Anda di halaman 1dari 28

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK EKOWISATA TANJUNG BONGO

UNTUK EKOWISATA BERKELANJUTAN DI DESA PUNE,


KECAMATAN GALELA, KABUPATEN HALMAHERA UTARA

PROPOSAL PENELITIAN

Mirnawati Isna
05161911020

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2023

1
LEMBARAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Mirnawati isna

NPM : 05161911020

Judul : Identifikasi Karakteristik Ekowisata Berkelanjutan Di

Tanjung Bongo Desa Pune, Kecamatan Galela,

Kabupaten Halmahera Utara

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Fakultas : Perikanan dan Kelautan

DISAHKAN

KOMISI PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Aditiyawan Ahmad, S.Pi., M.Si Fajria dewi salim, S.Pi.,M.Si.


NIP. 198204062008121003 NIP. 194809152009122006

MENGETAHUI
Koordinator Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Sunarti, S.Pi., M.Si


NIP. 197707202005012001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas segala nikmat Nya sehingga proposal

Seminar penelitian yang berjudul “Identifikasi Karakteristik Ekowisata

Berkelanjutan Di Tanjung Bongo Desa Pune, Kecamatan Galela, Kabupaten

Halmahera Utara”. Pemilihan judul ini didasari atas keresahan penulis

terhadap pengelolaan destinasi wisata belum dilakukan secara optimal dijalankan,

masih terbatasnya pengembangan sarana dan prasarana wisata, minimnya

transportasi untuk mencapai ke lokasi wisata, keterbatasan profesionalisme

sumber daya manusia. Semoga dengan adanya proposal penelitian ini dapat

membuka pola pikir penulis khususnya dan pembaca pada umumnya terkait

Ekowisata Keberlanjutan Di Tanjung Bongo Desa Pune, Kecamatan Galela.

Proposal ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua tercinta, dan kakak tercinta atas doa, kasih sayang yang begitu

tulus dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan praktek kerja

lapang ini.

2. Bapak Dr. Aditiyawan Ahmad, S.Pi., M.Si selaku pembimbing utama yang

telah banyak membantu, memberikan motivasi, ilmu, saran dan petunjuk

mulai dari persiapan hingga pelaksanaan penelitian proposal penelitian.

Semoga selalu dalam keadaan yang sehat dan sukses dan pembimbing

pendamping Ibu Fajria dewi salim, S.Pi.,M.Si. selaku pembimbing

anggota yang telah sabar memberikan pengarahan, ilmu dan saran untuk

penelitian ini.

ii
3. Teman-teman dan rekan seperjuangan terima kasih telah membantu dalam

proses pengembalian data, selalu ada dalam sulit dan menyemangati saya.

Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir

kata semoga seminar proposal penelitian ini dapat digunakan untuk kemajuan

dunia perikanan dan kelautan dan kesejahteraan masyarakat.

Ternate, 16 Oktober 2023

Penulis

iii
RINGKASAN

Mirnawati isna. NPM: 05161911022. Identifikasi Karakteristik Ekowisata Tanjung


Bongo Untuk Ekowisata Berkelanjutan Di Desa Pune, Kecamatan Galela,
Kabupaten Halmahera Utara. Dibimbing oleh Dr. Aditiyawan Ahmad dan
Fajria dewi salim.

Perkembangan kepariwisataan, secara umum muncul istilah sustainable tourism


atau “wisata berkelanjutan”. Wisata berkelanjutan dipandang sebagai suatu
langkah untuk mengelola semua sumberdaya. Perkembangan pariwisata yang
amat pesat ini cenderung kearah spesifikasi minat wisatawan terhadap jenis
perjalanan atau jenis wisata yang dilakukan, salah satu jenis wisata yang akhir-
akhir ini semakin mendapatkan perhatian banyak dilakukan adalah ekowisata.
Salah satu upaya pengoptimalan pendapatan daerah adalah dengan adanya
pengembangan potensi ekowisata. Memiliki keindahan alam maupun budaya
bersejarah yang ada di Indonesia. Tanjung Bongo memiliki landskap yang sangat
indah dan masih terjaga kealamiahannya. Gugusan pulau-pulau karang yang
sangat menawan yang disebut-sebut sebagai minatur pulau karang Raja Ampat
Papua, ini memberi warna eksotis di pesisir pantai. Objek wisata Tanjung Bongo
ini walau sudah beberapa kali melakukan event nasional salah satunya “Festival
Tanjung Bongo” pada tahun 2017, namun karakteristik dan pengembangannya
terbilang masih minim. Metode yang digunakan dalam teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode observasi lapangan dan analisis deskriptif
dengan mengumpulkan berbagai informasi menggunakan metode observasi,
wawancara (interview) dan dokumentasi.
Kata Kunci: Krakterstik, Pengembangan Wisata, Tanjung Bongo

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
RINGKASAN........................................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................ 4
2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 5
2.1 Konsep Ekowisata Berkelanjutan..................................................................... 5
2.2 Ekowisata Wisata Pantai.................................................................................. 6
2.4 Identifikasi Karakteristik Ekowisata................................................................. 10
2.5 Pengembangan Ekowisata Berbasis Mayarakat................................................ 12
2.6 Pengaruh Terhadap Ekologi.............................................................................. 13
2.7 Pengaruh Terhadap Sosial Budaya................................................................... 14
2.8 Pengaruh Terhadap Ekonomi............................................................................ 14
3. METODE PENELITIAN.................................................................................... 16
3.1 Waktu Dan Tempat........................................................................................... 16
3.2 Alat Dan Bahan................................................................................................ 16
3.3 Metode Pengumpulan Data.............................................................................. 17
3.4 Jenis Sumber Data............................................................................................ 17
3.4.1. Data Primer.............................................................................................. 17
3.4.2 Data Sekunder........................................................................................... 17
3.5 Teknik Pengumpulan Data............................................................................... 17
3.6 Analisis Data.................................................................................................... 19
3.6.1 Analisis Deskriptif..................................................................................... 19
3.6.2 Teknik Induktif.......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 20

v
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kepariwisataan, secara umum muncul istilah sustainable

tourism atau “wisata berkelanjutan”. Wisata berkelanjutan dipandang sebagai

suatu langkah untuk mengelola semua sumberdaya. Secara sosial dan ekonomi

dapat dipenuhi dengan memelihara integritas budaya, proses-proses ekologi yang

mendasar, keragaman hayati, dan unsur-unsur pendukung kehidupan lainnya.

Berdasarkan pemahaman diatas, maka pariwisata dipandang sebagai salah satu

alternatif untuk meningkatkan pendapatan daerah. Disisi lain, kegiatan ekowisata

juga mengakibatkan terjadinya perubahan pada masyarakat baik bidang ekonomi

maupun sosialnya (Hijriati dkk, 2014). Persepsi masyarakat lokal merupakan hal

penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan ekowisata.

Perkembangan pariwisata yang amat pesat ini cenderung kearah

spesifikasi minat wisatawan terhadap jenis perjalanan atau jenis wisata yang

dilakukan, salah satu jenis wisata yang akhir-akhir ini semakin mendapatkan

perhatian banyak dilakukan adalah ekowisata. Ekowisata adalah mengunjungi

kawasan alam yang relatif tidak terganggu, dalam rangka untuk melihat,

mempelajari, menganggumi keindahan alam, flora, fauna, terutama aspek-aspek

budaya baik dimasa lampau maupun sekarang terdapat di kawasan tersebut

(Pendit 2006 dalam Diah dkk 2011).

Salah satu upaya pengoptimalan pendapatan daerah adalah dengan adanya

pengembangan potensi ekowisata. Memiliki keindahan alam maupun budaya

bersejarah yang ada di Indonesia mampu menarik perhatian wisatawan lokal

sampai wisatawan mancanegara untuk berkunjung melihat keindahan alam yang

1
dimiliki Indonesia dari mulai keindahan wisata alam sepert pantai, gunung, wisata

peninggalan-peninggalan bersejarah dan budaya sampai dengan wisata buatan.

Dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten halmahera utara no 09 tahun

2012-2032. Bahwa untuk mengarahkan pembangunan di kabupaten halmahera

utara dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna,

serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan

kesejateraan masyarakat dan pertahanan keamanan sehinggah mewujudkan

keterpaduan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang

wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan

pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.

Kabupaten Halmahera Utara merupakan salah satu daerah di Maluku Utara

yang memiliki potensi yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan menjadi

daerah tujuan wisata karena karakter daerahnya adalah kepulauan, didukung

dengan kawasan lautan yang terbentang luas serta memiliki berbagai potensi

pariwisata baik alam dan budaya yang cukup beragam, memiliki wilayah pesisir

dan lautan yang ekosistemnya berkembang dengan baik dan terlindungi secara

alamiah. Beberapa daya tarik wisata bahari yang terdapat di Kabupaten

Halmahera Utara, antara lain: Pulau Tagalaya, Pantai Kakara, Pantai Kupa-Kupa,

Pantai Kumo, Pantai Luari terletak di Tobelo, Taman Laut Tobotobo terletak di

Loloda kepulauan, Pulau Bobale tereletak di Kecamta Kao dan Tanjung Bongo.

Tanjung Bongo memiliki landskap yang sangat indah dan masih terjaga

kealamiahannya. Gugusan pulau-pulau karang yang sangat menawan yang

disebut-sebut sebagai minatur pulau karang Raja Ampat Papua, ini memberi

warna eksotis di pesisir pantai. Objek wisata Tanjung Bongo ini walau sudah

2
beberapa kali melakukan event nasional salah satunya “Festival Tanjung Bongo”

pada tahun 2017, namun karakteristik dan pengembangannya terbilang masih

minim. Berdasarkan studi pendahuluan, ada beberapa karakteristik yang tidak

dikembangkan salah satunya Diving, karena biaya yang harus dikeluarkan

pengunjung masih terbilang mahal juga karakteristik ekowisata tanjung bongo

yang tidak dikembangkan, dari segi daya tarik wisata (DTW) masih terbilang

minim.

Daya tarik wisata juga menjadi penunjang dan peningkatan utama untuk

perputaran ekonomi. Di lihat dari infastruktur saat ini sudah tidak lagi terurus

karena kurangnya pemasukan/pendapatan sehinggah minat orang untuk

berkunjung berkurang, ini menjadi alasan peneliti untuk lebih mengeksplor

karakteristik lainya yang berpotensi untuk dikembangkan, maka dari itu akan

dilakukan observasi tentang identifikasi karakteristik ekowisata.

1.2. Rumusan Masalah

Tanjung Bongo merupakan salah satu wisata di kabupaten halmahera utara

yang memiliki karakteristik untuk dikembangkan sebagai Kawasan ekowisata

yang berkelanjutan, tidak hanya mengandalkan keindahan alamnya namun

terdapat aktivitas budidaya ikan untuk beberapa spesies ikan, sehingga dapat

dijadikan juga sebagai objek wisata pancing dan wisata kuliner. Demi menjaga

fungsi ekologis dan karakeristik kawasan ini, maka perlu adanya identifiksai

karakteristik pengembangan kawasan wisata yang dapat menjadi informasi

penting bagi pengelola. Agar mengembangkan kawasan wisata ini, peneliti

melakukan observasi dan wawancara kepada responden yang meliputi pengelola

kawasan dan pengunjung guna mengetahui kondisi ekowisata Tanjung Bongo dari

3
segi daya tarik, aksesibilitas, akomodasi, serta sarana dan prasarana

penunjangnya. Menciptakan pemanfaatan lahan yang baik agar pengelolaanya

mendapatkan hasil yang optimal dalam proses kegiatan ekowisat yang

berkelanjutan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik ekowisata

Tanjung Bonggo, pemanfaatan kawasan ekowisata agar pengembangan aktivitas

dari ekowisata yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengelola dan masyarakat

sehingga dapat menjaga dan mengembangkan potensi yang ada pada kawasan

tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan membantu pengelolaan

ekowisata Tanjung Bongo yang pada gilirannya selain diharapkan dapat menjaga

kelestarian, juga dapat menjadi informasi penting bagi pihak pengelola agar

wisata tersebut dapat dikembangkan serta dimanfaatkan secara optimal dan

berkelanjutan untuk meningkatkan daya tarik pengunjung.

4
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ekowisata Berkelanjutan

Memastikan kelestarian lingkungan alam dan sosial budaya, ekowisata

mengacu pada perjalanan ke lokasi yang belum diubah atau tercemar, baik di

lingkungan alam maupun buatan manusia (Destrinanda, 2018).

Ekowisata yakni suatu konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan

yang bertujuan guna mendukung upaya melestarikan lingkungan (alam dan

budaya) serta meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan,

memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat dan pemerintah serta

membuka peluang bagi generasi sekarang dan mendatang untuk memanfaatkan

dan mengembangkannya. Ekowisata yakni perjalanan yang bertanggung jawab

pada kawasan alami dengan cara yang bermanfaat bagi masyarakat dan

lingkungan (Wahyuni, 2015).

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil wajib dikelola secara berkelanjutan

dan pengembangan, dengan memperhatikan aspirasi dan peran serta masyarakat,

dan nilai-nilai bangsa berdasarkan norma hukum nasional, menurut UU No.27

Tahun 2007. Kawasan-kawasan tersebut memiliki potensi sumber daya alam yang

sangat beragam dan sangat penting bagi pembangunan sosial, ekonomi, budaya,

dan lingkungan serta mendukung kedaulatan negara.

Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 perihal

Kepariwisataan, pariwisata yakni kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mendatangi lokasi tertentu guna

bersenang-senang dalam kurun waktu tertentu, mengembangkan diri, atau belajar

perihal keunikan daya tarik wisata yang dimiliki.

5
Menurut ayat 5 Pasal 1, daya tarik wisata yakni segala sesuatu yang

menarik pengunjung berupa kekayaan alam, budaya, dan buatan manusia yang

beraneka ragam serta bersifat keunikan, keindahan, dan nilai. Sumber daya untuk

ekowisata meliputi sumber daya alam dan manusia, yang dapat digunakan untuk

membuat komponen terpadu untuk penggunaan pariwisata.

Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata (META,2002 dalam yulianda,

2019) dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada

pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

2. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya

sebagai objek wisata, dengan penekanan pada aspek pendidikan.

3. Ekowisata (ecotourism, green tourism, atau alternative tourism), merupakan

wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan

perlindungan sumber daya alam/ lingkungan dan industri kepariwisata.

2.2 Ekowisata Wisata Pantai

Pantai yakni titik pertemuan laut dengan daratan, atau batas antara

keduanya, dan wilayahnya ialah tempat interaksi kekuatan alam dari laut, darat,

dan udara, menyebabkan sifatnya terus berubah. Terbentuknya pantai dipengaruhi

oleh faktor alam dan manusia, sehingga diperlukan pengelolaan yang baik untuk

menjaga kelestariannya. Pemanfaatan sumberdaya pesisir mengutamakan jasa

alam untuk memuaskan manusia yakni pantai (Chasanah dkk., 2017). Wisata

pantai adalah jenis wisata yang memanfaatkan pantai dan perairan tepi pantai

sebagai obyek dan daya tarik wisata dan kepentingan rekreasi (Sarwono, 2000).

6
Ekowisata bahari merupakan kegiatan pengembangan wisata bahari yang

memilliki daya tarik alami pada suatu wilayah pesisir dan laut baik secara

langsung atau tidak langsung dalam mendatangkan masyarakt yang ingin melihat

keindahannya. Adapun kegiatan wisata bahari yang dapat dinikmati secara

langsung, meliputi kegiatan diving, snorkeling, berenang, berperahu, dan lain

sebagainya. Sementara kegiatan wisata bahari yang dinikmati secara tidak

langsung, seperti olahraga pantai dan piknik dengan menikmati pemandangan

pesisir dan lautan (Yulius dkk., 2018)

Menurut yulianda, (2019) Berdasarkan jenis substrat yang membentuk

bentangan pantai, jenis pantai dapat diidentifikasikan yaitu :

1. Pantai berpasir umumnya terdiri atas kuarsa dan feldspar, bagian yang paling

banyak dan paling keras dari sisa-sisa pelapukan batu di gunung. di daerah

tertentu, seperti apabila di depannya terdapat habitat terumbu karang, maka

pasir didominasi oleh sisi-sisa pecahan terumbu karang yang berwarna putih.

Pantai yang berpasir dibatasi hanya di daerah di mana gerakan air yang kuat

mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan, kemudian terendap pada

daratan pantai yang landai.

2. Pantai berlumpur merupakan daerah pantai yang paling subur dibandingkan

daerah pantai lainnya. Pantai berlumpur dicirikan oleh tipe substrat yang

didominasi fraksi lumpur yang bertekstur halus dan terendapkan di daerah

pantai. Pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang benar-

benar terlindung dari gelombang laut terbuka.

3. Pantai berbatu merupakan pantai yang berbatu-batu memanjang ke laut dan

terendam di air. Batu yang terbenam di air ini menciptakan suatu zonasi habitat

7
karena adanya perubahan permukaan air laut. Hal tersebut disebabkan oleh

proses pasang yang menyebabkan adanya bagian yang selalu tergenang air,

selalu terbuka terhadap matahari, serta zonasi di antaranya yang tergenang pada

pasang naik dan terbuka pada pasang surut.

2.3 Pengembangan Wisata

Pembangunan daerah adalah salah satu upaya pemerintah untuk mencapai

pemerataan dan pembangunan nasional di seluruh nusantara. Salah satu bidang

pembangunan daerah yang memberikan kontribusi penting adalah sektor

pariwisata. Pariwisata merupakan industri penting bagi pembangunan

perekonomian nasional karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

(Yakup, 2019).

Pengembangan merupakann kegiatan mencari dan menggali potensi yang

ada pada suatu daerah yang melibatkan pemahaman tentang sifat dan kemampuan

unsur lokal yang ada, ditata menurut prinsip-prinsip yang disepakati sehingga

dapat menjadi tujuan wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat

(Hariyana dan Mahagangga, 2015).

Pengembangan wisata juga merupakan segala kegiatan dan usaha yang

terkoordinir untuk menarik pengunjung, menyediakan segala prasarana dan

sarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

pengunjung. Tujuan pengembangan suatu destinasi wisata itu sendiri adalah untuk

berkembang ke arah yang lebih baik, selain untuk mempertahankan destinasi

wisata itu sendiri, pada akhirnya juga dapat memberikan manfaat yang dapat

8
dirasakan oleh banyak orang selain untuk pemeliharaan obyek wisata itu sendiri

(Sabri, 2015).

Dalam mendukung berkembangnya pariwisata, berikut merupakan kebijakan yang

perlu dilakukan:

a. Menyediakan Infrastruktur

Infrastruktur yang dapat mendukung beroperasinya pelayanan dan

prasarana wisata, baik berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas

permukaan tanah maupun di bawah tanah, seperti :

1) Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang

mendukung fasilitas perhotelan/restoran.

2) Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang merupakan bagian

tak terpisahkan dari terselenggaranya penyediaan sarana wisata yang memadai.

3) Sistem jalur angkutan dan terminal yang cukup dan lancar memudahkan

pengunjung untuk mengunjungi destinasi wisata.

4) Sistem komunikasi yang mudah

5) Sistem keamanan atau pengawasan yang memberikan kemudahan kepada para

pengunjung ( Akbar dkk., 2020).

b. Promosi Pariwisata

Promosi ialah suatu upaya untuk memperkenalkan atraksi wisata yang

ditawarkan dan cara bagaimana agar tempat wisata tersebut dapat dikunjungi

(Apriyani, 2021). Promosi pariwisata dapat dikembangkan mengikuti

perkembangan era terknologi dan komunikasi dengan menggunakan media sosial

9
seperti Instagram, Facebook serta platform media sosial lainnya untuk menarik

penggunanya agar mau berkunjung ke objek wisata tersebut.

c. Aksesibilitas

Fasilitas aksesibilitas yaitu sarana dan prasarana yang harus disediakan

sehingga dapat memungkinkan pengunjung mengunjungi suatu kawasan wisata.

Mobilitas dalam mencapai lokasi tempat wisata harus menunjang aksesbilitas dan

harus memenuhi kemudahan sistem trasportasi.

d. Menyediakan Sarana dan Prasarana Wisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan yang

mutlak diperlukan pengunjung dalam perjalanan menuju lokasi wisata, seperti

jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain-lain, agar

lokasi wisata layak dikunjungi wisatawan. Destinasi wisata yang dikunjungi

infrastruktur wisatanya harus dibangun sesuai dengan lokasi dan kondisi destinasi

wisata masing-masing. Sedangkan sarana wisata adalah fasilitas tempat tujuan

wisata yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya seperti hotel, biro perjalanan, transportasi, dan restoran serta

fasilitas pendukung lainnya (Akbar dkk., 2020).

2.4 Identifikasi Karakteristik Ekowisata

Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata yang mendorong usaha

pelestarian dan pembangunan yang berkelanjutan, memadukan antara pelestarian

dengan pembangunan ekonomi, membuka lahan kerja baru bagi masyarakat

setempat serta memberikan pendidikan lingkungan terhadap wisatawan.

10
Ekowisata juga harus memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat yaitu

sebagai terbukanya lapangan pekerjaan melalui pemberdayaan Masyarakat.

Menurut Ditjen Perlindungan dan Konservasi Alam (2000), terdapat lima

karakteristik dasar dalam usaha kegiatan ekowisata, yaitu:

1. Nature based, yaitu ekowisata merupakan bagian atau keseluruhan dari

alam itu sendiri meliputi unsur-unsur sumber dayanya, dimana kekayaan

keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya merupakan kekuatan utama

dan memiliki nilai jual paling utama terhadap pengembangan ekowisata.

2. Ecologically sustainable, yaitu ekowisata harus bersifat berkelanjutan

ekologi, artinya semua fungsi lingkungan yang meliputi biologi, fisik, dan

sosial tetap berjalan dengan baik, dimana perubahan-perubahan dari

pembangunan tidak mengganggu dan merusak fungsi-fungsi ekologis.

3. Environmentally educative, yaitu melalui kegiatan-kegiatan yang positif

terhadap lingkungan diharapkan mampu mempengaruhi perilaku

masyarakat dan wisatawan untuk peduli terhadap konservasi sehingga

dapat membantu kelestarian jangka panjang.

4. Bermanfaat bagi masyarakat setempat, yaitu dengan melibatkannya

masyarakat dalam kegiatan ekowisata diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung, seperti

halnya masyarakat menyewakan peralatan-peralatan yang dibutuhkan

wisatawan, menjual kebutuhan wisatawan, bertambahnya wawasan

terhadap lingkungan dan sebagainya.

11
5. Kepuasan wisatawan, yaitu kepuasan terhadap fenomena-fenomena alam

yang didapatkan dari kegiatan ekowisata dapat meningkatkan kesadaran

dan penghargaan terhadap konservasi alam dan budaya setempat.

2.5 Pengembangan Ekowisata Berbasis Mayarakat

Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang

menitikberatkan peran aktif masyarakat. Hal tersebut didasarkan kepada

kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya

yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan

masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak

masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka

miliki secara adat ataupun sebagai pengelola. Dengan adanya pola ekowisata

berbasis masyarakat bukan berarti masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata

sendiri. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009

bahwa prinsip pengembangan ekowisata meliputi:

1) kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata;

2) konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara lestari

sumberdaya alam yang digunakan untuk ekowisata;

3) ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi

penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha

ekowisata dapat berkelanjutan;

4) edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi

seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap

pelestarian lingkungan dan budaya;

5) memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung;

12
6) partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan

perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan menghormati

nilai- nilai sosial budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar kawasan; dan

7) menampung kearifan lokal.

2.6 Pengaruh Terhadap Ekologi

Pengembangan ekowisata harus benar-benar dilakukan denagn penuh

kehati-hatian dan pengelolaan yang cermat, tidak terjebak atau tergiur pada

keuntungan ekonomi jangka pendek, tetapi harus berpedoman pada

pengembangan berkelanjutan. Artinya, generasi kini dapat memetik manfaatnya,

namun tanpa melupakan bahwa generasi berikutnya pun memiliki hak mendapat

manfaat SDA yang sama (Warpani, 2007). Oleh karena itu, kebijakan dalam

kaitan dengan ekowisata dilandasi oleh dimensi ekologi yaitu (Damanik dan

Weber,2006)

1. Penentuan dan konsistensi pada daya dukung lingkungan.

2. Pengelolaan limbah dan pengurangan penggunaan bahan baku hemat energi

3. Prioritas pengembangan produk dan layanan jasa berbasis lingkungan.

4. Peningkatan kesadaran lingkungan dengan kebutuhan konservasi.

Pengembangan ekowisata dapat mendatangkan dampak positif berupa

meningkatnya upaya reservasi sumberdaya alam, pembangunan taman nasional,

perlindungan pantai, dan taman laut. Namun di lain pihak, pengelolaan kegiatan

ekowisata yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak negatif berupa polusi,

kerusakan lingkungan fisik, pemanfaatan berlebihan, pembangunan fasilitas tanpa

memperhatikan kondisi lingkungan, (Tuwo, 2011).

13
2.7 Pengaruh Terhadap Sosial Budaya

Ekowisata sebagai industri pariwisata merupakan bagian dari cultural

industry yang melibatkan seluruh masyarakat. Meskipun hanya sebagian

masyarakat yang terlibat namun, pengaruh sosial lebih luas seperti terjadinya

ketimpangan / kesenjangan sosial dalam masyarakat. Pengaruh pariwisata

terhadap masyarakat termasuk terjadinya perubahan proses sosial masyarakat

yang di dalamnya terdapat kerjasama dan persaingan antara pelaku pariwisata.

Proses sosial adalah hubungan timbal balik antar individu, individu dengan

kelompok, dan antar kelompok, berdasarkan potensi atau kekuatan masing-masing

(Hijriati, 2014).

Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat dimana

terdapat proses hubungan antar manusia berupa interaksi sosial yang terjadi dalam

kehidupan manusia secara terus-menerus. Terbentuknya interaksi sosial apabila

terjadi kontak sosial dan komunikasi sosial. Proses sosial dapat terjadi dalam

berbagai bentuk yaitu, kerjasama, persaingan, pertikaian / pertentangan, dan

akomodasi (Tafalas, 2010).

2.8 Pengaruh Terhadap Ekonomi

Menurut Sedarmayanti (2005) kegiatan ekowisata yang banyak menarik

minat wisatawan telah memberikan sumbangan devisa untuk negara dan juga

telah membuka kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Masyarakat tidak saja mendapatkan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, tetapi

juga dapat menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru yang menunjang kegiatan

pariwisata.

14
Taraf hidup dikutip dari Data BPS tahun 2005 dalam Rahman (2009)

adalah variabel kemiskinan yaitu, luas lantai bangunaan tempat tinggal, jenis

lantai bangunan, fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan rumah

tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, konsumsi daging/ayam/

susu/perminggu, pembeliaan pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap

tahun, frekuensi makan dalam sehari, kemampuan membayar untuk berobat ke

puskesmas atau dokter, lapangan pekerjaan kepala rumah-tangga, pendidikan

tertinggi kepala rumah tangga dan kepemilikan asset/harta bergerak maupun tidak

bergerak.

15
3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan untuk pengambilan data lapangan yang


berlokasi di Tanjung Bongo, Desa Pune, Kecamatan Galela, Kabupaten
Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Lokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar 1.

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

3.2 Alat Dan Bahan

Pada penelitian ini adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut.

Tabel 1. Alat dan bahan yang dilakukan dalam penelitian ini

No. Alat dan Bahan Kegunaan Alat dan Bahan

1 Alat tulis Untuk mencatat data yang diperlukan


2 Kuesioner Sebagai kumpulan informasi dari pertanyaan
yang ditanyakan kepada responden
3 Kamera Handphone Untuk mendokumentasikan setiap kegiatan
penelitian

16
4 GPS Untuk menentukan titik lokasi penelitian

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan metode observasi lapangan dan analisis deskriptif. Metode

observasi adalah dengan terjun langsung ke lapangan dan mengumpulkan data.

Metode deskriptif dalam hal ini adalah penelitian yang tujuannya adalah

menyajikan kumpulan data dan realita objek penelitian secara terpadu.

3.4 Jenis Sumber Data

3.4.1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung di lapangan

pada saat melakukan penelitian (Manalu et al., 2013). Data survey primer

biasanya membutuhkan data atau informasi dari sumber pertama yang disebut

responden. Data atau informasi dikumpulkan melalui pertanyaan tertulis dengan

menggunakan kuesioner atau secara lisan dengan menggunakan metode

wawancara (Hikmawati, 2020).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder menggunakan data yang bukan berasal dari sumber pertama

(primer) sebagai sarana untuk menyediakan data atau informasi untuk menjawab

masalah yang diteliti. Penelitian ini juga dikenal dengan penelitian yang

menggunakan studi kepustakaan dan biasanya digunakan oleh para peneliti yang

menggunakan pendekatan kualitatif (Hikmawati, 2020).

17
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Tujuan dari metode pengumpulan data penelitian ini adalah untuk

mendapatkan data dan informasi yang dapat dipercaya serta dapat

dipertanggungjawabkan sehingga dapat memberikan gambaran umum

permasalahan yang terjadi di lapangan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan

metode pengumpulan data berupa:

1. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) yaitu dialog yang digunakan pewawancara untuk

memperoleh informasi dari narasumber (Hikumawati, 2020). Wawancara juga

merupakan proses pengumpulan data dengan cara bertanya kepada responden

secara tatap muka dengan beberapa pertanyaan. Wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini tidak terstruktur karena pertanyaan yang diajukan bersifat

longgar dan dibiarkan berkembang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan

peneliti.

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi adalah pengambilan

data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Metode dokumentasi digunakan

oleh peneliti dengan tujuan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan (Hairunnisa, 2022).

3. Observasi

Metode observasi merupakan sumber data yang informasinya berupa

penampakan keadaan, suasana atau perilaku penampakan-penampakan tersebut

yang diamati oleh pengumpul data dan merekamnya (Hairunnisa, 2022).

18
Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang

ditemukan di lokasi objek wisata Danau Laguna sehingga melalui observasi ini

dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan serta

permasalahan yang ada di objek wisata tersebut.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif

Analisis penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran

deskriptif mengenai fakta-fakta, sifat-sifat secara objektif di lapangan. Data

penelitian berupa data yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil obsevasi

yang dilakukan dalam penelitian ini.

3.6.2 Teknik Induktif

Data-data hasil wawancara tersebut kemudian dianalisis dengan berfikir

induktif. Berfikir induktif adalah suatu metode pemikiran yang berawal dari fakta-

fakta yang bersifat khusus dan konkrit kemudian dari fakta tersebut ditarik

kesimpulan secara umum (Apriyani, 2021). Maka dalam menganalisis data,

peneliti mengunakan data-data yang telah diperoleh dalam bentuk uraian-uraian

kemudian data tersebut dianalisis mengunakan cara berfikir induktif mengenai

pengembangan objek wisata pantai Tanjung Bongo.

F
P= × 100 %
N
Keterangan :
P = kategori Persentase pilihan
F = Frekuensi (jumlah responden yang memilih alternatif yang sama)
N = Jumlah reponden keseluruhan
100% = persentase

19
20
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, N., & Aritonang, S. R. 2019. Kajian Kenyamanan pada Fasilitas


Pendukung Pariwisata di Desa Tomok. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI.
Hikmawati, F. 2020. Metodologi Penelitian. Rajawali Pers. Depok: Penerbit
Rajawali Pers. 244 hal.
Ihsannudin, S., & Dewi, L. 2023. Efektivitas Media Sosial Youtube Sebagai
Sumber Informasi Wisata Kuliner Jakarta Bagi Wisatawan. Media Bina
Ilmiah. 17(6):1133-1140.
Kastolani, W. 2008. Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik
Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan. Jurnal Geografi Gea.
8(1):51-59.
Koranti, K., Sriyanto, S., & Lestiyono, S. 2018. Analisis Preferensi Wisatawan
Terhadap Sarana Di Wisata Taman Wisata Kopeng. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Bisnis. 22(3):242
Marcelina, D., Febryano, I. G., Setiawan, A., & Yuwono, S. B. 2018. Persepsi
Wisatawan Terhadap Fasilitas Wisata Di Pusat Latihan Gajah Taman
Nasional Way Kambas. Jurnal Belantara. 1(2):45-53.
Nurhadi, F. D. C., Mardiyono, Rengu, S. P. 2014. Strategi Pengembangan
Pariwisata Oleh Pemerintah Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(Studi Pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata
Kabupaten Mojokerto). Jurnal Administrasi Publik (JAP). 2(2):325-
331.
Rahma Aprila Kumaji, Luchman Hakim, Edrina Pangestuti. Ecolodge Sebagai
Sarana Akomodasi Pariwisata Berkelanjutan. Profil: Jurnal Administrasi
BisnisI Volume. 15 No.1 2021I https://profil.ub.ac.id
Sari, D. M. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengambangkan Sarana
Prasarana Kawasan Desa Wisata Borobudur. Modul. 15(2):133-140.
Syahputri, D. M. 2019. A Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Di Kawasan
Danau Rawa Pening (Kasus Kecamatan Banyubiru, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah). JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi).
4(2):27-42.
Yakup, A. P. 2019. Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia. [Tesis]. Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Airlangga. Surabaya.
Hijriati E. Dan Mardiana R.,2014. Pengaruh ekowisata berbasis mayarakat
terhadap perubahan kondisi ekologi sosial dan ekonomi di kampung
Batusuhunan, Sukabumi. Jurnal sosiologi pedesaan 2(3):146-159.

21
Shinta N., 2022. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa
Srikaton Kecamatan Tanjung Bintang Kabupatan Lampung Selatan.
Skripsi : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. 60 Hal.

Reydi, M. M. Leonardus R, R.Yolanda, P.I.R., Jean . F.J.T., 2015. Peranan


Ekowisata Bagi Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Likupang. Jurnal
ASE. 11(3):1-18

Ekosafitri, H.K., Erna, R., Fredinan. Y, 2017. Pengembangan wilayah pesisir


pantai utara jawa tengah berdasarkan infastruktur daerah : Studi kasus
Kabupaten Jepara. Journal of regional and Ruval Development Planning.
1(2): 145-157.
Dewa Ayu, D. S. Widari, 2020. Kebijakan pengembangan pariwisata berkelanjutan:
kajian teoritis dan empiris

22

Anda mungkin juga menyukai