Anda di halaman 1dari 5

Prinsip Dasar Penyimpanan Alat di Laboratorium Kimia

Alfian Dikki Setyawardana


17303241001

Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah
dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan kegiatan
tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah dibedakan menurut disiplin ilmu, misalnya
laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium komputer, dan
laboratorium bahasa. Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu
yang menjadi kelengkapan dari sarana dan prasarana dengan kuantitas dan kualitas memadai
(Depdiknas, 2002: 26). Berdasarkan definisi di atas dengan tegas dinyatakan bahwa laboatorium
kimia adalah suatu bangunan yang di dalamnya diperlengkapi dengan peralatan dan bahanbahan
kimia untuk kepentingan pelaksanaan eksperimen. Hodson mengemukakan bahwa laboratorium
memiliki fungsi utama yaitu untuk melaksanakan eksperimen (experiments), kerja lababoratorium
(laboratory work), praktikum (practicals), dan pelaksanaan didaktik pendidikan sains (didactics of
science education. Hal terserbut bisa digambarkan dengan Hierarki sebagai berikut:

Dan untuk Fungsi laboratorium dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu fungsi yang
memberikan peningkatan pengetahuan (knowledge), fungsi yang memberikan peningkatan
keterampilan (psychomotoric), dan fungsi yang memberikan penumbuhan sikap (attitude).
Penyimpanan alat / bahan kimia / IPA dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,
yaitu : (1) alat / bahan yang sering dipakai, (2) alat / bahan dimana peserta didik diijinkan untuk
mengambil sendiri, seperti beaker glass, gelas ukur, pipet, larutan encer garam, asam, basa, (3) alat
/ bahan yang jarang dipakai, dan (4) alat / bahan yang berbaha-ya, seperti alat yang peka, mahal, dan
mudah rusak, dan bahan yang beracun, radioaktif, mudah terbakar / meledak. Penyimpanan masing-
masing alat / bahan tergantung pada keadaan dan susunan lab, serta fasilitas ruangan (termasuk luas
sempitnya lab). Alat / bahan yang sering digunakan sebaiknya diletakkan di almari yang dapat
dibuka dan diambil sendiri oleh peserta didik, sehingga efisien waktu dan tenaga. Namun jika
pertimbangan keamanan dan kedisi-plinan peserta didik diragukan, maka jumlah yang tersedia
dibatasi.
Bahan-bahan kimia yang beracun, eksplosif (mudah meledak), dan mudah terbakar
sebaiknya ditempatkan terpisah dari bahan yang lain dan diusahakan diletakkan di tempat yang
tidak mudah dilihat peserta didik (di ruangan khusus dan hanya laboran yang tahu). Hal ini untuk
mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, jika ada peserta didik yang memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi. Demikian juga dengan alat-alat lab, diletakkan sesuai jenis dan bahannya,
seperti alat dari kaca, porselin, kayu, atau logam diletakkan secara terpisah. Hal ini untuk
mempermudah jika akan digunakan, juga mempermudah inventarisasi ulang. Prinsip dari
penyimpanan alat / bahan lab adalah alat / bahan tersebut dalam keadaan aman, mudah dicari dan
diambil sewaktu-waktu dibutuhkan. Seringkali terjadi kerusakan alat-alat lab disebabkan salah
menangani alat tersebut. Oleh karena itu sangat penting bagi guru sebelum praktikum diadakan
dilakukan asistensi, yaitu kegiatan pengenalan mulai dari pengenalan alat / bahan yang akan
digunakan dalam praktikum, baik fungsi dan cara penggunaannya, sampai pada mata praktikum
yang akan diljalani untuk kurun waktu satu semester dengan penjelasan garis besarnya, serta
bagaimana cara berpraktikum yang baik, tata tertib praktikum, dan format penyusunan laporan
praktikum. Dengan demikian peserta didik memperoleh bekal yang cukup untuk bekerja di
laboratorium.
Hal penting lainnya adalah penanaman kesadaran pada diri peserta didik bahwa
laboratorium adalah juga bagian dari sekolah yang membantu prestasi belajar mereka, sehingga
mereka harus ikut merawat dan menjaga. Sebagai contoh, setiap kali selesai praktikum, mereka
membersihkan alat dan meja praktikum seperti sebelum praktikum, termasuk lantai dan bak air.
Agar semua peserta didik mengerti tanggung jawab menjaga kebersihan lab, maka dibuatkan jadwal
piket, sehingga semua mendapat giliran.
Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di
samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi,
oleh karena itu dalam pengelolaan lab aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia
merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Hal umum yang harus menjadi perhatian di
dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan
(segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan
(storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate
chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu
hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan
lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya
terutama tingkat kebahayaannya. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain,
harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau
degradasi kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya.
Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling
tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki
resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus
ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet
bahan toxic. Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia
dalam kaitan dengan penyimpanannya :

Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label
wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan
dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok
bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk
bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih
untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah. label bahan
flammable label bahan oksidator label bahan toksik label bahan korosif label bahan
dengan tingkat bahaya rendah Di samping pemberian label pada lokasi
penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh lebih penting. Informasi yang
harusdicantumkan pada botol reagen diantaranya :
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh
lebih penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya : Nama kimia dan
rumusnya, konsentrasi, Tanggal penerimaan, Tanggal pembuatan, Nama orang yang membuat
reagen, Lama hidup, Tingkat bahaya, Klasifikasi lokasi penyimpanan, Nama dan alamat pabrik,
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara tertutup seperti dalam
cabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena
sengatan sinar matahari.

Sumber :

staff.uny.ac.id › sites › default › files › Manajemen Pengelolaan Lab-1_0

https://ejournal.undip.ac.id › index.php › metana › article › download

https://www.researchgate.net/publication/324681589_Pengelolaan_Alat_Bahan_dan_Laboratori
um_Kimia

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131877177/pengabdian/Pengelolaan+alat+dan+bahan+di+labor
atorium+kimia.pdf

https://digilib.unila.ac.id/10258/14/BAB%20II.pdf
repository.unib.ac.id › Manajemen Ipa

http://staffnew.uny.ac.id/upload/198307302008122004/pengabdian/plthn-penggunaan-alat-
lab.pdf

Anda mungkin juga menyukai