Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

POTENSI DAYA TARIK EKOWISATA RIAM


SOLAKNG UNTUK WISATA ALAM DI DUSUN PETAI
BEJAMBU DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH
TEMILA KABUPATEN LANDAK

Oleh :

M.WINDI LISTIA
NIM. C1101191007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
POTENSI DAYA TARIK EKOWISATA RIAM
SOLAKNG UNTUK WISATA ALAM DI DUSUN PETAI
BEJAMBU DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH
TEMILA KABUPATEN LANDAK

M.Windi Listia
NIM. C1101191007

Jurusan Budidaya Pertanian

Tim Pembimbing :
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Ahmad Mulyadi, S.Si.,M.Si Yeni Hurriyani, S.Pi.,M.Si


NIP. 196603131998021001 NIP.198610252015042004

Disahkan Oleh:
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS.


NIP.196101261985031002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“potensi Daya Tarik ekowisata Air Terjun Riam Solakng yang terdapat di Dusun
Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak untuk
dijadikan tempat wisata alam” dengan baik dan sesuai waktu yang ditentukan.
Proposal penelitian ini ditujukan untuk memenuhi sebagian syarat akademik
program studi strata satu pada Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura. Penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hj. Denah Suswati, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura.
2. Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian.
3. Dr. F.X. Widadi P, S.Si, M.Si selaku Ketua Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan.
4. Ahmad Mulyadi, S.Si,M.Si selaku Dosen Pembimbing Pertama.
5. Yeni Hurriyani, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua.
6. Kedua orang tua yang telah mendukung dan mendoakan baik moril
maupun materil.
7. Teman-teman atas segala bantuan dan semangat.
8. Semua pihak yang membantu dalam penyelenggaraan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


proposal ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan oleh
penulis untuk penulisan yang lebih baik kedepannya. Semoga proposal penelitian ini
bermanfaat bagi semua pembaca.

Pontianak, April 2022

M.Windi Listia
C1101191007

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
A. Landasan Teori .................................................................................... 3
1. Terminologi Judul .......................................................................... 3
a. Potensi ....................................................................................... 4
b. Daya Tarik Wisata .................................................................... 4
c. Ekowisata ................................................................................... 6
2. Konservasi Air Terjun Riam Solakng ............................................ 7
3. Pengembangan Obyek Wisata ........................................................ 7
4. Potensi Wisata ............................................................................... 8
5. Ekowisata ...............................................................................8
6. Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata........................................9
7. Kerangka Pikir Penelitian..........................................................9
B. Kerangka Konsep ............................................................................... 10

III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 11


A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 11
B. Bahan dan Alat Penelitian .................................................................. 11
C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19

ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Bahan Penelitian....................................................................................... 11
2. Alat Penelitian .......................................................................................... 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Morfologi Udang Air Tawar ............................................................... 4


2. Kerangka Konsep ............................................................................... 10
3. Stasiun 1 ............................................................................................. 13
4. Stasiun 2 ............................................................................................. 13
5. Stasiun 3 ............................................................................................. 13

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 21

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan oleh
para wisatawan. Kegiatan ekowisata ini berbentuk khusus dari kegiatan
pariwasata yang ada. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu. Hakekatnya pengertian ekowisata adalah suatu bentuk
ekowisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami,
memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keuntungan budaya bagi
masyarakat setempat. Pada dasarnya bentuk ekowisata merupakan bentuk
gerakan konservasi yang di lakukan oleh penduduk (Fandeli, 2000).

Ekowisata menitik beratkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam
atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologis dapat diterima
dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi dalam kegiatan ekowisata secara
langsung akan memberi akses secara langsung kepada semua orang untuk
melihat, mengetahui, dan menikmati pemandangan alam juga kekayaan budaya
lokal masyarakat (Subadra, 2008). Ekowisata saat ini menjadi salah satu pilihan
yang digunakan dalam promosi lingkungan yang terjaga keasliannya dan menjadi
suatu kawasan kunjungan wisata.

Potensi ekowisata adalah suatu konsep pengembangan lingkungan yang


berbasisi pada pendekatan pemeliharaan dan konservasi alam. Potensi ekowisata
merupakan semua objek yang memerlukan banyak penanganan agara
memberikan daya tarik wisatawan. Potensi dapat dilihat dari daya dukung baik
kawasan ataupun jumlah pengunjung yang ada di kawasan ekowisata tersebut.

Kabupaten Landak mempunyai potensi wisata berupa keanekaragaman


sumberdaya dan keindahan alam. Potensi wisata ini belum dikenal secara luas,
salah satunya riam Solakng yang terletak di Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin,
Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak. Air terjun Riam Solakng dapat
ditempuh dalam waktu sekira satu jam menggunakan kendaraan roda empat dari
ibu kota Kabupaten Landak, Ngabang. Kawasan di sekitar riam Solakng masih
terjaga kelestariannya, memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna sehingga
berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata. Saat ini Riam Solakng telah menjadi
7

tempat wisata alam lokal, namun pengembangan objek wisata Riam Solakng
membutuhkan fasilitas yang memadai untuk meningkatkan intensitas kunjungan
wisatawan yang diharapkan berpengaruh terhadap tingkat sosial ekonomi
masyarakat di sekitarnya. Sampai saat ini belum diketahui potensi Riam Solakng
sehingga bisa dijadikan kawasan wisata.

Sebagai lokasi wisata yang cukup lama, obyek wisata Air Terjun Riam
Solakng belum dikelola dan dikembangkan sebagai lokasi wisata yang modern.
Hal ini dapat dilihat dari belum adanya sarana dan prasarana. Keadaan Air Terjun
Riam Solakng ini belum tertata dengan baik. Sementara tingkat peminat
pengunjung semakin meningkat, sehingga perlu ada pengelolaan agar obyek
wisata Air Terjun Riam Solakng ini memberikan pengaruh positif yang dapat
dipertahankan keberadaannya.

B. Rumusan Masalah
Wisata Air Terjun Riam Solakng merupakan salah satu sumberdaya obyek
wisata yang belum dikelola secara optimal dan belum dikembangkan lebih lanjut.

Berdasarkan penjabaran dari latar belakang maka adapun yang menjadi rumusan
masalah peneliti adalah:

1. Bagaimana tingkat potensi ekowisata Air Terjun Riam Solakng yang terdapat
di Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten
Landak untuk dijadikan tempat wisata alam?

2. Berapa nilai potensi ekowisata Air Terjun Riam Solakng yang terdapat di
Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten
Landak untuk dijadikan tempat wisata alam?

3. Bagaimana pengembangan potensi ekowisata Air Terjun Riam Solakng yang


terdapat di Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila,
Kabupaten Landak untuk dijadikan tempat wisata alam?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka, tujuan dari penelitian yang di


lakukan adalah untuk mengetahui:
8

1. Potensi objek Air Terjun Riam Solakng yang terdapat di Dusun Petai
Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak untuk
dijadikan tempat wisata alam?

2. Nilai kelayakan potensi wisata Air Terjun Riam Solakng yang terdapat di
Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten
Landak untuk dijadikan tempat wisata alam?

3. Pengembangan potensi wisata Air Terjun Riam Solakng yang terdapat di


Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten
Landak untuk dijadikan tempat wisata alam?

Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa
pembaca dan peneliti dapat menambah wawasan terkait pentingnya penataan
lingkungan yang bisa dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata.
2. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan petimbangan dan acuan bagi pemerintah dalam menentukan
kebijakan konservasi alam dan penataan lingkungan sebagai kawasan ekowisata.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan referensi bagi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan
ekowisata secara berkelanjutan baik persepektif lingkungan, biologi, sosial dan
ekonomi.
9

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori
2.1 Terminologi Judul
Untuk memahami maksud atau makna dari judul penelitian ini maka ada
baiknya peneliti menguraikan definisi tiap kata dalam judul tersebut. Adapun
devinisi perkata dalam judul ini adalah sebagai berikut:
a) Potensi
Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI) Potensi adalah suatu keamampuan
yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan atau kesanggupan
daya. (KBBI, 2016).
b) Daya Tarik Wisata
Menurut I Gusti Bagus Rai Utama (2016, p.142) Daya tarik wisata adalah segala
sesuatu disuatu tempat yang memiliki keunikan, keindahaan, kemudahan dan nilai
yang berwujud keanekaragaman kekayaan alam maupun buatan manusia yang
menarik dan mempunyai nilai untuk dikunjungi dan dilihat oleh wisatawan.
c) Ekowisata
Menurut (Rangkuti, 2017) yang merupakan suatu bentuk perjalanan wisata ke area
alami dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat, karena ekowisata sendiri tidak bisa
dipisahkan dengan konservasi.
Dari beberapa pengertian di atas untuk itu dapat disimpulkan bahwa judul penelitian
“POTENSI DAYA TARIK EKOWISATA RIAM SOLAKNG UNTUK
WISATA ALAM DI DUSUN PETAI BEJAMBU DESA SENAKIN
KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK“ merupakan
penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi potensi ekowisata di Dusun Petai
Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak yang
memiliki potensi untuk dikembangkan.

2.2. Konservasi
Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan
konservasi didefinisikan sebagai kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Ada tiga tujuan utama dalam kegiatan konservasi yaitu perlindungan,
10

pelestarian, dan pemanfaatan. Hutan konservasi sebagai perlindungan artinya


berupaya melindungi peranan keanekaragaman hayati sebagai sistem penyangga
kehidupan. Hutan konservasi sebagai pelestarian artinya melestarikan
keanekaragaman hayati yang ada dan mencegahnya dari kepunahan, sedangkan
hutan konservasi sebagai pemanfaatan artinya memanfaatkan dengan bijaksana dan
bertanggungjawab keanekaragaman hayati yang telah ada.

2.3. Air Terjun Riam Solakng


Air terjun Riam Solakng merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di
Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten
Landak. Air terjun Riam Solakng dapat ditempuh dalam waktu sekira satu jam
menggunakan kendaraan roda empat dari ibu kota Kabupaten Landak, Ngabang.
Kawasan di sekitar riam Solakng masih terjaga kelestariannya, memiliki
keanekaragaman jenis flora dan fauna sehingga berpotensi untuk dijadikan kawasan
wisata. Saat ini Riam Solakng telah menjadi tempat wisata alam lokal, namun
pengembangan objek wisata Riam Solakng membutuhkan fasilitas yang memadai
untuk meningkatkan intensitas kunjungan wisatawan yang diharapkan berpengaruh
terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Sampai saat ini belum
diketahui potensi Riam Solakng sehingga bisa dijadikan kawasan wisata.

2.4. Pengembangan Obyek Wisata


Pengembangan adalah proses, cara pembuatan mengembangkan kesasaran yang
dikehendaki (KBBI 1986, Balai Pustaka, Jakarta). Pengembangan adalah suatu usaha
menuju kearah yang lebih baik yang menyebabkan adanya perubahan dan
pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti kualitas dan kuantitas. Secara kualitas
berarti meningkatkan daya tarik obyek wisata melalui peningkatan mutu pelayanan.
Sedangkan secara kuantitas berarti perluasan keanekaragaman obyek wisata serta
akomodasi lainnya. Dalam upaya pengembangan suatu obyek wisata strategi-strategi
dalam pelaksanaannya diperlukan untuk membuat suatu obyek wisata menarik dan
memiliki daya jual yang tinggi. Adapun bentuk-bentuk strategi yang dilakukan
adalah strategi promosi keseluruhan paket wisata baik obyek wisata alam maupun
obyek wisata buatan melalui program pengembangan seperti:
11

1. Promosi dapat dilakukan melalui media brosur yang disebarkan di hotel atau
tempat umum (mall atau pusat perbelanjaan)
2. Bekerja sama pada pihak hotel-hotel untuk mempromosikan obyek wisata ke pasar
wisata internasional.
3. Promosi melalui media internet yang dapat dilakukan oleh pihak Sub Dinas
Pariwisata bekerjasama dengan pihak sponsor yang memiliki jaringan bisnis di
bidang pariwisata.
4. Suatu obyek wisata agar menjadi daerah tujuan wisata maka obyek wisata tersebut
harus siap menerima kedatangan wisatawan dengan memberikan pelayanan yang
baik setiap kunjungan wisatawan. Spillane (1990) menyatakan bahwa untuk
menciptakan pemasukan yang banyak dari wisatawan maka dilakukan langkah-
langkah diantara lain:
1. Meningkatkan pelayanan terpadu di pintu gerbang masuk wisatawan sehingga
mempermudah masuk wisatawan maupun keluar.
2. Meningkatkan pelayanan ke tempat tujuan wisata baik kegiatan pokok maupun
penunjang Menurut Yoeti (1996) ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya
pengembangan pariwisata sebagai industri. Ketiga faktor tersebut adalah:
1. Tersedianya obyek dan atraksi wisata yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik
bagi orang yang mengunjungi suatu daerah wisata. Misalnya keindahan alam, hasil
kebudayaan, tata cara hidup masyarakat, festival tradisional, dan upacara keagamaan.
2. Adanya accessibility yaitu prasara dan sarana dengan segala fasilitas sehingga
memungkinkan para wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata tersebut.
3. Tersedianya amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan
pelayanan kepada wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dapat dilakukan
baik di dalam maupun di luar negeri. Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa
dalam pengembangan pariwisata, pemerintah memainkan peranan bahkan memiliki
tanggung jawab dalam hal berikut:
1. Peraturan tata guna lahan pengembangan kawasan pariwisata
2. Perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya
3. Penyediaan infrastruktur pariwisata
4. Kebijakan fasilitas fiscal, pajak, kredit, dan ijin usaha
5. Keamanan dan kenyamanan berwisata
12

6. Jaminan kesehatan
7. Penguatan kelembagaan pariwisata
8. Pendampingan dan promosi pariwisata
9. Regulasi persaingan usaha
10. Pengembangan sumberdaya manusia
Masyarakat lokal sebagai pihak yang menerima kedatangan wisatawan, perlu
dilibatkan dalam proses pengembangan pariwisata, supaya keberhasilanya lebih
terjamin. Berbagai peran dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat dalam
pengembangan pariwisata di daerahnya. Peran yang dimaksud adalah:
1. Menjadi pemandu wisata
2. Menjadi pelaku usaha pariwisata
3. Mengaktualisasikan budaya masa lalu
4. Mengembangkan lembaga pariwisata Menurut Mahdy (1998), peranan masyarakat
dalam pengembangan adalah melalui perilakunya tentang kesadaran setiap warga
masyarakat untuk merasa bertanggung jawab dan berpartisipasi di bidang pariwisata
yang dikenal dengan istilah „sadar wisata.‟

2.5. Potensi Wisata


Pengertian potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (1983: 160-162) adalah
segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar
orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Sukardi (1998:67), juga
mengungkapkan pengertian yang sama mengenai potensi wisata, sebagai segala yang
dimiliki oleh suatu daya tarik wisata dan berguna untuk mengembangkan industri
pariwisata di daerah tersebut. Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah
sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata. Dalam
penelitian ini potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu: potensi alam, potensi
kebudayaan dan potensi manusia.
1. Potensi Alam
Yang dimaksud dengan potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan fauna suatu
daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dll (keadaan fisik suatu
daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika dikembangkan dengan
13

memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya niscaya akan menarik wisatawan


untuk berkunjung ke obyek tersebut.
2. Potensi Kebudayaan
yang dimaksud dengan potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa
manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah
nenek moyang berupa bangunan, monument, dll.
3. Potensi Manusia
Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata,
lewat pementasan tarian/ pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu daerah.

2.6. Ekowisata
Ekowisata adalah suatu perpaduan berbagai minat yang tumbuh dari rasa
keprihatinan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Ada beberapa padanan yang sering
digunakan antara lain: natural-based tourism, green travel, responsible travel, low
impact tourism, village based tourism, sustainable tourism, cultural tourism, heritage
tourism, rural tourism. Masyarakat Ekoturisme Internasional (IES) memberikan
definisi ekowisata (ecotourims) adalah suatu bentuk perjalanan yang bertanggung
jawab ke daerah alami yang lingkungannya dilindungi dan mampu meningkatkan
kesejahteraan penduduk lokal. Empat gambaran perjalanan yang umumnya
berlabelkan ekowisata, yaitu:
1. Wisata berbasis alamiah (nature-based tourism),
2. kawasan konservasi sebagai pendukung obyek wisata (concervation supporting
tourism), 3. Wisata yang sangat peduli lingkungan (environmentally aware tourism).
4. Wisata yang berkelanjutan (sustainallyrun tourism) (Weaver 2001) Ekowisata
dalam teori dan prakteknya tumbuh dari kritik terhadap pariwisata massal, yang
dipandang merusak terhadap landasan sumberdayanya, yaitu lingkungan dan
kebudayaan. Kritik ini melahirkan berbagai istilah baru, antara lain adalah pariwisata
alternatif, pariwisata yang bertanggung jawab, pariwisata berbasis komunitas, dan
eko-wisata. Alasan umum penggunaan konsep ini adalah karena dapat
menggambarkan pariwisata yang termasuk:
1. Bukan pariwisata berskala besar/massal
2. Mengikuti prinsip-prinsip keberlanjutan
14

3. Mempererat hubungan antar bangsa.

2.7. Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata


Menurut Arafah dan Alamsyah (2012). Analisis kelayakan ekowisata dibagi
kedalam tujuh aspek yaitu :
1. Daya Tarik
Daya tarik wisata alam adalah potensi objek wisata yang menjadi objek kunjungan
wisata alam antara lain Keunikan sumber daya alam, banyaknya sumberdaya alam
yang menonjol, kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan, kebersihan lokasi objek
wisata, tidak ada pengaruh dari, keamanan kawasan, kenyamanan. Kriteria daya tarik
diberi bobot 6 karena daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan
datangnya pengunjung.
2. Aksessibilitas
Kadar hubungan/aksesibilitas merupakan faktor yang sangat penting dalam
mendorong potensi pasar seperti kondisi dan jarak jalan darat dari ibu kota propinsi,
Jarak dari Pintu gerbang udara internasional/domestik, Waktu tempuh dari ibukota
propinsi, bobot nilainya 5.
3. Akmodasi
Akomodasi merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan wisata yaitu
jumlah penginapan dan jumlah kamar bobot nilainya 3. Jarak tempat akomodasi 5 -
15 km dari objek wisata.
4. Sarana dan Prasarana Penunjang
Sarana dan prasarana penunjang adalah sarana dan prasarana yang dapat menunjang
kegiatan kepariwisataan dan berada pada radius 20 km dari batas luar objek. Peranan
dari sarana dan prasarana penunjang adalah untuk menunjang kemudahan dan
kepuasan pengunjung. Unsur-unsur yang termasuk dalam prasarana penunjang dalam
penelitian ini diantaranya kantor pos, warnet, jaringan telepon seluler,
puskesmas/klinik, wartel. Sedangkan sarana penunjangnya adalah rumah
makan/minum, pusat perbelanjaan/pasar, bank, tempat peribadatan dan toilet umum.
5. Keamanan
Keamanan dalam lokasi wisata merupakan salah satu hal yang harus
dipertimbangkan dalam berwisata, karena hal ini menyangkut persoalan kenyamanan
15

dan kepuasan dalam menikmati suasana alami selama perjalanan menuju kawasan
wisata. Adapun hal yang menjadi unsur penilaian keamanan diantaranya
kenyamanan perjalanan dan kondisi jembatan menuju objek wisata.
6. Hubungan dengan Objek Wisata Lain
Hubungan dengan objek wisata lain harus diperhatikan dalam pengembangan
suatu objek wisata, guna mengetahui adanya ancaman atau dukungan yang
diakibatkan oleh keberadaan objek wisata lain bagi perkembangan wisata ke depan.
Unsur yang termasuk dalam penilaian hubungan dengan objek wisata lain yaitu jarak
objek-objek wisata lain baik sejenis maupun tidak sejenis di Kabupaten/Kota yang
berdekatan dengan objek.
Menurut Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003. Fungsi kriteria dan indikator adalah
sebagai dasar dalam pengembangan ODTWA melalui penetapan unsur kriteria,
penetapan bobot, penghitungan masing-masing sub unsur dan penjumlahan semua
nilai unsur kriteria. Tujuan membuat kriteria ini adalah untuk menentukan skala
prioritas pengembangan ODTWA dan mengintensifikasikan pemanfaatan dan
pembinaan suatu ODTWA. Pemberian bobot pada setiap kriteria menurut pedoman
ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 adalah berbeda-beda. Kriteria dasar yang dipakai
dalam penilaian kelayakan taman wisata alam adalah sebagai berikut :

2.8. Kerangka Pikir Penelitian


a. Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, Kawasaan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan
oleh Pemerintah untuk di pertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
b. Permandian Air Terjun Pulau Loeha adalah Tempat wisata yang berada dalam
Kawasan hutan yang masih terjaga panoramanya dan masih alami tanpa campur
tangan manusia.
c. Potensi Ekowisata adalah Kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dapat di kembangkan karena mempunyai daya tarik untuk dikunjungi dari sebuah
obyek wisatas alam ( Yose Rizal SM, 1994: 308 ).
d. Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya
Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan,
16

kemudahan,dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisata
e. Pendukung Wisata sangat penting dalam pengembangan wisata yaitu dari
Aksessibilitas dimaksud agar Wisatawan Interlokal dan lokal dapat dengan mudah
dalam pencapaian tujuan ketempat Wisata Air Terjun Pulau Loeha dan dalam bidang
Akomodasi juga salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan wisata khususnya
dari pengunjung yang cukup jauh,dengan adanya penginapan pengunjung yang dari
jauh dapat untuk singgah beristirahat ataupun menginap jika pengunjung masih ada
keinginan melakukan kunjungan kembali pada esok harinya, dan dalam Sarana dan
Prasarana yang menunjang kelancaran mengembangkan Wisata karna dalam bidang
Prasarana meliputi adanya jaringan telpon, puskesmas, jaringan listrik, jaringan air
minum.
f. Analisis kelayakan Pengembangan ADO – ODTWA Dirjen PHKA 2003 adalah
metode yang dipakai untuk Pengembangan suatu wisata yang sesuai dengan nilai
yang telah ditentukan untuk masing – masing kriteria. Aspek – aspek yang dinilai
mulai dari Daya tarik, Aksessibilitas, Akomodasi dan Sarana dan Prasarana. .
g. Pengembangan yaitu suatu usaha menuju kearah yang lebih baik yang
menyebabkan adanya perubahan dan pertumbuhan dalam suatu wisata yang
sebelumnya belum layak berkembang menjadi suatu wisata yang sudah layak.
17

Air Terjun Riam Solakng

Potensi Wisata

Pendukung Wisata
Daya Tarik Wisata Aksessibilitas
Akomodasi
Sarana dan Prasarana Wisata

Analisis Kelayakan Pengembangan

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


18

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September-November 2022 di wisata Air
Terjun Riam Solakng yang terdapat di Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin,
Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak.

B. Bahan dan Alat Penelitian


Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Alat yang digunkan pada penelitian ini adalah:

a. Kamera

b. Alat tulis menulis

Bahan yang diperlukan pada penelitian ini yaitu:

a. Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADOODTWA) Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi.

b. Kuesioner untuk pengunjung dan panduan wawancara (pengelola dan masyakat


disekitar Taman Wisata Alam).

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Data primer

Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya baik secara wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok, maupun
hasil observasi dari suatu obyek, kejadian, atau hasil pengujian. Dalam hal ini,
peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan kuisioner atau dengan cara
mengamati/observasi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung; misalnya
melalui buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan
19

maupun yang tidak dipublikasikan secara umum seperti keadaan geografis wilayah
penelitian

3.4. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Wawancara berstruktur dengan menggunakan daftar kuisioner, Sasaran pada


wawancara ini yaitu pihak pengelolah kawasan TWA Danau Towuti dan Pengunjung
Air Terjun Pulau Loeha dan Masyarakat sekitar Air Terjun Pulau Loeha. Metode
wawancara ini dimulai dari mewawancarai pengunjung setelah itu penduduk
kemudian terakhir pengelolah kawasan.

1) Pengunjung

Teknik pengambilan sampel pengunjung menggunakan sampling kuota yaitu teknik


untuk menetukan sampel dari populasi yang mempunyai ciriciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2010: 124). Anggota sampel adalah siapa
saja yang dijumpai pada waktu pengambilan data, Jumlah responden yaitu ada 30
responden. Penentuan responden berdasarkan kondisi pengunjung yang datang di
lokasi, jadwal pengunjung tidak menentu dalam sebulan biasanya hanya ada dua
sampai tiga kali bahkan kadang tidak ada kunjungan sama sekali dikarenakan lokasi
Air Terjun Pulau Loeha belum ada pengembangan.

2) Penduduk

Jumlah responden yaitu sebanyak 30 responden. Mereka yang menjadi responden


adalah masyarakat Desa Loeha yang mengetahui secara detail Air Terjun Pulau
Loeha. Penentuan masyarakat sebagai sampel yakni dengan menggunakan Random
sampling atau teknik pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, Sugyono (2001:57).

3) Pengelola

Dalam teknik pengambilan sampel Pengelola TWA Danau Towuti yang dijadikan
sebagai responden dengan metode sampel purposive (Purposive sampling). Metode
pengambilan data dengan teknik Purposive Sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000: 141).
20

Sampel yang ditentukan oleh peneliti yaitu pengelola yang benar-benar mengetahui
pasti informasi-informasi tentang Air Terjun Pulau Loeha. Adapun sampel
berjumlah dua orang, pengelola yaitu kepala TWA Danau Towuti dan Kepala Desa
Loeha.

a. Observasi, yaitu pengumpulan data primer yang dilakukan dengan cara


mengadakan pengamatan langsung terhadap fenomena – fenomena yang tampak
pada objek penelitian dilapangan.

b. Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pencatatan dan pengambilan gambar di


lapangan melalui pemotretan dan fotocopy data sekunder dari instansi terkait.

3.5. Variabel Penelitian Penilaian Potensi Wisata dan Dayatarik

Variabel yang dianalisis pada penelitian ini yaitu mengacu pada Pedoman

Analisi Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam ADO-ODTWA Dirjen
PHKA 2003. Adapun komponen yang akan di catat dan dinilai adalah daya tarik,
aksesibilitas, akomodasi, sarana dan prasarana penunjang. Adapun penjabaran
mengenai variabel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Variabel Penelitian pada objek wisata Air Terjun Riam Solakng

Variabel Sub indikator Sub indikator Bobot


Variabel
Pengembangan Faktor Daya tarik  Keunikan
Potensi Air kelayakan SDA
Terjun Riam ekowisata  Banyaknya
Solakng SDA yang
menonjol
 Kegiatan 6
wisata alam
yang dapat
dinikmati
 Kebersihan
lokasi objek
21

wisata
 Keamanan
kawasan
 Kenyamana
n
Aksessibili  Jarak dari
tas kota
 Waktu
tempuh
 Tipe jalan 5

 Kondisi
jalan
Akomodasi  Jumlah
akomodasi
 Jumlah 3
kamar
Sarana dan  Prasarana
prasarana penunjang
penunjang  Sarana 3
penunjang
Sumber: Dirjen PHKA tahun 2003.

Kriteria kelayakan daya tarik objek wisata dapat dinilai dari beberapa aspek :

1. Daya Tarik

Layak : 840 - 1080

Kurang Layak : 600 - 840

Tidak Layak : < 600

2. Aksessibilitas

Layak : 500 >

Kurang Layak : 400 -500


22

Tidak Layak : < 400

3. Akomodasi

Layak : 140 -180

Kurang Layak : 100 - 140

Tidak Layak : < 100

4. Sarana dan Prasarana

Layak : 220 >

Belum Layak : 140 -220

Tidak Layak : <140

3.6. Analisis Data Objek Wisata Air Terjun Riam Solakng

Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu:

1. Analisis kualitatif deskriptif yaitu metode analisis yang bertujuan untuk


menggambarkan dan menjelaskan pada potensi objek ekowisata dalam kawasan
melalui hasil yang diperoleh dalam penelitian. Menurut Kusmayadi dan Sugiarto
(2000): Analisis kuantitatif adalah data yang menggunakan alat bantu statistik
sehingga memudahkan penafsiran data mentah yang diperoleh. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang dibagikan kepada responden.

2. Metode Penilaian Kelayakan Ekowisata dengan kriteria Penilaian menurut


Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 sesuai dengan nilai yang telah ditentukan
untuk masing-masing kriteria.

Perhitungan untuk masing-masing kriteria tersebut menggunakan tabulasi dimana


angka-angka diperoleh dari hasil penilaian responden dan peneliti yang nilai
bobotnya berpedoman pada pedoman penilaian ODTWA PHKA tahun 2003.
Pemberian bobot pada setiap kriteria menurut pedoman ADO-ODTWA Dirjen
PHKA 2003 adalah berbeda-beda. Kriteria daya tarik diberi 6 karena merupakan
faktor utama seseorang melakukan kegiatan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5
23

karena merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan untuk melakukan


kegiatan wisata. Akomodasi dan sarana/prasarana diberi bobot 3 karena merupakan
faktor penunjang dalam kegiatan wisata. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian
ODTWA dapat dihitung dengan rumus:

S=NxB

Ket.

S = skor/nilai suatu kriteria

N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria

B = bobot nilai (Ginting, dkk, 2015).

Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu kriteria. Skor
yang diperoleh dari setiap variabel akan di tentukan tingkat kelayakanya
menggunakan rumus interval yaitu:


Interval =

Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah sebagai berikut:

Tingkat Kelayakan > 66,6 % : Layak dikembangkan (tinggi),dengan kriteria suatu


kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang tinggi berdasarkan
parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksessibilitas yang memadai.

Tingkat kelayakan 33,3 % hingga 66,6 % : Belum layak dikembangkan


(sedang),dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan
prasarana yang sedang berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung
oleh aksessibilitas yang cukup memadai.

Tingkat kelayakan < 33,3 % : Tidak layak dikembangkan (rendah), dengan kriteria
suatu kawasan wisata yang memiliki potensi sarana dan prasarana yang rendah
berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta akssesibilitas yang kurang
memadai.
24

C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Desa Senakin merupakan salah satu desa yang terletak dalam wilayah kecamatan
Sengah Temila Kabupaten Daerah Tingkat II Pontianak. Jarak antara desa Senakin
dengan ibu kota kecamatan adalah 17 KM, sedangkan dengan kota Mempawah
sebagai ibu kota kabupaten berjarak kurang lebih 60 KM.
Secara Administratif desa ini mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan desa Serimbang,
- Sebelah Timur berbatasan dengan desa Ladangan Sesampe,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Ajo dan desa Beres,
- Sebelah Barat berbatasan dengan desa Andeng.
Adapun luas desa Senakin adalah 1.728,79 Ha.

1. Stasiun 1 titik koordinat 0o21‟34.4”N 109o35‟50.5”E


2. Stasiun 2 titik koordinat 0o21‟34.7”N 109o35‟52.2”E
3. Stasiun 3 titik koordinat 0o21‟33.8”N109o35‟55.4”E

Gambar 2. Stasiun 1 Gambar 3. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 3


25

DAFTAR PUSTAKA
Arafah, N. dan Flamin, A., 2012. Analisis Kelayakan Pengembangan Ekowisata Di
kawasan Hutan Lindung Kecamatan Anggaberi Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara. Fakultas Kehutanan Universitas Halu Oleo
kendari. Kendari. Jurnal Layanan Kehutanan Masyarakat, Vol 1 No 1 2012.
Depdikbud, 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Fandeli, C. (2000). Pengusahaan Ekowisata. (C Fandeli dan Muklison, Ed.).
Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, UKSDAJogja dan Pustaka Pelajar
Ginting, I. A., Panata P. Dan Rahmawati. 2015. Penilaian dan Pengembangan
Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA)
Sibolangit. USU. Medan.
Ibrahim, Mahdy.1998. Buku Pintar dan Sadar Wisata. Jakarta
James. J., Spillane. 1990. Pariwisata Indonesia dengan Prospeknya. Yogyakarta:
Kanisius.
Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000 Metodologi Penelitian dalam. Bidang
Kepariwisataan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Statistika. Pariwisata
Deskriptif. Jakarta:
KBBI, 2016 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Availabel
at:http//kbbi.web.id/pusat. [Diakses 21 Juni 2016].
Rangkuti, Freddy. 2017. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Sugyono dan Kusmayadi, 2000 Metode Penelitian Kusmayadi. (2000). Metodologi
Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan, Jakarta. 48
Subadra, IN. 2008. Eowisata Sebagai Wahana Pelestarian Alam. Bali. [online],
http/Bali Tourism Watch Ekowisata sebagai Wahana Pelestarian Alam
Welcome to Bali Tourism Watch.html
Utama, I Gusti Bagus Rai, 2016, Pengantar Industri Pariwisata, Deepublish,
Yogyakarta.
Weaver, D., 2001. Ecotourism. Australia: John Wiley and Sons Australia, Ltd.

Anda mungkin juga menyukai