenii

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Bakteri-bakteri metana dapat mengaktivasi hidrogen dan menghubungkan oksidasi hidrogen


dengan reduksi CO2. CO2 diolah sebagai akseptor hidrogen dan metana diproduksi untuk
memperoleh energi .

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Selain bakteri-bakteri metanogen di atas, bakteri Escherichia coli juga berperan penting dalam
pembentukan bahan bakar karena Escherichia coli mampu menyintesa dan memproduksi enzim
hemiselulosa yang berguna untuk menguraikan selulosa menjadi gula kemudian gula akan diubah
menjadi asam lemak untuk membentuk membran sel. Gen bakteri ini direkayasa dengan
memberikan arus pendek. Hal ini bertujuan untuk dapat memproduksi molekul asam lemak secara
maksimum. Asam lemak ini nantinya akan diubah menjadi bahan bakar dan senyawa kimia lainnya
.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

2.2 PERANAN MIKROORGANISME DALAM INDUSTRI FARMASI

Produk alami yang disintesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting. Produk anti
koagulan, antidepresan, vasodilator, herbisida ,insektisida, hormon tanaman , enzim dan inhibitor enzim
telah diisolasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme lebih sering digunakan untuk menghasilkan
enzim seperti enzim amylase yang digunakan untuk membuat bir, roti, dan memproduksi tekstil. serta
enzim protease yang digunakan untuk mengempukan daging, melunakan kulit, membuat detergen dan
keju.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Mikrobiologi farmasi modern berkembang setelah perang dunia ke-II dengan dimulainya produksi
antibiotic. Suplai produk farmasi dunia termasuk antibiotic, steroid, vitamin, vaksin, asam amino,
enzim, dan hormone manusia diproduksi dalam jumlah besar oleh mikroorganisme. Streptomyces
hydroscopius memiliki strain yang berbeda untuk membuat hamper 200 antibiotik yang berbeda.
Antibiotik pada dasarnya dibuat dalam skala industri dengan cara menginokulasikan spora dari kapang
dalam suatu media pertumbuhan dan menginkubasinya dalam aerasi yang baik.setelah mencapai
konsentrasi yang cukup, larutan diekstraksi, dipresitipasi dan diperlakukan dengan prosedur standar
industry lainnya.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Vaksin diproduksi oleh industry mikrobiologi. Banyak vaksin anti virus yag diproduksi
besarbesaran dari pemanfaatan telur ayam dan kultur sel. Produksi vaksin untuk penyakit infeksi
bakteri umumnya memerlukan pertumbuhan bakteri dalam jumlah besar.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Steroid merupakan kelompok bahan kimia yang meliputi kortison yang digunakan sebagai obat
anti-inflamasi dan estrogen sebagai progeseron yang digunakan sebagai kontrasepsi oral. Mendapatkan
steroid dari hewan atau mensintesisnya secara kimiawi merupakan proses yang sulit, namaun
mikroorganisme seperti streptomyces dapat mensintesis steroid dari strerol.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

1. Produk Antibiotik Mikroorganisme

8
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi
oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakitinfeksi,
meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan
atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai
metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara
kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman
untuk hidup. Ditemukan Penisilin dihasilkan oleh jamur Penicillium notatum. Penisilin merupakan
antibiotik pertama yang ditemukan oleh Alexander Fleming tahun 1928, dan kemudian dikembangkan
oleh Harold Florey pada tahun 1938. Penisilin telah diproduksi dan dipasarkan pada tahun 1944.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Gambar 2.2

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Antibiotik sepalosporin C dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Sepalosporin C merupakan


antibiotik menguntungkan yang dapat membunuh bakteri yang tahan terhadap penisilin. Antibiotik
Streptomisin dihasilkan oleh jamur Streptomyces griseus yang dapat membunuh bakteri patogen yang
tahan terhadap penisilin atau sepalosporin. Streptomisin telah digunakan untuk mengobati penyakit
tuberkulosis. Produksi antibiotik melalui pemanfaatan mikro organisme dilakukan melalui fermentasi.
Adapun sistem fermentasi yang telah berkembang yaitu:

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

a. Sistem Continue

Pada sistem kontinyu, media selalu ditambahkan dari luar dan hasilnya dipanen secara
berkala. Sistem ini cocok digunakan pada produksi besar (dalam skala industri) agar lebih efisien.
Sistem ini tidak cocok digunakan untuk produksi kecil (skala laboratorium).

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Seperti pada produksi etanol dengan teknik immobilisasi sel Fermentasi kontinyu
dijalankan dengan menggunakan reaktor sistem packed-bed dengan diameter bead K-Karaginan 2
mm. Karekteristik packed-bed reaktor diberikan pada tabel 1. Sebelum digunakan, bioreaktor
disterilisasi menggunakan etil alkohol dan kemudian diisi dengan bead K-karaginan. Molases
substrat diumpankan dari bagian bawah fermentor secara kontinyu dengan pompa peristaltik
(Masterflex - Cole Palmer) melalui tubing silikon. Larutan Effluent overflow dari titik keluaran di
bagian atas fermentor. Untuk mencegah agar bead tidak terikut keluar, bead di tahan dengan
penahan berbentuk penyaring. Dillution rate sebesar 1,2 jam-1 selama proses fermentasi dan sampel
diambil untukdianalisa setelah steady-state tercapai.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

b. Sistem Batch
9
Pada sistem ini tidak ada penambahan media dan pemanenan hasil pada akhir periode fermentasi,
sehingga hanya dapat bertahan selama beberapa jam atau hari. Sistem ini cocok untuk produksi skala kecil
(skala laboratorium). Perbedaan penggunaan kedua metode tersebut akan menyebabkan perbedaan recovery,
kemurnian, kualitas, dan sterilisasi pengemasan produk akhir.
Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Menurut Rachman 1989 sistem fed-batch adalah suatu sistem yang rnenambahkan media barn secara
teratur pada kultur tertutup, tanpa mengetuarkan cairan kultur yang ada di dalam fermentor sehingga volume
kultur makin lama makin bertambah. Keuntungan sistem fed-batch mi ialah konsentrasi sisa substrat terbatas
dan dapat dipertahankan pada tingkat yang sangat rendah sehingga dapat mencegah fenomena represi
katabolit atau inhibisi substrat. Stanbury dan Whitaker 1984 juga menyebutkan istilah kultur fed-batch untuk
menggambarkan kultur batch yang pemasokan substratnya dilakukan secara kontinu atau bertahap tanpa
pengeluaran cairan kultur. Volume kultur bertambah sesuai dengan perubahan waktu. Proses mi juga dapat
menghindarkan efek toksik dan komponen media. Proses fed-bate ini telah diterapkan secara luas dalam
berbagai industri fermentasi dan relatif lebih mudah digunakan untuk perbaikan proses batch dibandingkan
dengan proses kontinu. Apabila pada fermentasi kontinu dihasilkan keluaran secara terus-menerus maka pada
fed-batch diperoleh keluaran tunggal pada akhir inkubasi sehingga dapat ditangani dengan cara yang sama
seperti pada proses batch Sinclair & Kristiansen 1987. Dengan melihat berbagai keuntungan penggunaan
dekstranase maka pengembangan teknik fermentasi enzim Penulis untuk korespondensi mutlak diperlukan.
Dengan teknik fe rmentasi yang baik dan tepat akan membantu produksi mikroba secara optimum.
Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Antibiotik tidak secara langsung dikode oleh gen, tetapi dibuat di dalam sel dengan reaksi katalis
enzim. Enzim disusun berdasarkan instruksi gen spesifik. Dengan teknologi fusi sel akan terjadi kombinasi
gen dan sintesis enzim-enzim baru, sehingga mikroba dapat menghasilkan antibiotik baru. Saat ini telah
banyak dihasilkan bermacam-macam antibiotik untuk kemoterapi kanker, anti bakteri, anti amuba, pengawet
makanan, dan anti fungi.
Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pada proses produksi penisilin, media bernutrisi yang mengandung gula asam fenilasetat
ditambahkan ke secara kontinu. Asam fenilasetat ini digunakan untuk membuat rantai samping benzil pada
penisilin G. Penisilin G diekstraksi dari filtrat dan dikristalisasi. Untuk membuat penisilin semisintetik,
penisilin G dicampur dengan bakteri yang mensekresi enzim asilase. Enzim ini akan melepas gugus benzil
dari penisilin G dan mengubahnya menjadi 6-aminopebicillanic acid (6- APA). Aminopenicilanic acid adalah
molekul yang digunakan untuk membuat penisilin jenis lain. Bebagai gugus kimia ditambahkan pada
aminopenicillanic.
Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Hal yang serupa juga terjadi pada sefalosporin C yang diperoduksi oleh cephalosporium
acremonium. Molekul sepalosporin C dapat ditranspormasi dengan melepas rantai samping
αaminodipic acid dan menambahkan gugus baru yang memiliki kisaran antibakteri yang lebih luas.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Strain streptomyces griseus dan Actinomycetes lainnya menghasilkan streptomisin dan


bebagai antibiotik lainnya. Spora S. Griseus diinokulasi kedalam media untuk mendapatkan kultur
pertumbuhan dengan biomassa miselia yang tinggi sebelum dimasukkan kedalam tangki inokulum.
Media dasar untuk praduksi streptomisin mengandung pati kedelai sebagai sumber nitrogen,
glukosa sebagai sumber karbon, dan NaCl. Temperatur optimum untuk proses fermentasi ini
berkisar pada 28°C, dengan kecepatan pengadukan dan aerasi yang tinggi diperlukan untuk
mendapatkan produksi streptomisin yang maksimal. Proses fermentasi berlangsung sekitar 10 hari
dengan jumlah streptomisinyang dipanen berkisar 1g/L.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh fungi berfilamen dan

10
oleh bakteri kelompok actinomycetes. Daftar sebagian besar antibiotika yang dihasilkan melalui
fermentasi industri berskala-besar. Seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan dengan
keberadaan antibiotika, sehingga dikenal famili antibiotik. Antibiotika dapat dikelompokkan
berdasarkan struktur kimianya Sebagian besar sebagian diketahui efektif menyerang penyakit fungi.
Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton antibiotika per tahun, dengan nilai penjualan
hampir mendekati $ 5 milyar. Beberapa antibiotika yang dihasilkan secara komersial :

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Gambar 2.3

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pencarian Antibiotika Baru

Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000 , dan beberapa ratus antibiotika ditemukan
dalam beberapa tahun. Dan sejumlah peneliti mempercayai bahwa berbagai antibiotika baru dapat
ditemukan lagi jika penelitian dilakukan terhadap kelompok mikroorganisme selain Streptomyces,
Penicillium, dan Bacillus. Sekali diketahui urutan struktur gen mikroorganisme penghasil-antibiotika,
dengan teknik rekayasa genetika memungkinkan pembuatan antibiotika baru. Cara utama dalam
menemukan antibiotika baru yaitu melalui “screening”. Dengan pendekatan tersebut, sejumlah isolat
yang kemungkinan mikroorganisme penghasil-antibiotika yang diperoleh dari alam dalam kultur murni,
selanjutnya isolat tersebut diuji untuk produksi antibiotika dengan bahan yang “diffusible” , yang
menghambat pertumbuhan bakteri uji. Bakteri yang digunakan untuk pengujian, dipilih dari berbagai
tipe, dan mewakili atau berhubungan dengan bakteri patogen. Prosedur pengujian mikroorganisme
untuk produksi antibiotika adalah metode goressilang, pertamakali digunakan oleh Fleming. Dengan
program pemisahan arus, ahli mikrobiologi dapat dengan cepat mengidentifikasi, apakah antibiotika
yang dihasilkan termasuk baru atau tidak. Sekali ditemukan organisme penghasil antibiotika baru,
antibiotika dihasilkan dalam sejumlah besar, dimurnikan, dan diuji toksisitas dan aktivitas terapeutiknya
kepada hewan yang terinfeksi. Sebagian besar antibiotika baru gagal menyembuhkan hewan uji, dan
sejumlah kecil dapat berhasil dengan baik. Akhirnya, sejumlah antibiotika baru ini sering digunakan
dalam pengobatan dan dihasilkan secara komersial.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Proses Menggunakan mikroba


11
Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi menggunakan
mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak ditemukan bahwa
Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat dengan rendemen tinggi dari gula dan garam
amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses baru yang memungkinkan
pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida, dan senyawabiokimia lain dalam jumlah besar.
Mikroorganisme juga diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis sebagian proses dalam
rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik dengan rendemen lebih tinggi,
mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk hidrolisis pati, proteinase pada pengolahan kulit,
pektinase untuk penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain yang digunakan di industri diperoleh dari
biakan mikroorganisme.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Produksi antibiotik dilakukan dalam skala besar pada tangki fernentasi dengan ukuran besar.
Sebagai contoh Penicillium chrysogenum ditumbuhkan dalam 100.000 liter fermentor selama
kuranglebih 200 jam. Mula-mula suspensi spora P. chrysogenumditumbuhkan dalam larutan media
bernutrisi. Kultur diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 24 °C dan selanjutnya ditransfer ke tangki
inokulum. Tangki inokulum digojlok teratur untuk mendapatkan aerasi yang baik selama satu hingga
dua hari.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

2. Produksi Antibiotik Vaksin

Vaksin (dari kata vaccinia, penyebab infeksi cacar sapi yang ketika diberikan kepada manusia, akan
menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar, adalah bahan antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi
pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”.Penggunaan vaksin sangat penting untuk mencegah
berbagai penyakit. Pengembangan dan produksi vaksin merupakan salah satu tugas penting industri
farmasi. Produksi vaksin meliputi pengkulturan mikroorganisme yang memiliki properti antigenik yang
diperlukan untuk meluncurkan respons imun primer.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Gambar 2.4

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Vaksin influenza, Salah satu jenis vaksin yang umum. Vaksin diproduksi oleh strain mutan patogen
virulen tanpa menghilangkan antigen yang diperlukan untuk menimbulkan respons imun.
Perkembangan bidang bioteknologi memungkinkan produksi seluruh seluruh vaksin baru. Beberapa
vaksin baru ini ditujukan bagi target baru, dan beberapa lagi lebih efektif dan memiliki efek samping
lebih sedikit dibandingkan vaksin tradisional yang ada saat ini.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

12
Untuk menghasilkan vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, strain virus
ditumbuhkan dengan menggunakan telur ayam tertunas. Individu yang memiliki alergi terhadap telur
ayam tidak dapat diberi vaksin yang dibuat dengan cara seperti ini. Vaksin virus juga dapat diproduksi
melalui kultur jaringan. Misalnya, vaksin rabies tradisional diproduksi pada telur bebek tertunas dan
memiliki efek samping yang sangat menyakitkan. Vaksin ini digantikan oleh produksi vaksin melalui
kultur jaringan fibroblas manusia yang memiliki efek samping yang lebih sedikit.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Fasilitas dan Sistem Produksi Vaksin

Vaksin merupakan produk high technology yang perlu penanganan khusus sehingga peralatannya
pun didatangkan dari berbagai negara sesuai dengan spesifikasinya. Hal ini untuk mendukung
dihasilkannya vaksin berkualitas dengan kapasitas produksi yang tinggi.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Bahan baku yang berkualitas, terutama telur specific pathogen free (SPF) juga menjadi faktor
penting penentu kualitas vaksin. Dari sistem produksi, Medion telah mengaplikasikan biosafety level 3
(BSL-3) untuk ruang produksi maupun quality control, utamanya pada produksi vaksin AI. Sistem ini
menjamin produk yang dihasilkan berkualitas dan personil yang menangani aman. Terbukti beberapa
penelitian bertaraf nasional maupun sinternasional, kerja sama antara pemerintah Indonesia dan
pemerintah Belanda dalam upaya pemberantasan AI juga dilakukan di fasilitas BSL-3 Medion.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pengembangan vaksin untuk melindungi manusia dari penyakit virus adalah salah satu keunggulan
dari pengobatan modern. Vaksin pertama diproduksi oleh Edward Jenner pada tahun 1796 untuk
memberikan perlindungan terhadap penyakit cacar. Jenner menyadari bahwa pemerah susu yang telah
tertular cacar sapi, sebuah infeksi yang relatif tidak berbahaya, menjadi tahan terhadap penyakit cacar,
sebuah penyakit manusia yang sering menjadi epidemi dengan angka kematian yang sangat tinggi.
Dalam keadaan biasa, tubuh manusia bereaksi terhadap invasi virus dengan beberapa cara berbeda.
Kekebalan secara umum terhadap virus dapat dikembangkan oleh selsel dalam tubuh yang menjadi
sasaran invasi virus. Dalam situasi ini, virus akan dicegah agar tidak mendapatkan akses ke sel inang.
Sebuah perlindungan yang lebih umum adalah kemampuan tubuh untuk membuat sel-sel darah dan
getah bening yang merusak atau membatasi efektivitas dari serangan virus. Seringkali, tubuh manusia
yang terinfeksi akan “mempelajari” bagaimana merespon terhadap virus tertentu di masa depan,
sehingga infeksi tunggal, terutama dari virus yang relatif jinak, biasanya mengajarkan tubuh bagaimana
cara untuk merespon invasi tambahan dari virus yang sama. Common cold, misalnya, disebabkan oleh
satu dari ratusan virus. Setelah sembuh dari pilek, kebanyakan orang resisten terhadap virus tertentu
yang menyebabkan flu tersebut, meskipun virus flu serupa masih akan menyebabkan gejala yang sama
atau identik. Untuk beberapa virus berbahaya, seseorang mungkin bahkan sudah mengembangkan
kekebalan terhadap virus tanpa menampakkan gejala sakit sama sekali.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Proses Pembuatan Vaksin

Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah tugas yang berat
untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari produksi vaksin potensial dengan
jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat
dramatis, dan prosedur laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala
produksi Dengan adanya masalah-masalah di atas maka pembuatan vaksinsecara konvensional diubah
dengan cara rekayasa genetika untuk membantu mengurangi resiko yang tidak diinginkan. Beberapa
prinsip rekayas genetika dalam pembuatan vaksin adalah sebagai berikut :

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

1. Mengisolasi / memisahkan gen-gen dari organisme penyebab sakit yang berperan dalam
menghasilkan antigen yang merangsang limfosit untuk menghasilkan antibody.

2. Menyisipkan gen-gen di atas, ke tubuh organisme yang kekurangan pathogen.


13
3. Mengulturkan orgamisme hasil rekayasa genetika, sehingga menghasilkan antigen dalam jumlah
banyak.

4. Mengekstraksi antigen, lalu digunakan sebagai vaksin.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Dari beberapa penerapan kultur sel hewan, produksi vaksin virus adalah yang tertua. Prosesnya
adalah virus ditumbuhkan dalam kultur sel, misalnya sel dari embrio ayam, ginjal monyet dan lama-
kelamaan sel manusia. Setelah ditumbuhkan, lalu dipanen dan virus-virus tersebut diekstraksi dengan
penyaringan. Hasilnya lalu dipakai intik membunuh virus-virus itu juga atau jika vaksin tersebut
dilemahkan, maka disimpan dalam suhu rendah hingga siap digunakan. Contoh vaksin yang dibuat
dengan cara ini adalah poliomielistis, gondong, cacar air, rubella dan rabies. Adanya vaksin
memungkinkan tubuh membangun kekebalan, misalnya membentuk antibody yang sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan dan suatu sel penting yang akan tumbuh dan menghasilkan antibody, jika
penyakit timbul dalam suatu bentuk virulen.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pembuatan vaksin dengan virus hidup yang telah dilemahkan telah dicoba perusahaan Aviron di
AS. Keuntungan vaksin virus hidup adalah tidak hanya menstimulasi produksi protein antibodi yang
mengenali patogen, tapi juga membuat sejenis sel darah putih, yaitu sel T limfosit yang punya kelebihan
mengenali dan membunuh sel yang terinfeksi, tak hanya satu tipe virus flu tapi juga tipe yang serupa.
Akibatnya, daya tahan vaksin ini lebih lama daripada vaksin dengan virus yang dimatikan. Namun,
karena virus flunya masih hidup, risiko terinfeksi pun tak hilang 100 persen. Selain itu, produksi vaksin
ini butuh waktu lebih lama sehingga sulit mengantisipasi wabah yang mendadak.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Untuk mengatasi kebutuhan telur SPF yang banyak, waktu yang cepat, dan penyediaan vaksin virus
hidup, usaha yang dilakukan adalah membuat vaksin tidak dengan virus flu tapi virus baculo. Virus ini
menginfeksi serangga dan dapat tumbuh sangat cepat dalam sel serangga yang media pertumbuhannya
lebih murah ketimbang sel hewan. Gen HA dan NA disisipkan dalam virus baculo, sehingga virus
rekombinan yang diperoleh memiliki karakter antigen mirip virus flu. Vaksin virus hidup dengan teknik
ini bisa diproduksi dalam 2-3 bulan saja, tapi efektivitasnya sedang dievaluasi.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Cara tercanggih yang tidak membutuhkan semua hal di atas–virus inang, media pertumbuhan–
adalah pembuatan vaksin DNA. Pada teknik ini, gen penyandi protein HA dan NA dimasukkan ke dalam
vektor atau DNA yang berfungsi seperti “kargo” yang membawa ke tempatlain. Vektor ini bisa
berbentuk cincin atau linier, umumnya berasal dari virus yang sudah dimodifikasi untuk tidak bersifat
patogen.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

1. Gen HA dan NA dalam vektor itu dimasukkan ke dalam sel kulit atau otot sehingga sel tersebut
memproduksi protein HA dan NA dari virus flu.

2. Dengan munculnya protein asing dari gen HA dan NA, sistem kekebalan tubuh akan diaktifkan
dengan memproduksi protein antibodi dan sel T limfosit.

3. Vaksin yang telah dibuat dengan DNA flu telah dibuat dan diuji cobakan pada hewan. tapi belum
diuji pada manusia karena memerlukan persiapan lebih matang.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Benih Virus Penghasil Vaksin

Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus harus
bebas dari „kotoran‟, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu,
benih harus disimpan dalam kondisi “ideal”, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat
14
atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik. Jumlah
yang kecil hanya 5 atau 10 sentimeter kubik, mengandung ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat
dibuat menjadi ratusan liter vaksin. Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer
akan mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat didengar
atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezer berada di luar suhu yang seharusnya. Adapun
macam – macam vaksin yang dibuat sebagai berikut:

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

1. Killed vaccine adalah vaksin yang berasal dari mikroorganisme (virus atau bakteri) yang telah
dimatikan baik dengan menggunakan zat-zat kimia atau dengan panas.Contoh vaksin jenis ini
adalah Polio dan Hepatitis-A.

2. Attenuated vaccine adalah vaksin yang mengandung mikroorganisme hidup. Mikroorganisme ini
adalah mikroorganisme yang dikembangbiakkan setelah sifat virulensinya dihilangkan. Vaksin ini
memberikan respon imun yang lebih panjang. Contoh vaksin ini adalah MMR (measles, mumps
dan rubella)

3. Toxoid adalah senyawa toxic/racun yang diinaktifkan dimana racun ini dapat menyebabkan sakit.
Contoh dari toxid vaccine adalah tetanus dan difteri.

4. Subunit vaccine berbeda dengan vaksin inaktif atau atenuasi yang mengandung seluruh komponen
dari mikroorganisme, subunit vaccine ini hanya mengandung sejumlah fragmen dari
mikroorganisme itu dan fragmen ini sudah cukup untuk memberikan respon imun. Contohnya
adalah vaksin Hepatitis B yang hanya mengandung protein permukaan dari virus dan HPV (Human
Papiloma Virus) yang mengandung kapsid utama dari virus.

5. Conjugate vaccine adalah vaksin yang menggabungkan polisakarida lapisan terluar dari bakteri
dengan protein lainnya (misal:toxin). Penggabungan (konyugasi) ini ditujukan untuk memperkuat
sifat imunogenitas dari polisakarida. Contoh vaksin ini adalah vaksin Haemophilus influenzae type
B

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pertumbuhan Virus

Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara hati-hati (misalnya,
pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke dalam sebuah mesin kecil
yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk
berkembang biak.

Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya mengandung
protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi. Media juga mengandung
protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar,
pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah ukuran keasaman atau kebasaan,
diukur pada skala dari 0 sampai 14. dan virus harus disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air
tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak
terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor yang terhubung
dengannya. Sensor memantau pH dan suhu, dan ada berbagai koneksi untuk menambahkan media atau
bahan kimia seperti oksigen untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis
mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil
produk setengah jadi ketika siap.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Virus dari pabrik sel ini kemudian dipisahkan dari media, dan ditempatkan dalam media kedua
untuk penumbuhan tambahan. Metode awal yang dipakai 40 atau 50 tahun yang lalu yaitu menggunakan
botol untuk menyimpan campuran, dan pertumbuhan yang dihasilkan berupa satu lapis virus di
permukaan media. Peneliti kemudian menemukan bahwa jika botol itu berubah posisi saat virus tumbuh,
virus bisa tetap dihasilkan karena lapisan virus tumbuh pada semua permukaan dalam botol.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

15
Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan sel sangat dirangsang
oleh penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu tripsin. Enzim adalah protein
yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi makan dan pertumbuhan sel.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan
dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur dengan partikel
mikroskopis dimana virus dapat menempelkan diri. Penggunaan mikroskopis memberi virus daerah
yang lebih besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi yang jauh lebih
besar. Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat. Waktu yang dihabiskan virus untuk
tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga
ketat oleh pabrik.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pemisahan Virus

Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manik-manik dalam
satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah filter dengan bukaan yang cukup
besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup kecil untuk mencegah manik-manik
dapat lewat. Campuran ini sentrifugasi beberapa kali untuk memisahkan virus dari manik-manik dalam
wadah sehingga virus kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain yaitu dengan mengaliri campuran
manik-manik dengan media lain sehingga mencuci manik-manik dari virus.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Memilih Strain Virus

Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan. Pemilihan satu dari
yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk kemanjuran vaksin yang dihasilkan dan efek
sekunder. Virus yang dibuat hamper setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru virus penyebab,
biasanya berupa virus yang dilemahkan. Virulensi virus bisa menentukan pilihan; vaksin rabies,
misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai proses produksi.
Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan) berulang kali di berbagai media. Ada
jenis virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak dapat digunakan
untuk vaksin „attenuated‟. Strain lainnya menjadi terlalu lemah karena dibudidayakan berulang-ulang,
dan ini juga tidak dapat diterima untuk penggunaan vaksin. Seperti bubur, kursi, dan tempat tidur yang
disukai Goldilocks, hanya beberapa virus yang “tepat” mencapai tingkat atenuasi yang membuat mereka
dapat diterima untuk penggunaan vaksin, dan tidak mengalami perubahan dalam kekuatannya.
Teknologi molekuler terbaru telah memungkinkan atenuasi virus hidup dengan memanipulasi molekul,
tetapi metode ini masih langka.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh. Vaksin yang berasal
dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin) dikombinasikan sebelum pengemasan. Jumlah
aktual dari vaksin yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah medium
yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan mengenai apakah akan menggunakan air,
alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin, misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi
keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

3. Produksi Protein Manusia

Adanya proses rekayasa genetic dengan pemanfaatan mikroorganisme meningkatkan peran industry

16
farmasi da memproduksi protein manusia. Melalui teknik rekombinasi DNA dan sekuens DNA manusia
yang mengkode berbagai protein dapat digabungkan dengan genom bakteri. Dandapat amenumbuhkan
bakteri rekombinan dalam fermentor, maka protein manusia dapat dikonsumsi secara komersial.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Insulin mutlak diperlukan oleh manusia. Insulin merupakan hormone polopeptida yang dihasilkan
oleh pulau-pulau langgerhans di pancreas yang berfungsi mengatur metabolism
karbohidrat.Karbohidrat dalam makanan dikonversi menjadi glukosa monosakarida, karbohidrat pokok
dalam darah.Beberapa karbohidrat seperti fruktosa dan selulosa dapat digunakan sebagai energy sel
namun tidak dikonversi menjadi glukosa dan tidak berpartisipasi dalam pengaturan metabolism glukosa.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Insulin diperlukan bagi penderita diabetes mellitus, suat penyakit gangguan metabolism
karbohidrat. Khususnya penderita diabetes mellitus tipe 1 yang memerlukan asupan insulin
eksogen.Pada mulanya sumber insulin untuk penggunaan klinis pada manusia diperoleh dari pancreas
sapi,kuda,babi maupun ikan.Insulin yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut efektif bagi manusia
karena identik pada insulin manusia.Hanya terdapat perbedaan tiga asam amino antara insulin sapid an
manusia.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Gambar 2.5

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

4. Produksi Steroid

Hormon steroid sangat penting peranannya dalam dunia kesehatan. Misalnya kortison dan steroid
lain yang serupa diketahui dapat digunakan untuk mengobati gejala yang berhubungan dengan alergi
dan berbagai respons inflamasi oral dan untuk mengobati ketidak seimbangan homonal.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Sintesis steroid seperti kortison memerlukan lebih dari 35 langkah, sehingga steroid sangat mahal
untuk diperoduksi secara kimiawi. Misalnya, kortison dapat disintesis dari asam deoksikolat melalui 37
langkah, yang beberapa diantaranya memerlukan kondisi temperatur dan tekanan yang ektrem, dengan
biaya berkisar lebih dari $ 200 pergram. Kesulitan utama pada sintesis kortison adalah introduksi atom
oksigen pada cincin steroid nomor 11. Hal ini dapat diatasi dngan pemanfaatanmikroorganisme.
Penggunaan mikroorganisme untuk mengganti proses kimiawi ini dikenal dengan istilah biokomversi.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang


17
Fungi Rhizopuz arrhizus menghidroksilasi progesteron membentuk steroid koteksolon untuk
membentuk hidrokortison dengan mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11. Bentuk tranformasi
lain dari inti steroid dilakukan oleh mikroorganosme melalui proses hidrogenasi, dihidrogenasi,
epoksidasi, dan penambahan serta penghilangan rantai samping. Penggunaan mikroorganismepada
produksi kortison dapat menurunkan biaya produksi sebanyak 400 kali lipat, sehingga harga kortison di
amerika serikat kurang dari $50 pergram, dibandingkan harga aslinya yang sebesar $ 200.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

5. Produksi Vitamin dan Asam Amino

Vitamin merupakan faktor nutrisi esensial bagi manusia. Beberapa vitamin dapat diproduksi melalui
fermentasi mikroorganisme, dan digunakan sebagai suplemen makanan. Misalnya vitamin B12 dapat
diproduksi sebagai produk samping pada fermentasi antibiotik oleh Streptomyces.Vitamn B12 juga
diperoleh dari fermentasi Propionibacteriaum shermanii atau Paracoccus denitrificans. Riboflavin dapat
dihasilkan dari fermentasi berbagai macam mikrooganisme, misalnya bakteriClostridium dan fungi
Eremothecium ashbyi atau Ashbya gossypii.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Masalah utama produksi asam amino komersial melalui fermentasi mikroorganisme adalah adanya
mekanisme alam kontrol pengaturan mikroorganisme yang membatasi jumlah asam amino yang
dihasilkan dan dilepaskan dari sel. Masalah ini dapat diatasi dengan strain mikroorganisme yang
direkayasa secara genetis sehingga tidak memiliki mekanisme kontrol seperti strain asli (wild type).
Manusia memerlukan berbagai macam asam amino, termasuk lisin. Konsentrasi lisin dalam padi-padian
tidak cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi manusia. Lisin diproduksi melalui fermentasi
mikroorganisme, sehingga dapat digunakan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan sebagai bahan
tamabahan pada sereal. Metionin juga diproduksi melalui sintesis kimia dan digunakan sebagai
suplemen makanan.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Produksi lisin dari karbohidrat menggunakan Corynebactrerium glutamicum, suatu auksotrof yang
memerlukan homoserin. Cane molasses umumnya digunakan sebagai substrat, dan pH dijaga agar tetap
netral dengan menambahakan amonia atau urea. Pada saat gula dimetabolisme, lisin akan tetap
terakumulasi pada

Asam glutamat (glutamic acid) dimanfaatkan sebagai monosodium glutamat (MSG), bahan
penyedap rasa makanan. Asam L-glutamat dan MSG dapat diproduksi melalui fermentasi strain
Brevibacterium, Arthobacter dan Corynebacterium. Kultur corynebacterium glutamicum
danBrevibacterium flavum digunakan untuk memproduksi MSG dalam skala besar. Proses fermentasi
memerlukan media glukosa-garam mineral dengan menambahkan urea secara periodik sebagai sumber
nitrogen selama proses fermentasi. Nilai pH dijaga berkisar 6-8, dan temeratur 30°C.

file:///C:/Users/DELL/Downloads/Mikrobiologi_Industri.pdf

18
Gambar 2.6

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

6. Produksi asam organik

Beberapa asam organik seperti asam asetat, asam glikonat, asam sitrat, asam giberelat, dan asam
laktat dhasilkan melalui fermentasi mikroorganisme. Asam organik antara lain digunakan dalam
industri makanan, miasalnya sebagai pengawet makanan. Asam glukonat diperoduksi olehberbagai
bakteri termasuk spesies acetobaterdan oleh beberapa fungsi seperti penisilium dan aspergillus.
Aspergillus neger mengoksidasi glkosa menjadi asam glukonat dalam reaksi enzimatik tunggal leh
enzim glukosa oksidase. Asam glukonat memiliki berbagai kegunaan, antara lain:

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

1. Kalsium glukonat digunakan sebagai produ farmasi untuk menyuplai kalsium dalam tubuh.

2. Ferrous glukonate digunakan sebagai asupan besi untuk mengobati anemia.

3. Asam glukonat pada detergen pencuci piring mencegah noda pada permukaan kaca akibat
presipitasi garam kalsium dan magnesium.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Asam sitrat diproduksi oleh aspergillusniger dengan molases sebagai substrat fermentasinya. Asam
sitrat digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan, terutama minuman ringan. Transformasi asam
sitrat oleh Aspergillus terreus dapat digunakan untuk memproduksi asam itokonat dalam dua langkah
reaksi. Langkah pertama merupakan perubahan asam sitrat menjadi asam cis-akonitat melalui proses
hidroksilasi, dan langkah kedua merupakan langkah karboksilasi asam cis-akonitat menjadi asam
itakonat. Proses fermentasi ini memerlukan pH berkisar pada 2,2. Pada kisaran pH lebih tinggi, A.
terreus akan mendegradasi asam itokonat.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Asam giberelat (gibberellic acid) diproduksi oleh fungi Gibberella fujikuroi. proses fermentasinya
memerlukan media glukosa-garam mineral, temperatur inkubasi berkisar pada 25°C dengan pH asam.
Asam gibberelat dan homon tanaman giberelin lainnya dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas
pertanian, yaitu sebagai subtansi pendukung pertumbuhan tanaman, perbungaan dan germinasi biji,
serta untuk menginduksi pembentukan buah tanpa biji. Asam laktat diproduksi oleh lactobasillus
delbrueckii, spesies lactobasilus lainnya, streptococcus,dan leuconustoc. Asam laktat digunakan untuk
mengawetkan makanan pada industri penyamkan kulit dan industri tekstil. Media yang digunakan dalam
fermentasi asam laktat ini memerlukan glukosa 10-15%, kalsium karbonat 10% untuk menetralisasi
asam laktat yang dihasilkan, amonium fosfat, dan sejumlah kecil sumber netrogen. Gula jagung, pati
kentang dan gandum sering digunakan sebagai sumber karbohidrat. Temperatur inkubasi berkisar pada
45-50°C dengan pH berkisar antara 5,5-6,5. Setelah proses fermentasi selama 5-7 hari, kurang lebih
90% gula telah diubah menjadi asam laktat, kalsium karbonat selanjutnya ditambahkan untuk
menaikkan pH hingga 10, kemudian media fermentasi dipanaskan dan disaring. Prosedur ini akan
membunuh bakteri, mengkoagulasi protein, menghilangkan sisa kalsium karbonat, dan mendokoposisi
residu karbohidrat.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

4. Produksi Enzim

Enzim yang disolasi dari mikroorganisme dapat diaplikasikan pada berbagai macam industri.
Misalnya, enzim proteose yang diisolasi dari bahan pembersih. Protease merusak dan melarutkan
protein yang mengotori pakaian. Enzim yang dihasilkan untuk proses-proses industri meliputi protease
, amilase, glikosa isomerase, glukosa oksidase, renin, pektinase, dan lipase.empat macam enzim yang
secara luas diproduksi oleh mikroganisme adalah protease, glukamilase,α-amilase, dan glukosa
isomerase.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

19
Protease adalah enzim yang menyerang ikatan peptida molekul protein dan membentuk fragmen-
fragmen kecil peptida. Strain rekombinan Basillus sp. GX6644 mensekresikan alkalin protease yang
sangat aktif terhadap protein kasein susu. Dengan aktivitas tertinggi pada pH 11 dan temperatur 40-
55°C. Strain rekombinan yang lain yaitu Basillus sp. GX6638 mensekresi beberapa alkalin protease
yang aktif pada kisaran pH yang cukup luas (8-12). Fungi yang mempreduksi protease adalah spesies
Aspergillus. Protease yang dihasilkan oleh fungi memiliki kisaran pH yang lebih luas dibandingkan
protease yang diperoduksioleh bakteri. Amilase digunakan dalam detergen dan dalam industri
pembuatan bir. Ada beberapa tipe amilase, termasuk α-amilase yang digunakan untuk mengubah pati
menjadi maltosa dan dekstrin, glukamilase yang mengubah pati menjadi glukosa. Ketiga enzim diatas
digunakan untuk memproduksi sirup dan dekstrosa dari pati. Produksi amilase menggunakan fungi
Aspergillus sp. Aspergillus oryzae yangdigunakan untuk memproduksi amilase dari gandum pada kultur
stasioner. Bacillus subtilis dan bacillus diastaticus digunakan untuk memproduksi amilase bakteri.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Gambar 2.7

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Glukosa isomerase mengubah glukosa menjadi friktosa yang dua kali lebih manis dibandingkan
sukrosa dan 1,5 kali lebih manis dibandingkan glukosa, sehingga fruktosa merupakan bahan pemanis
yang sangat penting pada industri makanan dan minuman. Enzim ini diproduksi oleh Bacillus coagulan,
streptomyces sp. Dan Nocardia sp. Renin merupakan enzim penggumpal susu yang mengkatalisis
koagulasi susu dalam industri pembuatan keju. Enzim ini diproduksi oleh Mucor pussilus.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Enzim mikroorganisme juga digunakan dalan produksi polimer sintetik. Misalnya, industri plastik
saat ini menggunakan metode kimia untuk mereduksi alkene oxidan yang digunakan untuk
memproduksi plastik. Produksi alkene oxidan dari mikroorganisme melibatkan aksi tiga enzim yaitu
piranose-2-oksidase dari fungi oudmansiella mucida, enzim haloperoksidase dari fungiCaldariomyces
sp. dan enzim epoxidase dari falvobacterium sp.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pada produksi enzim yang stabil terhadap panas, DNA polimerase sangat penting dalam proses
amplifikasi DNA. Reaksi rantai polimerase sangat penting bagi diagnosis kesehatan, forensik, dan
penelitian biologi mulekular. Kultur thermus aquacitus, dan mikroorganisme termofilik yang direkayasa
secara genetis mengndung gen untuk taq DNA polimerase dari thermus aquaticus, digunakan untuk
membuat DNA polimerase rekombinan yang stabil terhadap panas, yang disebut amplitaq.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

20
5. Produksi alkaloid ergot

Alkaloid, beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan dalam terapi, umumnya diperoleh dari tanaman,
namun alkaloid ergot dihasilkan dari fungi. Alkaloid ergot pertama kali diperoleh dari sklerotium
Ascomycetes, yaitu Claviceps purpurae. Istilah ergot digunakan untuk menunjukkan bahwa alkaloid
jenis ini dihasilkan oleh fungi. Alkaloid ergot dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan atas
kandungan asam lisergat dan clavin. Alkaloid asam glisergat hanya diproduksi oleh genus Claviceps,
sedangkan alkaloid clavin ditemukan pada genus Aspergillus,penicillium,dan Rhizobium. Alkaloid
ergot digunakan untuk menstimulasi sistem syaraf simpatik. Beberapa alkaloid lisergat seperti halnya
ergotamin dan ergobasin digunakan pada terapi kandungan yaitu untuk mengkontraksi uterus pada saat
proses melahirkan untuk mengkontraksi uterus postpatu.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

PERANAN MIKROORGANISME DALAM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

Industri selalu menghasilkan produk samping yang merupakan sisa hasil produksi. Sisa hasil
produksi tersebut adalah limbah yang tidak semua industry bisa mengolahnya dengan benar. Terkadang
ada industry yang hanya membuang limbah hasil produksi begitu saja, tanpa melalui proses pengolahan
terlebih dahulu yang membahayakan lingkungan sekitarnya.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Jika ditelaah lebih mendalam, dalam dunia mikrobiologi banyak sekali mikroorganisme yang
mampu mendegradasi limbah industri. Dalam bab ini akan dibahas beberapa contoh kasus penggunaan
mikroorganisme dalam pengolahan limbah industri. Berikut adalah tabel jenis industry dan limbah yang
dihasilkannya :

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

21
Table 2.4

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Mekanisme Pengurain Limbah Secara Aerob

Proses pengolahan air limbah secara mikrobiologis aerob adalah pemanfaatan aktivitas mikroba
aerob dalam kondisi aerob untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbahmenjadi zat
inorganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Mikroba aerob
ini sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang tidak terbatas dan selalu diperoleh dengan
sangat mudah. Dalam kapasitas yang terbatas, alam sendiri sudah mampu menetralisir zat organik yang
ada dalam limbah. Namun, dalam kuantitas limbah yang sangat banyak diproduksi sebagai hasil
sampingan dari sekian banyak industri, perlu diadakan usaha pengolahan limbah untuk menjaga
kelestarian alam di samping mendapatkan produk baru yang mempunyai nilai yang ekonomis.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

22
Gambar 2.8

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia dan kegiatannya, maka timbul pula berbagai
jenis dan jumlah bahan sisa dalam waktu yang relatif sangat singkat, senyawa organik tadi secara aeorob
maupun secara anaerob. Denan adanya oksigen, mikroba aerob akan mengoksidasi senyawa organik
senyawa membentuk sel-sel baru dan bentuk yang lebih stabil disamping menghasilkan CO2, NH3, dan
H2O, sedangkan mikraoba anaerob dengan tidak adanya oksigen akan mengoksidasi senyawa organik
menjadi sel-sel baru dan senyawa akhir seperti CH4, CO2, NH3 dan lain-lain.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Kecepatan reaksi mikrobilogis ini dikontrol oleh adanya enzim sebagai katalis biologis yang
dihasilkan oleh mikroba. Enzim mempunyai spesifik yang tinggi, mengkatalisanya hanya reaksi yang
khusus dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan : suhu, pH, dan lain sebagainya. Macammacam
enzim yang sering dijumpai dalam proses mikrobiologis antara lain : hidrolase, reduktase, oksidase,
lipase, amilase, fosfatase dan lain-lain. Pada proses aerob dimana oksigen merupakan faktor yang harus
ada. Ada tiga tipe proses aerob, yaitu :

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

1. Tricking Filter ( Saringan Tetes )

Tricking filter merupakan salah satu aplikasi pengolahan limbah cair dengan menggunakan
teknologi biofilm. Proses biologis yang terjadi pada biofilm adalah pseudo steady state, yaitu
pengabaian reaksi pertumbuhan biofilm dan difusi substrat pada suatu skala waktu tertentu Saringan
tetes dirancang untuk menangani limbah cair yang encer.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Saringan tetes bukan filter tetapi unit-unit oksidasi aerob yang menyerap dan mengoksidasi bahan
organik dalam limbah yang melalui media filter. Media yang dalam saringan tetes umumnya adalah
hancuran batu atau karang dengan ukuran besar, umumnya 2 sampai 4 inci, atau media plastik dengan
berbagai konfigurasi.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Bakteri fakultatif heterotrofik merupakan populasi mikroorganisme terbesar dalam saringan tetes
Protozoa dan bentuk-bentuk kehidupan hewan yang lebih tinggi terdapat dalam saringan dan ganggang
akan tumbuh dalam permukaan saringan yang muatannya tidak berlebihan, tetapi tidak akan tumbuh
dibawah permukaan karena sinar matahari tidak dapat tembus. Bahan organik di dalam air limbah akan
merangsang pertumbuhan biologik pada permukaan media. Bahan organik tersebut akan diuraiakan
oleh mikroorganisme yang menempel pada media filter. Bahan organik sebagai substrat yang terlarut
dalam limbah cair diabsorbsi biofilm (lapisan berlendir). Pada bagian luar lapisan biofilm, bahan
organik diuraikan mikroorganisme aerob. Pertumbuhan mikroorganisme akan mempertebal lapisan
biofilm. Oksigen yang terdifusi dapat dikonsumsi sebelum biofilm mencapai ketebalan maksimium.
Apabila mencapai ketebalan penuh, oksigen tidak mencapai penetrasi secara penuh, sehingga bagian
23
dalam atau permukaan media menjadi anaerob.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pada saat lapisan biofilm mengalami penambahan ketebalan, bahan organik yang diabsorbsi dapat
diuraikan oleh mikroorganisme, namun tudak dapat mencapai mikroorganisme yang berada di
permukaan media. Dengan kata lain, tidak tersedia bahan organik untuk sel karbon pada bagian
permukaan media, sehingga organisme pada bagian permukaan akan mengalami fase indegenous (mati).
Pada akhirnya, mikroorganisme sebagai biofilm tersebut akan lepas dari media dan cairan yang masuk
akan turut melepas dan mendorong biofilm keluar. Setelah itu, lapisan biofilm baru akan segera tumbuh.
Penting diperhatikan agar pertumbuhan mikroba tidak dibunuh oleh kondisi toksik dalam limbah karena
penyaring tidak akan berfungsi pada efisiensi yang telah dirancang sampai prtumbuhan mapan kembali
yang dapat memakan waktu yang lama.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

2. Activated Sludge ( Lumpur Aktif)

Sistem pengolahan lumpur aktif adalah pengolahan dengan cara membiakkan bakteri aerobik dalam
tangki aerase yang bertujuan untuk menurunkan organik karbon atau organik nitrogen. Dalam
penurunan organik karbon, bakteri yang berperan adalah bekteri heterotrifik. Sumber energi berasal dari
oksidasi senyawa organik dan sumber karbon yang bersal dari organik karbon. BOD atau CODdipakai
sebagai ukuran atau satuan yang menyatakan konsentrasi organik karbon yang selanjutnya disebut
substrat.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Proses activated sludge didasarkan atas pengguanaan sejumlah mikroba yang terdapat dalam
bentukflog tersuspensi akibat agitasi, sehingga akan terjadi kontak dengan senyawa organik dalam air
limbah dalam frekuensi yang sering. Agitasi ini dapat dilakukan dengan agitasi mekanik dengan turbin
atau dengan mengalirkan udara (aerasi).

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pada proses lumpur aktif terdiri atas 2 tangki yaitu, tangki aerasi dimana terjadi reaksi penguraian
zat organik secara biokimia oleh mikroba dalam keadaan cukup oksigen dan tangki biosolid tempat
lumpur aktif dipisahkan dari cairan.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Air limbah bersama lumpur aktif masuk ke dalam tangki aerasi, dimana dilakukan aerasi terus-
menerus untuk memberikan oksigen. Di dalam tangki aerasi ini, terjadi reaksi penguraian zat organik
yang terkandung di dalam air limbah secara biokimia oleh mikroba yang terkandung di dalam lumpur
aktif menjadi gas CO2 dan sel baru. Jumlah mikroba dalam tangki aerasi akan bertambah banyak dengan
dihasilkannya sel-sel baru.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Reaksi oksidasi dan sintesis sel yang terjadi adalah sebagai berikut:

Reaksi Oksidasi CHONS + O2 + Nutrien BAKTERI CO2 + NH3 + C5H7NO2 biomassa

Sintesis/ Respirasi BAKTERI

C5H7NO2 + 5O2 5 CO2 + H2O + NH3 + Energi

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

3. Waste Stabilitation Ponds /Oxydation Ponds ( Kolam Stabilisasi/ Oksidasi)

Kolam oksidasi mirip kolam dangkal yang kedalamannya 1-1,5 m, berstruktur tanggul dengan luas
24
permukaan yang besar untuk mempertahankan kondisi aerobik. Di daerah di mana lahan relatif datar
dan harganya murah, kolam oksidasi akan lebih ekonomis dibandingkan jenis penanganan biologik
aerobik lainnya. Efluen (limbah buangan) yang dihasilkan cukup stabil. Hambatan penggunaan sistem
ini adalah membutuhkan lahan yang luas, sistem cenderung anaerobik bila bahan organik berlebihan
dan terjadi perubahan suhu. Masalah yang dihadapi adalah bau yang timbul karena pergantian musim
dari kondisi aerobik menjadi aerobik. Untuk mencegah hal ini dapat ditambahkan oksidator seperti
penambahan nitrat. Penanganan limbah dengan sistem ini membutuhkan waktu beberapa minggu atau
bulan.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Pada kolam oksidasi terdapat bakteri dan ganggang (algae) yang merupakan mikroorganisme kunci
dalam kolam oksidasi.Bakteri hetrotrofik bertanggung jawab untuk stabilisasi bahan organik dalam
kolam.Ketika limbah organik dimetabolisme oleh bakteri yang menghasilkan produk akhiryang dapat
digunakan oleh ganggang. Karena adanya sinar matahari maka terjadi proses fotosintesis yang
menghasilkan oksigen. Bakteri bertanggung jawab untuk proses-proses oksidasi dan reduksi dan
ganggang memegang peranan dalam menggunakan kelebihan karbon dioksida untuk menghasilkan
oksigen.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

4. Nitrifikasi

Proses pengolahan limbah indusri lain yang dilakukan dengan cara mikrobiolgis aerob adalah
dengan proses penghilangan nitrogen (Nitrifikasi). Nitrifikasi dapat didefenisikan sebagai konversi
biologis nitrogen dari komponen organik atau anorganik dari bentuk tereduksi ke bentuk
teroksidasi.Nitrifikasi adalah reaksi yang bersifat eksotermal.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Alur Nitrifikasi Pada penanganan polusi air, nitrifikasi adalah proses biologis yang akan mengoksidasi
ion amonium menjadi bentuk nitrit atau nitrat.

Bakteri nitrifikasi yang dikenal untuk proses nitrifikasi adalah Nitrosomonas yang mengoksidasi
amoniak menjadi nitrit dan Nitrobacter menjadi nitrat. Secara singkat reaksi perubahannya adalah
sebagai berikut : NH4 + + CO2 + O2 NITROSOMONASBiomassa + NO2 - + H2O + H+

Kemudian dilanjutkan dengan proses nitratasi sebagai berikut :

NO2 - + CO2 + O2 NITROBACTER Biomassa + NO- + H+

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Bakteri-bakteri lain yang mampu mengoksidasi amonia menjadi nitrit antara lain bakteribakteri dari
genus Nitrosospira, Nitrosococcus, dan Nitrocystis. Sedangkan bakteri yang mampu mengoksidasi nitrit
menjadi nitrat selain Nitrobacter tersebut, juga dari genus Nitrogleoea dan Nitrocystis.Dan masih
banyak mikroba lain dari jenis bakteri heterotrofik dan kapang yang juga dikenal sebagai organisme
nitrifikasi Proses pengolahan anaerobik merupakan proses pengolahan air buangan dengan
memanfaatkan aktivitas pertumbuhan mikroorganisme yang berkontak dengan air buangan, sehingga
mikroorganisme tersebut dapat menggunakan pencemar-pencemar yang ada sebagai bahan makanan
dalam kondisi lingkungan tanpa keberadaan oksigen (Qasim, 1985). Sejak tahun 1980-an proses
pengolahan anaerobik telah mengalami berbagai macam perkembangan.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

9.2 Mekanisme Proses Pengolahan Limbah Secara Anaerob

Tahap utama pada proses pengolahan secara umum adalah sebagai berikut :

25
Gambar 2.9

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Proses biokimia anaerobik dibagi menjadi tiga fase yaitu:

1. Hidrolisa

Fasa hidrolisa adalah pemecahan molekul yang besar dan kompleks, baik terlarut maupun tidak
terlarut, menjadi molekul yang lebih kecil dan sederhana, yang dapat diserap sel mikroorganisme dan
mngalami metabolisme. Enzim ekstraseluler berperan dalam proses ini. Dalam fasa hidrolisa tidak
terjadi pembentukan metan.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

2. Asetogenesa dan pembentukan asam

Produk akhir fasa hidrolisa akan difermentasi menjadi asam organik, senyawa lain dengan berat
molekul kecil, hidrogen, dan karbondioksida. Produk utama fasa ini adalah asam asetat dan propionat
(gas karbondioksida dibebaskan selama pembentukan asam propionat). Kondisi pH yang optimal untuk
tahap ini adalah 5-6 tanpa pengoperasian proses yang tepat, khususnya menyangkut kontrol pH,
pembentukan asam yang berlebihan (tidak seimbang dengan pembentukan metan) akan menurunkan
pH dan menghambat pertumbuhan bakteri metan.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

3. Metanogenesa

Pembentukan metan, yang merupakan produk akhir penguraian anaerobik. Reaksi utama adalah
fermentasi produk utama fasa pembentukan asam (asam asetat) menjadi metan dan karbondioksida
bakteri yang berperan adalah bakteri asetofilik. Persamaan reaksi umum adalah :

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Bakteri pembentuk metan lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan daripada bakteri pembentuk
asam. Kecepatan metabolisme bakteri pembentuk metan juga lebih kecil daripada bakteri pmbentuk
asam, sehingga produksi metan merupakan tahap rate-limiting (reaksi pembatas) dalam penguraian
anaerobik. Adapun pH optimal bagi pembentukan metan adalah sekitar 7,0 dan aktivitas
mikroorganisme pembentuk metan akan turun drastis ketika ph diluar 6,0 – 8,0. Ketiga fasa dekomposisi
secara anaerobik dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

26
Gambar 2.10

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Diagram Skematik Pola Penguraian Karbon Secara Anaerobik

Dari Gambar tersebut terlihat bahwa lebih banyak gas yang terbentuk dari konversi asam asetat (72
%) dibandingkan dari Hidrogen (28 %). Proses pengolahan buangan secara anaerobik mempunyai
beberapa keuntungan dasar yang penting bila dibandingkan dengan proses pengolahan biologi
secara aerobik. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

 Mampu mengolah buangan dengan beban organik yang tinggi, karena proses tidak dibatasi oleh
kemampuan transfer oksigen pada tingkat konsumsi oksigen yang tinggi.Produksi kelebihan lumpur
(biomassa) yang terstabilisasi rendah, sehingga kebutuhan lahan untuk pembuangan lumpur juga
menurun.

 Lumpur mempunyai karakteristik yang baik, sehingga memiliki nilai fungsional sebagai pupuk
yang nilai per unit berat kira kira sama dengan lumpur yang diproduksi oleh proses aerobik.

 Kebutuhan akan nutrien sedikit, berarti juga kebutuhan nitrogen dan fosfor berkurang.

 Tidak diperlukan aerasi, sehingga biaya dan energi yang diperlukan untuk aerasi dapat dihindari.

 Terbentuknya produk akhir yang berguna yaitu metan. Untuk produksi gas, Droste, 1997
menyatakan bahwa komposisi normal biogas hasil proses anaerobik terdiri dari 60-70 % gas metan
dan 30-40 % gas karbondioksida. Terdapat juga gas hidrogen, hidrogen sulfida, uap air, amonia dan
gas lain dalam jumlah yang relatif kecil.

 Tidak sensitif terhadap senyawa beracun. Untuk memperlihatkan perbandingan keseimbangan


karbon dan energi yang digunakan antara proses aerobik dan anaerobik dalam penguraian substrat,
dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Perbandingan Keseimbangan Karbon dan energi antara
penguraianSubstrat secara Anaerobik dan aerobik

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

27
Gambar 2.11

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Dari tabel terlihat bahwa pada proses aerobik lebih banyak karbon dan energi yang digunakan untuk
pembentukan sel baru. Hal ini menyebabkan lumpur biomassa hasil aerobik relatif lebih besar.
Sedangkan pada proses anaerobik, karbon dan energi lebih banyak digunakan untuk pembentukan
biogas. Sedangkan kelemahan proses pengolahan secara anaerobik adalah:

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

 Diperlukan waktu 8-12 minggu untuk memulai proses ini.

 Temperatur cukup tinggi dibutuhkan untuk mepertahankan aktivitas mikroba pada tingkat yang layak.

Sumber: Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

Eksploitasi mikroorganisme dalam bidang industry

Industri mikrobiologi umumnya berkaitan dengan eksploitasi komersial dari mikroorganisme, melibatkan
proses dan produk yang utama dari segi ekonomi, lingkungan, dan kepentingan sosial di seluruh dunia. Ada dua
aspek kunci dari industri mikrobiologi, yang pertama berkaitan dengan produksi produk mikrobia yang bernilai
melalui proses fermentasi. Hal ini termasuk makanan dan minuman tradisional yang difermentasi, seperti roti,
bir, keju, dan anggur yang telah diproduksi lebih dari seratus tahun belakangan ini. Mikroorganisme secara lanjut
digunakan dalam banyak produksi bahan baku kimia, sumber energi, enzim, bahan makanan dan obat-obatan.
Aspek kedua adalah peran mikroorganisme dalam memberikan pelayanan, khususnya untuk pengolahan limbah
dan pengendalian pencemaran, yang memanfaatkan kemampuan mereka untuk menurunkan hampir semua
penyebab pencemaran dari proses alami maupun buatan manusia. Namun, selama material-material penyebab
pencemaran tersebut masih dapat digunakan, maka kegiatan seperti itu harus dikendalikan, supaya tidak
menyebabkan kerugian ekonomi (konsekuen biodeteriorasi).
http://monaseptiani.blogspot.com/2016/10/eksploitasi-mikroorganisme-secara.html?m=1

Mikroorganisme digunakan secara ekstensif untuk memberikan produk dan jasa dalam jumlah besar.
Mereka telah terbukti sangat berguna karena kemudahan dari massa budi dayanya, kecepatan pertumbuhannya,
penggunaan substrat yang relatif murah (di berbagai kasus pengolahan limbah) dan keragaman produk potensial.
Kemampuan mereka untuk siap menjalani manipulasi genetik juga telah membuka kemungkinan produk baru dan
jasa dalam industri fermentasi yang hampir tidak terbatas.
http://monaseptiani.blogspot.com/2016/10/eksploitasi-mikroorganisme-secara.html?m=1

Bioteknologi mikroorganisme dapat dipisahkan menjadi dua fase yang berbeda:


1. Teknologi mikroorganisme tradisional, yang melibatkan pembuatan produk berskala besar oleh
mikroorganisme yang secara normal juga dapat dihasilkan (menghasilkan produk barang dan mikroorganisme
sekaligus). Dalam proses bioteknologi ini, ahli mikrobiologi pada awalnya memodifikasi organisme atau
proses sehingga produk yang diharapkan dapat diperoleh dalam jumlah yang banyak.

http://monaseptiani.blogspot.com/2016/10/eksploitasi-mikroorganisme-secara.html?m=1

28
2. Teknologi mikroorganisme dengan rekayasa genetika, yang melibatkan penggunaan mikroorganisme yang
sudah diberi sisipan gen asing. Dalam bioteknologi baru ini, ahli mikrobiologi industri bekerja secara teliti
dengan rekayasa genetika dalam mengembangkan mikroorganisme yang sesuai yang bukan hanya
menghasilkan produk yang menarik tetapi juga dapat dibiakkan dalam skala besar yang dibutuhkan secara
komersial.

http://monaseptiani.blogspot.com/2016/10/eksploitasi-mikroorganisme-secara.html?m=1

Faktor Pendorong Eksploitasi

Eksploitasi terjadi karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Dimasa modern seperti saat ini kebutuhan
manusia akan sumber daya alam sangatlah tinggi. Padahal tanpa mereka sadari eksploitasi yang mereka lakukan
itu telah merusak lingkungan tempat mereka hidup sendiri. Salah satu faktor yang mendorong eksploitasi ini
terjadi adalah kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Selain itu faktor ekonomi sangatlah berpengaruh penting
dalam usaha eksploitasi ini.
http://monaseptiani.blogspot.com/2016/10/eksploitasi-mikroorganisme-secara.html?m=1

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari isi makalah di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

29
1. Peranan Bakteri yang Menguntungkan dalam Bidang Industri Bakteri digunakan dalam skala industri
untuk menghasilkan berbagai macam untuk zat kimia, enzim, asam amino, vitamin, dan substansi lain.
2. Beberapa asam organik seperti asam asetat, asam glikonat, asam sitrat, asam giberelat, dan asam laktat
dhasilkan melalui fermentasi mikroorganisme.
3. Produk alami yang disintesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting. Produk anti koagulan,
antidepresan, vasodilator, herbisida ,insektisida, hormon tanaman , enzim dan inhibitor enzim telah
diisolasi oleh mikroorganisme.
4. Mikroorganisme lebih sering digunakan untuk menghasilkan enzim seperti enzim amylase yang
digunakan untuk membuat bir, roti, dan memproduksi tekstil. serta enzim protease yang digunakan
untuk mengempukan daging, melunakan kulit, membuat detergen dan keju.

5. Industri selalu menghasilkan produk samping yang merupakan sisa hasil produksi. Sisa hasil
produksi tersebut adalah limbah yang tidak semua industry bisa mengolahnya dengan benar.
Terkadang ada industry yang hanya membuang limbah hasil produksi begitu saja, tanpa melalui
proses pengolahan terlebih dahulu yang membahayakan lingkungan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan,Prasetya.2006. Mikrobiologi Industri. Universitas Brawijaya, Malang

30
Atlas, R.M., Brown, A.E., Debra, K.W., dan Lionas, M.,1989, Ekperimental Mikrobiology

Fundamental and Application, MacMillan publishing company, New York.

Betina, V., 1983, The chemistry and Biology of Antibiotics, Scientific Publishing Company, New York.

Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. Delmar Publisher, USA.

Jenie, Betty dan Winiaty Rahayu, 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.

Pandia, Setiaty,dkk. 2006. Teknologi Air dan Buangan Industri. Medan: Universitas Sumatera Utara

Pelczar, Michael J. 1999. Microbiology. mcgraw-hill international editions, USA.

Syamsuri, Istamar. 2004. BIOLOGI untuk SMA kelas X. Erlangga, Jakarta.

T.pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga : Jogjakarta

Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS, Malang.

Winarni, Endang Widi. 2007. Biologi 3. Esis, Jakarta.

http://monaseptiani.blogspot.com/2016/10/eksploitasi-mikroorganisme-secara.html?m=1

31

Anda mungkin juga menyukai