Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG WISATA PANTAI

SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI TUNGGUL,


PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

USULAN SKRIPSI

Oleh:

DENY SWATAMA
NIM. 165080607111032

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1
ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG WISATA PANTAI
SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI TUNGGUL,
PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

USULAN SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan


di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh:

DENY SWATAMA
NIM. 165080607111032

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

2
USULAN SKRIPSI

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG WISATA PANTAI


SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI TUNGGUL,
PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

Oleh:

DENY SWATAMA
NIM. 165080607111032

Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

(Dr. Rudianto, MA) (Dhira Khurniawan Saputra, S.Kel, M.Sc)


NIP. 195707151986031024 NIP. 2012018601151001
Tanggal: Tanggal:

Mengetahui:
Ketua Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan

(Dr.Eng Abu Bakar Sambah, S.Pi, MT)


NIP. 19740812 200312 2 001
Tanggal:

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

“ANALISIS INDEKS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG WISATA PANTAI

SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI TUNGGUL,

PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR. Proposal skripsi ini

diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana

Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini tidak lepas dari

kekurangan. Kritik dan saran penulis perlukan untuk penyusunan laporan

selanjutnya. Semoga laporan ini bisa menjadi bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan

Malang, April 2021

Deny Swatama
NIM. 165080607111032

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL.................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................5

1.1 Latar Belakang.......................................................................................5


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................7
1.3 Tujuan....................................................................................................7
1.4 Manfaat..................................................................................................7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8

2.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian.........................................................8


2.1.1 Keadaan Geografis.....................................................................8
2.1.2 Keadaaan Topografi...................................................................9
2.2 Kawasan Pesisir dan Pantai.................................................................10
2.3 Ekowisata Bahari.................................................................................11
2.3.1 Rekreasi Pantai........................................................................12
2.4 Indeks Kesesuaian Wisata Bahari........................................................12
2.5 Daya Dukung Kawasan........................................................................13

BAB III. METODE PENELITIAN.........................................................................15

3.1 Tempat, Waktu dan Jadwal Penelitian.................................................15


3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................16
3.3 Kerangka Umum Penelitian..................................................................17
3.4 Metode Penelitian................................................................................18
3.4.1 Pengambilan Parameter Biofisika Pantai..................................18
3.4.2 Pengambilan Data Kualitas Perairan........................................21
3.5 Analisis Data........................................................................................21
3.5.1 Analisis Kesesuaian Kategori Rekreasi Pantai.........................21
3.5.2 Analisis Kesesuaian Kualitas Air...............................................27
3.5.3 Analisis Daya Dukung...............................................................28

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

ii
DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
Tabel 1. Jadwal Penelitian..................................................................................15
Tabel 2. Alat Penelitian.......................................................................................16
Tabel 3. Bahan Penelitian...................................................................................16
Tabel 4. Metode Pengambilan Data Kualitas Perairan........................................21
Tabel 7. Kategori Kesesuaian.............................................................................22
Tabel 8. Matriks kesesuaian untuk wisata bahari kategori wisata pantai............23
Tabel 6. Baku mutu kualitas perairan untuk wisata bahari..................................27
Tabel 10. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt).............29
Tabel 11. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata............29

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Peta administrasi kabupaten Lamongan.............................................9
Gambar 2. Lokasi pengambilan data..................................................................15
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian...............................................................17

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang memiliki kepadatan

penduduk yang lumayan besar serta memiliki ekosistem yang unik dan beragam.

Terdapat banyak kegiatan industri yang dilakukan di daerah pesisir yang

menghubungkan daerah daratan dan laut. Pantai merupakan daerah di

ekosistem pesisir yang sangat banyak terjadi aktivitas manusia. Banyak dari

aktivitas manusia di pantai dilakukan untuk kegiatan ekonomi maupun kegiatan

wisata. Saat ini, banyak dari masyarakat Indonesia datang ke pantai untuk

melakukan kegiatan wisata pantai. Kegiatan ini dilakukan biasanya untuk tujuan

rekreasi (Wunani et al., 2013).

Ekowisata merupakan kegiatan pelestarian lingkungan dan ekologis yang

dipakai oleh pemerintah maupun swasta untuk mempromosikan suatu daerah

tertentu untuk menjadi daerah wisata guna meningkatkan perekonomian serta

kesempatan kerja bagi penduduk sekitar. Kawasan pesisir di indonesia sangatlah

cocok dijadikan daerah ekowisata dikarenakan pantainya yang sangat indah dan

keaslian lingkungan yang sangat memukau mata. Alasan lain mengapa pantai

sangatlah cocok untuk dijadikan tempat ekowisata adalah dapat memberikan

kepuasan sendiri sekaligus manfaat batin bagi para wisatawan yang datang

karena mengandung nilai-nilai estetika tertentu (Noor dan Romadhon, 2020).

Wisata pantai merupakan kegiatan yang menggabungkan antara

sumberdaya pantai dan kebudayaan masyarakat pantai. Beberapa contoh wisata

pantai yaitu: rekreasi, olahraga dan menikmati pemandangan. Wisata pantai di

wilayah pesisir dan laut dapat menawarkan pemandangan yang indah dan

5
keaslian lingkungan seperti kehidupan di bawah air. Adanya wisata pantai dapat

meningkatkan lapangan kerja bagi para penduduk setempat agar dapat

mensejahterakan daerahnya masing-masing serta mengenalkan daerahnya

kepada wisatawan (Wabang et al .,2017).

Kawasan wisata pantai Tunggul merupakan salah satu  desa yang ada

di kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Desa ini berada di pantai Laut Jawa. Kawasan ini merupakan kawasan wisata

pantai yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat diisekitarnya.

Kawasan Laut Tunggul Kecamatan Paciran merupakan destinasi baru, yakni

Wisata Pantai Tunggul dan Konservasi dengan mengenalkan laut Tunggul yang

bersih dan asri. Pengelolah ingin mengenalkan sisi lain dari laut Tunggul yang

mau ditampilkan, di antaranya terumbu karang yang sangat bagus, padang

lamun (rumput) tempat makan Dugong.

Pantai Tunggul sangatlah berpotensi menjadi destinasi ekowisata yang

mengedepankan konsep kelestarian lingkungan. Masyarakat begitu antusias,

banyak mendapatkan respons positif dan berbagai masukan dari warga luar

yang masuk di rest area lapangan Pantai Tunggul. Namun, apabila jumlah

wisatawan yang datang tidak sesuai dengan daya tampung dari pantai tersebut,

bisa dipastikan akan terjadi gangguan ekologis seperti kelestarian dari pantai

tersebut akan terancam. Sejauh ini, belum ada penelitian mengenai analisa

kesesuaian dan daya dukung lingkungan bagi pengembangan wisata pantai di

pantai Tunggul Paciran. Untuk itu, diperlukan suatu analisa untuk tetap menjaga

kelestarian ekologis dari pantai tersebut yakni dengan analisa kesesuaian dan

daya dukung lingkungan. Analisis kesesuaian dan daya dukung merupakan

konsep dasar yang dikembangkan untuk pengelolaan suatu sumberdaya alam

dan lingkungan yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga kelestarian

6
lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah yang menjadi dasar pada penelitian

ini adalah:

1. Berapa nilai indeks kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai di Pantai

Tunggul untuk kegiatan wisata pantai?

2. Berapa nilai daya dukung kawasan perairan Pantai Tunggul untuk wisata

pantai?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk menilai potensi fisik lahan perairan Pantai Tunggul sebagai

kawasan wisata bahari dan untuk kelayakan pariwisata

2. Mengetahui nilai daya dukung kesesuaian kawasan di perairan Pantai

Tunggul untuk kategori wisata pantai/rekreasi pantai.

1.4 Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukkan sebagai pertimbangan untuk pengembangan dan pengelolaan

berkelanjutan dan rencana pengembangan wisata bahari khususnya wisata

rekreasi Pantai di Desa Tunggul Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

2.1.1 Keadaan Geografis

Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6o51' - 7o23'

Lintang Selatan dan 112o33' - 112o34 Bujur Timur. Kabupaten Lamongan

memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau ±3.78% dari luas wilayah

Provinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka

wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila

dihitung 12 mil dari permukaan laut.

Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan

secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu:

1. Bagian Tengah Selatan merupakan daratan rendah yang relatif subur

yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi,

Pucuk, Sekaran, Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Maduran, Sarirejo dan

Kembangbahu.

2. Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu-batu

dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup,

Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan

Solokuro.

3. Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan

daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi kecamatan Sekaran, Laren,

Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun, dan Glagah.

8
Gambar 1. Peta administrasi kabupaten Lamongan
Sumber: (Google image, 2021)

2.1.2 Keadaaan Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian

wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan

terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter

seluas 50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya

4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan air laut.

Jika dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten

Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,5% lahannya

adalah datar atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di Kecamatan

Lamongan, Deket, Turi,Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah,

Karanggeneng,Glagah, Karangbinagun, Mantup, Sugio, Kedungpring, Sebagian

Bluluk, Modo, dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya

adalah sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat

kemirimgan lahan 40% lebih.

9
Kondisi tata guna tanah di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut:

baku sawah (PU) 44.08 Hektar, Baku sawah tidak resmi (Non PU) 8.168,56

Hektar, sawah tadah hujan 25.407,80 Hektar, Tegalan 32.844,33 Hektar,

pemukiman 12.418,89 Hektar, Tambak / kolam / waduk 3.497,72 Hektar,

kawasan hutan 32.224,00 Hektar, kebun Campuran 212,00 Hektar, Rawa

1.340,00 Hektar, Tanah tandus / kritis 889,00 Hektar dan lain-lain 15.092,51

Hektar.

Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang terletak

di pantai utara Jawa Timur. Sebagian kawasan pesisir berupa perbukitan.

Formasi ini merupakan kelanjutan dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Di

bagian tengah terdapat dataran rendah dan bergelombang, dan sebagian tanah

berawa. Di bagian selatan terdapat pegunungan, yang merupakan

ujung timur dari Pegunungan Kendeng. Sungai Bengawan Solo mengalir di

bagian utara.

2.2 Kawasan Pesisir dan Pantai

Kawasan pesisir bisa diartikan sebagai wilayah peralihan antara daratan

dan lautan. Kawasan pesisir memiliki daya tarik tersendiri yaitu mempunyai

kekayaan sumberdaya alam hayati seperti sumberdaya lamun, ikan, terumbu

karang dan lain-lain. Sedangkan untuk sumberdaya non-hayatinya yaitu seperti

air laut, pasir dan mineral laut lainnya yang memikat siapapun untuk beralih ke

wilayah pesisir untuk menikmati atau memanfaatkan secara tanggung jawab

(Apriana dan Daindo, 2017).

Kawasan pantai merupakan bagian wilayah pesisir yang dikenal memiliki

sifat yang dinamis, hal tersebut dapat diartikan bahwa keadaan pantai dapat

sewaktu-waktu berubah karakteristiknya tergantung dari faktor alam atau

manusia. Ada beberapa faktor yang dapat merubah atau mempengaruhi dinamis

10
dari pantai yaitu iklim yang didalamnya termasuk temperature dan hujan, faktor

hidro-oseanografi yang termasuk gelombang, pasang surut, arus, pemanasan

global dan terakhir aktivitas manusia seperti reklamasi pantai dan eksploitasi

sumberdaya (Solihuddin, 2011).

2.3 Ekowisata Bahari

Ekowisata merupakan suatu konsep pengembangan pariwisata

berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian

lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sehingga memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.

Ekowisata adalah salah satu mekanisme pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable development). Ekowisata merupakan pariwisata alternatif yang

timbul sebagai konsekuensi dari ketidakpuasan terhadap bentuk pariwisata yang

kurang memperhatikan dampak sosial dan ekologis, dan lebih mementingkan

keuntungan ekonomi dan kenyamanan manusia semata (Husamah dan Hudha,

2018).

Wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan

kesenangan, tantangan, pengalaman baru, kesehatan yang hanya dapat

dilakukan di wilayah perairan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan

semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan

alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat

berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus

pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga

membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah

pesisir dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Jenis wisata yang

memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung di antaranya

berperahu, berenang, snorkeling, diving, memancing. Kegiatan tidak langsung

11
seperti olahraga pantai dan piknik (Agusriadi et al., 2013)

2.3.1 Rekreasi Pantai

Pariwisata pantai menurut Simond (1978) dapat diartikan sebagai wisata

yang memanfaatkan potensi sumber daya alam pantai beserta komponen

pendukungnya, baik alami maupun buatan atau gabungan keduanya itu.

Simond (1978) juga menyebutkan bahwa pantai dapat dibagi menjadi

berbagai wilayah, yaitu: Beach, yaitu batas antara daratan dan lautan. Biasanya

berupa pantai berpasir dan landai, Dune, yaitu daerah yang lebih tinggi dari

beach. Biasanya berupa hamparan pasir yang permukaannya bergelombang

atau berubah secara perlahan karena aliran laut dan Coastal, yaitu daerah yang

secara periodik digenangi air yang merupakan gabungan antara beach dan

dune. Obyek wisata pantai adalah elemen fisik dari pantai yang dapat dijadikan

lokasi untuk melakukan kegiatan wisata, obyek tersebut yaitu :

1. Pantai, merupakan daerah transisi antara daratan dan lautan. Pantai

merupakan primadona obyek wisata dengan potensi pemanfaatan, mulai

dari kegiatan yang pasif sampai aktif.

2. Permukaan laut, terdapatnya ombak dan angin sehingga permukaan

tersebut memiliki potensi yang berguna dan bersifat rekreatif.

3. Daratan sekitar pantai, merupakan daerah pendukung terhadap keadaan

pantai, yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan olahraga darat yang

membuat para pengunjung akan lebih lama menikmatinya

2.4 Indeks Kesesuaian Wisata Bahari

Analisis kesesuaian wisata merupakan suatu kajian untuk menilai

kecocokan dari suatu aktivitas yang diilakukan di suatu kawasan sesuai dengan

12
potensi sumberdaya alam dan peruntukannya dengan menggunakan berbagai

macam variabel penilaian. Studi kesesuaian wisata beserta kegiatannya pada

kawasan pesisir terutama pantai dinilai cukup penting karena untuk mengetahui

kesesuaian dari kawasan pantai tersebut untuk dijadikan objek wisata alam yang

berbasis pada pemanfaatan lingkungan (Pratesthi et al., 2016).

Analisis kesesuaian wisata bahari diklasifikasikan menjadi beberapa

kelas. Penetapan kelas kesesuaian didasarkan pada nilai yang diperoleh dari

penjumlahan hasil perkalian antara kategori nilai dari setiap parameter dan bobot

dari setiap kegiatan wisata bahari. Parameter untuk tiap kategori berbeda.

Seperti kategori rekreasi pantai terdiri dari kedalaman perairan, tipe pantai, lebar

pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan

perairan, penutupan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar (Juliana

et al., 2013).

2.5 Daya Dukung Kawasan

Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang

secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu

tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Daya dukung ekosistem

tidak memiliki ukuran yang mutlak dalam menampung semua kegiatan manusia

karena berbagai variabel yang menentukan. Daya dukung dapat diartikan

sebagai kondisi maksimum suatu ekosistem untuk menampung komponen biotik

(makhluk hidup) yang terkandung di dalamnya, dengan tetap memperhitungkan

faktor lingkungan dan faktor lainnya yang berperan di alam. Daya dukung

ekosistem tidak memiliki 15 ukuran yang mutlak dalam menampung semua

kegiatan manusia karena berbagai variabel yang menentukan. Daya dukung

ekosistem tersebut sangat bervariasi pada tingkat pemanfaatan yang dilakukan

oleh manusia (Yulianda, 2007).

13
Konsep daya dukung didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan

memiliki kapasitas maksimum dalam mendukung suatu pertumbuhan organisme.

Daya dukung dapat diartikan sebagai kemampuan alam untuk mentolerir

pengaruh dari luar tanpa merusak alam. Pengaruh yang dimaksud yaitu wisata

yang dilakukan oleh wisatawan pada kawasan tersebut sehingga dilakukan

pembatasan yang diperoleh dari pengunjung. Daya dukung kawasan perlu

mempertimbangan jumlah potensi ekologis dari suatu kawasan dengan jumlah

pengunjung, luas area, dan waktu yang dibutuhkan untuk setiap jenis kegiatan

wisata. Penentuan daya dukung kawasan diperlukan untuk mengetahui jumlah

maksimum kunjungan wisatawan di kawasan tersebut (Wahyuni et al., 2017).

14
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat, Waktu dan Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2021. Lokasi penelitian berada

di Pantai Tunggul Desa Paciran Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Adapun

peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan jadwal penelitian

dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 2. Lokasi pengambilan data

Tabel 1. Jadwal Penelitian


Maret April Mei Juni
NO Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1
Proposal
Pengambilan
2
Data
Penyusunan
3
Laporan
Ujian dan
4
Publikasi

15
3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat untuk mengukur

kondisi pesisir dan kualitas perairan. Berikut untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat Penelitian


No Alat Spesifikasi Fungsi
1 Kamera Digital Canon Untuk dokumentasi
Menentukan koordinat
2 GPS Garmin 76csx
lokasi penelitian
3 Roll Meter Maxi 330 feet Mengukur lebar pantai
Mengukur kemiringan
4 Busur Derajat -
pantai
Mengukur kemiringan
5 Tali -
pantai
Mengukur kedalaman
6 Tongkat Skala - perairan dan kemiringan
pantai
Mengukur Kecerahan
7 Secchi Disk -
Perairan
Atago Pocket Mengetahui nilai salinitas
8 Salinometer
PAL-06s perairan
Mengetahui nilai pH
9 pH Meter ATC PH-009
perairan
Taffware Digital Mengetahui nilai suhu
10 Thermometer Digital
Termometer perairan
Mengetahui nilai DO
11 DO meter Lutron 5510
perairan
12 Current Meter Flowatch FL-03 Mengukur kecepatan arus
Untuk mencatat hasil
13 Alat Tulis -
penelitian
14 Laptop Asus Untuk pengolahan data

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Bahan Penelitian

No Bahan Spesifikasi Fungsi


Kalibrasi alat pengukuran
1 Aquades -
kualitas perairan
Untuk mengeringkan alat
2 Tissue Paseo
pengukuran kualitas perairan

16
3.3 Kerangka Umum Penelitian

Tahap awal yang dilakukan dalam melakukan penelitian mengenai analisi

kesesuaian dan daya dukung lingkungan untuk ekowisata pantai adalah pertama

melakukan survei ke lokasi penelitian, kemudian tentukan lokasi titik penelitian

yang nantinya digunakan untuk mengukur parameter dari kategori wisata

rekreasi pantai tersebut. Berikut merupakan prosedur penelitian yang akan di

jelaskan pada Gambar 3.

Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian

Tabel berikut merupakan tahap-tahap kerangka umum penelitian Analisis


Kesesuaian Wisata Bahari Kategori Rekreasi Pantai yang bersumber dari buku
Yulianda, F. (2019). Ekowisata perairan: suatu konsep kesesuaian dan daya
dukung wisata bahari dan wisata air tawar. IPB Press. Dan analisis kesesuaian
peraisan untuk wisata bahari yang bersumber dari Keputusan Menteri Negara

17
Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut Menteri
Negara Lingkungan Hidup

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis deskriptif kuantitatif

dengan metode pengumpulan data secara observasi. Observasi lapang

merupakan pengumpulan data primer dengan cara mengamati dan melakukan

pengukuran insitu pada parameter lingkungan yang diperlukan dalam penelitian

ini. Beberapa parameter yang dimaksud didalamnya yaitu kedalaman perairan,

tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan

pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, pengamatan biota

berbahaya, dan ketersediaan air tawar.

3.4.1 Pengambilan Parameter Biofisika Pantai

Pengambilan data dari biofisika pantai ini dilakukan dengan cara

observasi lapang. Pengambilan data pada stasiun dianggap mewakili sudut

lokasi penelitian. Data dari parameter biofisika yang diambil yakni: kedalaman

perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus,

kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, pengamatan

biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar. Prosedur pengambilan dari tiap

data untuk parameter biofisika pantai adalah sebagai berikut:

3.4.1.1 Kedalaman Perairan

Skema yang dilakukan dalam pengukuran kedalam ini adalah pertama,

menarik garis lurus sejauh 150 meter dari tiap stasiun. Penarikan garis lurus ini

dimulai dari pinggir pantai ke perairan. Langkah kedua yaitu tancapkan tongkat

skala di titik yang ditentukan lalu liat hasilnya. Hasil pengukuran ini nantinya di

18
koreksi dengan hasil pengukuran pasang surut sehingga dapat diketahui

kedalaman sesungguhnya.

3.4.1.2 Tipe pantai

Prosedur dari pengamatan ini adalah melihat dominansi dari jenis

substrat atau sedimen yang berada di pantai. Pengamatan ini dibagi menjadi 3

kategori daerah pengamatan yaitu pertama supratidal, kedua intertidal, ketiga

subtidal. Hal pertama yang dilakukan adalah menarik satu transek garis tegak

lurus atau memotong garis pantai sebagai acuan pengambilan sedimen. Lebar

dari lingkup pengamatan ini adalah 5 meter yang dibagi masing-masing 2,5

meter di pertengahan garis transek. Langkah terakhir yaitu lakukan pengamatan

secara acak pada masing-masing perwakilan daerah (intertidal, supratidal,

subtidal) dan catat hasilnya.

3.4.1.3 Lebar pantai

Pengukuran dari lebar pantai yaitu dilakukan dengan menggunakan roll

meter. Cara pengukuran lebar pantai adalah diukur jarak dari batas akhir

vegetasi yang ada di pantai sampai dengan batas tertinggi air laut.

3.4.1.4 Material Dasar Perairan

Material Dasar Perairan/ Substrat merupakan penentu kecerahan suatu

perairan. Pengamatan Material Dasar Perairan dilakukan dengan cara

melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian melihat secara

visual pada stasiun penelitian.

3.4.1.5 Kecepatan Arus

Pengukuran kecepatan arus menggunakan Current Meter di lokasi

penelitian. Pengukuran dilakukan secara in situ. Pengukuran arus merupakan

salah satu parameter penting yang akan digunakan untuk analisis kesesuaian

wisata bahari kategori rekreasi pantai.

19
3.4.1.6 Kemiringan pantai

Prosedur dari pengukuran kemiringan pantai adalah dengan busur derajat

yang telah dilengkapi dengan bandul dan roll meter. Langkah pertama yang

dilakukan adalah tancapkan 2 buah tongkat dengan ukuran kurang lebih 1 meter

pada posisi pasang tertinggi dan pasang terendah. Langkah kedua yaitu,

ikatkan/sambungkan kedua tongkat dengan seutas tali di bagian ujung atas

tongkat tersebut lalu bentangkan. Hal tersebut bertujuan untuk menjadi patokan

kemiringan dari 2 tongkat yang disambungkan. Selanjutnya, tali yang telah

terpasang bandul tersebut dibentangkan sepanjang area dari pengukuran

dengan berpatokan pada ujung tiang. Langkah terakhir yaitu mencatat skala

yang telah ditunjukan oleh busur.

3.4.1.7 Kecerahan

Pengukuran dari kecerahan dilakukan dengan bantuan alat yang

bernama secci disk. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengikat secci

disk dengan tali kemudian turunkan perlahan-lahan kedalam perairan sampai

tidak terlihat. Setelah itu catat dikedalaman berapa secci disk mulai tidak terlihat.

Selanjutnya yaitu, angkat secci disk dan catat kembali dikedalaman berapa secci

disk mulai terlihat. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, lakukan

pengulangan secara 3 kali. Berikut adalah rumus dari kecerahan:

D1+ D 2
Kecerahan = 
2
Keterangan : D1 = kedalaman secci disk tidak terlihat
D2 = kedalaman secci disk mulai terlihat

3.4.1.8 Penutupan Lahan, Biota Berbahaya dan Ketersediaan Air Tawar

Dalam melakukan pengambilan data dari penutupan lahan pantai dan

biota berbahaya adalah dengan cara melakukan observasi visual. Caranya yaitu

20
mengamati keadaan sekitar di setiap stasiun yang ditentukan. Setelah itu

dokumentasikan hasilnya. Untuk penutupan lahan bisa dilihat apakah

penutupannya di dominansi oleh kelapa, semak belukar atau hanya lahan

terbuka. Begitu juga dengan biota berbahaya apakah di dominansi oleh bulu

babi, ikan pari atau segaja jenis biota yang membahayakan wisatawan. Untuk

mengetahui ketersediaan air tawar adalah dengan cara mengukur jarak dari air

tawar terdekat dari bibir pantai lalu dikur dengan roll meter.

3.4.2 Pengambilan Data Kualitas Perairan

Pengukuran kualitas perairan terdiri dari pengukuran parameter fisika dan

kimia. Parameter kualitas air yang diamati secara in situ antara lain adalah

kedalaman, kecepatan arus, suhu, kecerahan, bau, lapisan minyak, sampah,

salinitas, pH, dan DO.

Tabel 4. Metode Pengambilan Data Kualitas Perairan

Parameter yang diukur Cara Pengukuran Data


Kedalaman In situ
Suhu In situ
Kecerahan In situ
Bau In situ
Lapisan Minyak In situ
Sampah In situ
Salinitas Ek situ
pH Ek situ
DO In situ

3.5 Analisis Data

3.5.1 Analisis Kesesuaian Kategori Rekreasi Pantai

Kesesuaian lahan dapat diartikan sebagai kecocokan lahan untuk

berbagai kepentingan tertentu yang akan dilakukan di lahan tersebut. Analisis

kesesuaian lahan biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah kawasan

tersebut sesuai untuk pengembangan wisata yang lebih lanjut. Rumus yang

biasa digunakan untuk menilai indeks kesesuaian wisata pantai adalah rumus

21
dari (Yulianda, 2019).

n
IKW =∑ ( Bi x Si)
i=1

Keterangan:
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
n = Banyaknya parameter kesesuaian
Bi = bobot parameter ke-i
Si = Skor parameter ke-i

Perhitungan analisis kesesuaian didasarkan pada beberapa parameter

yang merupakan faktor pendukung terhadap kegiatan yang dilakukan pada

wilayah tersebut. Masing-masing parameter memiliki bobot penilaian

berdasarkan tingkat kesesuain untuk mendukung kegiatan yang dapat dilakukan.

Sedangkan skor penilaian merupakan klasifikasi yang diperoleh dari hasil

pengamatan kondisi di lapang. Nilai dari setiap parameter merupakan hasil dari

bobot dan skor, kemudian dijumlahkan nilai dari seluruh parameter. Penentuan

kesesuaian kawasan dilihat dari perbandingan antara jumlah nilai dari seluruh

parameter sesuai pengamatan dilapangan dengan nilai maksimum yang mungkin

diperoleh.

Tabel 5. Kategori Kesesuaian

No Kategori Nilai Keterangan


1. S1 IKW ≥ 2,5 Sangat Sesuai
2. S2 2,0≤ IKW <2,5 Sesuai
3. S3 1≤ IKW <2,0 Tidak Sesuai
4. N IKW <1 Sangat Tidak Sesuai
Sumber: (Yulianda, 2019)

Kelas kesesuaian kawasan terbagi dalam 4 kategori, yaitu sangat sesuai

(S1) dengan nilai IKW ≥ 2,5, Sesuai (S2) dengan nilai 2,0≤ IKW <2,5. Tidak

Sesuai (S3) dengan nilai 1≤ IKW <2,0 dan Sangat Tidak Sesuai (N) dengan nilai

IKW <1. Kategori S1 didefinisikan sebagai kawasan yang tidak mempunyai faktor

pembatas yang berat untuk penggunaan tertentu, atau bisa mempunyai

22
pembatas namun dinilai kurang berarti. Kategori S2 merupakan kelas kesesuaian

yang memiliki faktor agak berat dibandingkan dengan S1 karena faktor pembatas

tersebut dapat berpengaruh kepada kepuasan kegiatan wisata pantai. Kategori

S3 mempunyai faktor pembatas yang lebih banyak lagi karena bukan lagi

mempengaruhi kepuasan wisata malah dapat mengurangi kepuasan kepuasan

berwisata. Untuk itu harus lebih berhati-hati menentukan faktor pembatas

tersebut sehingga kestabilan ekosistem dapat terjaga. Kategori sangat tidak

sesuai (N) merupakan kelas yang memiliki pembatas yang sangat berat atau

dibilang permanen, sehingga dapat memungkinkan untuk tidak mengembangkan

jenis kegiatan wisata di daerah tersebut.

3.5.1.1 Wisata Rekreasi Pantai

Dalam penentuan kesesuaian wisata rekreasi pantai, telah ditentukan

beberapa parameter dengan kriteria oleh Yulianda (2019), seperti pada Tabel 8.

Tabel 6. Matriks kesesuaian untuk wisata bahari kategori wisata pantai


No Parameter Kategori Bobot Skor
Pasir Putih 3
Pasir Putih campur pecahan
2
1 Tipe Pantai karang 0,200
Pasir hitam, sedikit terjal 1
Lumpur berbatu, terjal 0
>15 3
10-15 2
2 Lebar Pantai (m) 0,200
3-<10 1
<3 0
Pasir 3
Karang Berpasir 2
3 Material Dasar Perairan 0,170
Pasir Berlumpur 1
Lumpur, Lumpur berpasir 0
0-3 3
Kedalaman Perairan >3-6 2
4 0,125
(m) >6-10 1
>10 0
>80 3
>50-80 2
5 Kecerahan Perairan (%) 0,125
20-50 1
<20 0
6 Kecepatan Arus (cm/dt) 0-17 0,80 3

23
No Parameter Kategori Bobot Skor
17-34 2
34-51 1
>51 0
<10 3
10-25 2
7 Kemiringan Pantai (o) 0,80
>25-45 1
>45 0

Kelapa, Lahan Terbuka 3


Semak, Belukar, Rendah,
2
8 Penutupan Lahan Savana
0,010
Pantai Belukar Tinggi 1
Hutan Bakau, Pemukiman,
0
Pelabuhan
Tidak Ada 3
Bulu Babi 2
9 Biota Berbahaya Bulu Babi, Ikan Pari 0,005 1
Bulu Babi, Ikan Pari, Lepu,
0
Hiu
<0,5 3
Ketersediaan Air Tawar/ >0,5-1 2
10 Jarak ke Sumber Air 0,005
Tawar (km) >1-2 1
>2 0
Sumber: (Yulianda, 2019)

Matriks kesesuaian wisata bahari kategori rekreasi pantai yang disusun

berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan wisata

pantai pada kawasan penelitian dan mempertimbangkan beberapa parameter

diantaranya adalah:

1. Tipe Pantai, Dalam kaitannya, pantai dengan tipe berpasir sangatlah ideal

untuk wisata pantai. Wisatawan dapat melakukan aktivitas seperti

berjemur, berolahraga, bersantai, menikmati pemandangan tanpa takut

menginjak batu ataupun karang. Toleransi sedikit diberikan kepada tipe

pantai yang sedikit mengandung karang ataupun sedikit terjal. Namun,

untuk pantai berlumpur dan banya karang sangat tidak direkomendasikan

untuk wisata pantai (Johan, 2017).

24
2. Lebar pantai sangat penting di survei dikarenakan untuk kegiatan

akttivitas pantai yang maksimal. Lebar pantai yang sangat sesuai untuk

wisata pantai yaitu sekitar >15 meter. Sedangkan, untuk pantai yang

memiliki lebar kurang dari 3 meter dianggap kurang memenuhi syarat

dalam kegiatan wisata pantai (Wunani et.al., 2014).

3. Material dasar perairan sangatlah menentukan kecerahan dari perairan

tersebut. Material yang pada umumnya disarankan adalah material

berpasir. Material dasar yang berisi pecahan karang ataupun lumpur tidak

disarankan karena tidak sesuai dengan parameter. Selain tidak sesuai,

juga dapat membahayakan para wisatawan karena tidak dapat melihat

terlalu jelas apa yang ada di dalam perairan tersebut (Ani, 2019).

4. Kedalaman perairan, Perairan dangkal merupakan perairan yang sangat

menunjang untuk diadakannya wisata pantai dimana para wisatawan

dapat bermain ataupun berenang dengan aman. Kedalaman yang

disarankan untuk syarat yang sesuai adalah 0 – 5 meter. Kedalaman 5-10

meter juga bisa dikategorikan sebagai batas aman atau batas toleransi,

sedangkan apabila kedalaman suatu perairan mencapai >10 meter, maka

tidak disarankan atau kurang ideal untuk kegiatan wisata pantai (Wunani

et.al., 2014).

5. Kecerahan perairan, Wilayah dengan kondisi kecerahan yang baik

merupakan lokasi yang paling sesuai untuk melakukan wisata pantai.

Kecerahan sekitar >30 meter merupakan kategori yang sangat sesuai

untuk wisata pantai. Apabila kecerahan berrkisar >10 meter, maka masih

diberi toleransi namun, jika sudah mencapai <10 meter, maka tidak

disarankan untuk mengadakan aktivitas di wilayah pantai tersebut

dikarenakan terdapat indikasi bahaya (Kalay et al., 2014).

25
6. Kecepatan arus, pada hal ini kcepatan arus sangatlah penting

dikarenakan berkaitan dengan keamanan para wisatawan saat bermain di

perairan tersebut. Kecepatan arus yang disarankan untuk melakukan

wisata pantai yaitu berkisar antara 0-0,17 m/dtk. Sedangkan kecepatan

arus yang tidak disarankan untuk aktivitas pantai kurang lebih 0,51 m/dtk

dimana itu masuk dalam kategori tidak sesuai (Haryono, 2003)

7. Kemiringan pantai menjadi parameter yang perlu diperhatikan karena

nantinya akan berkaitan erat dengan aktivitas para wisatawan. Pada

umumnya, wisatawan menyukai tipe pantai yang landai untuk beraktivitas.

Kemiringan yang dikategorikan sangat sesuai untuk wisata pantai adalah

apabila pantai tersebut memiliki kemiringan sekitar kurang dari 10o.


o
Sedangkan, kemiringan yang lebih dari 45 dianggap tidak sesuai

dikarenakan terlalu curam (Apriana dan Daindo, 2017).

8. Penutupan lahan merupakan faktor sekunder dari rencana

pengembangan kegiatan wisata pantai karena sewaktu-waktu penutupan

lahan dapat dirubah sesuai dengan rencana (Sutrisno, 2014)

9. Biota Berbahaya, lahan pantai yang aman dan terbebas dari biota

berbahaya adalah lahan yang sangat baik untuk kegiatan wisata pantai.

Biota berbahaya yang dimaksudkan adalah seperti bulu babi, ikan pari

dan ikan hiu (Wabang et al .,2017).

10. Ketersediaan air tawar sangatlah penting dalam menentukan wilayah

untuk dijadikan wisata pantai. Disamping kegunaan sebagai konsumsi, air

tawar berguna untuk kegiatan mck. Kategori ketersediaan air tawar layak

atau tidaknya dapat dilihat dari seberapa jauh sumber air tawar dari bibir

pantai. Jarak lokasi <0,5 km sangatlah sesuai, sedangkan apabila

melebihi dari 2km maka bisa dibilang daerah tersebut tidak layak dalam

26
kategori ketersediaan air tawar (ismail, 2012)

3.5.2 Analisis Kesesuaian Kualitas Air

Analisis terhadap air laut dilakukan secara in situ. Hasil dari pengukuran

dibandingkan dengan baku mutu kualitas air laut untuk wisata bahari

berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004

Tabel 7. Baku mutu kualitas perairan untuk wisata bahari


No Parameter Satuan Baku Mutu
FISIKA
1. Kedalaman Meter Tidak tercantum
2. Kecerahan1 Meter >6
3. Suhu2 o
C Alamia(2)
4. Bau - Tidak Berbau
5. Sampah - Nihil(b)
6. Lapisan Minyak - Nihil(b)
KIMIA
7. pH3 - 7-8,5(3)
8. Salinitas4 %o Alamia(4)
9. Oksigen Terlarut (DO) mg/L >5
Sumber: Menteri Lingkungan Hidup tahun 2004

Keterangan:

a. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat

(siang, malam dan musim)

b. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah

lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01mm.

1) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai <10% kedalaman euphotic.

2) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami

3) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH.

4) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai <5% salinitas rata-rata

musiman.

3.5.3 Analisis Daya Dukung

Daya dukung kawasan merupakan salah satu hal yang sangat penting

diperhatikan dalam pengembangan objek wisata. Pentingnya pengembangan

27
daya dukung kawasan ini ialah untuk meminimalisir atau mengurangi dampak-

dampak degradasi lingkungan serta nantinya dapat menjaga kelestarian dari

ekosistem pantai tersebut. Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum

pengunjung yang dapat ditampung oleh pantai tersebut tanpa nantinya

menimbulkan gejala kerusakan (Genyas Kartalinga, 2013).

Potensi aktivitas pengunjung merupakan jumlah pengunjung wisatawan

dalam satuan area unit. Luas wisata yang dikemabangkan haruslah

mempertimbangkan kemampuan dari pantai itu sendiri agar nantinya tidak terjadi

pembludakan pengunjung yang akan menyebabkan kerusakan ekosistem

setempat. Perhitungan DDK diperoleh dengan perhitungan sesuai dengan rumus

(Yulianda, 2019) :

Lp Wt
DDK =K x
¿ ℘

Keterangan:
DDK = Daya Dukung Kawasan
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp = luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1
hari
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengumjung untuk setiap kegiatan tertentu

Daya dukung kawasan seharusnya disesuaikan dengan karakteristik dari

sumberdaya dan kegunaannya. Maka dari itu, perlu adanya informasi tentang

kondisi sumberdaya agar kelestariannya tetap terjaga dan dapat dipertahankan.

Sementara itu, kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan

ruang horizontal agar dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh

pengunjung lainnya.

28
Tabel 8. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt)
Jenis Kegiatan Σ Pengunjung (K) Unit Area (Lt) Keterangan
Setiap 2 orang dalam
Selam 2 2000 m2
100 m x 10 m
Setiap 1 orang dalam
Snorkeling 1 500 m2
100 m x 5 m
Setiap 1 orang dalam
Wisata Lamun 1 500 m2
100 m x 5 m
Dihitung panjang
Wisata dihitung panjang jalur,
1 25 m
Mangrove setiap 1 orang
sepanjang 25 m
1 orang setiap 25 m
Rekreasi Pantai 1 25 m
panjang pantai
1 orang setiap 25 m
Wisata Olahraga 1 25 m
panjang pantai
Sumber : (Yulianda, 2019)

Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu

yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu

pengunjung diperhitungkan dengan waktu areal dibuka dalam satu hari dan rata-

rata waktu kerja sekitar 8 jam.

Tabel 9. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata

Waktu yang
Total waktu 1
No Kegiatan dibutuhkan (Wp)-
hari (Wt)-jam
Jam
1. Selam 2 8
2. Snorkeling 3 6
3. Berenang 2 4
4. Berperahu 1 8
5. Berjemur 2 4
6. Rekreasi Pantai 3 6
7. Olahraga air 2 4
8. Memancing 3 6
9. Wisata Mangrove 2 8
10. Wisata Lamun dan Ekosistem Lainnya 2 4
11. Wisata Selancar 2 6
Sumber: (Yulianda, 2019)

29
DAFTAR PUSTAKA

Agusriadi, Mulyadi, A., & Syafruddin, N. (2013). Kajian Potensi Ekowisata Bahari
Pulau Balai Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh. Jurnal Distribution
Requirement Planning (DRP), 75, 31–47.

Ani Rahmawati. 2019. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir Untuk Kegiatan


Wisata Pantai Teleng Ria, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan. FPIK IPB. Bogor.
Apriana, D dan Daindo, M. 2017. Potensi Pemanfaatan Ekosistem Pesisir Pantai
Labuhan Haji Lombok Timur sebagai Daerah Ekowisata. Jurnal Biologi
Tropis. 17 (1) : 15 – 22.
Efendi, Wulandari Wahyu. 2015. Perencanaan Lanskap Wisata Bahari Di Pulau
Pieh Sumatera Barat. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Febrianto, Try., Hestiriantono, Totok., Agus, Syamsul. 2015. Pemetaan Batimetri
Di Perairan Dangkal Pulau Tunda, Serang, Banten Menggunakan
Singlebeam Echosounder. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Vol. 6 No. 2. 139 -147.
Genyas Katalinga. 2013. Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan
Ekowisata Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Haryono. 2003. Potensi Taman Nasional Baluran Sebagai Objek Wisata Alam di
Kabupaten Situbond. Jember: Penelitian Dikti Akademi Pariwisata
Muhammadiyah Jember.
Hidayat, Nur. 2005. Kajian Hidro-Oseanografi Untuk Deteksi Proses-Proses Fisik
Di Pantai. Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tadulako, Palu. Jurnal SMARTek, Vol. 3, No.2 : 73-85.
https://kkp.go.id/djprl/artikel/11959-profil-kawasan-konservasi-perairan-nasional-
twp-pieh. Diakses Pada 18 September 2020.

Husamah, H., & Hudha, A. M. (2018). Evaluasi Implementasi Prinsip Ekowisata


Berbasis Masyarakat Dalam Pengelolaan Clungup Mangrove
Conservation Sumbermanjing Wetan, Malang. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and
Environmental Management), 8(1), 86–95.

Irawan, Sudra., Fahmi, Riza., Roziqin, Arif. 2018. Kondisi Hidro-Oseanografi


(Pasang Urut, Arus Laut, Dan Gelombang) Perairan Nongsa Batam.
Program Studi Teknik Geomatika , Politeknik Negeri Batam. Vol. 11 No.
1.

Ismail M. Furqon Azis dan Anqik Taofiqurohman S. 2012. Simulasi Numeris Arus
Pasang Surut di Perairan Cirebon. Pusat Penelitian Oseanografi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran. Jurnal
Akuatik 3 (1) : 1-10.

30
Juliana, Sya’rani, L., & Zainuri, M. (2013). Kesesuaian Dan Daya Dukung Wisata
Bahari Di Perairan Bandengan Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Jurnal
Perikanan Dan Kelautan Tropis, 9(1), 1–7.
Kalay, D. E., Kadir, M dan Jusuf, J. W. 2014. Kemiringan Pantai dan Distribusi
Sedimen Pantai di Pesisir Utara Pulau Ambon. Jurnal TRITON. 10 (2) :
91-103.
Lolong, Maxi., Masinambow, Jendri. 2011. Penentuan Karakteristik Dan Kinerja
Hidro Oceanografi Pantai (Studi Kasus Pantai Inobonto). Fakultas
Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Ilmiah Media
Engineering. Vol.1 No.2. 127-134.
Noor, Muhammad afrizal., romadhon, agus. 2020. Analisis Kesesuaian Dan Daya
Dukung Lingkungan Pulau Gili Noko Bawean Sebagai Kawasan
Ekowisata Pantai. Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Trunojoyo
Madura. Juvenil, volume 1 No. 1.
Simond, John O., 1978, Eartscape, New York: McGraw Hill Book Company
Pratesthi, P., Purwanti, F., & Rudiyanti, S. (2016). Studi Kesesuaian Wisata
Pantai Nglambor Sebagai Objek Rekreasi Pantai di Kabupaten
GunungKidul. Diponegoro Journal of Maquares, 5(4), 433–442.

Wahyuni, A. P., Yonvitner, & Setyobudidiandi, I. (2017). Daya Dukung Kawasan


Pantai Timur Kabupaten Bulukumba Untuk Aktivitas Wisata Bahari.
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(1), 135–150.

Yulianda. (2007). Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya


Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Seminar Sains 21 Februari 2007.

Yulianda, F. (2019). Ekowisata perairan: suatu konsep kesesuaian dan daya


dukung wisata bahari dan wisata air tawar. IPB Press.

31

Anda mungkin juga menyukai