Laboratorium merupakan tempat dimana siswa, guru, peneliti melakukan percoban. Percobaan yang
dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia, perlatan gelas dan instrumentasi khusus yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak teapat. Kecelakan terjadi
karena kelalaian atau kecerobohan kerja, dapat membuat praktikan cidera atau orang-orang yang
disekitarnya cidera. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap
peneliti/praktikan yang sadar akan kepentingan akan kepentingan kesehatan, keamanan dan
kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi laboran/analis atau tenaga kerja lainnya
atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas, menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
(laboratorium), sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.Setiap
kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan,
kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan dalam laburatorium merupakan hasil akhir dari suatu
aturan yang ada dan kondisi kerja yang tidak aman. Walau pun demikian terjadinya kecelakaan
seharusnya dapat dicegah dan diminimalisasikan, karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan
sendirinya.
kerja di dalam laboratorium, untuk itu perlu dibuat peraturan-peratran dan prosedur yang
ditetapkan dan harus ditaati selalu pada setiap kegiatandi dalam laboratorium.
peralatan listrik maupun gelas yang digunakan secara rutin. Secara garis besar
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak.
3. Bahaya radiasi
4. Luka bakar
5. Syok akibat aliran listrik
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan
laboratorium :
1. Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat
yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan
pada lemari terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya
2. Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu
3. Mudah diambil
seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas
ruangan yang tersedia.
Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok
Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam
*Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal – hal di atas, ada beberapa
dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap
2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak
terpasang.
3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan
4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya
5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun
menurut abjad.
6. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol
plastik.
botol kaca.
Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara
bahan lainnya.
saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan
dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan
dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masingmasing bahan.
diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaikbaiknya dan aman.
Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun
tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang
inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.
tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat
bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak
bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan
ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang
bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan
dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan
pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam
bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari
bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak
sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
percikan api
kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang
mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan
alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik
bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak
menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari
harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau
tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk,
bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah
tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada
suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan
lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu
kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap
dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus
dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang
memiliki titik api rendah.
Langkah pertama dalam perencanaan keselamatan Kerja ( K3 ) adalah penetapan kebijakan K3.
Kunci keberhasilan perencanaan K3 adalah adanya budaya K3 yang kuat, dan budaya K3 yang kuat
tidak akan ada tanpa komitmenn pimpinan pada K3. Tanpa komitmen , keefektifan program K3 akan
terbatas. Kepala Laboratorium harus mengenalkan pentingnya menerapkan perencanaan K3 secara
terstruktur untuk bekerja secara aman, dan yang sangat penting adalah adanya komitmen Kepala
Laborat akan memastikan tersedianya sumber daya untuk menjalankan perencanaan K3 baik secara
finansial maupun sarana dan prasarana. Jika sarana dan prasarana tidak memadai potensi bahaya
tidak akan dapat dikendalikan.
Perencanaan K3 ini didasarkan pada hasil identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian
resiko melalui pengendalian teknis maupun administratif dan penggunaan alat pelindung diri. Dalam
menyusun rencana K3 harus mengacu juga kepada pemenuhan pedoman dan perundang-undangan
K3
lainnya. Dalam menyusun program K3 harus dapat terukur,dan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Penerapan Penyusunan Standar Operating Prosedur (SOP) Salah satu upaya pengendalian
administratif adalah penyusunan SOP. SOP adalah suatu rangkaian instruksi tertulis dari suatu
kegiatan atau proses kerja. SOP menyediakan informasi bagi pengguna laboratorium bagi proses
kerja yang harus dilakukan. Penerapan SOP adalah salah satu pengendalian administratif yang
apabila dilakukan secara konsisten akan mengurangi paparan pada potensi bahaya dan resiko
terjadinya cedera. Penerapan SOP ini membutuhkan keterlibatan pekerja didalamnya agar dapat
berfungsi secara efektif. Diperlukan kerjasamanya dan kedisiplinan pengguna laboratorium untuk
memperhatikan dan mematuhi peraturan dan standar yang telah ada. Kecelakaan seringkali terjadi
Ketika pekerja melakukan pekerjaannya tidak sesuai dengan prosedur yang telah diberikan, dan
pengelola tidak memberikan panduan keselamatan secara tertulis (OSHA, 2011). SOP keselamatan
kerja di laboratorium dan diataranya adalah :
Selanjutnya perencanaan program K3 juga harus diikuti dengan penetapan sumber daya yang
kompeten, sarana dan prasarana serta dana agar program K3 dapat berjalan. Salah satu bentuk
penetapan
sumber daya manusia adalah dengan membentuk team tanggap darurat di laboratorium. Perlu
ditetapkannya
satu team yang bertanggung jawab apabila nanti terjadi kejadian yang tidak dikehendaki seperti
misalnya