Oleh :
M.WINDI LISTIA
NIM. C1101191007
M.Windi Listia
NIM. C1101191007
Tim Pembimbing :
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua
Disahkan Oleh:
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“potensi Daya Tarik ekowisata Air Terjun Riam Solakng yang terdapat di Dusun
Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak untuk
dijadikan tempat wisata alam” dengan baik dan sesuai waktu yang ditentukan.
Proposal penelitian ini ditujukan untuk memenuhi sebagian syarat akademik
program studi strata satu pada Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura. Penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hj. Denah Suswati, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura.
2. Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian.
3. Dr. F.X. Widadi P, S.Si, M.Si selaku Ketua Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan.
4. Ahmad Mulyadi, S.Si,M.Si selaku Dosen Pembimbing Pertama.
5. Yeni Hurriyani, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua.
6. Kedua orang tua yang telah mendukung dan mendoakan baik moril
maupun materil.
7. Teman-teman atas segala bantuan dan semangat.
8. Semua pihak yang membantu dalam penyelenggaraan proposal ini.
M.Windi Listia
C1101191007
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Bahan Penelitian....................................................................................... 11
2. Alat Penelitian .......................................................................................... 11
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 21
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan oleh
para wisatawan. Kegiatan ekowisata ini berbentuk khusus dari kegiatan
pariwasata yang ada. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu. Hakekatnya pengertian ekowisata adalah suatu bentuk
ekowisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami,
memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keuntungan budaya bagi
masyarakat setempat. Pada dasarnya bentuk ekowisata merupakan bentuk
gerakan konservasi yang di lakukan oleh penduduk (Fandeli, 2000).
Ekowisata menitik beratkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam
atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologis dapat diterima
dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi dalam kegiatan ekowisata secara
langsung akan memberi akses secara langsung kepada semua orang untuk
melihat, mengetahui, dan menikmati pemandangan alam juga kekayaan budaya
lokal masyarakat (Subadra, 2008). Ekowisata saat ini menjadi salah satu pilihan
yang digunakan dalam promosi lingkungan yang terjaga keasliannya dan menjadi
suatu kawasan kunjungan wisata.
tempat wisata alam lokal, namun pengembangan objek wisata Riam Solakng
membutuhkan fasilitas yang memadai untuk meningkatkan intensitas kunjungan
wisatawan yang diharapkan berpengaruh terhadap tingkat sosial ekonomi
masyarakat di sekitarnya. Sampai saat ini belum diketahui potensi Riam Solakng
sehingga bisa dijadikan kawasan wisata.
Sebagai lokasi wisata yang cukup lama, obyek wisata Air Terjun Riam
Solakng belum dikelola dan dikembangkan sebagai lokasi wisata yang modern.
Hal ini dapat dilihat dari belum adanya sarana dan prasarana. Keadaan Air Terjun
Riam Solakng ini belum tertata dengan baik. Sementara tingkat peminat
pengunjung semakin meningkat, sehingga perlu ada pengelolaan agar obyek
wisata Air Terjun Riam Solakng ini memberikan pengaruh positif yang dapat
dipertahankan keberadaannya.
B. Rumusan Masalah
Wisata Air Terjun Riam Solakng merupakan salah satu sumberdaya obyek
wisata yang belum dikelola secara optimal dan belum dikembangkan lebih lanjut.
Berdasarkan penjabaran dari latar belakang maka adapun yang menjadi rumusan
masalah peneliti adalah:
1. Bagaimana tingkat potensi ekowisata Air Terjun Riam Solakng yang terdapat
di Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten
Landak untuk dijadikan tempat wisata alam?
2. Berapa nilai potensi ekowisata Air Terjun Riam Solakng yang terdapat di
Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten
Landak untuk dijadikan tempat wisata alam?
Tujuan Penelitian
1. Potensi objek Air Terjun Riam Solakng yang terdapat di Dusun Petai
Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak untuk
dijadikan tempat wisata alam?
2. Nilai kelayakan potensi wisata Air Terjun Riam Solakng yang terdapat di
Dusun Petai Bejambu, Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten
Landak untuk dijadikan tempat wisata alam?
Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
pembaca dan peneliti dapat menambah wawasan terkait pentingnya penataan
lingkungan yang bisa dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata.
2. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan petimbangan dan acuan bagi pemerintah dalam menentukan
kebijakan konservasi alam dan penataan lingkungan sebagai kawasan ekowisata.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan referensi bagi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan
ekowisata secara berkelanjutan baik persepektif lingkungan, biologi, sosial dan
ekonomi.
9
2.2. Konservasi
Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan
konservasi didefinisikan sebagai kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Ada tiga tujuan utama dalam kegiatan konservasi yaitu perlindungan,
10
1. Promosi dapat dilakukan melalui media brosur yang disebarkan di hotel atau
tempat umum (mall atau pusat perbelanjaan)
2. Bekerja sama pada pihak hotel-hotel untuk mempromosikan obyek wisata ke pasar
wisata internasional.
3. Promosi melalui media internet yang dapat dilakukan oleh pihak Sub Dinas
Pariwisata bekerjasama dengan pihak sponsor yang memiliki jaringan bisnis di
bidang pariwisata.
4. Suatu obyek wisata agar menjadi daerah tujuan wisata maka obyek wisata tersebut
harus siap menerima kedatangan wisatawan dengan memberikan pelayanan yang
baik setiap kunjungan wisatawan. Spillane (1990) menyatakan bahwa untuk
menciptakan pemasukan yang banyak dari wisatawan maka dilakukan langkah-
langkah diantara lain:
1. Meningkatkan pelayanan terpadu di pintu gerbang masuk wisatawan sehingga
mempermudah masuk wisatawan maupun keluar.
2. Meningkatkan pelayanan ke tempat tujuan wisata baik kegiatan pokok maupun
penunjang Menurut Yoeti (1996) ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya
pengembangan pariwisata sebagai industri. Ketiga faktor tersebut adalah:
1. Tersedianya obyek dan atraksi wisata yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik
bagi orang yang mengunjungi suatu daerah wisata. Misalnya keindahan alam, hasil
kebudayaan, tata cara hidup masyarakat, festival tradisional, dan upacara keagamaan.
2. Adanya accessibility yaitu prasara dan sarana dengan segala fasilitas sehingga
memungkinkan para wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata tersebut.
3. Tersedianya amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan
pelayanan kepada wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dapat dilakukan
baik di dalam maupun di luar negeri. Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa
dalam pengembangan pariwisata, pemerintah memainkan peranan bahkan memiliki
tanggung jawab dalam hal berikut:
1. Peraturan tata guna lahan pengembangan kawasan pariwisata
2. Perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya
3. Penyediaan infrastruktur pariwisata
4. Kebijakan fasilitas fiscal, pajak, kredit, dan ijin usaha
5. Keamanan dan kenyamanan berwisata
12
6. Jaminan kesehatan
7. Penguatan kelembagaan pariwisata
8. Pendampingan dan promosi pariwisata
9. Regulasi persaingan usaha
10. Pengembangan sumberdaya manusia
Masyarakat lokal sebagai pihak yang menerima kedatangan wisatawan, perlu
dilibatkan dalam proses pengembangan pariwisata, supaya keberhasilanya lebih
terjamin. Berbagai peran dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat dalam
pengembangan pariwisata di daerahnya. Peran yang dimaksud adalah:
1. Menjadi pemandu wisata
2. Menjadi pelaku usaha pariwisata
3. Mengaktualisasikan budaya masa lalu
4. Mengembangkan lembaga pariwisata Menurut Mahdy (1998), peranan masyarakat
dalam pengembangan adalah melalui perilakunya tentang kesadaran setiap warga
masyarakat untuk merasa bertanggung jawab dan berpartisipasi di bidang pariwisata
yang dikenal dengan istilah „sadar wisata.‟
2.6. Ekowisata
Ekowisata adalah suatu perpaduan berbagai minat yang tumbuh dari rasa
keprihatinan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Ada beberapa padanan yang sering
digunakan antara lain: natural-based tourism, green travel, responsible travel, low
impact tourism, village based tourism, sustainable tourism, cultural tourism, heritage
tourism, rural tourism. Masyarakat Ekoturisme Internasional (IES) memberikan
definisi ekowisata (ecotourims) adalah suatu bentuk perjalanan yang bertanggung
jawab ke daerah alami yang lingkungannya dilindungi dan mampu meningkatkan
kesejahteraan penduduk lokal. Empat gambaran perjalanan yang umumnya
berlabelkan ekowisata, yaitu:
1. Wisata berbasis alamiah (nature-based tourism),
2. kawasan konservasi sebagai pendukung obyek wisata (concervation supporting
tourism), 3. Wisata yang sangat peduli lingkungan (environmentally aware tourism).
4. Wisata yang berkelanjutan (sustainallyrun tourism) (Weaver 2001) Ekowisata
dalam teori dan prakteknya tumbuh dari kritik terhadap pariwisata massal, yang
dipandang merusak terhadap landasan sumberdayanya, yaitu lingkungan dan
kebudayaan. Kritik ini melahirkan berbagai istilah baru, antara lain adalah pariwisata
alternatif, pariwisata yang bertanggung jawab, pariwisata berbasis komunitas, dan
eko-wisata. Alasan umum penggunaan konsep ini adalah karena dapat
menggambarkan pariwisata yang termasuk:
1. Bukan pariwisata berskala besar/massal
2. Mengikuti prinsip-prinsip keberlanjutan
14
dan kepuasan dalam menikmati suasana alami selama perjalanan menuju kawasan
wisata. Adapun hal yang menjadi unsur penilaian keamanan diantaranya
kenyamanan perjalanan dan kondisi jembatan menuju objek wisata.
6. Hubungan dengan Objek Wisata Lain
Hubungan dengan objek wisata lain harus diperhatikan dalam pengembangan
suatu objek wisata, guna mengetahui adanya ancaman atau dukungan yang
diakibatkan oleh keberadaan objek wisata lain bagi perkembangan wisata ke depan.
Unsur yang termasuk dalam penilaian hubungan dengan objek wisata lain yaitu jarak
objek-objek wisata lain baik sejenis maupun tidak sejenis di Kabupaten/Kota yang
berdekatan dengan objek.
Menurut Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003. Fungsi kriteria dan indikator adalah
sebagai dasar dalam pengembangan ODTWA melalui penetapan unsur kriteria,
penetapan bobot, penghitungan masing-masing sub unsur dan penjumlahan semua
nilai unsur kriteria. Tujuan membuat kriteria ini adalah untuk menentukan skala
prioritas pengembangan ODTWA dan mengintensifikasikan pemanfaatan dan
pembinaan suatu ODTWA. Pemberian bobot pada setiap kriteria menurut pedoman
ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 adalah berbeda-beda. Kriteria dasar yang dipakai
dalam penilaian kelayakan taman wisata alam adalah sebagai berikut :
kemudahan,dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisata
e. Pendukung Wisata sangat penting dalam pengembangan wisata yaitu dari
Aksessibilitas dimaksud agar Wisatawan Interlokal dan lokal dapat dengan mudah
dalam pencapaian tujuan ketempat Wisata Air Terjun Pulau Loeha dan dalam bidang
Akomodasi juga salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan wisata khususnya
dari pengunjung yang cukup jauh,dengan adanya penginapan pengunjung yang dari
jauh dapat untuk singgah beristirahat ataupun menginap jika pengunjung masih ada
keinginan melakukan kunjungan kembali pada esok harinya, dan dalam Sarana dan
Prasarana yang menunjang kelancaran mengembangkan Wisata karna dalam bidang
Prasarana meliputi adanya jaringan telpon, puskesmas, jaringan listrik, jaringan air
minum.
f. Analisis kelayakan Pengembangan ADO – ODTWA Dirjen PHKA 2003 adalah
metode yang dipakai untuk Pengembangan suatu wisata yang sesuai dengan nilai
yang telah ditentukan untuk masing – masing kriteria. Aspek – aspek yang dinilai
mulai dari Daya tarik, Aksessibilitas, Akomodasi dan Sarana dan Prasarana. .
g. Pengembangan yaitu suatu usaha menuju kearah yang lebih baik yang
menyebabkan adanya perubahan dan pertumbuhan dalam suatu wisata yang
sebelumnya belum layak berkembang menjadi suatu wisata yang sudah layak.
17
Potensi Wisata
Pendukung Wisata
Daya Tarik Wisata Aksessibilitas
Akomodasi
Sarana dan Prasarana Wisata
METODE PENELITIAN
a. Kamera
a. Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADOODTWA) Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Data primer
Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya baik secara wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok, maupun
hasil observasi dari suatu obyek, kejadian, atau hasil pengujian. Dalam hal ini,
peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan kuisioner atau dengan cara
mengamati/observasi.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung; misalnya
melalui buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan
19
maupun yang tidak dipublikasikan secara umum seperti keadaan geografis wilayah
penelitian
Metode pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Pengunjung
2) Penduduk
3) Pengelola
Dalam teknik pengambilan sampel Pengelola TWA Danau Towuti yang dijadikan
sebagai responden dengan metode sampel purposive (Purposive sampling). Metode
pengambilan data dengan teknik Purposive Sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000: 141).
20
Sampel yang ditentukan oleh peneliti yaitu pengelola yang benar-benar mengetahui
pasti informasi-informasi tentang Air Terjun Pulau Loeha. Adapun sampel
berjumlah dua orang, pengelola yaitu kepala TWA Danau Towuti dan Kepala Desa
Loeha.
Variabel yang dianalisis pada penelitian ini yaitu mengacu pada Pedoman
Analisi Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam ADO-ODTWA Dirjen
PHKA 2003. Adapun komponen yang akan di catat dan dinilai adalah daya tarik,
aksesibilitas, akomodasi, sarana dan prasarana penunjang. Adapun penjabaran
mengenai variabel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Variabel Penelitian pada objek wisata Air Terjun Riam Solakng
wisata
Keamanan
kawasan
Kenyamana
n
Aksessibili Jarak dari
tas kota
Waktu
tempuh
Tipe jalan 5
Kondisi
jalan
Akomodasi Jumlah
akomodasi
Jumlah 3
kamar
Sarana dan Prasarana
prasarana penunjang
penunjang Sarana 3
penunjang
Sumber: Dirjen PHKA tahun 2003.
Kriteria kelayakan daya tarik objek wisata dapat dinilai dari beberapa aspek :
1. Daya Tarik
2. Aksessibilitas
3. Akomodasi
S=NxB
Ket.
Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu kriteria. Skor
yang diperoleh dari setiap variabel akan di tentukan tingkat kelayakanya
menggunakan rumus interval yaitu:
–
Interval =
Tingkat kelayakan < 33,3 % : Tidak layak dikembangkan (rendah), dengan kriteria
suatu kawasan wisata yang memiliki potensi sarana dan prasarana yang rendah
berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta akssesibilitas yang kurang
memadai.
24
DAFTAR PUSTAKA
Arafah, N. dan Flamin, A., 2012. Analisis Kelayakan Pengembangan Ekowisata Di
kawasan Hutan Lindung Kecamatan Anggaberi Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara. Fakultas Kehutanan Universitas Halu Oleo
kendari. Kendari. Jurnal Layanan Kehutanan Masyarakat, Vol 1 No 1 2012.
Depdikbud, 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Fandeli, C. (2000). Pengusahaan Ekowisata. (C Fandeli dan Muklison, Ed.).
Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, UKSDAJogja dan Pustaka Pelajar
Ginting, I. A., Panata P. Dan Rahmawati. 2015. Penilaian dan Pengembangan
Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA)
Sibolangit. USU. Medan.
Ibrahim, Mahdy.1998. Buku Pintar dan Sadar Wisata. Jakarta
James. J., Spillane. 1990. Pariwisata Indonesia dengan Prospeknya. Yogyakarta:
Kanisius.
Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000 Metodologi Penelitian dalam. Bidang
Kepariwisataan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Statistika. Pariwisata
Deskriptif. Jakarta:
KBBI, 2016 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Availabel
at:http//kbbi.web.id/pusat. [Diakses 21 Juni 2016].
Rangkuti, Freddy. 2017. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Sugyono dan Kusmayadi, 2000 Metode Penelitian Kusmayadi. (2000). Metodologi
Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan, Jakarta. 48
Subadra, IN. 2008. Eowisata Sebagai Wahana Pelestarian Alam. Bali. [online],
http/Bali Tourism Watch Ekowisata sebagai Wahana Pelestarian Alam
Welcome to Bali Tourism Watch.html
Utama, I Gusti Bagus Rai, 2016, Pengantar Industri Pariwisata, Deepublish,
Yogyakarta.
Weaver, D., 2001. Ecotourism. Australia: John Wiley and Sons Australia, Ltd.