Tim Penulis :
Irfan Yulianto
Tasrif Kartawijaya
M. Tezar Rafandi
Siska Agustina
Jessica Pingkan
Aminollah
Nurjamil
Sabariyono
Widodo
Syahrul Ramadhan
Sitti Hilyana
Sitasi:
Yulianto I, dkk. 2016. Profil perikanan Tangkap di Teluk Saleh dan Teluk Cempi, Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Wildlife
Conservation Society Indonesia. Bogor.
ii PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
SAMBUTAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Dinas Kelautan dan Perikanan Nusa Tenggara Barat berkomitmen untuk membangun prestasi aksi dan prestasi melalui
tugas pokok dan fungsinya yang diamanatkan oleh Peraturan Perundang-undangan dan arahan yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013 - 2018,
Rencana Strategis yang disusun fokus pada peningkatan produksi perikanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
kelautan dan perikanan dengan lokus pada pengembangan perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengolahan
dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan serta pengawasan dan pengelolaan pesisir dan pulau pulau kecil.
Salah satu wujud pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2013 - 2018. Dinas Kelautan
dan Perikanan dengan dukungan mitra kerja dari Wildlife Conservation Society – Indonesia Program (WCS-IP)
melakukan penyusunan pofil perikanan tangkap di Teluk Saleh dan Teluk Cempi. Dokumen ini diharapkan dapat
memberikan data dan informasi dasar dalam pengembangan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap khususnya
di Teluk Saleh dan Teluk Cempi. Mengingat dua teluk tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam rangka
pengembangan perikanan budidaya, penangkapan, pengolahan, dan pariwisata di masa mendatang.
Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan, semoga dokumen ini dapat dijadikan acuan bersama untuk
mendukung pengelolaan perikanan karang yang berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat di Teluk Saleh dan
Teluk Cempi.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. iii
iv PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan perkenan-Nya, “Penyusunan Profil
Perikanan Tangkap di Teluk Saleh dan Teluk Cempi“ dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan dokumen ini
merupakan salah satu langkah awal menuju pengelolaan perikanan secara berkelanjutan.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah berkontribusi mengenai data dan
informasi serta memberikan masukan dan sumbangsih pemikiran dalam proses menyelesaikan dokumen profil perikanan
tangkap ini antara lain:
1. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa
2. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Dompu
3. Kepala Pelabuhan Perikanan Pantai Teluk Saleh
4. Camat di Kecamatan se-Kabupaten Sumbawa
5. Camat Kecamatan Hu’u
6. Kepala Desa Pesisir di Kabupaten Sumbawa
7. Kepala Desa di Kecamatan Hu’u
8. Tokoh Masyarakat
9. Tokoh Pemuda
10. Pelaku Usaha Perikanan
11. Kelompok Nelayan
Besar harapan kami, dokumen ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan dan perkembangan pembangunan
kelautan dan perikanan di Nusa Tenggara Barat. Kritik dan saran membangun atas dokumen ini sangat kami harapkan
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Tim Penyusun
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. v
DAFTAR ISI
Sambutan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat.......................................... iii
Kata Pengantar............................................................................................................................... v
Daftar Isi....................................................................................................................................... vi
Daftar Gambar & Daftar Tabel.......................................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN........................................................................................................................ 11
1.1. Latar Belakang................................................................................................................... 11
1.2. Tujuan dan Sasaran............................................................................................................. 12
1.3. Sumber Data...................................................................................................................... 13
2. Sosial, Ekonomi, dan Kelembagaan Perikanan................................................................................. 17
2.1. Kelompok Pemodal/ Pengusaha............................................................................................. 20
2.2. Kelompok Berdasarkan Kekerabatan........................................................................................ 20
2.3. Kelompok Berdasarkan Wilayah............................................................................................. 21
2.4. Kelompok Berdasarkan Bantuan Pemerintah.............................................................................. 22
2.5. Interaksi antar para pihak di bidang perikanan.......................................................................... 22
2.6. Jejaring perdagangan perikanan karang ................................................................................ 24
vi PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
4. LINGKUNGAN......................................................................................................................... 53
4.1. Produksi dan Kondisi Sumber Daya Ikan ................................................................................. 53
4.2. Habitat Penting................................................................................................................... 57
4.3. Batimetri, Suhu Permukaan Laut, dan Klorofil.............................................................................. 63
6. PENUTUP................................................................................................................................ 85
Daftar Pustaka................................................................................................................................ 86
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. vii
DAFTAR GAMBAR & DAFTAR TABEL
Gambar 1. Peta Pulau Sumbawa dan Teluk Saleh dan Teluk Cempi di dalamnya..................................... 14
Gambar 2. Peta kecamatan dan desa yang termasuk dalam wilayah Teluk Saleh..................................... 15
Gambar 3. Peta kecamatan dan desa yang termasuk dalam wilayah Teluk Cempi................................... 16
Gambar 4. Peta sebaran nelayan di masing masing kecamatan di Teluk Saleh........................................ 18
Gambar 5. Peta sebaran nelayan di masing masing kecamatan di Teluk Cempi....................................... 19
Gambar 6. Kelompok pemodal/pengepul memiliki anggota beberapa anggota dari pengepul
dan nelayan............................................................................................................... 20
Gambar 7. Kelompok KUB Kecamatan Labuhan Badas...................................................................... 21
Gambar 8. Jejaring pengusaha ikan karang di Pulau Sumbawa. .......................................................... 24
Gambar 9. Jejaring perdagangan ikan karang di Kabupaten Sumbawa dan Dompu................................ 25
Gambar 10. Sebaran alat tangkap yang digunakan nelayan di Teluk Saleh............................................. 37
Gambar 11. Daerah penangkapan ikan masing-masing alat tangkap di Teluk Saleh.................................. 38
Gambar 12. Daerah penangkapan ikan dan konsentrasi nelayan yang menggunakan alat tangkap ilegal
di Teluk Saleh............................................................................................................. 39
Gambar 13. Sebaran alat tangkap yang digunakan nelayan di Teluk Cempi............................................ 45
Gambar 14. Daerah penangkapan ikan masing-masing alat tangkap di Teluk Cempi................................. 46
Gambar 15. Daerah penangkapan ikan dan konsentrasi nelayan yang menggunakan alat tangkap ilegal
di Teluk Cempi............................................................................................................ 47
Gambar 16. Sarana dan prasarana perikanan di Teluk Saleh................................................................ 50
Gambar 17. Sarana dan prasarana perikanan di Teluk Cempi............................................................... 52
Gambar 18. Persentase jumlah spesies ikan yang dimanfaatkan di Teluk Saleh.......................................... 53
Gambar 19. Komposisi hasil tangkapan berdasarkan famili ikan di Teluk Saleh......................................... 53
Gambar 20. Peta sumberdaya ikan dan sebaran kelompok ikan di Teluk Saleh.......................................... 54
Gambar 21. Rata-rata hasil tangkapan famili Lutjanidae dan Serranidae di Teluk Saleh............................... 55
Gambar 22. Komposisi spesies ikan karang yang dimanfaatkan di Teluk Cempi........................................ 55
Gambar 23. Komposisi hasil tangkapan berdasarkan famili ikan di Teluk Cempi........................................ 55
viii PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Gambar 25. Rata-rata hasil tangkapan famili Lutjanidae dan Serranidae di Teluk Cempi.............................. 55
Gambar 24. Peta Sumberdaya Ikan dan Sebaran Jenis Ikan Teluk Cempi.................................................. 56
Gambar 26. Penutupan karang keras di Teluk Saleh............................................................................. 58
Gambar 27. Peta sebaran habitat Penting di Teluk Saleh....................................................................... 59
Gambar 28. Tutupan karang keras di Teluk Cempi............................................................................... 60
Gambar 29. Peta sebaran habitat Penting di Teluk Cempi...................................................................... 61
Gambar 30. Peta batimetri Teluk Saleh.............................................................................................. 62
Gambar 31. Kisaran suhu permukaan laut (atas) kandungan klorofil (bawah) di Teluk Saleh......................... 63
Gambar 32. Sebaran suhu permukaan laut di Teluk Saleh..................................................................... 64
Gambar 33. Sebaran klorofil-a di Teluk Saleh..................................................................................... 65
Gambar 34. Peta batimetri Teluk Cempi............................................................................................. 66
Gambar 35. Kisaran suhu permukaan laut (atas) dan kandungan klorofil (bawah) di Teluk Cempi. ................ 67
Gambar 36. Sebaran suhu permukaan laut di Teluk Cempi.................................................................... 68
Gambar 37. Sebaran klorofil-a di Teluk Saleh..................................................................................... 69
Gambar 38. Klasifikasi Urusan Pemerintahan berdasarkan UU 23 Tahun 2014......................................... 72
Gambar 39. Struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat....................... 74
Gambar 40. Peta Kawasan Konservasi Perairan di Teluk Saleh............................................................... 81
Gambar 41. Status pengelolaan perikanan demersal di Teluk Saleh........................................................ 82
Gambar 42. Peta Kawasan Konservasi Perairan di Teluk Cempi.............................................................. 83
Gambar 43. Status pengelolaan perikanan demersal di Teluk Cempi....................................................... 84
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. ix
10 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
1. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Data statistik perikanan tangkap di Indonesia perikanan secara besar-besaran untuk menarik modal, sumberdaya perikanan karang di kedua wilayah
menunjukkan bahwa perikanan tangkap di Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri dengan perjanjian tersebut. Namun di sisi lainnya, permintaan terhadap
berkembang dengan pesat setelah akhir tahun 1960an bilateral dan multilateral. Akibat dari kebijakan tersebut, perikanan karang hidup meningkat secara signifikan
(Comitini & Hardjolukito 1983). Sebelum masa tersebut, nelayan dari Thailand dan Malaysia mengenalkan (Davis 2001). Ekspansi perikanan karang hidup di
sebenarnya telah dilakukan beberapa program dan alat penangkapan ikan modern untuk dioperasikan di Indonesia berdampak terhadap meningkatnya produksi
kegiatan untuk mengembangkan perikanan tangkap Indonesia; trawl (Bailey 1997, Heazle & Butcher 2007), kerapu, dua kali lipat antara tahun 1981 hingga 1987
di Indonesia, baik oleh Belanda pada saat sebelum karena sumberdaya ikan demersal di Thailand dan dan bahkan kemudian Indonesia menyumbang 60%
Indonesia merdeka ataupun oleh Pemerintah Indonesia Malaysia sudah sangat menurun, tetapi pengoperasian dari total produksi perikanan kerapu di Asia Tenggara
setelah kemerdekaan, namun program-program yang trawl di Indonesia menimbulkan konflik dengan nelayan antara tahun 1991 hingga 1995 (SEAFDEC 2014,
dicanangkan dan dilaksanakan tersebut tidak berhasil. tradisional dan berdampak terhadap penurunan Bentley 1999). Ekspansi perikanan kerapu hidup tidak
Keberhasilan pembangunan perikanan tangkap hanya sumberdaya ikan secara signifikan, sehingga trawl hanya berdampak positif bagi produksi perikanan
tercatat di Selat Malaka pada masa antara tahun 1951 kemudian dilarang pada tahun 1980 (Bailey 1997) kerapu, namun juga berdampak negatif terhadap
hingga 1967 (Krishnandhi 1969, Comitini & Hardjolukito dan kemudian hanya diizinkan beroperasi di wilayah habitat ikan karang dan sumberdaya ikan karang
1983). Faktor yang mempengaruhi perkembangan ZEE dan beberapa wilayah perairan teritori. karena penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
perikanan tangkap secara pesat setelah akhir tahun lingkungan dan merusak (Erdmann & Pet-Soede 1997,
1960an adalah program motorisasi perahu, karena di Setelah pelarangan trawl, perikanan tangkap di Tadjuddah 2012)
masa tersebut 95% perahu penangkapan ikan yang ada Indonesia beralih fokus kepada perikanan pursein dan
di Indonesia adalah perahu tanpa mesin (Comitini & perikanan tuna (Martosubroto 1987) yang dampak Saat ini, Indonesia merupakan salah satu produsen
Hardjolukito 1983, Standford et al. 2014). negatifnya jauh lebih kecil dibandingkan perikanan perikanan terbesar di dunia setelah Cina (FAO 2014).
trawl. Selain itu, pada masa yang sama berkembang Total produksi perikanan Indonesia pada tahun 2012
Selain program motorisasi, program lainnya yang juga perdagangan perikanan karang hidup, dimana mencapai lebih dari 5 juta ton dengan pertumbuhan
diimplementasikan saat itu adalah pembangunan pada sebelumnya perikanan karang hidup telah tahunan antara tahun 2008 hingga 2013 sebesar 3%.
sarana dan prasarana seperti dermaga, tempat berkembang di Cina dan Filipina (Davis 2001, Sadovy Komoditas perikanan utama di Indonesia adalah (1)
pelelangan ikan, dan pasar ikan. Selain itu, Pemerintah et al. 2003). Ekspansi perikanan karang hidup dari pelagis besar (skipjack, other tunas, billfish, oceanic
Indonesia juga membuka peluang investasi dibidang Cina dan Filipina, didorong oleh penurunan kondisi sharks, and small tuna); (2) pelagis kecil (scads,
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 11
mackerels, sardines, trevallies, engraulids, anchovies); provinsi NTB pada tahun 2013 mencapai sekitar 142 Cempi masing-masing adalah sekitar 2.087,51 km2 dan
(3) demersal dan ikan karang (groupers, snappers, ribu ton yang didukung oleh sekitar 23 ribu unit kapal 386,97 km2. Di dalam Teluk Saleh dan Teluk Cempi
rabbit fishes, slipmouth); dan (4) udang dan hewan perikanan. Armada perikanan di NTB didominasi kapal terdapat pulau-pulau kecil serta ekosistem pesisir penting
bercangkang keras (FAO 2006). Meskipun salah satu motor tempel dan kapal motor dibawah 5 GT (77%) seperti terumbu karang, padang lamun, dan mangrove
produsen perikanan terbesar di dunia, namun sebagian dengan alat tangkap dominan berupa bubu, pancing, yang menjadi habitat penting bagi sumberdaya ikan.
besar perikanan di Indonesia disumbang secara dan jaring insang (DKP Provinsi NTB 2014). Berdasarkan Melihat pentingnya Teluk Saleh dan Teluk Cempi
signifikan oleh perikanan skala kecil yang mencapai kelompok ikan, produksi perikanan NTB didominasi oleh tersebut, maka dirasa perlu untuk mengumpulkan
hampir 95% dari total produksi (FAO 2006), hal ini Scombridae (tenggiri), Carangidae (kuwe), Clupeidae informasi berkenaan dengan sumber daya ikan, habitat,
juga bisa dilihat dari jumlah perahu penangkapan ikan, (lemuru), Engraulidae (teri), Epinephelidae (kerapu), pola pemanfaatan, kondisi sosial ekonomi nelayan, serta
dimana 90% dari total 616.690 perahu penangkap ikan Lutjanidae (kakap), dan Lethrinidae (ketambak). Pada informasi perikanan lainnya. Informasi tentang sumber
di Indonesia adalah perahu dengan ukuran kurang dari tahun 2014, produksi perikanan karang di perairan daya ikan, habitat, pola pemanfaatan, dan kondisi
5 GT (KKP 2013). Menurut Burhanuddin et al. (1984) NTB mencapai sekitar 26.000 ton atau mencapai 18% sosial ekonomi nelayan dalam satu wilayah merupakan
perikanan demersal menyumbang 48.94% dari produksi dari total produksi perikanan NTB, sedangkan produksi hal yang sangat penting dalam pengelolaan perikanan
perikanan Indonesia. Potensi perikanan demersal di ikan kakap dan kerapu sebesar 5,5% dari total produksi (Cochrane 2002), dalam hal ini untuk penyusunan
Wilayah Pengelolaan Perikanan RI (WPPRI) tahun 2015 perikanan NTB dan sebesar 7,4% dari total produksi rencana pengelolaan perikanan.
sebesar 2,3 juta ton/tahun dengan rata-rata tingkat nasional atau urutan 10 dari 34 provinsi di Indonesia.
pemanfaatan 0,74 atau 74% (Puslitbangkan-Balitbang Alat tangkap yang digunakan untuk perikanan karang
KP 2015). Tingkat pemanfaatan perikanan demersal di didominasi oleh bubu, pancing ulur, dan rawai.
1. 2. Tujuan dan Sasaran
Indonesia sebesar 27% dalam status over exploited, 54% Tujuan dari penyusunan profil ini untuk memberikan
fully-moderately exploited, dan 18% under exploited. Teluk Saleh dan Teluk Cempi merupakan dua lokasi informasi berkenaan dengan kondisi sosial ekonomi
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan penting di perairan NTB (Gambar 1), dimana hasil nelayan, sarana dan prasarana, sumberdaya ikan,
penangkapan ikan demersal, sehingga pengelolaan tangkapan nelayan yang berada di dua lokasi tersebut lingkungan dan habitatnya, pola pemanfaatan dan
berbasis komoditas dan spesies penting untuk dilakukan. memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total status pengelolaan serta informasi perikanan lainnya di
produksi perikanan karang di NTB. Kedua teluk tersebut Teluk Saleh dan Teluk Cempi yang dapat digunakan
Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Sumbawa untuk penyusunan rencana aksi pengelolaan perikanan
provinsi di Indonesia yang menjadi habitat bagi berbagai dan Kabupaten Dompu (Gambar 2 dan 3). Teluk Saleh di wilayah tersebut.
jenis sumber daya ikan sehingga memiliki potensi terletak di WPP 713 mulai dari 8° 10’ 54,192” LS - 8°
perikanan yang cukup tinggi, khususnya perikanan 23’ 21,922” LS dan 117° 31’ 41,678” BT - 117° 41’ Adapun sasaran dari penyusunan profil ini adalah
karang, lobster, dan tuna (DKP Provinsi NTB 2014). 18,682” BT. Berbeda dengan Teluk Saleh, Teluk Cempi mewujudkan suatu dokumen yang dapat dijadikan
Perairan Provinsi NTB menjadi bagian dari dua Wilayah berada di sebelah selatan Pulau Sumbawa atau menjadi acuan dan pertimbangan oleh pihak-pihak yang
Pengelolaan Perikanan (WPP), dimana perairan bagian bagian dari WPP 573 mulai dari 8° 53’ 15,919” LS – berkepentingan dalam pengelolaan perikanan tangkap
utara termasuk dalam WPP 713 dan bagian selatan 8° 52’ 41,194” LS dan 118° 7’ 30,331” BT – 118° di Nusa Tenggara Barat.
termasuk dalam WPP 573. Produksi perikanan tangkap 28’ 5,422” BT. Luasan perairan Teluk Saleh dan Teluk
12 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
1. 3. Sumber Data
Sumber data pada profil ini sebagian besar sistem perdagangan ikan. Selain melalui wawancara, Selain data primer, data sekunder yang digunakan untuk
menggunakan data primer yang dikumpulkan pada para enumerator juga melakukan pangamatan penyusunan profil ini adalah data luas habitat penting
akhir tahun 2015. Sejumlah enumerator melakukan langsung terhadap sarana dan prasarana perikanan, (mangrove dan lamun) dan informasi pengelolaan
pendataan di desa-desa yang ada di Teluk Saleh alat tangkap yang digunakan, sistem perdagangan perikanan di kedua wilayah tersebut. Data habitat
dan Teluk Cempi dan mengumpulkan data dengan ikan. Data primer lainnya yang digunakan adalah data penting diperoleh dari Badan Informasi Geospasial
mewawancarai staf desa, tokoh masyrakat, pedagang terumbu karang dan ikan karang yang dikumpulkan tahun 2013. Informasi tentang strategi pengelolaan
ikan, nelayan, dan penduduk di desa tersebut. Data oleh Wildlife Conservation Society pada tahun 2014 perikanan diperoleh Dinas Kelautan dan Perikanan Nusa
primer yang dikumpulkan adalah jumlah penduduk, (Teluk Saleh) dan 2015 (Teluk Cempi), metode yang Tenggara Barat sedangkan informasi status pengelolaan
jumlah nelayan, jumlah perahu dan alat tangkap, digunakan untuk mengumpulkan data terumbu karang perikanan berdasarkan indikator pendekatan ekosistem
daerah penangkapan ikan, hasil tangkapan, sarana dan ikan karang adalah underwater visual census (lihat dalam pengelolaan perikanan diperoleh dari Universitas
dan prasarana perikanan, kelembagaan nelayan, dan Yulianto et al. 2012) Mataram tahun 2015 dan 2016.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 13
Gambar 1. Peta Pulau Sumbawa dan Teluk Saleh dan Teluk Cempi di dalamnya.
Gambar 2. Peta kecamatan dan desa yang termasuk dalam wilayah Teluk Saleh.
Gambar 3. Peta kecamatan dan desa yang termasuk dalam wilayah Teluk Cempi.
2. SOSIAL, EKONOMI,
DAN KELEMBAGAAN
PERIKANAN
Secara administrasi, Teluk Saleh dan Teluk Cempi terletak
di dua kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Barat,
yaitu Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu.
Wilayah Teluk Saleh meliputi sepuluh kecamatan, yaitu
Kempo, Labuhan Badas, Lape, Manggalewa, Maronge,
Moyo Hilir, Moyo Utara, Pekat, Plampang, dan Tarano,
dimana terletak 27 desa di dalamnya. Teluk Cempi
yang relatif lebih kecil, meliputi lima kecamatan, yaitu
Hu’u, Dompu, Wajo, Poja, dan Tarano, dimana terletak
14 desa di dalamnya. Total penduduk yang tinggal
di dalam Teluk Saleh adalah 67 ribu jiwa dengan
jumlah nelayan sekitar 3.800 orang, namun nelayan
yang melakukan aktivitas penangkapan di Teluk Saleh
tidak kurang dari 5.800 nelayan (Gambar 4). Hal ini
disebabkan, tidak semua desa di Kecamatan Labuhan
Badas dan Pekat termasuk dalam Teluk Saleh, namun
seluruh nelayan yang tinggal di dua kecamatan tersebut
beraktivitas di Teluk Saleh. Jumlah penduduk yang
tinggal di Teluk Cempi adalah 35 ribu jiwa dengan mengatur kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan Namun ada juga yang memanfaatkan kelompok untuk
jumlah nelayan 1.600 orang (Gambar 5). lingkungan. Beberapa jenis kelompok yang ditemui mendapatkan keuntungan pribadi. Kelompok-kelompok
di kedua kabupaten tersebut, diantaranya kelompok yang ada tumbuh dalam kehidupan masyarakat pesisir
Pada umumnya kehidupan masyarakat nelayan di pemodal, kelompok kekerabatan, kelompok wilayah, di Kabupaten Sumbawa dan Dompu bahkan kelompok
wilayah desa pesisir di Kabupaten Sumbawa dan kelompok bantuan pemerintah, dan kelompok yang tersebut merupakan aspek yang berperan penting dalam
Dompu membentuk kelompok-kelompok yang dapat mengatur lingkungan. Fungsi kelompok ini, antara mengatur dinamika masyarakat. Dinamika masyarakat
dipengaruhi oleh modal/usaha, kekerabatan, wilayah, lain mengatur hubungan sosial antarwarga dan dapat berjalan dengan baik karena dalam kelompok
dan berdasarkan program pemerintah. Pengelompokan kelompok, memperkuat solidaritas sosial, dan mengatur membentuk aturan-aturan formal maupun nonformal untuk
masyarakat nelayan yang terbentuk bertujuan untuk pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam. mengatur berbagai aktivitas masyarakat nelayan.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 17
Gambar 4. Peta sebaran nelayan di masing masing kecamatan di Teluk Saleh.
Gambar 5. Peta sebaran nelayan di masing masing kecamatan di Teluk Cempi.
2. 1. Kelompok Pemodal/ Pengusaha
Masyarakat nelayan di pesisir Kabupaten Sumbawa
dan Dompu sangat bergantung kepada pemodal atau
pengusaha karena nelayan menjual hasil tangkapannya
ke pengusaha atau bisa disebut pengepul besar.
Pengepul besar umumnya menerima jenis ikan dengan
kualitas baik untuk diekspor ke Bali. Untuk melancarkan
bisnisnya, para pengusaha membentuk kelompok-
kelompok binaan yang beranggotakan masyarakat
nelayan setempat (Gambar 6). Nelayan yang
menjadi anggota kelompok diikat dengan pinjaman
modal dari pengusaha sehingga nelayan harus
menjual hasil tangkapannya kepada pengusaha yang
memberikan modal.
Pemodal/ Pengepul
20 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
2. 3. Kelompok Berdasarkan Wilayah
Wilayah yang terletak di Desa Labuhan Sumbawa,
Kecamatan Labuhan Badas dan Desa Labuan Jambu, Burhanudin Ketua KUB
Kecamatan Tarano merupakan wilayah yang memiliki Kecamatan Labuan Sumbawa
hasil perikanan yang relatif besar dibanding wilayah
lainnya sehingga terbentuk kelompok secara sosial.
Di Desa Labuhan Sumbawa terbentuk kelompok
kecamatan yang disebut Kelompok Usaha Bersama
(KUB) menaungi beberapa kelompok yang berada di
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
wilayah Desa Labuhan Sumbawa, sedangkan di Desa
Labuan Jambu terbentuk secara informal dari kelompok
pengusaha/pengepul wilayah Desa Labuan Jambu
yang merupakan gabungan dari semua pengepul ikan Gambar 7. Kelompok KUB Kecamatan Labuhan Badas.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 21
2. 4. Kelompok Berdasarkan 2. 5. Interaksi antar para pihak di
Bantuan Pemerintah bidang perikanan
Di setiap desa pesisir Sumbawa dan Dompu terdapat Nelayan dengan pengusaha perikanan nelayan yang diberikan modal tidak mengembalikan
kelompok yang dibentuk berdasarkan adanya bantuan Masyarakat nelayan di desa pesisir Sumbawa pinjamannya dan tidak menjual ikan kepada pemberi
pemerintah. Bantuan pemerintah yang menunjang dan Dompu menggantungkan hidupnya dari hasil modal. Hal ini diakibatkan oleh nelayan yang melaut
aktivitas perikanan nelayan dan untuk disalurkan ke tangkapan mereka di laut. Hasil tangkapan nelayan tidak mendapatkan ikan atau pengusaha membeli ikan
masyarakat nelayan mensyaratkan adanya kelompok- akan dijual ke pengusaha di desa setempat. Pengusaha dengan harga yang sangat murah sehingga nelayan
kelompok bantuan melalui UPT desa yang berada di dan nelayan memiliki ketergantungan satu sama lain. menjual ke pengusaha lainnya dengan harga yang
desa pesisir. Kelompok penerima bantuan ada ketika Pengusaha memberikan modal pinjaman kepada tinggi. Pengusaha berpendapat nelayan yang diberikan
bantuan akan diberikan, setelah menerima bantuan nelayan untuk menangkap ikan dan hasil tangkapan modal mempunyai berbagai alasan untuk tidak
kelompok tersebut tidak aktif lagi. Anggota kelompok nelayan tersebut harus dijual kepada pengusaha yang membayar pinjaman, yaitu tidak mendapatkan ikan di
selalu berganti-ganti tergantung kebutuhan program. memberikan modal. Selama pinjaman modal belum laut atau hasil tangkapannya sedikit. Sebagian nelayan
Kelompok ini beranggotakan 10-20 orang nelayan dikembalikan maka nelayan tersebut harus menjual beranggapan bahwa penentu harga ikan di tingkat
yang dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok, ikan kepada pengusaha sampai modal pinjamanya nelayan adalah pengusaha/pengepul. Kondisi ini
yaitu kelompok penangkapan, kelompok budidaya, lunas, walaupun terkadang pengusaha membeli ikan menyebabkan posisi tawar nelayan menjadi rendah. Di
kelompok pengolahan ikan, kelompok penambak dengan harga yang lebih murah. Sudah banyak terjadi sisi lain fluktuasi harga ikan yang tidak menentu akibat
garam, dan kelompok masyarakat pengawas. pemberi modal/pengusaha yang rugi diakibatkan oleh tidak ada harga standar yang berlaku menyebabkan
kondisi sosial ekonomi nelayan mengalami stagnasi,
karena disaat hasil tangkapan melimpah harga ikan
menurun dan sebaliknya disaat jumlah tangkap menurun
harga cenderung naik.
Persepsi nelayan tehadap peran dan fungsi kelompok
dalam usaha perikanan berbeda. Sebagian nelayan
beranggapan bahwa keberadaan kelompok pengusaha
berdampak positif bagi kehidupan nelayan karena
terbukanya akses pinjaman modal dari pengusaha
ke nelayan, sehingga nelayan merasa terbantu dan
berdampak pada meningkatnya penghasilan mereka.
Di sisi lain, sebagian komunitas nelayan merasa
dirugikan dengan keberadaan pengusaha/pengepul
22 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
karena umumnya jual beli hasil tangkapan nelayan ke melalui kelompok yang dibentuk tidak merata. Di sisi lain dengan adanya bantuan, pemerintah
pengusaha tidak mendapat titik keseimbangan harga, Sebagian nelayan beranggapan bahwa nelayan berharap ada timbal balik yang setimpak antara apa
karena penentu harga adalah pengusaha/pengepul. hanya dimanfaatkan oleh oknum untuk mendapat yang diberikan. Timbal balik yang dimaksud pemerintah
Dalam perspektif interaksi emosional, komunitas bantuan, bantuan yang diberikan akan menjadi milik disini adalah adanya peningkatan pendapatan, hasil
nelayan yang mendapat akses modal dari pengusaha pribadi walaupun peruntukannya untuk kelompok. Ada yang selalu tercatat agar mempermudah pendataan
mencerminkan bahwa terjadinya ikatan emosional yang juga nelayan yang merasa terbantu dengan adanya produksi, dan lain sebagainya. Namun pemerintah
kuat akibat adanya interaksi ekonomi dalam bentuk kelompok bantuan pemerintah karena menunjang menganggap nelayan mengabaikan kebijakan yang
modal, namun bagi sebagian nelayan yang tidak para nelayan untuk mencari nafkah, namun sebagian disosialisasikan. Pemerintah menganggap nelayan
memiliki akses modal ke pengusaha, menggambarkan nelayan juga merasa bahwa bantuan yang disalurkan mau bekerja bila ada bantuan turun dan tidak mau
kurangnya interaksi emosional antara pengusaha dan kurang tepat sasaran. berkorban untuk hidupnya sendiri serta apabila ada
nelayan tangkap. Ditinjau dari karakter sosial nelayan, kerusakan alat tangkap atau armada tangkap akan
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: Nelayan dengan pemerintah meminta bantuan ke pemerintah.
1. Kelompok nelayan yang meminjam modal dan Sebagian nelayan beranggapan bahwa pemerintah
mengambalikan modal dalam bentuk menjual berperan membantu mereka dalam meningkatkan Dalam pelaksanaannya, pemerintah kabupaten
hasil tangkapan ke pengusaha/pengepul. taraf hidup secara ekonomi dengan cara memberikan dibantu oleh beberapa staf Unit Pelaksana Teknis (UPT)
2. Kelompok nelayan yang tidak terikat dengan bantuan berupa alat tangkap, armada tangkap, dan kecamatan dan beberapa penyuluh perikanan yang
pengusaha/pengepul. lain-lain. Namun ada juga nelayan yang menganggap ada di setiap desa, untuk menyampaikan program-
3. Kelompok nelayan yang meminjam modal pemerintah tidak mempunyai peran apapun dalam program yang ada di pemerintah yang berkaita dengan
tidak menjual hasil tangkapan ke pengusaha pengelolaan perikanan, misalnya pemerintah melarang perikanan. Program pemerintah berupa bantuan untuk
pemberi modal namun menjual ke pihak yang penggunaan alat tangkap tertentu, seperti panah nelayan, sosialisasi terkait dengan kebijakan perikanan,
lebih menguntungkan, bahkan pinjaman modal dengan alat bantu kompresor. Nelayan yang bermata pencatatan produksi perikanan, sensus jumlah nelayan,
yang diberikan pengusaha cenderung tidak pencaharian dengan panah merasa dirugikan dengan dan lain-lain.
dikembalikan ke pengusaha/pengepul. adanya aturan tersebut.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 23
2. 6. Jejaring perdagangan yang tidak membentuk kelompok. Pengusaha yang
tidak membentuk kelompok atau bukan dalam anggota
perikanan karang
kelompok pengusaha besar dibedakan menjadi dua,
Jejaring perdagangan ikan karang di Teluk Saleh dan yaitu pengumpul ikan dari nelayan dan seorang
Teluk Cempi dikuasai oleh pengusaha di Desa Labuhan nelayan sekaligus pengusaha yang langsung menjual
Sumbawa, Kecamatan Labuhan Badas. Secara ikannya ke pengusaha besar. Pengusaha yang
umum, perdagangan ikan karang di Pulau Sumbawa berada di luar anggota tidak memiliki ikatan dengan
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pengusaha pengusaha besar. Pengusaha ikan karang yang masuk
ikan karang yang masuk dalam anggota kelompok dalam kelompok merupakan jaringan eksklusif yang kelompoknya yang berupa pemberian modal untuk
yang terpusat pada pengusaha besar dan pengusaha dicirikan adanya ikatan antara pengusaha dan anggota melakukan usaha penangkapan ikan serta menjamin
pembelian hasil tangkapan. Adanya keterikatan antara
pengusaha besar dan anggota jejaring menunjukkan
ketergantungan anggota jejaring dalam hal modal
terhadap para pengusaha besar (Gambar 8).
Nelayan Ikan Karang Nelayan Ikan Karang
Pada Gambar 8 terlihat pola jejaring perdagangan
ikan karang di Sumbawa dan Dompu, yaitu jejaring
dalam kelompok yang terikat oleh ikatan modal dan
Pengepul Ikan Karang Pengepul 1 Ikan Karang kelompok yang tanpa ada ikatan yang bebas menjual
hasil tangkapannya ke pengusaha. Kelompok yang
tidak memiliki ikatan mendapatkan keuntungan harga
jual yang lebih tinggi dibanding kelompok yang
Pengepul Ikan Karang Pengepul 2 Ikan Karang
mempunyai ikatan. Hal ini dikarenakan kelompok yang
mempunyai ikatan hasilnya akan mempunyai banyak
potongan berupa pinjaman modal dari pengusaha.
Pengusaha Besar/
Secara spasial, di Kabupaten Sumbawa dan Dompu
Exportir
pengusaha perikanan karang bermuara di Desa
Labuhan Sumbawa, Kecamatan Labuhan Badas
Gambar 8. Jejaring pengusaha ikan karang di Pulau Sumbawa. Pengusaha dalam kotak dengan garis terputus merupakan kelompok/bagian pengusaha besar kemudian ikan karang langsung dikirim ke Lombok,
dimana pengusaha besar memberikan modal dan menjamin pembelian dan pemasaran ikan karang.
Bali, dan Jawa. Jaringan perdagangan secara spasial
disajikan pada Gambar 9.
24 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Hu’u
• Ibrahim Lombok Barat
• Said
• Irawati
• Dinami Mansyur
Lombok
Bima
Dahlia
Pekat
Gufron H. Soleh*
Sumbawa (Kayangan)
Lape
Kadek*
Burhan
Tamrin
Rumalang Mr. Kaca*
Anwar
Mina Utama
Plampang
Tarno
Khaerudin Bali Nusa
Tini
Tarano
Satuo H. Saka
Juma
Budi
Seketeng
Hendra
Mukhlis Amir
Sahabudin
Bima
Syarif
Arif*
Kempo
Irawan
Kadani
Jawa
Tarno*
Gambar 9. Jejaring perdagangan ikan karang di Kabupaten Sumbawa dan Dompu.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 25
3. ARMADA DAN SARANA PRASARANA PERIKANAN
3. 1. Armada Perikanan
Teluk Saleh
Armada (kapal) penangkap ikan yang beroperasi di Teluk pancing tonda, pancing ulur, rawai dasar, rawai hanyut, di Kecamatan Labuhan Badas, Lape, Moyo Hilir,
Saleh teridentifikasi sebanyak 3.400 unit dan alat tangkap dan rawai tuna), dan 7) Perangkap (bubu). Selain itu Moyo Utara, Tarano, dan Kilo. Jumlah alat tangkap
yang dioperasikan teridentifikasi sebanyak 5.639 unit. ditemukan juga alat tangkap ilegal dan merusak yang panah terbanyak ditemukan di Kecamatan Labuhan
Beberapa armada menggunakan beberapa alat tangkap dioperasikan di Teluk Cempi (Gambar 12). Informasi Badas sebanyak 319 unit. Daerah penangkapan ikan
dalam setiap operasi penangkapan. Alat tangkap yang lebih detail sebagai berikut lihat tabel 1. di sekitar perairan Teluk Saleh, Pulau Moyo, Pulau
biasa dikombinasikan dengan alat tangkap lain, antara Medang, Pulau Panjang, dan Pulau Tengah. Lama trip
lain alat tangkap pancing ulur dikombinasikan dengan Alat penangkapan ikan penjepit nelayan panah sangat bervariasi, mulai dari 6 jam
rawai dasar, pancing ulur dikombinasikan dengan jaring dan melukai (Grappling dan hingga 11 hari dengan hasil tangkapan berkisar 5
insang tetap, pancing ulur dikombinasikan dengan jaring wounding) hingga 30 kg per hari. Kisaran biaya operasional
insang hanyut, pancing ulur dikombinasikan dengan Salah satu jenis alat penangkapan ikan (API) yang antara Rp 20.000 hingga Rp. 3.000.000 per trip.
panah, pancing ulur dikombinasikan dengan rawai tuna, termasuk dalam kelompok penjepit dan melukai
pancing ulur dikombinasikan dengan pancing tonda, adalah panah. Panah terbuat dari sebuah kayu yang
rawai dasar dikombinasikan dengan jaring insang tetap, sudah dimodifikasi menyerupai senjata api dengan
dan pancing ulur dikombinasikan dengan panah dan anak panah yang terbuat dari besi dan mempunyai
pancing tonda. satu atau lebih bagian runcing/tajam yang berfungsi
untuk melukai sasaran tangkapan. Alat tangkap ini
Jenis alat tangkap di Teluk Saleh dapat dikelompokkan dioperasikan dengan menyelam tanpa alat bantu
menjadi tujuh kelompok jenis alat penangkapan ikan atau menggunakan bantuan kompresor dengan cara
(API, Gambar 10 dan 11), yaitu 1) Alat penjepit dan memegang dan membawa panah mendekati ikan
melukai (panah), 2) Jaring angkat (bagan perahu dan target sasaran. Nelayan panah menggunakan perahu
anco), 3) Jaring insang (Jaring insang hanyut, jaring dengan ukuran 2,5 sampai 18 meter dengan kekuatan
insang lapis tiga, jaring insang lingkar, jaring insang mesin 5,5 sampai 24 PK (Paarden Kracht) atau DK
tetap), 4) Jaring lingkar (pukat cincin), 5) Pukat tarik (pukat (daya kuda). Jumlah alat tangkap panah yang terdapat
pantai), 6) Pancing (huhate, pancing layang-layang, di Teluk Saleh teridentifikasi sebanyak 383 unit, tersebar
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 27
Tabel 1. Daftar alat tangkap di setiap Kecamatan Teluk Saleh.
Kecamatan
Kelompok alat tangkap Alat tangkap Labuhan Moyo Moyo
Kempo Lape Maronge Plampang Tarano Pekat Mangalewa
Badas Hilir Utara
Jumlah Armada Penangkapan 891 977 155 216 271 99 248 346 123 74
Alat tangkap tanpa kapal 13 15 3
Kapal penangkapan tanpa ijin 890 967 155 216 256 79 248 335 123 74
Alat penjepit dan melukai Panah (Speargun) . √ . . √ √ . √ . √
Jaring angkat Bagan perahu (Boat lift nets) √ √ . . √ . √ √ √ .
Jaring angkat Anco (Portable lift nets) . √ . . . . . . . .
Jaring insang Jaring insang hanyut (Drift gillnets) . √ . √ . √ . √ . .
Jaring insang Jaring insang lapis tiga (Trammel nets) . √ √ . . . √ √ . .
Jaring insang lingkar (Encircling
Jaring insang . √ . . . . √ . . √
gillnets)
Jaring insang Jaring insang tetap (Set gillnets) √ √ √ . √ √ √ √ √ .
Jaring lingkar Pukat cincin (Purse Seine) . √ . . √ . . √ . .
Pukat pantai tanpa kantong
Pukat tarik . . . . √ . √ √ . .
(Beach seine)
Pancing Pancing layang - layang . √ . . . . . . . .
Pancing Pancing tonda (Troll lines) . √ √ . . √ √ . . .
Pancing Pancing ulur (Hand lines) √ √ √ . √ √ √ √ √ √
Pancing Rawai dasar (Bottom long lines) √ . . . √ √ . √ . .
Pancing Rawai hanyut (Drift long lines) . . . √ √ . √ . √ .
Pancing Rawai tuna (Tuna long lines) . √ . . . . . . . .
Perangkap Bubu (Traps) . . . √ . . . √ . .
Perangkap Sero . √ . . √ √ . √ . .
28 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Alat penangkapan ikan jaring angkat (Lift nets) perahu yang terdapat di Teluk Saleh teridentifikasi di Perairan Teluk Saleh, yaitu di Pulau Panjang, Pulau
Jenis alat penangkapan ikan jaring angkat terdiri sebanyak 131 unit, tersebar di Kecamatan Labuhan Moyo, Tanjung Batu, Batu Gong, Labuhan Aji, dan
dari bagan perahu dan anco. Informasi lebih detail Badas, Moyo Hilir, Plampang, Tarano, Kempo, dan Empang. Lama operasi penangkapan ikan maksimal 1
sebagai berikut: Pekat. Jumlah alat tangkap bagan perahu terbanyak hari dengan menghabiskan biaya sebesar Rp. 20.000
ditemukan di Kecamatan Tarano sebanyak 72 unit. sampai Rp. 150.000 per trip. Hasil tangkapan yang
Bagan perahu (Boat lift nets) Daerah penangkapan ikan bagan perahu adalah diperoleh dalam operasi penangkapan ikan selama
Secara umum alat tangkap ini merupakan alat tangkap hampir seluruh Teluk Saleh, khususnya di sekitar Pulau sehari sebanyak 100 hingga 600 kg.
terbuat dari bahan jaring berbentuk segi empat Rakit, Pulau Medang, dan Pulau Moyo. Lama trip
dilengkapi bingkai bambu sebagai rangka. Cara armada yang menggunakan alat penangkapan ikan Alat penangkapan ikan jaring insang (Gillnets)
pengoperasian dengan cara dibenamkan pada kolom bagan berperahu berkisar antara 12 jam hingga 30 Jenis alat penangkapan ikan jaring insang terdiri dari
perairan saat setting dan diangkat ke permukaan saat hari dengan hasil tangkapan yang berkisar antara 12 jaring insang hanyut, jaring insang lapis tiga, jaring
hauling. Biasanya alat tangkap ini menggunakan hingga 350 kg per hari. Kisaran biaya operasional insang lingkar, dan jaring insang tetap. Informasi lebih
alat bantu lampu untuk mengumpulkan ikan. Di Teluk bagan berperahu berkisar antara Rp. 50.000 hingga detail sebagai berikut:
Saleh, bagan berperahu menggunakan perahu dengan Rp. 7.000.000 per trip.
panjang 8 sampai dengan 21 meter dan mesin kapal Jaring insang hanyut (Drift gillnets)
antara 10 hingga 32 PK. Jumlah alat tangkap bagan Anco (Portable lift nets) Jaring insang hanyut termasuk kelompok jenis alat
Anco termasuk kelompok jenis alat tangkap jaring tangkap jaring insang (Gillnets). Jaring ini berbentuk
© Kementerian Kelautan dan Perikanan.
angkat (Lift nets). Anco merupakan merupakan jaring empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung,
angkat yang berbentuk kerucut atau kantong dan pemberat, dan tali ris atas dan bawah. Alat tangkap
mulut jaring terbuka dengan memakai bingkai yang ini memiliki panjang 150 hingga 500 meter, lebar
terbuat dari bambu atau rotan atau metal. Cara 5 meter, dan ukuran mata jaring sebesar 2,5 inchi.
pengoperasian dapat dilakukan tanpa perahu atau Alat tangkap ini dioperasikan di perairan dangkal
dengan menggunakan perahu. Jika menggunakan dengan cara dibentangkan di permukaan perairan dan
perahu atau kapal motor alat ini dioperasikan dengan dihanyutkan pada permukaan sampai kolom perairan
cara disorong dengan menggerakkan perahu kapal dengan kedalaman mencapai 5 meter. Alat tangkap ini
motor. Metode penangkapan dengan cara disorong dioperasikan menggunakan perahu dengan panjang 7
disebut sondong atau sudu. Nelayan biasanya sampai 9 meter dan mesin kapal 5 PK. Jumlah alat
menggunakan kapal dengan panjang 5 sampai tangkap jaring insang hanyut yang terdapat di Teluk
12 meter dengan kekuatan mesin 5,5 sampai 24 Saleh teridentifikasi sebanyak 274 unit, tersebar di
PK. Jumlah alat tangkap anco yang terdapat di Teluk Kecamatan Rhee, Labuhan Badas, Moyo Utara,
Saleh teridentifikasi sebanyak 10 unit di Kecamatan Maronge, dan Tarano. Daerah penangkapan ikan
Labuhan Badas. Daerah penangkapan ikan terdapat berada di Perairan Teluk Saleh hingga bagian utara
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 29
© Kementerian Kelautan dan Perikanan.
30 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
pemberat, dan tali ris atas dan bawah. Ukuran mata Saleh teridentifikasi sebanyak 881 unit, tersebar di ukuran panjang antara 6 sampai 27 meter dengan
jaring yang digunakan 2,5 inchi, dengan panjang 300 Kecamatan Rhee, Labuhan Badas, Moyo Utara, Moyo kekuatan mesin 5,5 sampai 90 PK. Jumlah alat tangkap
meter, lebar 30 meter. Alat tangkap ini dioperasikan Hilir, Plampang, Lape, Tarano, Pekat, dan Kempo. pukat cincin yang terdapat di Teluk Saleh teridentifikasi
dengan cara menurunkan jaring dan melingkari Daerah penangkapan ikan di sekitar Perairan Teluk sebanyak 15 unit, tersebar di Kecamatan Labuhan
gerombolan ikan, sehingga ikan terperangkap Saleh hingga bagian utara Pulau Moyo. Lama trip Badas, Moyo Hilir, dan Tarano. Daerah penangkapan
dan tersangkut pada jaring. Jaring insang lingkar menggunakan alat tangkap ini 3 jam sampai 1 hari ikan di sekitar Perairan Teluk Saleh, utara Pulau Moyo,
dioperasikan pada permukaan hingga kolom perairan. dengan hasil tangkapan berkisar 5 hingga 500 kg Pulau Medang sampai Perairan Sulawesi dan Selat Alas.
Alat tangkap ini dioperasikan menggunakan perahu per hari. Kisaran biaya operasional antara Rp. 15.000 Lama trip armada yang menggunakan alat tangkap ini
dengan panjang 5 hingga 15 meter dengan kekuatan hingga Rp. 300.000 per trip. berkisar antara 2 jam sampai 10 hari dengan hasil
mensin antara 5 hingga 30 PK. Jumlah alat tangkap tangkapan berkisar 150 hingga 2.500 kg per hari.
jaring insang lingkar yang terdapat di Teluk Saleh Alat penangkapan ikan jaring lingkar Kisaran biaya operasional antara Rp. 50.000 hingga
teridentifikasi sebanyak 80 unit, tersebar di Kecamatan (Surronding nets) Rp. 7.000.000 per trip.
Rhee, Labuhan Badas, dan Plampang. Daerah Salah satu jenis alat penangkapan ikan jaring lingkar
penangkapan ikan di sekitar Perairan Teluk Saleh, Pulau adalah pukat cincin (Purse seine). Informasi lebih detail Alat penangkapan ikan pukat tarik (Seine nets)
Moyo hingga bagian utara Bima. Lama trip antara sebagai berikut: Salah satu jenis alat penangkapan ikan pukat tarik
6 jam hingga 3 hari dengan hasil tangkapan antara adalah pukat pantai (Beach seine). Informasi lebih
2 hingga 100 kg per hari. Kisaran biaya operasional Pukat cincin (Purse seine) termasuk kelompok jenis alat detail sebagai berikut:
antara Rp. 70.000 hingga Rp. 400.000 per trip. penangkapan ikan jaring lingkar (Surrounding nets).
Alat tangkap ini berupa jaring berbentuk empat persegi Pukat pantai (Beach seine) termasuk kelompok jenis
Jaring insang tetap (Set gillnets) panjang yang terdiri dari sayap, badan, pelampung, alat penangkapan ikan pukat tarik (Seine Nets). Alat
Jaring insang tetap termasuk kelompok jenis alat pemberat, tali ris atas, tali ris bawah dengan atau tangkap ini memiliki kantong (cod-end) tanpa pembuka
tangkap jaring insang (Gillnets). Jaring ini berbentuk tanpa tali pengerut, dan salah satu bagiannya berfungsi mulut jaring. Ukuran mata jaring yang digunakan 1
empat persegi panjang dilengkapi dengan sebagai kantong. Alat tangkap ini menggunkan ukuran hingga 1,25 inchi dengan panjang 1.700 meter
pelampung, pemberat, dan tali ris atas dan bawah. mata jaring 0,5 hingga 5 inchi dengan panjang 600 hingga 2.000 meter dan lebar 1 meter. Alat tangkap
Alat tangkap ini memiliki panjang 250 - 300 meter, meter dan lebar 60 meter. Alat tangkap yang dioperasikan ini dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan
lebar 5 meter, dan ukuran mata jaring 1,5 inchi. Alat dengan cara melingkari gerombolan ikan dan pada tali ikan, kemudian menariknya dengan kapal ke arah
tangkap ini dioperasikan pada dasar perairan pada utama menggunakan tali kerut pada bagian bawah daratan/pantai melalui kedua bagian sayap dan tali
kedalaman 5 hingga 20 meter untuk menangkap ikan jaring, setelah dikerutkan akan membentuk seperti selambar. Alat tangkap ini dioperasikan menggunakan
damersal. Alat tangkap ini dioperasaikan dengan kantong. Pengoperasian dilakukan pada permukaan perahu dengan panjang 4 sampai 9 meter dengan
menggunakan perahu dengan panjang 3 sampai 15 sampai kolom perairan yang mempunyai kedalaman kekuatan mesin 5,5 hingga 24 PK. Jumlah alat tangkap
meter dengan kekuatan mesin 5 sampai 24 PK. Jumlah yang cukup umumnya digunakan untuk menangkap ikan pukat pantai yang terdapat di Teluk Saleh teridentifikasi
alat tangkap jaring insang tetap yang terdapat di Teluk pelagis. Alat tangkap menggunakan perahu dengan sebanyak 39 unit, tersebar di Kecamatan Moyo Hilir,
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 31
pancing, dilengkapi umpan alami, umpan buatan atau
tanpa umpan. Sesuai dengan namanya, Kite lines
mengunakan layang-layang yang terbuat dari kertas,
sebagai ganti ekor layang-layang diikatkan tali pancing
yang mata kailnya diganti dengan jerat berumpan.
Sedangkan cara pengoperasiannya sama seperti orang
yang sedang bermain layang-layang namun dilakukan
di atas sebuah perahu atau kapal kecil. Layang-layang
tersebut dinaikkan sedemikian rupa dan diusahakan
agar ujung tali (yang berjerat dan berumpan) seakan-
akan bermain di atas air sehingga ikan yang menjadi
tujuan tangkapannya mudah tertangkap. Alat tangkap
ini dioperasikan menggunakan perahu dengan ukuran
© Kementerian Kelautan dan Perikanan.
panjang 13 hingga 23 meter dengan kekuatan mesin
© Kementerian Kelautan dan Perikanan. 30 PK. Jumlah alat tangkap pancing layang-layang
yang terdapat di Teluk Saleh teridentifikasi sebanyak posisi kecepatan stabil sambil mengarah kearah
Plampang, dan Tarano. Daerah penangkapan ikan di 21 unit, terdapat di Kecamatan Labuhan Badas. gerombolan ikan ataupun pada dasar perairan. Alat
sekitar pesisir pantai Teluk Saleh. Lama trip menangkap Daerah penangkapan ikan di sekitar Perairan Teluk tangkap ini dioperasikan menggunakan perahu dengan
ikan antara 1 sampai 12 jam dengan hasil tangkapan Saleh sampai utara Pulau Medang. Lama trip 1 hingga panjang 6 sampai 15 meter dengan kekuatan mesin 5
12 sampai 100 kg per hari. Kisaran biaya operasional 3 hari dengan hasil tangkapan hingga 300 kg per sampai 30 PK. Jumlah alat tangkap pancing tonda yang
antara Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000 per trip. hari. Kisaran biaya operasional antara Rp. 50.000 terdapat di Teluk Saleh teridentifikasi sebanyak 197 unit,
hingga Rp. 100.000 per trip. tersebar di Kecamatan Rhee, Labuhan Badas, Moyo
Alat penangkapan ikan pancing (Hooks and lines) Utara, Lape, dan Plampang. Daerah penangkapan ikan
Jenis alat penangkapan ikan jaring insang terdiri dari Pancing tonda (Trolling lines) di sekitar Perairan Teluk Saleh, utara Pulau Moyo sampai
pancing layang-layang, pancing tonda, pancing ulur, Pancing tonda termasuk kelompok jenis alat penangkapan Pulau Satonda. Lama trip antara 6 jam sampai 3 hari
rawai dasar, rawai hanyut, dan rawai tuna. Informasi ikan pancing (Hooks and Lines). Alat tangkap ini terdiri dengan hasil tangkapan 5 hingga 100 kg per hari.
lebih detail sebagai berikut: dari tali dan mata pancing, dilengkapi umpan alami, Kisaran biaya operasional antara Rp. 60.000 hingga
umpan buatan atau tanpa umpan. Pada tali utama Rp. 500.000 per trip.
Pancing layang-layang (Kite lines) memiliki 3 mata pancing yang dilengkapi benang
Pancing layang-layang termasuk kelompok jenis alat sutra halus sebagai umpan. Ukuran mata pancing yang Pancing ulur (Hand lines)
penangkapan ikan pancing (Hooks and Lines). Alat digunakan nomor 5. Pancing yang sudah disiapkan Pancing ulur termasuk kelompok jenis alat penangkapan
tangkap ini terdiri dari tali, layang-layang, dan mata dilempar kedalam air dan ditarik dengan kapal dalam ikan pancing (Hooks and Lines). Alat tangkap ini
32 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
terdiri dari tali dan mata pancing, dilengkapi umpan buah yang diikatkan pada tali utama. Tali utama yang 477 unit, tersebar di Kecamatan Moyo Utara, Moyo
alami, umpan buatan atau tanpa umpan. Ukuran mata digunakan adalah nomor 300. Cara pengoperasian Hilir, Tarano, dan Kempo. Daerah penangkapan
pancing yang biasa digunakan nomor 7 hingga 12. alat tangkap ini, dengan cara mengaitkan umpan ikan berada di Perairan Teluk Saleh sampai ke utara
Alat tangkap ini dioperasikan pada kolom hingga pada mata pancing/kail lalu dilepaskan di perairan Kabupaten Bima dan Dompu. Lama trip armada yang
dasar perairan dengan cara menurunkan tali dan mata dengan kedalaman mencapai 15 hingga 50 meter menggunakan alat tangkap rawai dasar berkisar antara
pancing dengan menggunakan joran atau tanpa joran yang menjadi daerah penangkapan. Alat tangkap ini 6 jam sampai 7 hari dengan hasil tangkapan berkisar
yang dilengkapi umpan atau tanpa umpan. Alat tangkap dioperasikan menggunakan perahu dengan panjang antara 2 hingga 105 kg per hari. Kisaran biaya
ini dioperasikan dengan menggunakan perahu dengan 7 sampai dengan 17 meter dan mesin kapal antara operasional rawai dasar berkisar antara Rp. 30.000
panjang 3 sampai 21 meter dengan kekuatan mesin 0 5 hingga 24 PK. Jumlah alat tangkap rawai dasar hingga Rp. 300.000 per trip.
sampai 30 PK. Jumlah alat tangkap pancing ulur yang yang terdapat di Teluk Saleh teridentifikasi sebanyak
terdapat di Teluk Saleh teridentifikasi sebanyak 2.709
unit, tersebar di Kecamatan Rhee, Labuhan Badas, Moyo © Kementerian Kelautan dan Perikanan.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 33
Rawai hanyut (Drift long lines) tali cabang yang pendek dan lebih kecil diameternya. berada di sekitar Pulau Moyo sampai utara Dompu dan
Rawai hanyut termasuk kelompok jenis alat penangkapan Pada ujung tali cabang terdapat pancing yang diberi Bima, serta Perairan Pulau Medang hingga Kepulauan
ikan pancing (Hooks and Lines). Alat tangkap ini terdiri umpan. Rawai tuna pada umumnya menggunakan Selatan Sulawesi. Lama trip armada rawai tuna antara
dari rangkaian tali utama, pelampung, dan mata kapal dengan panjang 8 sampai dengan 23 meter 8 jam hingga 7 hari, dengan hasil tangkapan berkisar
pancing, dilengkapi umpan alami, umpan buatan atau dengan kekuatan mesin 6,5 sampai dengan 32 PK. antara 25 hingga 100 kg per hari. Kisaran biaya
tanpa umpan. Rawai hanyut dibuat sedemikian rupa Jumlah alat tangkap rawai tuna yang terdapat di Teluk operasional rawai tuna berkisar antara Rp. 100.000
dengan mengunakan tali utama yang memiliki panjang Saleh teridentifikasi sebanyak 59 unit, terdapat di hingga Rp. 5.000.000 per trip.
hingga 2 km, setiap 5 meter terdapat tali cabang Kecamatan Labuhan Badas. Daerah penangkapan ikan
yang pendek yang diikatkan mata pancing berumpan.
Ukuran mata pancing yang digunakan adalah © Kementerian Kelautan dan Perikanan.
34 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Alat penangkapan ikan perangkap (Traps) kekuatan mesin 5 hingga 24 PK. Jumlah alat tangkap Sero
Jenis alat penangkapan ikan perangkap adalah bubu bubu yang terdapat di Teluk Saleh teridentifikasi Sero termasuk dalam kelompok alat tangkap perangkap
dan sero. Informasi lebih detail sebagai berikut: sebanyak 48 unit, terdapat di Kecamatan Maronge (Traps). Sero merupakan alat tangkap yang di setting
dan Tarano. Daerah penangkapan ikan favorit berada di perairan dangkal yang memnfaatkan proses pasang
Bubu di Perairan Teluk Saleh. Lama trip nelayan bubu berkisar surut air laut. Pemasangan alat tangkap sero biasanya
Bubu termasuk kelompok jenis alat tangkap perangkap 2 jam sampai 1 hari dengan hasil tangkapan berkisar ketika air laut pasang menghadap ke pantai sehingga
(Traps). Pada umumnya alat tangkap ini, berbentuk antara 15 - 20 kg per hari. Kisaran biaya operasional ketika air surut ikan akan terperangkap pada sero.
segi empat terbuat dari kawat dengan ukuran lubang antara Rp. 50.000 hingga Rp. 250.000 per trip. Kerangka dari alat tangkap sero menggunakan kontruksi
sebesar 25 cm. Bubu dioperasikan secara pasif
berdasarkan tingkah laku ikan, ditempatkan pada
dasar perairan dengan kedalaman 3 sampai 5 meter, © Kementerian Kelautan dan Perikanan.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 35
bambu atau kayu yang dilingkari oleh waring dengan
ukuran waring 2,5 inchi. Pemasangan alat tangkap
ini membentuk hurf U atau V dan di bagian belakang
terdapat tempat penampungan ikan. Alat tangkap ini
biasanya dioperasikan tanpa menggunakan perahu
namun dilokasi pasang surut yang jauh menggunakan
perahu dengan ukuran 5-7 meter dengan kekuatan mesin
5 PK. Pengoprasian alat tangkap sero dalam 1 tripnya
mencapai 1-12 jam. Nelayan yang menggunakan sero
tersebar di Perairan Teluk Saleh terutama di kecamatan
Moyo Utara, Moyo Hilir, dan Tarano. Biaya opersional
mencapai Rp. 10.000 - Rp. 100.000 per tripnya.
Bom
Alat tangkap bom merupakan alat tangkap yang
merusak. Alat tangkap ini di buat dengan menggunakan
botol kaca ukuran besar/kecil kemudian ujung korek api,
pupuk urea atau bahan peledak, sumbu, kabel, dan aki.
Pengoperasian alat tangkap ini di perairan dangkal
3-5 meter dan perairan dalam 5-20 meter yang mana ikan. Penggunaan alat tangkap bom banyak ditemukan menyemprotkan potasium dan menggambil ikan yang
lokasi pengoperasian di daerah yang memiliki terumbu di Dusun Prajak Desa Olat Rawa Kecamatan Moyo terkena potas. Pengoperasian alat tangkap ini berlokasi
karang. Target utama alat tangkap ini adalah ikan Hilir, Desa Kaung Kecamatan Buer, dan Desa Bungin di daerah yang memiliki terumbu karang kedalaman
karang dan ikan-ikan pelagis. Lokasi pengoperasian alat Kecamatan Alas. mencapai 3-20 meter yang berada di Perairan Teluk Saleh
tangkap ini di sekitar Teluk Saleh dari Pulau Rakit, pulau- dari Pulau Rakit hingga takad dan pulau-pulau sekitar Teluk
pulau sekitar Teluk Saleh, seperti Pulau Liang dan Ngali Potasium Saleh. Target utama alat tangkap ini adalah ikan-ikan
sampai Pulau Moyo. Alat tangkap ini menggunakan Potasium merupakan alat tangkap yang merusak, karang yang berada di terumbu karang. Nelayan yang
perahu dengan ukuran panjang 7x 0,5 meter dengan pengoperasian alat tangkap ini menggunakan kapal menggunakan alat tangkap ini tersebar di beberapa desa,
kekuatan mesin 5-16 PK. Di dalam perahu biasanya dengan ukuran 7x0,5 meter dengan kekuatan mesin yaitu Desa Bungin, Desa Kaung, Desa Bajo Medang,
menggunakan alat bantu kompresor untuk mengambil 5-16 PK menggunakan alat bantu compressor untuk Desa Olat Rawa, Desa Jambu, dan Desa Soro.
36 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Gambar 10. Sebaran alat tangkap yang digunakan nelayan di Teluk Saleh.
Gambar 11. Daerah penangkapan ikan masing-masing alat tangkap di Teluk Saleh.
Gambar 12. Daerah penangkapan ikan dan konsentrasi nelayan yang menggunakan alat tangkap ilegal di Teluk Saleh.
Teluk Cempi
Armada (kapal) penangkap ikan yang beroperasi di Nusa Tenggara Barat, khususnya di wilayah kelola Jaring insang lapis tiga (Trammel nets)
Teluk Cempi teridentifikasi sebanyak 2.443 unit dan Teluk Cempi dapat dikelompokkan menjadi empat Jaring insang tiga lapis termasuk kelompok jenis alat
alat tangkap yang dioperasikan teridentifikasi sebanyak kelompok, yaitu 1) Jaring insang (jaring insang lapis tangkap jaring insang. Jaring ini berbentuk empat
2.604 unit. Beberapa armada menggunakan beberapa tiga dan jaring insang tetap), 2) Jaring lingkar (pukat persegi panjang dan terdiri dari tiga lapis jaring, yaitu
alat tangkap dalam setiap operasi penangkapan. Alat cincin), 3) Pancing (huhate, pancing tonda, pancing dua lembar jaring luar dan satu lembar jaring dalam
tangkap yang biasa dikombinasikan dengan alat ulur, dan rawai dasar), dan 4) Perangkap (bubu). yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, dan
tangkap lain, yaitu alat tangkap bubu dikombinasikan Alat penangkapan ikan yang merusak dan ilegal juga tali ris atas dan bawah. Alat tangkap ini memiliki
dengan jaring insang, rawai dasar dikombinasikan dioperasikan di Teluk Cempi oleh nelayan dari luar teluk panjang 100 meter, lebar 10 meter, dan ukuran mata
dengan jaring insang tetap, dan pancing ulur (Gambar 15). Informasi lebih detail sebagai berikut: jaring lapis luar 6 inchi dan jaring lapis dalam 1 inchi.
dikombinasikan dengan pancing tonda dan rawai Alat tangkap ini dioperasikan di dasar perairan dengan
dasar. Alat penangkapan ikan jaring insang (Gillnets) menggunakan perahu dengan panjang 3 sampai
Jenis alat penangkapan ikan jaring insang terdiri dari 13 meter dengan kekuatan mesin kapal antara
Jenis alat penangkapan ikan (Gambar 13 dan 14) di jaring insang hanyut, jaring insang lapis tiga dan jaring 5 sampai 28 PK. Jumlah alat tangkap jaring insang
wilayah pengelolaan perikanan di Perairan Provinsi insang tetap. Informasi lebih detail sebagai berikut: lapis tiga yang terdapat di Teluk Cempi teridentifikasi
Kecamatan
Kelompok alat tangkap Alat tangkap
Dompu Hu’u Pajo Woja Tarano
Jumlah Armada Penangkapan 123 2162 128 30
Alat tangkap tanpa kapal
Kapal penangkapan tanpa ijin 123 2160 125 30
Jaring insang Jaring insang lapis tiga (Trammel nets) √ √ √ .
Jaring insang Jaring insang tetap (Set gillnets) . √ √ √
Jaring lingkar Pukat cincin (Purse Seine) . √ . .
Pancing Huhate (Pole and lines) √ . √ .
Pancing Pancing tonda (Troll lines) . √ . .
Pancing Pancing ulur (Hand lines) . √ . .
Pancing Rawai dasar (Bottom long lines) . √ √ .
Perangkap Bubu (Traps) √ √ √ .
40 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
© Kementerian Kelautan dan Perikanan.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 41
Pukat cincin (purse seine) termasuk kelompok jenis alat
penangkapan ikan jaring lingkar (Surrounding nets).
Alat tangkap ini berupa jaring berbentuk empat persegi
panjang yang terdiri dari sayap, badan, pelampung,
pemberat, tali ris atas, tali ris bawah dengan atau
tanpa tali pengerut, dan salah satu bagiannya berfungsi
sebagai kantong. Alat tangkap ini menggunakan ukuran
mata jaring 3 hingga 4 inchi dengan panjang 50 meter
dan lebar 7 meter. Alat tangkap yang dioperasikan
dengan cara melingkari gerombolan ikan dan pada
tali utama menggunakan tali kerut pada bagian bawah
jaring, setelah dikerutkan akan membentuk seperti
kantong. Pengoperasian dilakukan pada permukaan
sampai kolom perairan yang mempunyai kedalaman
yang cukup, umumnya digunakan untuk menangkap ikan
pelagis. Alat tangkap menggunakan perahu dengan
ukuran panjang antara 7 sampai 16 meter dengan
kekuatan mesin 5,5 sampai 30 PK. Jumlah alat tangkap
pukat cincin yang terdapat di Teluk Cempi teridentifikasi
sebanyak 109 unit, terdapat di Kecamatan Hu’u. Daerah
penangkapan ikan di sekitar Perairan Teluk Cempi. Lama
trip armada yang menggunakan alat tangkap ini berkisar © Kementerian Kelautan dan Perikanan.
42 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
tali dan mata pancing, dilengkapi umpan alami, umpan
buatan atau tanpa umpan. Pada tali utama memiliki 100
mata pancing yang dilengkapi benang sutra halus sebagai
umpan. Ukuran mata pancing yang digunakan nomor 12.
Pancing yang sudah disiapkan dilempar ke dalam air dan
ditarik dengan kapal dalam posisi kecepatan stabil sambil
mengarah ke arah gerombolan ikan ataupun pada dasar
perairan. Alat tangkap ini dioperasikan menggunakan
perahu dengan panjang 9 sampai 10 meter dengan
kekuatan mesin 6,5 sampai 27 PK. Jumlah alat tangkap
pancing tonda yang terdapat di Teluk Cempi teridentifikasi
sebanyak 14 unit, terdapat di Kecamatan Hu’u. Daerah
penangkapan ikan di sekitar Perairan Teluk Cempi dan
selatan Sumbawa. Lama trip antara 12 jam sampai 7 hari
dengan hasil tangkapan 67 hingga 105 kg per hari. © Kementerian Kelautan dan Perikanan.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 43
ukuran mata pancing dengan nomor 12 dan 7 dengan agar tidak bergerak atau bergeser. Ukuran perahu Kecamatan Sape, Kabupaten Bima dan beberapa dari
jumlah mata pancing sebanyak 50 hingga 100 buah yang biasa digunakan oleh nelayan bubu memiliki wilayah Sumbawa dan Lombok.
yang diikatkan pada tali utama. Tali utama yang panjang 6 hingga 7 meter dengan kekuatan mesin
digunakan adalah nomor 1.000. Cara pengoperasian 5,5 PK. Jumlah alat tangkap bubu yang terdapat di Potasium
alat tangkap ini dengan cara mengaitkan umpan pada Teluk Cempi teridentifikasi sebanyak 224 unit, terdapat Potasium merupakan alat tangkap yang dapat merusak.
mata pancing/kail lalu dilepaskan di perairan hingga di Kecamatan Hu’u, Dompu, dan Pajo. Daerah Alat tangkap ini dioperasikan menggunakan kompresor
kedalaman 50 meter hingga 100 meter. Alat tangkap penangkapan ikan tersebar di Perairan Teluk Cempi. untuk menyemprotkan potas. Potas biasanya dioperasikan
ini dioperasikan menggunakan perahu dengan panjang Lama trip nelayan bubu berkisar 12 jam sampai 1 hari di perairan yang memiliki terumbu karang dan ikan
7 sampai 13 meter dan mesin kapal antara 5,5 hingga dengan hasil tangkapan berkisar antara 10-60 kg per karang yang baik dengan kedalaman mencapai 3-20
24 PK. Jumlah alat tangkap rawai dasar yang terdapat hari. Kisaran biaya operasional antara Rp. 40.000 meter. Untuk mengoperasikan potas perlu menggunakan
di Teluk Cempi teridentifikasi sebanyak 50 unit, tersebar hingga Rp. 150.000 per trip. alat bantu berupa kompresor dan armada tangkap
di Kecamatan Hu’u dan Pajo. Daerah penangkapan ikan dengan ukuran panjang 7 x 0,5 meter dengan kekuatan
berada di Perairan Teluk Cempi. Lama trip armada yang Alat penangkapan tidak ramah lingkungan mesin mencapai 5-16 PK. Nelayan yang menggunakan
menggunakan alat tangkap rawai dasar berkisar antara dan ilegal potas tersebar di wilayah Desa Huu, nelayan dari Bajo,
6 jam sampai 16 jam dengan hasil tangkapan berkisar Pulau Sape serta nelayan dari Sumbawa dan Lombok.
antara 20 hingga 200 kg per hari. Kisaran biaya Bom Target ikan yang ditangkap adalah ikan karang dan
operasional rawai dasar berkisar antara Rp. 75.000 Alat tangkap bom merupakan alat tangkap yang dapat lobster. Lokasi pemotasan tersebar di wilayah Teluk
hingga Rp. 3.000.000 per trip. merusak. Alat tangkap ini mengggunakan bahan Cempi terutama terkonsentrasi di mulut Teluk Cempi yang
berupa botol kaca ukuran besar dan kecil, ujung korek berada di sisi kiri maupun sisi kanan.
Alat penangkapan ikan perangkap (Traps) api, bahan peledak, detonator, kabel, dan aki. Alat
© Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Salah satu jenis alat penangkapan ikan perangkap tangkap ini dioperasikan dengan melempar bom ke
adalah bubu. Informasi lebih detail sebagai berikut: permukaan air dan dengan cara menyelam dengan
kompresor dan menaruh bom di lokasi yang dinginkan,
Bubu termasuk kelompok jenis alat tangkap perangkap biasanya di lokasi yang memiliki terumbu karang dan
(Traps). Pada umumnya alat tangkap ini berbentuk ikan karang yang baik. Setelah itu bom akan diledakan
segi empat, terbuat dari kawat dengan ukuran lubang di atas kapal dengan menggunakan konsleting kabel
sebesar 3 inchi. Bubu dioperasikan secara pasif dengan aki. Alat tangkap ini menggunakan kapal
berdasarkan tingkah laku ikan, ditempatkan pada dasar dengan ukuran panjang 7x 0,5 meter dengan kekuatan
perairan dengan kedalaman 5 meter. Bubu biasanya mesin 5-16 PK. Lokasi pengeboman di Teluk Cempi
dilengkapi umpan atau tanpa umpan sehingga ikan tersebar di seluruh Perairan Teluk Cempi namun yang
terperangkap masuk dan tidak dapat keluar. Selain sering terjadi di lokasi ujung mulut Teluk Cempi. Nelayan
itu, bubu juga menggunakan batu sebagai pemberat yang menggunakan bom berasal dari Desa Bajo Pulau,
44 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Gambar 13. Sebaran alat tangkap yang digunakan nelayan di Teluk Cempi.
Gambar 14. Daerah penangkapan ikan masing-masing alat tangkap di Teluk Cempi.
Gambar 15. Daerah penangkapan ikan dan konsentrasi nelayan yang menggunakan alat tangkap ilegal di Teluk Cempi.
3. 2. Sarana dan Prasarana
Teluk Saleh
Sarana dan prasaran perikanan yang menunjang Sebagian besar dermaga di Teluk Saleh digunakan mutu hasil perikanan, tempat pengumpulan data
aktivitas perikanan di Teluk Saleh tersebar di sepuluh sebagai tempat kapal/perahu dengan ukuran ± 5 tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta
kecamatan pesisir yang terdapat di Teluk Saleh, yaitu GT untuk bersandar setalah melakukan aktivitas pengembangan masyarakat nelayan, dan tempat
delapan kecamatan di Kabupaten Sumbawa dan penangkapan ikan di sekitar Perairan Teluk Saleh. untuk memperlancar operasional kapal perikanan.
dua kecamatan di Kabupaten Dompu. Sarana dan Di Teluk Saleh terdapat empat dermaga yang Pelabuhan perikanan ini berada di Desa Teluk
prasarana tersebut berupa tempat pelelangan ikan, masih aktif, dua dermaga berada di Desa Labuan Santong yang dibangun pada tahun 2001.
dermaga, pabrik es, pasar ikan, dan pelabuhan Sangoro, satu dermaga di Desa Labuan Jambu, Hingga saat ini aktivitas perikanan belum optimal.
perikanan. Dari 27 desa pesisir yang berada di dan satu dermaga di Desa Bajo Medang. Sarana dan perasarana penunjang pelabuhan
Kabupaten Sumbawa dan Dompu, terdapat 17 sarana 3. Pabrik Es juga tidak aktif, seperti tempat penyimpanan
dan prasarana perikanan yang tersebar di beberapa Pabrik es, yaitu tempat pembuatan es dalam bentuk es (cold storage), pabrik es, tempat pelelangan
desa, yaitu Desa Labuan Ijuk, Desa Labuan Sangoro, balok tujuan dari pabrik es adalah untuk memenuhi ikan, tangki BBM, dan dermaga. Sampai saat ini
Desa Teluk Santong, Desa Labuan Pidang, Desa Labuan kebutuhan es pada nelayan maupun pengusaha aktivitas yang aktif adalah kantor UPTD Pelabuhan
Jambu, Desa Labuan Aji, Desa Karang Dima, Desa perikanan. Di Teluk Saleh terdapat tiga pabrik Perikanan Dinas Kelautan Perikanan dan Kelautan
Bajo Medang, Desa Soro, dan Desa Soro Barat, yaitu : es, dua pabrik masik aktif yang berada di Desa Provinsi NTB.
Karang Dima dan Desa Teluk Santong dan satu
1. Tempat Pelelangan Ikan pabrik es tidak aktif yang berada di Desa Soro.
Tempat pelelangan ikan (TPI), yaitu pasar yang 4. Pasar Ikan
biasanya terletak di dalam pelabuhan/pangkalan Pasar ikan adalah pasar yang digunakan untuk
pendaratan ikan dan di tempat tersebut terjadi memasarkan ikan dan produk ikan. Selain ikan,
transaksi penjualan ikan/hasil laut baik secara hasil laut lainnya juga dijual, seperti cumi, udang,
lelang maupun tidak. Di Teluk Saleh terdapat dan lain-lain. Di Teluk Saleh terdapat satu pasar
delapan TPI, dua TPI masih aktif yang berada di ikan yang terdapat di Desa Soro dengan kondisi
desa Labuan Pidang dan Desa Labuan Aji dan lima pasar ikan tidak aktif dikarenakan oleh lokasi pasar
TPI sudah tidak aktif yang berada di Desa Soro, ikan tidak strategis dan jarang ada pembeli. Penjual
Soro Barat, Bajo Medang, Labuan Kuris, Teluk lebih memilih menjual ikan di pasar tradisional.
Santong, dan Labuan Ijuk. 5. Pelabuhan Perikanan
2. Dermaga Pelabuhan perikanan adalah suatu kawasan
Dermaga, yaitu tempat kapal ditambatkan. Pada perikanan yang berfungsi sebagai tempat labuh
dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat
muat barang dan orang dari dan ke atas kapal. pemasaran, tempat pelaksanaan pembinaan
48 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Tabel 3. Kondisi sarana dan prasarana di Teluk Saleh. Berdasarkan informasi diatas, informasi tentang kondisi
sarana prasarana perikanan yang terdapat di Teluk
No. Sarana dan Prasaran Lokasi Kondisi
Saleh, seperti terlihat pada Tabel 3.
1 Tempat Pelelangan Ikan Desa Pidang Aktif
2 Tempat Pelelangan Ikan Desa Labuan Aji Aktif Teluk Cempi
3 Tempat Pelelangan Ikan Desa Soro Tidak Aktif Terdapat empat belas desa yang masuk dalam kawasan
4 Tempat Pelelangan Ikan Desa Soro Barat Tidak Aktif Teluk Cempi, dua desa berada dalam Kabupaten
5 Tempat Pelelangan Ikan Desa Bajo Medang Tidak Aktif Sumbawa, yaitu Desa Mata dan Tolo’oi, dua belas
6 Tempat Pelelangan Ikan Desa Labuan Kuris Tidak Aktif desa masuk dalam Kabupaten Dompu, yaitu Desa
7 Tempat Pelelangan Ikan Desa Labuan Ijuk Tidak Aktif Merada, Bara, Wawonduru, Nowa, Riwo, Mumbu,
8 Tempat Pelelangan Ikan Desa Teluk santong Tidak Aktif Mbawi, Jambu, Cempi Jaya, Jala, Daha, dan Huu.
9 Dermaga Desa Labuan Sangoro Aktif Dari dua belas desa ini memiliki beberapa sarana dan
10 Dermaga Desa Labuan Sangoro Aktif prasarana yang menunjang aktifitas perikanan tangkap
11 Dermaga Desa Labuan Jambu Aktif di Teluk Cempi, antara lain :
12 Dermaga Desa Labuan Bajo Medang Aktif 1. Pabrik Es
13 Pabrik Es Desa Karang Dima Aktif Di Teluk Cempi terdapat satu pabrik es yang
14 Pabrik Es Desa Teluk Santong Aktif berada di Desa Jala, Kecamatan Hu’u. Pabrik es
15 Pabrik Es Desa Soro Tidak Aktif ini baru beroperasi pada tahun 2016 yang dapat
16 Pasar Ikan Desa Soro Tidak Aktif memproduksi es balok sebanyak 200 balok per
17 Pelabuhan Perikanan Pantai Desa Teluk Santong Tidak Aktif hari. Pabrik es didirikan oleh Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Dompu yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan es nelayan saat melaut. Pabrik
es dimanfaatkan oleh seluruh desa yang berada di
Teluk Cempi, ada juga yang memanfaatkannya dari
daerah lain, seperti Kilo, Dompu, dan Soro.
2. Pengolahan Ikan dan Rajungan
Di Teluk Cempi terdapat dua pengolahan,
yang pertama adalah pengolahan ikan kering
minapela yang berlokasi di Desa Jala dan yang
kedua pengolahan rajungan yang terletak di Desa
Mbawi. Pengolahan ikan teri minapela ini dikelola
oleh ibu-ibu nelayan yang berada di Desa Jala.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 49
Gambar 16. Sarana dan prasarana perikanan di Teluk Saleh.
Hasil olahan dikirim ke Sumbawa, Bima, Dompu, 1997 TPI sudah tidak aktif. TPI berfungsi sebagai
Lombok sampai Jawa. Untuk pengolahan rajungan tempat transaksi penjualan ikan/hasil laut, baik
dikelola oleh ibu-ibu nelayan. Pengolahan rajungan secara lelang maupun tidak.
memisahkan daging rajungan dari cangkangnya. 5. Dermaga
Hasil olahan rajungan berupa daging dikirim ke Dermaga berlokasi di Desa Jambu, Kecamatan Pajo.
Surabaya untuk pengalengan. Dermaga berfungsi sebagai lokasi bersandarnya
3. SPBU Nelayan kapal dan tempat bongkar muat hasil tangkapan.
SPBU nelayan statusnya sudah tidak aktif berlokasi Dermaga didirikan pada tahun 1994. Sebagian
di Desa Jambu, Kecamatan Pajo, Kabupaten nelayan di Desa Jambu masih menggunakan
Dompu. Pembangunan SPBU ini pada tahun 1994 dermaga sebagai tempat penyandaran kapal dan
dan pada tahun 1997 sudah tidak aktif. Tujuan bongkar muat hasil tangkapan ikan.
SPBU ini adalah untuk memudahkan nelayan
mendapatkan bahan bakar ketika melaut. Berdasarkan informasi di atas, informasi tentang kondisi
4. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sarana prasarana perikanan yang terdapat di Teluk
TPI berlokasi di Desa Jambu, Kecamatan Pajo. TPI Cempi, seperti terlihat pada Tabel 4.
ini didirikan pada tahun 1994 dan pada tahun
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 51
Gambar 17. Sarana dan prasarana perikanan di Teluk Cempi.
4. LINGKUNGAN
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 53
Gambar 20. Peta sumberdaya ikan dan sebaran kelompok ikan di Teluk Saleh.
90
Rata-rata tangkapan (kg. hari-1) 80
70
60 24% 24%
50
40
30
20 27%
10
2%
0
Lutjanidae Serranidae 41%
11%
7%
Gambar 21. Rata-rata hasil tangkapan famili Lutjanidae dan Serranidae di
Teluk Saleh.
6%
13%
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 55
Gambar 24. Peta Sumberdaya Ikan dan Sebaran Jenis Ikan Teluk Cempi.
4. 2. Habitat Penting
Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu kawasan di Teluk Saleh dan Teluk Cempi. Secara umum hutan
yang mempunyai beragam potensi sumberdaya alam mangrove di wilayah Nusa Tenggara Barat menyebar di
perairan. Berada di dalam kawasan segitiga karang sebagian kecil ruas garis pantai Pulau Lombok dan Pulau
dunia (coral triangle), NTB memiliki biodiversitas Sumbawa serta di sekitar gugusan pulau-pulau kecil.
kelautan tropikal terkaya di dunia (Allen 2007, Green Mangrove di Provinsi Nusa Tenggara Barat tumbuh di
dan Mous 2007, Veron et al., 2009). Selain itu NTB lingkungan dataran lumpur dan delta, lingkungan dataran
juga merupakan pintu gerbang ke kawasan Wallacea pantai dan dataran pulau-pulau kecil yang disebut Gili.
yang memiliki keragaman spesies yang tinggi dengan Wilayah mangrove terdapat di pinggir sungai yang
tingkat endemisitas yang tinggi termasuk ekosistem bermuara ke laut dan juga terdapat di wilayah pantai
terumbu karang, mangrove, dan lamun. yang berteluk, seperti Teluk Sepi, Teluk Lembar dan Teluk
Ekas di Pulau Lombok, Teluk Waworada, Teluk Sanggar,
Terumbu karang di Provinsi NTB tersebar merata baik di Teluk Saleh, dan Teluk Cempi di Pulau Sumbawa.
Pulau Lombok maupun Pulau Sumbawa. Terumbu karang
tersebar pada pulau-pulau kecil atau gili maupun pada Ekosistem lamun merupakan ekosistem penting dalam
pesisir yang ada di kedua pulau besar tersebut. Kondisi ekosistem pesisir yang merupakan habitat berbagai jenis
terumbu karang di Sumbawa memiliki kombinasi tipe bioata laut. Menurut Nontji, lamun (seagrass) adalah
terumbu karang pinggir, baik yang landai maupun tumbuhan berbunga yang telah menyesuaikan diri
curam. Kondisi ini merupakan kondisi yang sempurna hidup terbenam di dalam laut dangkal. Lamun berbeda
bagi kehidupan ikan karang, ditambah lagi dengan dengan rumput laut (seaweed) yang dikenal juga sebagai
pengaruh Arlindo dan Laut Flores yang sangat besar makroalga. Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya
dalam menyediakan asupan larva, nutrisi, dan sirkulasi tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat hidup
air segar. Komunitas ikan karang pada umumnya di dalam laut, meskipun hanya mampu hidup pada
ditemukan lebih beragam pada habitat terumbu karang perairan yang dangkal. Hal ini karena dibatasi oleh
dangkal yang berbatu-batu dan berarus kencang. cahaya matahari yang dibutuhkan oleh lamun dalam
Kombinasi substrat yang didominasi oleh karang keras proses fotosintesis. Lamun berbunga (jantan dan betina)
dan variasi tipe substrat lain juga merupakan lokasi dan berbuah di dalam air.
yang sering dijumpai memiliki keragaman ikan karang
yang tinggi. Teluk Saleh
Ekosistem terumbu karang di wilayah Teluk Saleh
Hutan mangrove merupakan satu kesatuan tak terpisahkan tersebar dari Pulau Moyo di bagian selatan, dan
dalam ekosistem pesisir di Nusa Tenggara Barat, khususnya sepanjang pesisir Teluk Saleh termasuk pulau-pulau
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 57
kecilnya. Tipe terumbu karang penyusun di Teluk Saleh tertinggi berada di lokasi Pulau Liang Selatan 1 dan Pulau tertutup memiliki kelimpahan ikan karang cukup tinggi,
merupakan terumbu karang tepi (Fringing reef). Genus Liang Utara sebesar 70% dan 65% (Gambar 26). Kondisi yaitu 13.025 ind/Ha dengan biomassa ikan karang
karang keras Porites, Pavona, dan Acropora merupakan terumbu karang yang baik membuat keanekaragaman mencapai 317,83 Kg/Ha. Namun demikian di
genus yang mendominasi di Teluk Saleh. Luasan karang ikan karang cukup tinggi di Teluk Saleh. Jenis ikan beberapa lokasi Teluk Saleh masih ditemukan kerusakan
di Teluk Saleh mencapai 31.565,32 Ha yang banyak karang yang ditemukan di Teluk Saleh mencapai 201 karang yang cukup parah. Hal tersebut terjadi karena
ditemukan pada kedalaman 2 - 8 meter. Kekayaan spesies dari 29 famili dan 88 jenis ikan. Dari seluruh masih terdapat aktivitas perikanan yang tidak ramah
genus karang keras di Teluk Saleh tergolong cukup ikan karang yang ditemukan di Teluk Saleh, ikan karang lingkungan, seperti penggunaan bahan peledak dan
tinggi, mencapai 70 jenis. dari famili Pomacentridae (Betok laut) merupakan ikan racun. Jejak-jejak kerusakan akibat penggunaan bahan
karang penyusun utama, kemudian disusul dari famili peledak terlihat dengan banyaknya pecahan-pecahan
Tutupan karang di Teluk Saleh berada pada kondisi baik Labridae (keling-kelingan) dan Acanthuridae (butana). karang yang ditemukan.
dengan rata-rata tutupan mencapai 50%. Tutupan karang Perairan Teluk Saleh dengan kondisi perairan semi
Selain terumbu karang, ekosistem mangrove tersebar di
seluruh Perairan Teluk Saleh dan di pulau-pulau kecil
100
yang berada dalam kawasan Teluk Saleh dengan
90
luasan 2.736,67 Ha. Kondisi mangrove di Teluk
80 Saleh yang masuk dalam kawasan Dompu lebih baik
70 dibandingkan dengan kondisi mangrove yang berada
Tutupan karang (%)
Liang Timur
Liang Utara
Liang Selatan 1
Liang Selatan 2
Liang Barat
Ngali Timur
Ngali Utara
Ngali Barat
Tutupan Rata-rata
padang lamun yang paling luas (Gambar 27).
Teluk Cempi
Ekosistem terumbu karang di wilayah Teluk Cempi
tersebar di pesisir pantai Hu’u, Mata, dan Tolo’oi.
Gambar 26. Penutupan karang keras di Teluk Saleh. Sementara wilayah di dalam Teluk Cempi bagian
58 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Gambar 27. Peta sebaran habitat Penting di Teluk Saleh.
Jambu, Mbawi, dan Mumbu memiliki sebaran karang teluk tersebut mencapai mencapai 44,43% dengan
yang lebih sedikit karena pada kawasan tersebut tutupan karang tertinggi berada di lokasi Gancu
banyak didominasi oleh ekosistem mangrove yang Jarah yang mencapai 80% (Gambar 28). Perairan
membuat kondisi perairan menjadi lebih keruh. Teluk Cempi dengan kondisi tipe terumbu karang tepi
memiliki kelimpahan ikan karang cukup tinggi, namun
Perairan Teluk Cempi dengan kondisi perairan relatif kelimpahan ikan Teluk Cempi relatif lebih rendah
terbuka memiliki tipe terumbu karang penyusun, yaitu dibandingkan dengan Teluk Saleh. Kelimpahan ikan
terumbu karang tepi (Fringing reef). Genus Acropora karang di Teluk Cempi mencapai 4.526 ind/Ha
dan Montipora sebagai genus dominan. Luasan karang dengan biomassa 399,39 Kg/Ha. Dari seluruh ikan
di Teluk Cempi mencapai 3.540,47 Ha. Kekayaan karang yang ditemukan di Teluk Cempi, ikan karang
genus karang keras di Teluk Cempi mencapai 75 genus dari famili Pomacentridae (betok laut) merupakan ikan
karang keras. Tutupan karang di Teluk Cempi berada karang dominan, kemudian disusul dari famili Labridae
pada kondisi sedang dengan rata-rata tutupan kedua (keling-kelingan) dan Acanthuridae (butana).
100
90
80
70
Tutupan Karang (%)
60
50
40
60 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Gambar 29. Peta sebaran habitat Penting di Teluk Cempi.
Gambar 30. Peta bathymetri Teluk Saleh.
4. 3. Batimetri, Suhu Permukaan Laut,
dan Klorofil
Teluk Saleh
Batimetri Teluk Saleh relatif mirip dengan danau, Saleh berkisar antara 0,001 hingga 251,664 mg L-1 wilayah selatan merupakan wilayah yang dangkal dan
relatif dangkal di bagian dalam teluk dan mulut teluk, (Gambar 31). Suhu tertinggi dan terendah di Teluk Saleh landai. Wilayah yang memiliki kandungan klorofil yang
sedangkan di bagian tengah teluk merupakan lokasi yang masing-masing terjadi pada bulan Maret hingga April tinggi pada bulan Mei hingga Juni adalah wilayah dalam
paling dalam dengan kedalaman maksimum adalah 300 dan bulan Juli hingga Agustus (Gambar 32). Kandungan teluk sebelah timur (Desa Kwangko, Nangatumpu, Bango,
meter. Kondisi ini disebabkan adanya Pulau Moyo yang klorofil tertinggi di Teluk Saleh terjadi pada bulan Mei Soro, dan Soro Barat), yang diindikasikan merupakan
hampir menutup seluruh Teluk Saleh. Selain itu, di dalam hingga Juni, sedangkan kandungan klorofil terendah akibat limpasan dari daratan. Ditemukan banyak kebun
teluk terdapat pulau pulau dan teluk kecil (Gambar 30). terjadi pada bulan Maret dan Agustus. Wilayah selatan jagung dan tambak budidaya di wilayah ini. Kandungan
Suhu permukaan laut di Teluk Saleh berkisar antara 26,4 Teluk Saleh memiliki suhu permukaan laut yang umumnya klorofil di lokasi lainnya di Teluk Saleh relatif seragam
hingga 33,5 oC, dan kandungan klorofil di Perairan Teluk lebih tinggi dibanding wilayah lainnya, hal ini disebabkan sepanjang tahun (Gambar 33).
34 1000
33
100
32
Suhu Permukaan Laut (0C)
29 1
28 max
0.1 min
27
max
26
min 0.01
25
24 0.001
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Desember
Januari
Februari
November
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Desember
November
Gambar 31. Kisaran suhu permukaan laut (atas) kandungan klorofil (bawah) di Teluk Saleh.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 63
Gambar 32. Sebaran suhu permukaan laut di Teluk Saleh.
Gambar 33. Sebaran klorofil-a di Teluk Saleh.
Gambar 34. Peta bathymetri Teluk Cempi.
Teluk Cempi antara 0,004 hingga 131,117 mg.L-1 (Gambar 35). Suplai nutrisi yang menyebabkan kandungan klorofil
Teluk Cempi relatif landai hingga mendekati mulut Suhu tertinggi di Teluk Cempi terjadi pada bulan Maret di dalam teluk lebih tinggi dibandingkan wilayah
teluk, dimana pada lokasi yang mendekati mulut teluk dan Desember, sedangkan suhu terendah terjadi pada lainnya kemungkinan disebabkan dampak aktivitas
kedalamannya 50 meter. Setelah itu kedalaman Teluk bulan Juli (Gambar 36). Suhu permukaan laut di mulut budidaya di sekitar Desa Mbawi. Pada bulan Mei
Cempi kemudian menurun dengan drastis menjadi 300 Teluk Cempi selalu lebih dingin dibandingkan wilayah hingga Agustus, kandungan klorofil di sebagian besar
meter pada mulut teluknya, bahkan dibagian tengahnya dalam teluk karena suplai air dingin dari Samudera wilayah teluk relatif lebih tinggi, pada bulan-bulan
mencapai 500 meter (Gambar 34). Suhu permukaan Hindia. Kandungan klorofil tertinggi di Teluk Cempi ini, merupakan musim penangkapan ikan tongkol dan
laut dan kandungan klorofil di Teluk Cempi masing- terjadi pada bulan Agustus. Kandungan klorofil terendah tenggiri (Gambar 37).
masing berkisar antara 24,9 hingga 31,6 oC dan di Teluk Cempi terjadi pada bulan Desember – Januari.
24 1000
23
100
22
Suhu Permukaan Laut (0C)
31
10
29 1
max
28 min
0.1
27
26 max
min 0.01
25
24 0.001
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Desember
November
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Desember
November
Gambar 35. Kisaran suhu permukaan laut (atas) dan kandungan klorofil (bawah) di Teluk Cempi.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 67
Gambar 36. Sebaran suhu permukaan laut di Teluk Cempi.
Gambar 37. Sebaran klorofil-a di Teluk Saleh.
5. PENGELOLAAN PERIKANAN DAN STATUSNYA
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 71
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun sebagai kepala pemerintahan. Klasifikasi urusan kapal perikanan berukuran di atas 5 GT sampai
2014 Tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa pemerintah, seperti terlihat pada Gambar 38. dengan 30 GT.
urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan 3. Penetapan lokasi pembangunan serta pengelolaan
absolut, konkuren, dan umum. Urusan pemerintahan Kewenangan Pemerintah Provinsi dibidang perikanan pelabuhan perikanan provinsi.
absolut sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah tangkap sebagaimana diamanatkan dalam UU No 4. Penerbitan izin pengadaan kapal penangkap ikan
pusat, urusan pemerintahan konkuren merupakan 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah dan kapal pengangkut ikan dengan ukuran di atas
urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah sebagai berikut: 5 GT sampai dengan 30 GT.
pusat, daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, 1. Pengelolaan penangkapan ikan di wilayah laut 5. Pendaftaran kapal perikanan di atas 5 GT sampai
dan urusan pemerintahan umum merupakan urusan sampai dengan 12 mil. dengan 30 GT.
pemerintahan yang menjadi kewenangan presiden 2. Penerbitan izin usaha perikanan tangkap untuk
Mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 02 tahun 2011 tentang Jalur Penangkapan
Urusan Pemerintahan Ikan menyebutkan bahwa pemerintah provinsi memiliki
kewenangan terhadap jalur penangkapan ikan IA
yang meliputi perairan pantai sampai dengan 2 mil,
jalur penangkapan ikan IB yang meliputi perairan 2
mil sampai 4 mil, dan jalur penangkapan ikan II yang
Absolut Konkuren Umum meliputi perairan 4 mil sampai dengan 12 mil laut
diukur dari permukaan air laut pada surut terendah.
72 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Indonesia, pada pasal 14 ayat 7 menyebutkan bahwa
persyaratan dan tata cara penerbitan SIUP, SIPI, dan
SIKPI yang menjadi kewenangan gubernur diatur lebih
lanjut dengan peraturan daerah.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 73
Kepala Dinas
Kelompok Jabatan
Sekretariat
Fungsional
UPTD
Gambar 39. Struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
74 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan 6. Balai Kesehatan Ikan dan Konservasi Sumber daya 3. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BPPI)
Provinsi NTB diatur pada Pasal 40 Perda Nomor 7 Kelautan dan Perikanan (BKIKSDKP NTB). Tanjung Luar di Kabupaten Lombok Timur.
Tahun 2008, seperti terlihat pada Gambar 39. 7. Pelabuhan Perikanan Pantai Teluk Saleh (P3TS). 4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Luar di
Kabupaten Lombok Timur.
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang terdapat Kepegawaian dan Aset yang dikelola 5. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sape di Kabupaten
dalam lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Jumlah keseluruhan pegawai di Dinas Kelautan dan Bima.
antara lain: Perikanan Provinsi NTB (per 31 Desember 2013) 6. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Teluk Bima di Kota
1. Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Pantai adalah sebanyak 254 orang dengan rincian sebanyak Bima
(BPBPP) Sekotong. 233 orang PNS dan Pegawai Tidak Tetap sebanyak
2. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BPPI) 21 orang. Dilihat dari jenis kelamin, pegawai Dinas Keenam pelabuhan dan balai tersebut dilengkapi
Tanjung Luar . Kelautan dan Perikanan NTB terdiri dari 167 orang fasilitas dermaga, kantor, ruang pertemuan, tempat
3. Kantor Pelabuhan Perikanan Labuhan Lombok laki-laki dan 66 orang wanita. Sedangkan berdasarkan pelelangan ikan, bengkel, gudang, dan fasilitas
(PPLB). tingkat pendidikan, pegawai Dinas Kelautan dan penunjang lainnya serta kendaraan operasional berupa
4. Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar – Perikanan NTB yang berpendidikan S2 sebanyak kendaraan roda empat maupun roda dua.
(BPBIAT) Aikmel. 8 orang, S1 sebanyak 113 orang, Diploma sebanyak
5. Balai Laboratorium Pengujian Mutu Hasil Perikanan 11 orang, SMA sebanyak 89 orang, SMP sebanyak Strategi dan Kebijakan Pengelolaan
(BLPMHP) Mataram. 5 orang, dan SD sebanyak 7 orang. Perikanan Tangkap
Strategi dan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap
Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki dan merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan
dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa
terdiri dari aset bergerak dan tidak bergerak (tetap). Tenggara Barat tahun 2014 – 2018. Tujuan, sasaran,
Beberapa aset yang mendukung mendukung kegiatan dan kebijakan umum RPJMD dijabarkan dalam 7
perikanan tangkap adalah sebagai berikut : misi. Misi RPJMD 2014 -2018 yang terkait dengan
1. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuhan Lombok pembangunan kelautan dan perikanan terdapat pada
di Kabupaten Lombok Timur. misi 5 dan misi 7, yaitu meningkatkan kesejahteraan
2. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Teluk Saleh di masyarakat, mempercepat penurunan kemiskinan, dan
Kabupaten Sumbawa. mengembangkan keunggulan daerah melalui industri
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 75
pariwisata, agroindustri, dan ekonomi kreatif berbasis 2. Meningkatkan kesejahteraan nelayan. kelautan dan perikanan.
budaya, sumber daya lokal, dan iptek; memantapkan 3. Meningkatkan kemampuan pelayanan jasa 10. Meningkatkan kesejahteraan pengolah dan
pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. kepelabuhanan perikanan wilayah Pulau Lombok. pemasar produk perikanan dan kelautan.
4. Meningkatkan kemampuan pelayanan jasa 11. Meningkatkan kemampuan pengendalian mutu dan
Untuk menerjemahkan misi tersebut Dinas Kelautan kepelabuhanan perikanan wilayah Pulau Sumbawa. keamanan pangan hasil perikanan dan kelautan.
dan Perikanan NTB menyusun dokumen rencana 5. Meningkatkan kemampuan penerapan dan 12. Memelihara kelestarian dan daya dukung sumber
strategis pembangunan kelautan dan perikanan tahun perekayasaan teknologi penangkapan ikan. daya kelautan dan perikanan.
2013 – 2018 yang memuat mengenai visi, misi, strategi, 6. Meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan.
dan kebijakan. Visi Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, 7. Meningkatkan kemampuan pelayanan penerapan Misi tersebut dijabarkan menjadi tujuan, sasaran,
yaitu Mewujudkan masyarakat perikanan dan kelautan teknologi budidaya ikan air tawar. strategi, dan kebijakan pembangunan kelautan dan
NTB yang maju dan diterjemahkan melalui beberapa 8. Meningkatkan kemampuan pelayanan penerapan perikanan. Adapun strategi dan kebijakan yang terkait
misi, sebagai berikut: teknologi budidaya ikan laut dan air payau. dengan pengelolaan perikanan tangkap, seperti terlihat
1. Meningkatkan kemampuan pelayanan dan kinerja 9. Meningkatkan kemampuan pengendalian hama pada Tabel 5.
Dinas Kelautan dan Perikanan NTB. dan penyakit ikan serta pemulihan sumber daya
76 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Tabel 5. Arahan strategi dan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Misi 3. Meningkatkan kemampuan pelayanan jasa kepelabuhanan perikanan wilayah Pulau Lombok
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 77
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Misi 4. Meningkatkan kemampuan pelayanan jasa kepelabuhanan perikanan wilayah Pulau Sumbawa
Misi 12. Memelihara kelestarian dan daya dukung sumber daya kelautan dan perikanan
78 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 79
Program Pengembangan Perikanan Tangkap di
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mengacu pada dokumen rencana strategis DKP NTB 3. Pengembangan kapal perikanan dan alat adalah jumlah benih ikan yang ditebar di PUD dan
tahun 2013 - 2018 (DKP 2014b) terdapat rencana penangkap ikan laut sebanyak 5.000.000 ekor.
program pengembangan perikanan tangkap tahun Program ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas 3. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya perikanan
2016 guna mendukung visi dan misi Dinas Kelautan dan pembinaan kapal perikanan serta fasilitas tangkap
dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah pendukungnya dengan indikator kinerja jumlah Sasaran program ini tersedianya alat bantu
sebagai berikut: kapal dan alat penangkapan ikan yang tersedia penangkapan ikan (rumpon) sebagai sarana
1. Pengelolaan sumber daya ikan dan usaha dan terbina sebanyak 97 unit dan jumlah kapal pengembangan teknologi penangkapan ikan.
penangkapan perikanan yang terbangun sebanyak 5 unit. Indikator program ini adalah meningkatnya
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas Sasaran yang ingin dicapai adalah: tersedia optimalisasi fungsi dan peran BPPI sebagai unit
produksi perikanan tangkap dengan indikator dan terbinanya kapal perikanan serta fasilitas pengembangan penangkapan ikan dan penyiapan
kinerja adalah jumlah produksi perikanan tangkap pendukungnya pengelolaan. Target pencapaian program ini
(ton) sebesar 152.178 ton dengan nilai 5,9 miliyar. adalah tersedianya 4 unit rumpon.
Sasaran yang ingin dicapai adalah: Mengacu ke dokumen rencana kerja DKP Provinsi
a. Tersebarnya benih ikan di perairan umum tahun 2016, terdapat rencana kerja pengembangan
daratan dan laut. perikanan tangkap tahun 2016 Dinas Kelautan
b. Tersedianya fasilitas rumah ikan yang terpasang dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang
di perairan. bersumber dari dana APBD adalah sebagai berikut:
c. Terbina dan terlatihnya KUB nelayan 1. Motorisasi armada perikanan dalam upaya
2. Pengembangan dan pengelolaan perlabuhan peningkatan daya jelajah dan produktivitas nelayan
perikanan. Sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelatihan dan perbengkelan penangkapan ikan.
pelabuhan perikanan dengan indikator kinerja Indikator program ini adalah tersedianya pelatihan
jumlah pelabuhan perikanan yang terkelola. perbengkelan nelayan sebanyak 30 orang.
Sasaran yang ingin dicapai adalah: 2. Pembinaan dan optimalisasi pemanfaatan sumber
a. Tersusunnya dokumen WKOPP. daya perikanan tangkap
b. Terbina dan terlatihnya aparatur pengelola Sasaran program ini adalah meningkatkan
Pelabuhan Perikanan kesejahteraan nelayan. Indikator program ini
80 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Gambar 40. Peta Kawasan Konservasi Perairan di Teluk Saleh.
5. 2. Status Pengelolaan Kawasan
Buru
Konservasi dan Perikanan
Agregat 59
Demersal
Teluk Saleh Kelembagaan 47
Kawasan konservasi yang terdapat di Perairan Teluk
Saleh adalah Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau
Ekonomi 80
Liang dan Pulau Ngali. Secara administratif Taman
Wisata Perairan (TWP) Pulau Liang dan Ngali terletak
Sosial 47
di Kabupaten Sumbawa, Kecamatan Lape meliputi
dua desa pesisir, yaitu Desa Lape dan Desa Labuan
Kuris. TWP Pulau Liang dan Ngali dicadangkan Teknik penangkapan Ikan 59
82 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
Gambar 42. Peta Kawasan Konservasi Perairan di Teluk Cempi.
adalah metode penangkapan ikan yang bersifat
destruktif dan selektivitas penangkapan. Pada domain Agregat 59
sumber daya ikan, indikator yang perlu diperbaiki
adalah hasil tangkapan per upaya tangkap baku, Kelembagaan 47
ukuran ikan, proporsi ikan yuwana yang ditangkap,
dan range collapse sumber daya ikan.
Ekonomi 80
Teluk Cempi
Sosial 43
Kawasan konservasi yang terdapat di Perairan Teluk
Saleh adalah Suaka Alam Perairan (SAP) Teluk Cempi.
Pada awal dicadangkan, secara administratif Suaka Teknik penangkapan Ikan 70
Alam Perairan (SAP) Teluk Cempi terletak di Kabupaten
Dompu meliputi empat kecamatan, yaitu Kecamatan Habitan dan Ekosistem 50
Woja, Kecamatan Dompu, Kecamatan Pajo, dan
Kecamatan Hu’u. Suaka Alam Perairan dicadangkan
Sumberdaya Ikan 64
melalui SK Bupati Dompu No. 23 Tahun 2013 tentang
Pencadangan Kawasan Perikanan Khusus Teluk Cempi - 10 20 30 40 50 60 70 80 90
dengan luas kawasan 25.804 Ha. Dikarenakan
terdapat ketidak sesuaian dengan nomenklatur jenis Gambar 43. Status pengelolaan perikanan demersal di Teluk Cempi.
84 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
6. PENUTUP
Ketersediaan data dan informasi tentang sumber daya perikanan, habitat, kondisi sosial ekonomi, dan pola
pemanfaatannya sangatlah penting sebagai dasar penyusunan kebijakan perikanan dan menyusun perencanaan
kegiatan/program dalam kerangka pengelolaan perikanan. Data dan informasi yang terdapat di dalam profil
ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan bagi kegiatan pengelolaan sumber daya perikanan di Provinsi
Nusa Tenggara Barat, khususnya perikanan kerapu dan kakap di Teluk Saleh dan Teluk Cempi. Data dan informasi
yang terdapat di dalam profil ini juga memiliki keterbatasan, karena merupakan data sesaat (snapshoot) yang
merefleksikan kondisi pada akhir tahun 2015. Untuk itu, dalam kerangka penyusunan kebijakan perikanan dan
penyusunan rencana kegiatan/program berkenaan dengan pengelolaan perikanan di masa depan dan pada
jangka yang sangat panjang, maka beberapa data dan informasi yang ada di dalamnya perlu diperbaharui.
Dalam kerangka pengelolaan perikanan di Teluk Saleh dan Teluk Cempi, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan
adalah menyusun dokumen perencanaan pengelolaan perikanan, yang termasuk di dalamnya pengaturan
pemanfaatan perikanan. Dokumen perencanaan yang dibuat harus mengacu kepada dokumen perencanaan
nasional, seperti; Rencana Pengelolaan Perikanan pada wilayah Pengelolaan Perikanan 713 dan 573, Rencana
Pengelolaan Perikanan Karang, Roadmap Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan, dan dokumen perencanaan
nasional lainnya, dan dokumen perencanaan daerah Provinsi NTB maupun kabupaten yang ada di dalamnya,
seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana Strategis Pembangunan Kelautan dan Perikanan.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 85
86 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.
DAFTAR PUSTAKA
Allen GR (2007) Conservation hotspots of biodiversity and endemism for Indo-Pacific coral reef fishes. Aquatic
Conservation: Marine and Freshwater Ecosystems 18: 541-556.
Bailey C (1997) Lessons from Indonesia’s 1980 trawler ban. Marine Policy 21 (3): 225-235.
Bentley N (1999) Fishing for solutions: Can the live trade in wild groupers and wrasse from Southeast Asia be
managed? Traffic Southeast Asia, Petaling Jaya, Malaysia. 100 pp.
Burhanuddin S, Martosewojo A, Djamali, Moeljanto R (1984) Perikanan Demersal di Indonesia. Jakarta: LON-LIPI.
Cochrane KL (2002) The use of scientific information in the design of management strategies. In: Cochrane KL (ed).
A fishery manager’s guidebook: Management measures and their application. FAO Fisheries Technical
Paper, Rome: 95-130.
Comitini S, Hardjolukito S (1983) Indonesian marine fisheries development and strategy under extended maritime
juridiction. East-west Environment and Policy Institute, Honolulu, Hawai. 69 pp.
Davis PZR (2001). The current status of the live reef fish trade for food. http://www.c-3.org.uk/Multimedia/
Reports/Live%20Reef%20Fish%20Trade.pdf. 149 pp. [21 July 2014].
DKP Provinsi NTB (2014) Statistik Perikanan Nusa Tenggara Barat. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Mataram.
Erdmann MV, Pet-Soede L (1997) How fresh is too fresh? The live reef food fish trade in eastern Indonesia. SPC Live
Reef Fish Information Bulletin 3: 41-45.
FAO [Food and Agriculture Organization] (2006) Fishery country profile for Indonesia. Food and Agriculture
Organization. http://www.fao.org/fi/oldsite/FCP/en/idn/profile.htm [10 June 2014].
FAO [Food and Agriculture Organization] (2014) The state of world fisheries and aquaculture: Opportunities and
challenges. Food and Agriculture Organization, Rome. 233 pp.
Green AL, Mous PJ (2007) Delineating the Coral Triangle, its ecoregions and functional seascapes. Report based
on an expert workshop held at the TNC Coral Triangle Center, Bali Indonesia (April - May 2003),
and subsequent consultations with experts held from 2005 to 2007. Version 4.0 (August 2007). The
Nature Conservancy, Coral Triangle Center and the Global Marine Initiative, Indo-Pacific Resource
Centre, Bali. 158 pp.
PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. 87
Heazle M, Butcher JG (2007) Fisheries depletion and the state in Indonesia: Towards a regional regulatory regime.
Marine Policy 31: 276-286.
KKP [Kementerian Kelautan dan Perikanan] (2013) Marine and fisheries sector in figures. Ministry of Marine Affairs
and Fisheries, Jakarta, Indonesia. 188 pp.
Krishnandhi S (1969) The economic developement of Indonesia’s fishing industry. Bulletin Indonesian Economic
Studies 5(1): 49-72.
Martosubroto P (1987) The status of management of the marine fishery resources in Indonesia. Proceedings of the
Symposium on the Exploitation and Management of Marine Fishery resources in Southeast Asia. Regional
Office for Asia and the Pacific, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Bangkok: 125-
131.
Muis A (2014) Studi perencanaan tata ruang wilayah pesisir dan laut Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa Besar
(Pendekatan sistem dinamik). Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 124 pp.
Puslitbangkan-Balitbang KP (2015) Potensi Sumberdaya Perikanan Pelagis dan Laut Dalam di Provinsi Sulawesi
Utara dan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Disampaikan pada Lokakarya Nasional “Securing the future
of Indonesia’s marine biodiversity and coastal livelihoods in two critical seascapes in the coral triangle”
Bogor 26 Mei 2016.
Sadovy YJ, Donaldson TJ, Graham TR, McGilvray F, Muldoon GJ, Phillips MJ, Rimmer MA, Smith A, Yeeting B
(2003) While stocks last: The live reef food fish trade. Asian Development Bank, Manila. 146 pp.
SEAFDEC [Souteast Asian Fisheries Development Centre] (2014) Fishery statistic in Southeast Asia. Souteast Asian
Fisheries Development Centre. http://fishstat.seafdec.org [1 Agustus 2014].
Stanford RJ, Wiryawan B, Bengen DG, Febriamansyah R, Haluan J (2014) Improving livelihoods in fishing communities
of West Sumatra: More than just boats and machines. Marine Policy (45): 16-25.
Tadjuddah M (2012) Model of prediction for sustainability of groupers utilization in Wakatobi Marine National Park,
Southeast Sulawesi. PhD thesis. Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia. 226 pp.
Veron JEN, DeVantier LM, Turak E, Green AL, Kininmonth S, Petersen NA (2009) Delineating the Coral Triangle.
Galaxea 11: 91-100.
88 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI TELUK SALEH DAN TELUK CEMPI, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.